You are on page 1of 17

PENGARUH EKONOMI DALAM PEMBELOKAN ARAH POLITIK

LUAR NEGAERI INDONESIA


Sebuah analisis terhadap kinerja IMFdalam reformasi ekonomi dan pengaruhnya pada kebijakan
luar negeri Indonesia

Disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir semester


mata pelajaran
Politik Luar Negeri dan Diplomasi Republik Indinesia

Dosen Pengampu :
Prof. Dr.Jahja Muhaimin

Oleh:
HASTO SISWANTO
08/270805/SP/23102

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008

1
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah penulis yang berjudul “Pengaruh Ekonomi Dalam
Pembelokan Arah Politik Luar Negeri Indoneisa” ini penulis membahas tentang kinerja
IMF dalam reformasi ekonomi yang berakibat pada ketergantungan ekonomi Indonesia
pada negara negara maju dan berujung pada distorsi independency Indonesia dalam
menetukan dan melaksanakan kebijakannya. Suatu masalah yang selalu dihadapi negara
berkembang kaetika dihadapkan pada ketergantungan ekonomi yang disertai dengan
intervensi politik di dalamnya.
Makalah yang penulis susun sebagai tugas akhir untuk memenuhi kriteria salah
satu penilaian bagi Ujian Akhir Semester ini tentunya masih memiliki banyak kelemahan,
baik dari segi data-data kuantitatif yang kami paparkan, maupun pada tingkat analisis
demi menghasilkan data kualitatif, oleh karenanya kritik yang membangun -yang mampu
memperbaiki kualitas substansi makalah- dari semua pihak sangat kami apresiasi secara
positif.
Akhir kata, semoga apa yang kami paparkan dalam makalah ini mampu
memberikan sumbangsih bagi perkembangan pengetahuan, bagi kelompok kami sendiri
secara partikular, maupun bagi masyarakat umum secara general. Ucapan terima kasih
kami haturkan bagi pihak-pihak yang membantu dalam pelaksanaan dan penyusunan
makalah, baik dari segi kritik yang disampaikan, maupun sumbangsih ide yang berguna
bagi koreksi kesalahan makalah kami.

Yogyakarta, 8 Januari 2009

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menjelang meletupnya krisis ekonomi yang dipicu oleh krisis keuangan pada
pertengahan tahun 1997, Indonesia termasuk di antara beberapa negara berkembang yang
dinilai sebagai sangat berhasil dalam pembangunannya. Ekonomi Indonesia termasuk di
antara ekonomi di beberapa negara Asia yang mengalami kemajuan sedemikian rupa
sehingga disebut sebagai miracle.
Beberapa indikator makro kondisi ekonomi Indonesia beberapa saat sebelum krisis
dapat diangkat kembalis ebagaibukti. Peningkatan pendapatan per-kapita. Dalam kurun
waktu tiga puluh tahun, sejak tahun 1965 sampai 1995, PDB per-kapita secara riil
mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 6,6% setiap tahunnya. Pada pertengahan tahun
1960-an Indonesia lebih miskin dari India, kemudian pada pertengahan tahun 1990-an
PDB per-kapita Indonesia melampaui US$ 1.000 yang berarti lebih dari tiga kalinya India
(World Bank 1997). Lalu datanglah krisis keuangan Asia yang kedatangannya seperti
tiba-tiba kemudian menyeret Indonesia mundur beberapa tahun ke belakang. Ekonomi
kembali meluncur kebawah dan poltik harus kembali belajar untuk bangkit kembali. Hal
ini menjadi kesempatan emas bagi IMF untuk meneruskan hegemoni negar negara maju
dalam meng-eksploitasi kembali Indonesia.
Sebuah pijakan yang menarik ketika negara negara maju menggunakan sistem baru
dalam menerapkan neokolonialisme di negara negara pinggiran melalui reformasi
ekonomi oleh IMF yang berujung pada ketergantungan negara berkembangm pada negara
maju. Sebuah ulasan yang menarik ketika ketergantungan berkembang menjadi intervensi
dan dependensi negara berkembang termasuk Indoensia.
Tulisan ini bermaksud untuk mengemukakan uraian mengenai situasi Indonesia
dalam ketergantungan ekonomi dengan IMF yang berujung pada dependensi Indonesia
dalam menentukan dan melaksanakan kebijakannya. Mengulas paket paket kebijakan
reformasi ekonomi olah IMF yang disertai dengan transformasi ekonomi Indonesia dalam
pembentukan pasar bebas dan pengintegrasian sistem ekonomi menjadi ekonomi
internasional yang berbasiskan liberalisme yang berujung pada neokolonialisme negara
negara maju atas Indonesia.

