You are on page 1of 12

Kritik Sanad-Matn dalam Ilmu Hadits

dan Kritik Ektern dan Intern dalam Sejarah; Suatu Perbandingan


oleh: M. Mukhlis Fahruddin*

Pendahuluan
Hadits Nabi merupakan sumber ajaran Islam, disamping al-Qur’an. Di lihat dari
periwayatannya hadits berbeda dengan al-Qur’an. untuk al-Qur'an, semua periwayatanya
berlangsung secara mutawatir, sedang untuk hadits, sebagian periwatannya berlangsung
secara mutawattir dan sebagian lagi berlangsung ahad. Hadits mengenal istilah shohih,
hasan, bahkan ada mardud dan dhoif dan lainya yang hal itu berarti kita harus
menolak/memperlakukan berbeda hadis itu, sedangkan dalam al-Qur'an tidak mengenal
hal itu kerena al-Qur'an dari segi periwayatannya adalah mutawatir yang tidak lagi
diragukan isinya, tetapi dalam kaitan hadits kita harus cermat, siapa yang meriwayatkan,
bagaimana isinya dan bagaimana kualitasnya, kualitasnya dari hadis ini juga akan
berpengaruh pada pengambilan hadits dalam pijakan hukum Islam.

Dari uraian diatas menyimpulkan al-Qur'an tidak lagi perlu dilakukan penelitian terhadap
keasliannya, karena sudah tidak ada keraguan terhadapnya. sedangkan hadits perlu sikap
kritis untuk menyikapi kehadirannya dengan diadakan penelitian, dari penelitian ini akan
diketahui bahwa hadits ini memang benar dari Nabi Muhammad dan bukan hadits yang
palsu. Penelitian ini bukan meragukan keseluruhan hadis Nabi tetapi lebih kepada kehati-
hatian kita dalam pengambilan dasan hukum dalam agama. Inilah bukti bahwa kita benar-
benar ingin mengikuti Nabi Muhammad dan menjalankan Islam sepenuhnya.

Dari pentingnya permasalahan ini maka muncullah berbagai macam kritik atas hadits
dengan hadirnya metodologi kritik hadis atau metodologi penelitian hadits. Dalam ilmu
hadits tradisi penelitian ini lebih difokuskan kepada unsur pokok hadis yaitu sanad, matan
dan rawi(1) . Dalam ilmu sejarah, penelitian matn atau nagdul matn dikenal dengan
istilah kritik intern, atau an-naqdud dakhili, atau an-naqdul-batini. Untuk penelitan sanad
atau naqdus-sanad, istilah yang biasa dipakai dalam ilmu sejarah ialah kritik ekstern, atau
an-naqdul-khariji, atau an-naqduz zahiri(2) .

Pada tulisan ini penulis hanya memfokuskan pada tradisi kritik/penelitian hadis,
urgensinya, dan kajian sejarah penelitian matn dan sanad hadis. Dari senilah selanjutnya
kita mampu memilah dan memilih secara kritis mana hadis yang perlu diikuti dan mana
yang tidak, dari sinilah juga kita bisa menentukan kualitanya dari hadis tersebut.

Latar Belakang Pentingnya Penelitian Hadis


Dalam studi hadis persoalan sanad dan matn merupakan dua unsur yang penting yang
menentukan keberadaan dan kualitas suatu hadis. Kedua unsur itu begitu penting artinya,
dan antara yang satu dengan yang lainya saling berkaitan erat, sehingga kekosongan salah
satunya akan berpegaruh, dan bahkan merusak eksistensi dan kualitas suatu hadis.
Karenya suatu berita yang tidak memilki sanad tidak dapat disebut sebagai hadis;
demikian sebaliknya matn, yang sangat memerlukan keberadaan sanad(3) .

