Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda
secara genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya
akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua
tersebut.
2
keturunannya dimanfaatkan. Kelapa sawit yang dibudidayakan juga merupakan
hibrida dengan alasan yang sama.
Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk
mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu produksi
benih padi hibrida. Pada prinsip rangkian proses produksi benih padi hibrida sama
dengan produksi benih padi bersetifikat. Perbedaan terdapat pada tahapan
penyiapan galur induk jantan dan betina yang berasal dari jenis yang berbeda sifat
genetiknya. Sebagai contoh adalah jantan mempunyai sifat genetik produksinya
tinggi (diatas 5 ton per hektar) sedangkan induk betina mempunyai sifat genetik
enak rasanya. Pada umumnya persilangan kedua galur jantan dan betina ini sudah
diuji berulang kali melalui penelitian yang panjang. Teknologi produksi benih
hibrida sangat berbeda dari varietas non hibrida. Benih hibrida harus diproduksi
setiap musim tanam, dan dipertahankan kemurnian genetiknya hingga lebih dari
98% agar dicapai hasil yang memuaskan.
Sebagai contoh kasus produksi benih hibrida akan disampaikan
berdasarkan hasil penelitian IRRI (International Rice Research Institute) yang
berlokasi di Filipina yaitu varietas Magat (PSB Rc26H, lama penanaman 110 hari
dengan rata-rata produksi 5.6 ton/ha), Metsizo (PSB Rc72H dengan waktu
penanaman 123 hari dan rata-rata hasil 5.4 t/ha) dan Panay (PSB Rc76H dengan
waktu penanaman selama 106 hari dan hasil produksi rata-rata 4.8 t/ha).
Benih padi hibrida dihasilkan ketika sel telur dari induk betina buahi oleh
serbuksari dari anther varietas yang berbeda atau galur yang digunakan sebagai
induk jantan. Hasil persilangan kedua induk tersebut disebut sebagai First
Generation atau turunan generasi pertama atau first filial generation dan dikenal
dengan istilah (F1) yang merupakan hasil penyilangan antara dua varietas padi
yang berbeda secara genetik. Padi hibrida pada umumnya memberi peluang hasil
produksi yang lebih tinggi. Menurut IRRI (2006) Benih padi hibrida F1
menghasilkan keuntungannya sekitar 10-15% dibandingkan dengan varietas yang
dihasilkan melalui persilangan sendiri.
3
Menghadapi kondisi lahan budidaya padi yang semakin menyempit, maka
penggunaan varietas hibrida merupakan salah satu solusi yang tepat. Sebelum
melakukan serangkaian proses produksi benih padi hibrida, sebaiknya dianalis
terlebih dahulu standar benih padi hibrida yang telah ditetapkan. Penguasaan
informasi tentang standar kualitas benih dapat memudahkan pengelolaan proses
kegiatan di lapangan budidaya. Sebagai contoh untuk standar kemurnian benih
padi hibrida adalah 98%, artinya penangkar benih harus melakukan roguing
dengan sangat seksama jangan sampai ada varietas lain yang tumbuh selain 2
varietas induk jantan dan induk betina yang direncanakan untuk disilangkan agar
menghasilkan benih padi hibrida. Contoh kedua adalah tentang standar kadar air
maksimal 14%. Dengan adanya pengetahuan tentang informasi standar benih padi
tersebut, maka penangkar benih akan melakukan kegiatan pengeringan benih
sampai dengan kadar airnya ≤14%.
Selain itu, pemintaan terhadap beras dari tahun ke tahun cenderung naik
sejalan dengan laju peningkatan jumlah penduduk. Disisi lain varietas unggul
yang digunakan petani tidak dapat berproduksi lebih tinggi karena keterbatasan
kemampuan genetik tanaman.