3
B. LANDASAN TEORI
Berpedoman pada Dependency Theory (Teori Ketergantungan) dijaleskan bahwa
ketergantungan adalah keadaan dimana kehidupan ekonomi negara tertentu dipengaruhi
oleh perkembangan dan ekspansi dari kehidupan ekonomi negara lain. Hal ini kemudian
menjadi pijakan utama dalam penulisan ini. Konsep ketergantungan memperlihatkan
bahwa situasi internal suatu negara sebagai bagian dari ekonomi dunia. Ekspansi kaum
kapitalis menciptakan ketergantungan karena menciptakan pasar yang monopolistik.
Negara negara liberal juga mencipatakan sistem baru dalam menanamkan liberalisme
yaitu melalui lambaga keuangan (IMF) untuk kembali menanamkan intervensi politik
dalam kebijakn kebijakan negara tersebut.

C. RUMUSAN MASALAH
Pada penulisan ini, penulis mengajukan rumusan masalah mengenai implikasi
ketergantungan ekonomi terhadap IMF bagi kebijakan luar negeri Indonesia .

D. HIPOTESA
Pada penulisan ini, penulis mengambil kesimpulan sementara bahwa pada
dasarnya hutang Indonesia pada lembaga Internaional IMF telah membawa
ketergantungan ekonomi yang berdampak pada distorsi terhadap independensi Indoneisa
dalam menentukan dan melaksanakan kebijakan luar negerinya.

4
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
A. REFORMASI EKONOMI SEBAGAI MANIFESTASI LIBERALISME
EKONOMI DI INDONESIA
Krisis ekoomi yang berlanjut menjadi resesi, depresi dan stagflasi yang melanda
Indonesia telah membawa berbagai dampak negative yang menuntut pemerintah untuk
segera berkosentrasi pada upaya keluar dari krisis. Hal tersebut yang kemudian
memberikan celah bagi IMF untuk mensignifikansikan perannya dalam penerapan
neoliberalisme dengan mengusung pasar bebas sebagai salah satu kajian utama untuk
diwujudkan. Secara parsial, penerapan neoliberalisme1 di Indonesia sudah berlangsung
sejak tahun 1980-an. Hal itu antara lain ditandai dengan dilakukannya kampanya besar
dregulasi dan debirokratisasi pada pertengahan 1980-an, dimulainya liberalisasi keuangan
pada tahun 1987, serta dimulainya pelaksanaan privatisasi BUMN pada awal 1990-an2.
Namun, pada dasarnya pelaksanaan agenda agenda ekonomi neoliberal secara
masif baru berlangsung setelah Indonesia mengalami krisis moneter pada pertengahan
1997, menyusul keterlibatan IMF dalam proses pemulihan ekonomi Indonesia,
pemerintah sejak itu secara resmi mengamalkan neoliberalisme sebagai paradigma baru
dalam mengelola ekonomi Indonesia.