Ada beberapa faktor yang menjadikan penelitian hadis berkedudukan sangat penting.
Menurut Syuhudi Ismail faktor-faktor tersebut adalah:
1) Hadis Nabi sebagai salah satu sumber ajaran Islam. Kita harus memberikan perhatian
yang khusus karena hadis merupakan sumber dasar hukum Islam kedua setelah al-Qur'an
dan kita harus menyakininya.
2) Tidaklah seluruh hadis tertulis pada zaman Nabi. Nabi pernah melarang sahabat untuk
menulis hadis, tetapi dalam perjalannnya hadis ternyata dibutuhkan untuk di bukukan.
3) Telah timbul berbagai masalah pemalsuan hadis. Kegiatan pemalsuan hadis ini mulai
muncul kira-kira pada masa pemerintahan khalifah ali bin Abi Thalib, demikaian
pendapat sebagaian ulama hadis pada umumnya.
4) Proses penghimpunan hadis yang memakan waktu yang lama. Karena proses yag
panjang maka diperlukan openelitian hadis, sebagai upaya kewaspadaan dari adanya
hadis yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.
5) Jumlah kitab hadis yang banyak dengan model penyusunan yang beragam. Bayaknya
metode memunculkan kriteria yag berbeda mengenai hadis, terkadang kitab-kitab hadis
hanya mengumpulkan/menghimpunn hadis, maka hal ini perlu diteliti lebih lanjut.
6) Telah terjadi periwayatan hadis secara makna, hal ini di khawatirkan adanya
keterputusan sumber informasinya(4) .

Sungguh telah banyak problem yang menimpa otentikan hadis, mulai dari persoalan
ekternal, yakni aksi gugat mengugat yang datang dari kalangan non muslim (orientalis)
maupun muslim sendiri, yang mempersolakan keberadaan hadits. Tokoh-tokoh yang
mempersoalkan keberadaan hadis misalnya Ignas Goldziher dan Yosep Scahcht, dua
orientalis ini sangat getol mengkritik hadis (meragukan otentisitasnya)(5) .

Adapun persoalan yang mengemukakan dari sisi internal, adalah persoalan yang
bersangkutan dari figur Nabi, sebagai figus sentral. Sebagai Nabi akhir zaman, otomatis
ajarn-ajaran beliau berlaku bagi keseluruhan umat, dari berbagi tempat, waktu sampai
pada akhir zaman, sementara hadis itu sendiri turun pada kisaran kehidupan Nabi.
Disamping itu tidak semua hadis mempuyai asbab al-wurud, yang menyebabkan hadis
bersifat umum atau khusus. Dengan melihat kondisi yang melatar belakangi menculnya
suatu hadis, menjadikan sebuah hadis kadang difahami secara tekstual dan secara
kontektual.

Keberadaan Nabi dalam berbagai posisi dan fungsinya yang terkadang sebagai manusia
biasa, sebagai pribadi, suami, sebagai utusan Allah, sebagai kepa;al-Qur'an negara,
sebagai panglima perang, sebagai hakim dan lainya. Keberadan Rasulallah ini menjadi
acuan bahwa untuk memahami hadis perlu dikaitkan dengan peran apa yang beliau
‘mainkan’. Oleh karenaya penting sekali untuk mendudukan pemahaman hadis pada
tempatnya yang proposional, kapan dipahami secara tekstual, kontektual, universl,
temporal, situasional maupun lokal(6) . Itulah pentingnya mengenal ilmu penelitian
hadis, hal ini akan memudahlkan kita memahami hadis disamping itu kita juga bisa
menilai kualitas hadis itu.

Definisi Kritik
Kata kritik merupakan alih bahasa dari kata naqd atau dari kata tamyiz yang diartikan;
sebagai usaha menemukan kekeliruan dan kesalahan dalam rangka menemukan
kebenaran(7) , jadi kritik disini sebagai upaya mengkaji hadis Rasulallah saw. untuk
menentukan hadis yang benar-benar datang dari Nabi Muhammad SAW.