4
1. Penyiapan Lahan
Pada Prinsipnya lahan untuk budidaya padi hibrida sama dengan penyiapan lahan
untuk budidaya padi biasa (inhibrida)
2. Persemaian
3. Penanamaan
5
Varietas yang digunakan
Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan telah didapat beberapat beberapa
varietas padi hibrida yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian maupun
introduksi dari negara China, Vietnam, Jepang dan lain-lain yaitu :
Varitas rokan
Varietas Maro
Varietas Intani 1
Varietas Intani 2
Varietas Miki 1
Varietas Miki 2
Varietas Miki 3
4. Pemupukan
Musim Kemarau
Musim Hujan
6
Waktu pemberian : (1). Saat tanam : 50 kg Urea + 100 kg SP36 + 100 kg
KCL/ha. (2). 4 Minggu setelah tanam : 75 kg Urea/ha. (3). 7 Minggu
setelah tanam : 75 kg Urea + 50 kg KCL/ha. (4). 5% berbunga : 50
Urea/ha
5. Pemeliharaan Tanaman
Padi hibrida yang ada pada saat ini peka terhadap penyakit tungro dan
hama wereng coklat. Maka padi hibrida yang dikembangkan di daerah
endemis hama dan penyakit perlu diterapkan PHT dengan monitoring
keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng secara intensif.
Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitoring penerbangan
ngengat penggerek batang.
Pada prinsipnya secara panen dan pasca panen padi hibrida tidak beda dengan
padi biasa (inhibrida). Penentuan saat panen sangat berpengaruh terhadap kualitas
gabah. Tanaman padi yang dipanen muda juga digiling akan menghasilkan banyak
beras pecah. Ciri-ciri tanaman padi yang siap untuk dipanen adalah :
Peralatan panen dapat digunakan sabit bergerigi atau reaper dan dilaksanakan
secara beregu. Hasil panen dimasukan kedalam karung kemudian dirontokkan
7
dengan pedal thresher atau power thresher. Keterlambatan perontokan dan
pengeringan akan mengakibatkan butir kuning.
Selama perontokan agar menggunakan alas dari anyaman bambu, tikar plastik,
sehingga gabah hasil perontokan mudah dikumpul kembali. Gabah setelah
dirontok dibersihkan dari kotoran gabah hampa dan benda asing lainnya.
Pembersihan gabah akan mempertinggi efisiensi pengolahan hasil, mempertinggi
daya simpan dan harga jual per satuan berat.
Pengeringan agar menggunakan lantai jemur, bila tidak ada panas matahari dapat
menggunakan dryer. kematangan gabah dan alat penggilingan sangat menentukan
rendemen, tingkat kehilangan hasil dan mutu beras. Umur tanaman yang belum
optimal dan tidak seragam akan menurunkan mutu berat dan rendemennya.
Tentu saja, semua produk akan memiliki dua sisi bersebelahan. Di satu sisi, padi
hibrida memiliki keunggulan seperti hasil yang lebih tinggi daripada hasil padi
unggul biasa (inbrida) dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap
gulma. Namun di sisi lain, padi hibrida juga punya kelemahan. Karena produk
hibrida memanfaatkan teknologi tinggi dan berbiaya mahal, maka konsekuensinya
harga benih juga relatif mahal.
Di samping itu, ada satu sifat produk hibrida yang menyulitkan dalam upaya
pengadaan benih oleh petani, yakni sifat “sekali pakai”. Artinya, petani harus
membeli benih baru setiap kali akan tanam karena benih hasil panen sebelumnya
8
dari benih hibrida tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikut. Tidak semua
galur atau varietas dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida. Dengan kata lain,
pengadaan benih padi hibrida menuntut penguasaan teknologi dan investasi usaha
yang besar.
Hingga saat ini, varietas padi hirbida yang sudah dilepas mencapai lebih dari 20
varietas. Meskipun pada awalnya terdapat banyak kekhawatiran, kini tersedia
hibrida dengan kualitas gabah yang baik dan ketahanan yang lebih baik terhadap
hama dan penyakit. Untuk memproduksi padi hibrida, selain perlu ada sistem
produksi dan distribusi beih nasional, program jaminan mutu nasional, juga perlu
ada kemampuan nasional untuk mengawasi produksi galur dan benih.
1. Diperlukan adanya galur mandul jantan (GMJ atau Galur A atau CMS line) –
varietas padi tanpa serbuk sari yang hidup dan dianggap berfungsi sebagai tetua
betina dan menerima serbuk sari dari tetua jantan untuk menghasilkan benih
hibrida.
2. Diperlukan adanya galur pelestari (Galur B atau maintainer line) – varietas atau
galur yang berfungsi untuk memperbanyak atau melestarikan keberadaan GMJ.