“ the program for the reform and privatization of the state-owned…


A range of structural fiscal reforms is being implemented to underpin the increased
efficiency, transparency, and institution building planned for the public finances).
Policies governing tax holidays and free trade zones are being rationalized to
keep the tax system from being used to promote or discourage specific sectors,
industries, or regions, thus reducing abuse and evasion..”3

1
Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberalisme mengacu pada filosofi
ekonomi-politik yang mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi
domesik.Paham ini menggunakan mtode pasar bebas, pembatasan yang sedikt terhadap perilaku bisnis dan
hak hak milik pribadi. Dalam kebijakan luar negeri, neoliberaisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar
yang merujuk pada perdagangan bebas melalui cara politis , menggunakan tekanan ekonomi, diplomasi
dan/atau intervensi militer
2
Rizal Malarangeng, Mendobrak Sentralisme Ekonomi, 2002, Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia
3
Termuat dalam LoI RI – IMF tahun 2000 pada BAB IV mengenai STRUCTURAL REFORM bagian A
mengenai Fiscal and Trade Policy Reforms angka 30 mengenai pembenahan struktur ekonomi.

5
Reformasi ekonomi yang diajukan oelh IMF dengan menjadikan Liberalisasi
sebagai fondasi utama dalam proses pembangunan ekonomi di Indonesia, telah
mengakibatkan terbentuknya sebuah transformasi perekonomian yang secara structural
menghantarkan Indonesia menuju perekonomian pasar bebas. Sesuai dengan tuntutan
ekonomi neoliberal, peranan negara dalam penyelenggaraan perekonomian harus dibatasi
sebagai regulator atau sebagai pembuat dan pelaksana regulasi tersebut. Berkurangnya
peranan negara yang diiringi dengan meningkatnya dominasi swasta secara konseptual
dan struktural dalam penyelenggaraan perekonomian akan mengakibatkan adanya distorsi
terhadap Independency negara dalam penyelenggaraan perekonomian sehingga jika
dilihat dari sudut proses pembatasan perananan negara, pelaksanaan reformasi ekonomi
sebagai bagian dari Liberalisasi yang disung IMF dapat dipahami sebagai sebuah proses
sistematis untuk memarginalkan peran negara dan mentranformasikan perekonomian
Indonesia pada pasar bebas.

Dalam agenda reformasi IMF, liberalisai dalam seluruh kegiatan ekonomi


merupakan keharusan dan mekanisme pasar bebas merupakan suatu kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini yang kemudian menghantarkan
Indonesia dalam transformasi ekonomi menuju pasar bebas penyelenggaraan ekonomi.

6
Sesuai dengan teori ekonomi konvensional Klasik maupun Neoklasik yang
mendasari adanya pembagian kerja yang didasarkan pada teori keunggulan komparatif
(comparative advantages)4, negara negara yang terlibat dalam perdagangan bebas harus
melakukan spesialisasi produksinya 5 sehingga, disebutkan dalam konsep tersebut, negara
yang terlibat dalam perdagangan bebas akan mendapatkan efisiensi profit. Namun,
pelaksanaan perdagangan bebas yang didasarkan pada spesialisasi hanya menempatkan
negara berkembang termasuk Indonesia dalam perdagangan yang tidak seimbang. Hal ini
lebih dikarenakan karena pasar untuk komoditas komoditas primer yang pada umumnya
dihasilkan negara negara berkembang sangan kompetitif dan harga lebih ditentukan
pembeli (buyer’s market)6, sedangkan untuk komoditas hasil spesialisasi negara maju
pada umumnya memiliki tingkat monopoli tinggi.
Hubungan dagang yang tidak seimbang dan eksploitatif yang disertai
terintegrasinya Industri yang sedang tumbuh pada sistem perdagangan internasional
hanya menempatkan negara berkembang termasuk Indonesia pada keterbelakangan dan
ketergantungan yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya distorsi pada independency
negara dalam menentukan kebijakan.