Pengertian kritik dengan mnggunakan kata naqd mengidentfikasikam bahwa kritik studi
harus dapat membedakan yang baik dan yang buruk, sebagai pengimbang yang baik, ada
timbal balik menerima dan memberi, terarah pada sasaran yang dikritik. Adanya unsur
perdebatan yang berarti mengeluarkan pemikiran masing-masing(8) . Dengan demikian,
pengertian kritik harus bertujuan untuk memperoleh kebenaran yang tersembunyi.

Definisi kritik hadis menurut istilah.


a. Menurut Muhammad Tahir al-Jawaby.
"Ilmu kritik hadis dalah ketentuan terhadap para periwayat hadis baik kecacatan atau
keadilannya dengan menggunakan ungkapan-ungkapan tertentu yang dikenal oleh ulama-
ulama hadis. Kemudian meneliti matn hadis yang telah dinyatakan sahih dari aspek sanad
untuk menetukan keabsahan atau ke-dhaifan matn hadis tersebut, mengatasi kesulitan
pemahaman dari hadis yang telah dinyatakan sahih, mengatasi kontradisi pemahaman
hadis dengan pertimbangan yang mendalam(9)"
b. Menurut Muhammad Mustafa Azami
"Kemungkinan definisi kritik hadis adalah membedakan (al-Tamyis) antara hadis-hadis
sahih dari hadis-hadis da'if dan menetukan kedudukan para periwayat hadis tentang
kredibilitas maupun kecacatannya"(10) .

Jika melihat definisi diatas maka sebenarnya kritik sudah ada pada zaman Nabi
Muhammad, pengertian kritik pada masa ini hanya bersifat konfirmatif untuk
memperkuat kebenaran informasi yang diterima. Metode sederhana yang ada pada nabi
menjadi landasan dasar dalam perkembangan ilmu kritik hadis yang sistematis.

Studi/kritik Sanad Hadis


Sedangakan kata sanad menurut bahasa adalah sandaran atau sesuatu yang di jadikan
sandaran. Dikatakan demikian, karena setiap hadis selalu bersandar kepadanya(11) .
Yang berkaitan dengan istilah sanad adalah kata-kata, seperti al-isnad, al-musnid dan al-
musnad. Kata- kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas yang artinya;
menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal, dan mengangkat)(12) maksudnya
ialah menyandarkan hadis kepada orang yang menyatakanya.

Fakta sejarah telah menyatakan bahwa hadis Nabi hanya diriwayatkan dengan
mengandalkan bahasa lisan/hafalan dari para perawarinya selama kurun waktu yang
panjang, hal ini memungkinkan terjadi kesalahan, kealpaan dan bahkan penyimpangan.
Berangkat dari peristiwa ini ada sebagaian kaum muslimin bersedia mencari,
mengumpulkan dan meneliti kualitas hadis, upaya tersebut dilakukan hanya untuk
menyakinkan bahwa hal itu benar-benar dari Nabi.

Sehubungan dengan hal itu, mereka akhirnya menyusun kriteria-kriteria tertentu, sebagai
langkah mereka mengadakan penelitian pada sanad. Bagian-bagian penting dari sanad
yang diteliti adalah; (1) nama perawi, (2) lambang-lambang periwayatan hadis, misalnya;
sami’tu, akhbarāni, ‘an dan annă.. menambahkan hal itu menurut Bustamin, sanad harus
mempunyai ketersambungan, yaitu (1) perawi harus berkualitas siqat (‘adil dan dhabit);
(2) masing-masing perawi menggunakan kata penghubung adanya pertemuan,
diantaranya; sami’tu, hadatsana, hadatsani, akhbirni, qala lana, dhakaran (13)i.