Sampai saat ini sudah dilepas lebih dari 20 varietas padi hibrida,
diantaranya adalah Intani 1, Intani 2, Rokan, Maro, Miki 1, Miki 2, Miki 3,
9
Longping Pusaka 1, Longping Pusaka 2, Hibrindo R-1, Hibrindo R-2, Batang
Samo, Hipa 3, Hipa 4, PP1, Adirasa, Mapan 4, Manis 5, Bernas Super, dan Bernas
Prima.
Tabel 1. Daya hasil padi hibrida dari data percobaan tahun 2002 di beberapa
sentra produksi padi di Sumatera
Perikanan
Daya hasil
produktivitas
No Hibrida data plot Lokasi/Musim
skala luas
(t/ha) GKG*)
(t/ha)**)
1. Maro 6,44 5,15 Asahan, MK 2002
2. Maro 5,24 4,19 Simalungun, MK 2002
3. Rokan 6,27 5,02 Simalungun, MK 2002
4. Intani-1 5,61 4,49 Simalungun, MK 2002
5. Maro 5,60 4,48 Tanah Datar, MK 2002
6. Rokan 6,84 5,47 Lampung Selatan, MK 2002
7. Intani 5,58 4,46 Lampung Selatan, MK 2002
8. Maro 6,21 4,97 Musi Rawas, MK 2002
9. Rokan 6,76 5,41 Musi Rawas, MK 2002
Rata-rata 6,06 4,85
Sumber : Puslitbangtan, 2003
*) Daya hasil dari konversi plot 10 m2 menjadi ton/hektar.
**) Perkiraan produktivitas skala luas = hasil konversi plot –20%
10
Tabel 2. Daya hasil padi hibrida dari data percobaan tahun 2002/2003 di
beberapa sentra produksi padi di Jawa
Uji daya hasil padi hibrida di sentra produksi padi di Jawa menunjukkan
produktivitas yang lebih tinggi, antara 6 hingga 11 ton/ha gabah kering
berdasarkan data plot 10 m2. Setelah dikoreksi 20% daya hasil padi hibrida
menjadi 4,8 hingga 8,9 ton/ha, atau rata-rata 6,6 ton/ha. Daya hasil padi hibrida di
Jawa itu pun tidak sangat spektakuler, karena padi varietas murni pun pada
kondisi optimal dapat menghasilkan 7-8 ton/ha.
Selain daya hasilnya yang tidak spektakuler sangat tinggi, padi hibrida
yang tersedia juga masih memiliki beberapa kelemahan, seperti rasa nasinya yang
kurang enak, peka terhadap hama wereng coklat dan penyakit hawar daun
(kresek). Untuk mendapatkan produksi yang maksimal, padi hibrida harus
ditanam pada tanah yang subur, hara tanah cukup tersedia, dosis pupuk optimal,
pengairannya cukup, OPTnya dikendalikan, dan pengelolaan tanaman secara
keseluruhan dilakukan dengan baik.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Hibrida adalah produk persilangan antara dua tetua padi yang berbeda secara
genetik. Apabila tetua-tetua diseleksi secara tepat, maka hibrida turunannya
akan memiliki vigor dan daya hasil yang lebih tinggi daripada kedua tetua
tersebut.
Teknik produksi padi lokal dan hasil introduksi masih belum cukup untuk
mengatasi hal tersebut, oleh sebab itu dibutuhkan alternatif baru yaitu
produksi benih padi hibrida.
Keunggulan padi hibrida yaitu hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul biasa
dan vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma.
Padi hibrida juga mempunyai kelemahan yaitu harga benih yang sangat mahal
karena penggunakan mesin-mesin berteknologi tinggi.
12
DAFTAR PUSTAKA
IRRI Rice Knowledge Bank dan Satoto. 2006. Padi Hibrida. Available at
http://www.pustaka-deptan.go.id/bppi/lengkap/bitp07009.pdf diakses pada 11
November 2009 pukul 16.30.
Sukirman, dkk. 2006. Teknik Produksi Benih Untuk Keperluan Uji Daya Hasil
Padi Hibrida. Available at http://www.pustaka-
deptan.go.id/bppi/lengkap/bt11206k.pdf diakses pada 12 November 2009 pukul
03.00.
13
Sumarno. 2006. Mengapa Hibrida Padi Tidak Sesukses Hibrida Jagung?.
Available at http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/120/pdf/Mengapa
%20Hibrida%20Padi%20Tidak%20Sesukses%20Hibrida%20Jagung?.pdf diakses
pada 11 November 2009 pukul 16.40.
14