B. IMPLIKASI REFORMASI EKONOMI DALAM KONSTELASI POLITIK


DAN STRUKTUR KENEGARAAN
Agenda reformasi ekonomi yang diajukan oleh IMF melalui LoI antara RI-IMF
merupakan sebuah konsesi yang harus diterima oleh Indonesia sebagai bentuk kerjasama
pemulihan ekonomi pasca krisis yang pada dasarnya lebih menekankan adanya
restrukturisasi kenegaraan. Pembenahan struktur kenegaraan tersebut lebih menitik
beratkan pada pengintegrasian sistem ekonomi Indonesia pada sistem pasar bebas dengan
pemaknaan konstekstual atau semacam reinterpretasi adanya pembenahan peran negara
dalam penyelenggaran perekonomian.

4
Teori keunggulan komparatif (comparative Advantage) merupakan teori yang dikemukakan david Ricardo
yang mendasarkan teori pada perbedaan biaya oppurtunitas dalam memproduksi barang/jasa. Dalam teori
ini disebutkan bahwa dalam perdagangan bebas antar dua negara akan menguntungkan selama diantara
kedua negara memliki perbedaan biaya oportunitas dalam memproduksi barang/ jasa sehingga dapat
menciptakan spesialisasi produk dimana setiap negara memusatkan diri pada pembuata produk tertentu.
5
Deliarnov, Ekonomi Politik, 2006, Jakarta:Erlangga hal 74
6
Buyers market atau pasar pembeli yaitu pasar yang ditandai oleh penawaran yang secara nisbi melebihi
permintaan sehingga harga cenderung menurun dan menguntungkan pembeli.

7
Eksplanasi tentang format peran negara dalam sistem liberal lebih terfokuskan
pada free market system dimana peran negara secara langsung mengalami penyempitan
dalam pengelolaan sumber ekonomi karena dalam eprekonomian pasar ada keharusan
normatif bagi sektor pemerintah untuk mengurangi keterlibatannya dalam wilayah
wilayah dimana pasar bekerja.
Tabel : Klasifikasi Sistem sistem Ekonomi7
Klasifikasi Liberalisme Sosialisme Pasar Sosialisme
Organisasi pengaturan dan Lebih Lebih Lebih terpusat
pengambilan keputusan terdesentralisasi terdesentralisasi
Pemilikan kekayaan Dominan privat Dominan kolektif Dominan
produktif negara
Sistem Insentif Dominan materi Materi dan moral Materi dan
moral

Konsep pembangunan berdasarkan pasar bebas yang menjadi agenda utama


dalam reformasi ekonomi yang diajukan oleh IMF merupaka sebuah strategi global dan
integral dari sebuah paket kebyang dikenal sebagai kebijakan Washington Consensus8
.Dalam kebijakan kebijakan tersebut ditegaskan bahwa pembentukan perdagangan bebas
merupakan prioritas utama dari strategi negara maju terutama Amerika dalam
pembenahan ekonomi internasional seperti yang termuat dalam The National Security
Strategi of The United States of America tertanggal 22 September 2002 berikut :

”...the United States will use this moments of opportunity to extend the
benefits of freedom acrros the globe. We will actively work to bring the hope for
democracy, free markets, and free trade to every corner of the world…an
effective strategy must try to expand the flows as well. Free markets and free
trade are key priorities of our national security strategy..”9

Formatisasi ekonomi Indonesia menuju perwujudan ekonomi neoliberal setelah


ditandatanganinya LoI RI – IMF ditunjukan dengan perumusan kebijakan ekonomi

7
Didik Rachbini, Ekonomi Politik: Kebijakan dan Strategi Pembangunan, 2004, Jakarta : Granit
8
Konsesus Washington dibentuk pada tahun 1989 yang menjadi tanda kerjasama antara IMF, World Bank
dan Badan keuangan AS (US Treasury) dalam mengembangkan sistem ekonomi pasar bebas dengan tiga
pilar ekonomi yaitu stabilitas makroekonomi, liberalisasi (modal dan uang), dan privatisasi.
9
Revrisond Baswir, Mafia Berkeley dan Krisis Ekonomi Indonesia, 2006, Yogyakarta: Pustaka Relajar,
hal 71