Pada umumnya para ulama dalam melakukan penelitian hanya berkosentrasi pada dua
pertanyaan; Pertama, apakah perawi tersebut layak dipercaya, atau kedua, apakah perawi
tersebut tidak pantas dipercaya(14) . Untuk meneliti isnad/sanad diperlukan pengetahuan
tentang kehidupan, pekerjaan dan karakter berbagai pribadi yang membentuk rangkaian
yang bervariasi dalam mata rantai isnad yang berbeda-beda. Sanad juga untuk memahami
signifikansi yang tepat dari matn, sedangkan untuk menguji keaslian hadis diperlukan
pengetahuan tentang berbagai makna ungkapan yang digunakan, dan juga diperlukan
kajian terhadap hubungan lafadz matn di hadis-hadits yang lain(15) (beberapa di
antaranya memilki kesamaan atau bertolak belakang dengan matn tersebut). Matn hadis
yang sudah sahih belum tentu sanadnya sahih. Sebab boleh jadi dalam sanad hadis
tersebut terdapat masalah sanad, sepeti sanadnya tidak bersambung atau salah satu
periwayatanya tidak siqat (‘adil dan dhabit )(16).

Singkatnya studi sanad hadis berarti mempelajari rangkaian perawi dalam sanad, dengan
cara mengetahui biografi masing-masing perawi, kuat dan lemahnya dengan gambaran
umum, dan sebab- sebab kuat dan lemah secara rinci, menjelaskan muttasil dan
munqati’nya perawi(17) . Dan selanjutkan akan diteruskan pada kajian matn
Pembahasan/ penelitian ini (kualitas perawi) terangkum dalam kitab/ilmu Rijal al Hadis,
atau ilmu Riwayah. Lebih spesifik lagi kita bisa temukan di kitab Jarh wat Ta’dil, dan
lain sebagainya. Telah bayak kitab-kitab yang berisi biografi perawi, sampai kepada
ketersambungan masa hidup, dan kualits pribadi mereka(perawi).

Studi/kritik Matan Hadist


Kata mattan atau al-matn menurut bahasa berarti mairtafa’a min al-ardi (tanah yang
meninggi). Sedangkan menurut istilah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad, dengan
definisi lebih sederhana bahwa; matan adalah ujung sanad (qayah as sanad), dengan kata
lain yang dimaksud matan ialah materi hdis atau lafal hadis itu sendiri(18) .

Sebagai langkah selanjutnya untuk mengadakan penelitian/kritik hadis pada bidang


materi (matn) paling tidak menggunakan kriteria sebagai berikut;
1) Ungkapanya tidak dangkal, sebab yang dangkal tidak pernah diucapkan oleh orang
yang mempunyai apresiasi sastra yang tinggi fasih.
2) Tidak menyalahi orang yang luas pandanganya/pikiranya, sebab sekiranya menyalahi
tidak mungkin ditakwil.
3) Tidak menyimpang dari kaedah umum dan akhlak.
4) Tidak menyalahi perasaan dan pengamatan.
5) Tidak menyalahi cendekiawan dalam bidang kedokteran dan filsafat.
6) Tidak mengandung kekerdilan, sebab syariah jauh dari sifat kerdil
7) Tidak betentangan dengan akal sehubungan dengan pokok kaidah, termasuk sifat-sifat
Allah dan Rasul-Nya.
8) Tidak bertentangan dengan sunnatullah mengenai alam semesta dan kehidupan
manusia.
9) Tidak mengandung sifat naif, sebab orang berakal tidak pernah dihinggapinya.
10) Tidak menyalahi al-Qur'an dan al-sunnah.
11) Tidak bertentangan dengan sejarah yang diketahui umum mengenai zaman Nabi.
12) Tidak menyerupai mazdhab rawi yang ingin benar sendiri.
13) Tidak meriwayatkan suatu keadilan yang dapat disaksikan orang banyak, padahal
riwayat tersebut hanya disaksikan oleh seorang saja.
14) Tidak menguraikan riwayat yang isinya menonjilkan kepentingan pribadi
15) Tidak mengandung uraian yang isinya membesar-besarkan pahala dari perbuatan
yang minim dan tidak mengandung ancaman besar terhadap perbutan dosa kecil(19) .

Lebih sederhana lagi kriteria ke shahihan hadis adalah sepeti yang dikemukakan oleh Al-
Khatib Al-Baqdadi (w.463 H/1072 M) bahwa suatu matn hadis dapat dinyatakan maqbul
(diterima) sebagai matn hadis yang shahih apabila memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut;

1) Tidak bertentangan dengan akal sehat


2) Tidak bertentangan dengan al-Qur'an yang telah muhkam
3) Tidak bertentangan dengan hadis mutawatir
4) Tidak bertentangan dengan amalan yang telah disepakati ulama masa lalu
5) Tidak bertentanga dengan dalil yang telah pasti, dan
6) Tidak bertentangan dengan hadis Ahad yang kualitas keshahihannya kuat(20) .

Kritik Matn dan Sanad (Hadits) dalam Lintasan Sejarah


Sebelum Islam datang, tampaknya sudah ada suatu metode yang mirip dengan pemakaian
sanad dalam menytusun buku. Akan tetapi, metode ini masih tampak samar-samar.
Sebagaimana dalam penukilan syair-syair jahiliyah, metode sanad sudah digunakan.

Penyampaian hadis oleh Nabi pada awalnya berjalan alamiah, langsung diterima oleh
sahabat tanpa melalui syarat yang ketat atau dengan menggunakan al-adā’ wa at-
tahammaul yang rumit, karena beberapa faktor yang menyebabkan pengetahuan para
sahabat tidak sama, ada yang langsung dia dengar dari Nabi ada yang lewat orang lain,
dari sinilah lahir embrio salah satu cabang ilmu hadis yakni ilmu riwayah(21) . Dengan
kata lain ilmu ini adalah metode penelitian (penilaian) hadis melalui siapa perawi
hadisnya hal ini akan sama dengan penelitian sanad hadis dan lebih jauh lagi akan
menginjak kepada penelitian matn hadis.

Jadi sebenarnya sejarah penelitian sanad sudah ada sejak jaman sahabat, misalnya ada
hadis yang dikeluarkan seseorang, maka para sahabat akan mengecek siapa yang
meriwayatkan hadis itu, bagaimana keadaan orang itu dan kualitas hafalan serta
tinggkahnlakuanya, karena hal itu akan mempengaruhi kealitas hadis. Hal ini pernah
dilakukan oleh Umar Ibn Khattab, beliau mengatakan:" kami dengan seoarang tetangga
dari golongan Ansar di kampung Bani Umayyah ibn Zaid di pinggir ('awaly) kota
madinah saling bergantian untuk mengikuti majlis ta'lim yang diadakan oleh nabi.
Apabila dia yang ikut aku beritahukan tentang hal-hal yang diajarkan Rasulallah, baik
berupa wahyu dan lainya. Dan apabila aku yang ikut majlis pegajian tersebut, maka aku
yang memberitahuakan isi pengajian tersebut kepadanya" (22)

Seperti contoh: Imam Muslim meriwayatkan melalui jalur Anas bin Malik, ada seorang
dari dusun datang kepada Rasulallah, kami mendengar ia bertanya; “ Hai Muhammad,
telah datang kepada kami utusanmu, menjelaskan, bahwa Allah mengirim engkau sebagai
Rasul?”, “benar”(23) Riwayat ini menunjukan adanya upaya mencari kebenaran berita di
masa Rasulallah. Untuk masa sekarang, komfirmasi tersebut disebut penelitianApa yang
mereka dengar dan lihat selalu dinisbatkan kepada nabi. Para sahabat juga menuturkan
sumber-sumber berita baik yang bersumber dari Nabi ataupun sahabat, apabila yang
meriwayatkan tidak melihat sendiri kejadianaya atau tidak mendengar langsung dari nabi,
maka dengan sendirinya mereka akan mnyebutkan sumbernya. Inilah disebut dengan
pemakaian sanad.