8
Indonesia yang hampir sepenuhnya mengacu pada kebijakan konsesus Washington yang
antara lain meliputi pelaksanaan kebijakan uang ketat dan penghapusan subsidi,
liberalisasi sektor keuangan dan perdagangan serta pelaksanaan privatisasi BUMN.
Tranformasi ekonomi menuju sistem ekonomi Liberal yang termuat dalam agenda
reformasi IMF telah memangkas wewenang pemerintah dalam pengelolaan sumber
ekonomi. Hal ini ditunjukan dengan adanya swatanisasi badan usaha milik negara
pemerintah termasuk pelaksanaan program privatisasi BUMN untuk memenuhi
kewajiban pemerintah kepada IMF sebagaimana tercantum dalam Letter of Intent .

*Sumber : Djokosantoso Moeljono dalam buku “Reinvensi BUMN”


Dalam teori dependencia, disebutkan bahwa dengan adanya penetrasi ekonomi
secara financial yang ditunjukan dengan meningkatnya ketergantungan perekonomian
negara negara berkembang pada negara maju akan mengakibatkan adanya distorsi
sosial politik yang pada akhirnya menyebabkan melemahnya Independency pemerintah
dalam menentukan kebijakan. Fungsi pemerintah dalam perekonomian cenderung
berubah, dari melayani dan melindungi kepentingan rakyat berubah fungsi menjadi
pelindung kepentingan eksternal behkan lebih jauh lagi, distorsi sosiopolitik tersebut
akan diperparah dengan terkikisnya fondasi integrasi sosial yang disebabkan terjadinya
pelebaran kesenjangan sosial dan ekonomi serta meningkatnya dominasi eksternal
dalam penentuan kebijakan public

9
C. KETERGANTUNGAN EKONOMI INDONESIA SEBAGAI HASIL SISTEM
EKONOMI PEMBANGUNAN UTANG (IMF) DAN PENGARUHNYA PADA
KEBIJAKAN LUAR NEGERI
Perubahan paradigma ekonomi dari pembangunan yang didorong oleh
pemerintah (government led) menjadi pembangunan yang didorong oleh pasar (market
led) menyebabkan terjadinya pergeseran kekuasaan dari negara ke perusahaan
Internasional, dan dari sistem politik ke sistem ekonomi10. Hal ini mengakibatkan
kebijakan kebijakan di bidang sosial ekonomi diambil alih oleh negara negara Industri
maju melalui institusi institusi atau badan badan yang mereka control.
Paradigma pembangunan yang didorong oleh pasar dan pinjaman luar negeri
pada dasarnya akan menimbulkan ketergantungan ekonomi negara berkembang yang
pada akhirnya menjadi penghambat tumbuhnya kemandirian ekonomi negara negara
berkembang yang disertai dengan adanya kontraksi sosial dab marginalisasi peran
pemerintah.
Posisi ketergantungan ekonomi inilah yang menjadi dasar negara negara maju
untuk mengintervensi Indonesia dalam pengambilan kebijakan luar negeri dan disisi
lain menurunkan bargaining power Indonesia ketika berhadapan dengan negara center.
Dalam teori dependencia, penetrasi ekonomi baik secara financial maupun tekhnologis
yang disertai dengan ketergantungan eksternal menyebabkan timbulnya distorsi besar-
besaran dalam struktur ekonomi “pinggiran” (phery phery), yang pada akhirnya
menimbulkan konflik sosial dan mendorong timbulnya penindasan negara terhadap
rakyat di masyarakat negara tersebut dengan disertai adanya intervensi terhadap
pengambilan kebijakan11 .
Ketergantungan ekonomi inilah yang pada akhirnya mengahantarkan Indonesia
pada marginalisasi peran Negara dan meningkatnya dominasi swasta dalam
penyelenggaraan perekonomian yang disertai dengan distorsi terhadap Independensi
peranan negara dalam membuat dan melaksanakan kebijakan yang akan dijelaskan
dalam model sederhana kerangka teori dependencia sebagai berikut.