Sedang masa setelah para sahabat bisa kita lihat dari produk kitab-kitab dari para ulama’
tentang kriteria dan kualits sanad atau perawi yang tentunya dia akan berpengaruh kepada
kualaitas hadis. Ilmu itu semua terangkum dalam Jarh wat Ta’dil.

Cikal bakal ilmu jarh wa Ta'dil telah terjadi sejak masa sahabat, guna menjaga kaedah-
kaedah agama dan syariat. Sekalipun ada perbedaan meode yang digunakan para sahabat
dengan para ulama jarh wa ta'dil. Para sahabat tidal melakukan jarh (pencelaan/
pencacatan ) kepada sahabat lain, tetapi sebagai tindakan hati-hati. (ihtiyat) terhadap
informasi yang diterima dan untuk menyakinkan kebenaran dari informasi tersebut.
Metode yang digunakan oleh para sahabat adalah "kesaksian" dari sahaba lain yang
mendengar hadis tersebut. Metode ini di pelopori oleh Abu Bakar as-siddiq(24).

Sejak kapan muncul kritik matn hadis? Pada masa rasulallah hal ini sudah dilakukan para
sahabat ketika rasulallah masih hidup(25) . Kritik matn dilakukan pada aktu itu tela
membentuk pola yang selanjutnya sebaai inpirasi metode selanjunya, yaitu metode
perbandingan (comparison), atau pertanyaan silang dan silang rujuk (cross question and
cross reference) (26).

Maksud kritik matn pada masa sahabat adalah sikap kritis para sahabat terhadap sesuatu
yang dinilai janggal pada pemahaman mereka. Misalanya:
Said ibn Abi Maryam menceritaka kepadaku (Bukhari) ia berkata: Nafi ibn 'Umar
menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibn Abi Mulaikah menceritakan kepada kami
bahwa 'Aisyah, istri Nabi tidak pernah mendengar sesuatu yag belum dipahaminya,
kecuali dia akan mengulanginya (menayakan kembali) sehingga dia paham benar. Nabi
pernah bersabda: "Barang siapa dihisab, maka dia akan disiksa" 'Aisyah berkomentar:
"Bukankah Allah berfirman: 'dia akan dihisab (diperhitungkan) dengan perhitungan yang
mudah".(al-Insyiqaq/84:8). Nabi menjawab: "itulah adalah pemeriksaan. Akan tetapi
barang siapa yang diteliti dalam pemeriksaannya dengan cermat maka dia akan binasa.
(27) "

Zubair ibn harb menceritakan kepada kami (muslim), ia berkata Jabir menceritakan
kepada kami dari Mansur dari Hilal ibn Yusuf dari Abi yahya dari abdullah ibn 'Amr
berkata: " diceritakan kepaku bahwa Rasulallah SAW. Bersabda:" Salat seorang dalam
keadaan duduk sama dengan setengah salat (sempurna/berdiri)". Abdullah ibn Amr
berkata:" maka aku mendatangi Nabi da aku dapati beliau sedang solat dalam keadaan
duduk. Aku letakkan tanganku di atas kepala beliau". "ada apa wahai Abdullah ibn Amr".
Aku menjawab." Wahai Rasulallah! Diceritakan kepadaku bahwa engkau pernah
bersabda 'salat seorang dalam keadaan duduk sama dengan setengah salat
(sempurna/berdiri)", sedangkan enkau sendiri salat dengan keadaan duduk." Nabi
menjawab."benar!.akan tetapi aku tidak seperti kalian(28) .

Tindakan yang dilakuakan 'Aisyah dan Abdullah ibn 'Amr adalah cross reference yaitu
mengklarifikasi antara berita yang diterima kepada sumber Rasullah sebagai sumber
berita. Hal tersebut untuk mengkomfirmasi adanya kontradiksi antara informasi tentang
sabda nabi dari sumber lain dengan perbuatan beliau.

Sikap kritis ini juga kita akan temukan pada sahabat-sahabat lain, yang berusaha untuk
memahami ataupun mengecek hadis Nabi. Inilah upaya untuk penyempurnaan
pemahaman Kritik matn pada masa Nabi lebih mudah dilakuaknm dibanding kritik matn
setelah masa sahabat. Pada masa Nabi sahabat yang mnmukan "kejanggalan" atau
kesulitan dalam memahami perkataan atau perbuatan Nabi secara langsung, hal itu
dilakukan karena Nabi sebagai subjek paling mengetahui maksud tindakan atau perkataan
beliau.

Kritik hadis pasca sahabat dilakukan para ulama dengan cara seperti yang dilakukan oleh
para sahabat, hanya sasja para ulama harus membutuhkan ekstra keras untuk
mmbandingkan data (dalil) yang lain untuk memahami hadis Nabi. Seperti pada peristiwa
hadis maudhu’ (palsu), untuk mengecek apakah hadis itu maudhu’ atau tidak para ulama
melihat redaksi hadis, apakah susunan katanya layak diucapkan oleh rasulallah atau tidak,
terlihat ganjal dan apakah bertentangan dengan al-Qur'an atau tidak.

Untuk membedakan lebih jelas tentang sanad dan matn lihat tabel perbandingan:

Tabel Perbedaan Metodologi

Aspek Sanad Matn


Perbed
aan
Secara umum: Secara Umum:

• Analisa/melihat • Lebih kepada isi/teks


keabsahan (kualitas) hadis
perawi; dhabit, shiqhoh.
dll • Pemahaman hadis
dengan perbandingan:
• Lebih kepada asal cross question , cross
sumber informasi reference.
(Orang).
• Kajian bisa dengan
berbagai cara. Bahasa,
asbab al –wurud hadis,
atau crosscek dengan
dalil/data lainya.
Pada Kesaksian langsung bisaPemahaman langsung
masa di cek dari para bisa ditanyakan/ di
Nabi/ sahabat(perawi) diskusikan kepada Nabi
sahabat
Bisa langsung cros cekCenderung ada
kepada Nabi keseragaman
pemahaman karena
Tidak ada pencelaan bisa di cros cek kepada
terhadap perawi nabi

Bersifat konfirmalistikAda keragaman


untuk memperkuat pemahan tetapi tidak
informasi yang diterima banyak karena
dan dari siapa pemahaman yang
didampingi Nabi dan
Proses konsolidasi untuk
para Sahabat
mendapatkan
kenyakinan dalam
mengamalkan info yang
diterima dari Nabi.

Belum ada kritria


keabsahan perawi secara
sistematis

Metode sederhana dan


tidak sistematis
Setelah Melihat keabsahan perawiConten analisis (analisa
Sahaba dari riwarat hidup teks)
t perawi, sehingga
memberikan penilaianLihat dari aspek bahasa
baku atas perawi dan sejarah

(analisis biografi)
Ada selalu perbedaan

Tipis dimungkingkan pemahaman dan tidak

adanya perbedaan. bisa satu karena

Karena sudah ada sumber /referensi yang

kriteria keabsahan berbeda.

perawi
Ada kebebasan untuk
mmahami hadis dari
berbagai aspek
kehidupan karena
permasalahan
kehidupan udah
semakin komplek

Berpotensi adanya multi


intepretatif dari masa
kemasa
Hikmah • Menambah kenyakinan• Menambah pemahaman
kita terhadap keontetikan kita terhadap hadis
hadis Nabi
• Meminimalisir kesalah
• Menjaga keautentikan pahaman kita terhadap
hadis hadis Nabi

• Metode sanad adalah• Membuka pintu ijtihad


satu-satu metode yang dan kreatifitas penafsiran
tidak ada di agama lain. dari masa kemasa.