10
Deliarnov, Ekonomi Politik, 2006, Jakarta:Erlangga hal 74
11
Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, 1990, Jakarta : LP3S
hal 242

10
12

Teoritisi dependencia menginterpretasikan fenomena pembangunan yang


mengalami distorsi itu secara khas, mereka berpendapat bahwa distorsi dalam
perkembangan negara negara pinggiran itu adalah akibat dari pola ketergantungan dan
penetrasi yang digambarkan diatas dan memang ada bukti yang menunjukan korelasi
positif antara penetrasi asing dengan distorsi perkembangan negara pinggiran itu
termasuk Indonesia. Bagan diatas menunjukan keterkaitan antara penetrasi dan distorsi
ekonomi tersebut dengan distorsi lain dalam sosial dan politik negara pinggiran .
Kerangka teori dependencia yang dikemukakan pada bab sebelumnya,
menunjukan adanya sebuah hubungan feodal dimana dalam struktur hubungan tersebut
terdapat pembagian antara Negara Center dengan tingkat dominasi serta monopoli yang
tinggi dan Negara phery phery yang merupakan negara dengan posisi tawar rendah,
Struktur hubungan antara Negara Center dan Negara phery phery akan dijelaskan
sebagai berikut.
12
* Mochtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi, 1990, Jakarta : LP3S hal
239

11
C = Center
P = Phery phery
a) Interaksi antara satu negara Phery phery yang berada dibawah satu center dengan
center yang lain sangat jarang.
b) Interaksi antara satu negara center dengan negara Phery phery yang berada dibawah
negara pengaruh center lain sangat jarang meskipun ada umumnya dilakukan
melalui campur tangan negara center.

Pada struktur hubungan tersebut, Negara Center dan Pheryphery


mengembangkan suatu mekanisme pembagian kerja dalam interaksi secara vertikal. Hal
ini mengakibatkan adanya dominasi politik oleh negara maju yang ditunjukan dengan
adanya kepemilikan hak-hak prerogratif dan tanggung jawab yang lebih besar.13. Dalam
struktur hubungan dengan pola diatas, setiap Negara Phery phery mengarahkan
hubungannya dengan lebih terfokus pada Negara Centernya meskipun terjadi interaksi
diluar hal tersebut pada umumnya tetap dilakukan melalui campur tangan dan pengaruh
center, yang pada akhirnyaakan mengakibatkan marginalisasi peran negara phery phery
dalam politik internasional yang disertai dengan distorsi Independensi negara phery phery
termasuk Indonesia dalam mengambil dan melaksanakan kebijakan luar negerinya.
13
Mochtar Mas’oed, Ekonomi – Politik Internasional dan Pembangunan, 2003, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, hal 88
* Ibit, hal 90