• Kenunjukan kehati-hatian• Mengurangi sikap


kita terhadap sumber fanatisme golongan
kebenaran (sekte)

• Sebagai pelajaran kita• Mengasah nalar kritis


bahwa sumber informasi kita
(data) itu harus jelas dan
tidak boleh dimanipulasi

• Mengasah nalar kritis kita

Penutup

Kritik hadis atau dengan kata lain penelitian hadis adalah upaya
kita untuk menseleksi kehadiran hadis, memberikan penilaian dan
membuktikan keautentikan sebuah hadis. Upaya ini juga berarti
mendudukan hadis sebagai hal yang sangat penting dalam sumber
hukum Islam kedua setelah Islam, itulah bukti kehati-hatian kita.
Upaya ini juga sebagai upaya untuk memahami hadis dan tepat dalam
mengamalkan isi dari hadis tesebut. jadi kita akan lebih yakin akan
kebenaran hadis karena adanya proses penseleksian yang ketat dari
para sahabat dan para ulama dan metode pemahaman yang benar.
Lengkaplah sumber kebenaran dalam Islam, selanjutnya bagaimana
kita mendialektikakan teks (al-Qur’an dan Hadis) kekehidupan kita
masing-masing, kapanpun dan dimanapun berada.
Catatan :

1. Mudasir. Ilmu hadis. Pustaka Setia. Bandung. 2005.h.61

2. Syuhudi Ismail. Metodologi Penelitian Hadis Nabi..Bulan Bintang.


Jakarta. 1992. h. 4-5

3. Erfan Soebahar. Menguak Fakta Keabsahan al-Sunnah; Kritik


Musthofa al-Siba’i terhadap Pemikiran Ahmaf Amin Mengeanai Hadits
dalam Fajr al-Islam. Kencana. Jakarta. 2003.h.174

4. Ibid. h.7-20

5. Fazlur Rahman. Dkk. Wacana Studi Hadis Kontemporer.Tiara


Wacana Yogjakarta. 2002. h. 138

6. Ibid. h. 139-140

7. Bustamin. Metodologi Kritik hadis. Raja Grafindo. Jakarta. 2004.


h. 7

8. Ahmad Fudhaili,. Perempuan dilembaran Suci: Kritik atas Hadis-


Hadis Sahih. Pilar media. Yogjakarta. 2005. h. 26-27

9. Ibid. h.27

10. Ibid. h.28

11. Mudasir. 2005. Op.Cit. h. 61

12. Ibid. h. 62

13. Bustamin.Op.Cit.h.53

14. Nizar Ali. Memahami Hadis Nabi (Metode dan Pendekatan)


CESad.Yogjakarta. 2001. h. 17

15. Fazlur Rahman dkk. Op.Cit. h. 78.

16. Bustamin.Op.Cit.h.53

17. Mahmud at Tahhan. Metode Takhrij dan Penelitian Sanad


Hadis. (Terj; Ridwan Nasir) Bina Ilmu. Surabaya. 1995. h. 97

18. Mudasir. 2005. Op.Cit. h.63


19. Nizar Ali. 2001. Op.Cit. h. 19

20. Dikutib dari Salah Al-Din bin Ahmad Al-Adabi. Oleh Bustamin;
Metodologi Kritk Hadis….h. 63

21. Fazlur Rahman. Dkk. .2002 Op.Cit. h. 9

22. Ahmad Fudhaili. 2005. Op.Cit.h.38

23. Shahih Muslim, Juz I, Kitab al-Imam, h. 24-25.

24. Ibid. h. 39

25. Moh. Zuhri. Telaah Matn Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis.


LESFI.Yogjakarta. 2003.h.44

26. Ahmad Fudhaili.2005. Op.Cit. h. 44

27. Cerita di ambil dari Ahmad Fudhaili.200

You might also like