12
KESIMPULAN
Argumentasi dan penemuan penemuan yang dikemukakan diatas berkesimpulan,
bahwa pada akhirnya pelaksanna paket kebijaksanaan yang dianjurkan oleh IMF kepada
negara negara berkembang penghutang besar akan membawa negara negar ini termasuk
Indonesia ke daqlam situasi finansial insolvency yang parah disertai dengan dominasi
asing dalam perekonomian nasional.
Akibat dari adanya bantuan IMF menyebabkan pemerintah Indonesia harus
menerima berbagai persyaratan pinjaman dari IMF yang ditandai dengan
penandatanganan LoI antara Indonesia dengan IMF artinya pemerintah Indonesia
memberikan peluang bagi IMF untuk ikut serta dalam perancangan dan pembuatan
banyak keputusan penting di bidang ekonomi yang menyankut kebijakan makro ekonomi
dan reformasi structural yang disertai dengan distorsi terhadap Independensi peranan
negara dalam membuat dan melaksanakan kebijakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alun, Tawang. 1992. Analisa Ekonomi Utang Luar Negeri. Jakarta : LP3S
Baswir, Revrisond. 2006. Mafia Berkeley dan Krisis Ekonomi Indonesia. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta : Erlangga
Hadi, Syamsul. 2004. Strategi Pembangunan Indonesia Pasca IMF. Jakarta : Granit.
George, Susan. 1992.The Debt Boomerang: How Third World Debt Harms Us All. San
fransisco : Westview Press.
Gie, Kwik Kian. 1999. Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transisi Politik. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hudson, Michael. 2003. Super Imperialism :The origin and Foundamentals of US World
Dominance. London : Pluto.
Ismawan, Indra. 2002. Di Bawah Cengkraman IMF: Peran IMF dalam Krisis Ekonomi
Indonesia. Solo : Pondok Edukasi.
Mallarangeng, Rizal. 2002. Mendobrak Sentralisme Ekonomi. Jakarta : Kepustakaan
Populer Gramedia.
Mas’oed, Mochtar.1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
LP3s
Mas’oed, Mochtar. 2003. Ekonomi Politik Internasionaldan Pembangunan. Yogyakarta :
Pustaka pelajar.
Moeljono, Djokosantoso.2006 Reinvensi BUMN : Empat Strategy Membangun BUMN
kelas Dunia. Jakarta : Elex Media Komputindo.
Payer, Cheryl. 1974. The Debt Trap: The IMF and the Third World. New York: Monthly
Review Press.
Stiglitz, Joseph Eugene. 2002. Globalisation and Its Discontent. New York: W.W Norton
and Company.

14
TABEL 1.1
RISALAH BUTIR BUTIR KEBIJAKAN
LETTER OF INTENT IMF14

Kebijakan
NO Kelompok Baru Pengulangan Lanjutan Jumlah
1. Restrukturisasi 171 57 99 327
Perbankan
2. Restrukturisasi Utang 56 20 38 114
Perusahaan
3. Desentralisasi 22 2 17 41
4. Lingkungan 12 _ 33 45
5. Fiskal 76 36 57 169
6. Perdagangan Luar 18 27 37 82
negeri
7. Deregulasi dan Investasi 19 25 12 56

8. Reformasi Hukum 31 11 17 59
9. Pinjaman dan 75 23 33 131
Pemulihan Aset
10. Kebijakan Moneter dan 44 48 13 105
Bank Sentral
11. Privatisasi BUMN 39 20 61 120
12. Jaring Pengaman Sosial 8 4 14 36

13. Lain Lain 11 6 9 26


TOTAL 582 297 440 1301

SUMBER: BAPPENAS 2002

14
Syamsul Hadi, Stretegi Pembangunan Indonesia Pasca IMF, 2004, Jakarta : Granit hal 102

15
TABEL 1.215
PERKIRAAN UANG PANAS DI INDONESIA*
NO JENIS AKHIR 1996 JUNI 2003
1. Surat Utang Indonesia yang dimiliki 13,5 1,5
investor asing**
2. Saham di BEI yang dimiliki investor asing 23,3 9,5
3 Modal orang Indonesia yang kembali _ 1,5
melalui Reksa Dana
4. Perkiraan uang panas 36,8 12,8
5. Cadangan devisa Indonesia 24,0 33,8
6 Rasio uang panas 153,3 37,8
*dalam Miliar USD
** Obligasi yang diterbitkan di dalam negeri, SBI, Commercial pepers, dan
promissory notes
Sumber: Bank Indonesia

DAFTAR ISI

15
Deliarnov, Ekonomi Politik, 2006, Jakarta:Erlangga hal 180

16
Kata Pengantar………………………………………………………………………….. 1
Pendahuluan
BAB I……………………………………………………………………………......2
Pembahasan Masalah
BAB II………....…………………………………………………………………... 4
Kesimpulan……………………………………………………………………………...
12
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………. 13
Lampiran 1……………………………………………………………………..… 14
Lampiran 2……………………………………………………………………….. 15

17

You might also like