You are on page 1of 23

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan Pengajaran pada umumnya di sekolah formal telah diatur
atau ditata pemerintah yang secara nyata dapat dilihat dalam kurikulum, bahkan
pengajaran yang harus disampaikan kepada siswa telah diatur dan tersusun berurut
dalam garais- garis besar program pengajaran (GPP) yang menggambarkan semua
materi yang harus disampaikan oleh guru sehingga diterima oleh semua siswa
pada lembaga Pendidikan itu, demikin juga dengan norma-normanya.
Pendidikan di sekolah yang dilaksanakan oleh pemerintah merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Matematika adalah
salah satu ilmu dasar yang penting di ajarkan pada setiap jenjang pendidikan
formal dan sekolah dasar ( SD) sampai dengan perguruan tinggi.pendidikan dasar
sebagai jenjang awal dari pendidikan sekolah antara lain di fokuskan pada
pengembangan kemampuan dan keterampilan dasar sebagai bekal untuk
pendidikan selanjutnya dan untuk bekal hidup di masyarakat. Hal ini terdapat
dalam tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar
yaitu(1) mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak
atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif dan (2)
mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu
pengetahuan. Sedangkan tujuan secara khusus adalah (1) menumbuhkan dan
mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat
kehidupan sehari-hari ;(2)menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat
dialihgunakan, melalui kegiatan matematika;(3)mengembangkan pengetahuan
dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di sekolah Lanjutkan Tingkat
Pertama(SLTP);membentuk sikap logis,kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.(dalam
flehvi:2005)
Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut tidaklah mudah, berbagai
upaya telah dilakukan oleh banyak pakar pendidikan untuk meningkatkan aktifitas

By Muhammad sukma rohim 1


dan hasil belajar siswa namun pada kenyataannya hasil belajar matematika siswa
cenderung menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan simbol-simbol serta penalaran yang membantu memperjelas dan
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.dari fungsi tersebbut
terlihat bahwa peran matematika sangat besar dalam mempersiapkan siswa agar
memiliki keterampilan dasar dan dapat menggunakan pola pikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan matematika adalah salah satu cabang dari pendidikan nasional
yang mampu memacu kecerdasan dan kekritisan siswa. Namun dalam
kenyataanya di lapangan terdapat cukup banyak siswa yang tidak menyukai
pelajaran matematika itu sebagai momok dan mata pelajaran yang sukar dan sulit
untuk di mengerti. Padahal matematika itu sangat di butuhkan untuk
meningkatkan daya nalar siswa agar mampu berpikir logis,kritis, sistematis dan
kreatif.
Lembar kerja siswa sebagai salah satu media pembelajaran yang dianggap
dapat mengaktifkan siswa baik fisik maupun mental sehingga mampu
mengembangkan proses belajar. Pada lembar Kerja Siswa ini siswa akan mampu
memahami menyerap materi pelajaran secara baik dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan pendapat diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
sejauh mana perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan LKS dibandingkan dengan siswa yang tidak di ajarkan dengan
menggunakan LKS pada siswa V SDN 2 X tahu ajaran 2009.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Siswa beranggapan bahwa matematika sebagai mata pelajaran
yang sulit untuk di mengerti karena hanya terkesan memanipulasi simbol-
simbol dan kemudian mengerjakan soal-soal.

By Muhammad sukma rohim 2


b. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam
mengyelesaikan soal-soal operasi hitung pecahan.
c. Guru jarang menggunakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai alat
bantu dalam Pembelajaran.

1.3 Pembatasan Masalah


Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan di kaji dalam
penelitian ini, maka masalah penelitian yang akan diteliti adalah pokok bahasan
pecahan terutama pada bagian operasi hitung bentuk pecahan.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka masalah penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut: apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa
yang di ajarkan dengan menggunakan LKS dan yang tidak menggunakan LKS
pada materi pecahan siswa kelas V SDN 2 X tahun 2009/2010”

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah
membandingkan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
menggunakan LKS dan yang tidak diajarkan dengan menggunakan LKS.

1.6 Manfaat Penelitian


Dari hasil penelitian ini beberapa manfaat yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
a. Bagi guru dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan memodifikasi alternatif pembelajaran yang sesuai dengan
perkembangan kognitif siswa.
b. Memudahkan siswa dalam belajar matematika terutama pada soal-
soal operasi hitung bentuk pecahan.
c. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai sarana informasi.

By Muhammad sukma rohim 3


Bab11
Kajian Pustaka
2.1 Belajar matematika
Istilah belajar dalam keperpustakan asing sering disebut dengan learning,
menurut Herman Hudoyo(1991:1) belajar merupakan kegiatan bagi tiap siswa.
Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran, dan sikap siswa terbentuk
dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Siswa dikatakan belajar jika
didalam diri siswa ada suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu
peerubahan tingkah laku. Menurut thorndike belajar adalah roses interaksi antara
pikiran, perasaan, atau hal-hal yang dapat dapat oleh indera dan respon reaksi
yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan, gerakan/tindakan. Berdasarkan definisi diatas, terlihat ada beberapa hal
pokok yang dapat disimpulkan (1) belajar harus memungkinkan terjadinya
perubahan perilaku siswa, (2) belajar merupakan proses kegiatan yang melibatkan
pengalaman,(3) bahwa perubahan merupakan buah dari pengalaman,(4) belajar
merupakan suatu proses interaksi antara stimulus dan respons. Mateamatika
merupakan terjemahan dari kata mathematics, beberapa definisi dari matematika,
antara lain:
1. Menurut James (Rusefendi, 1992:27) matematika di definisikan sebagi
ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan dan besaran, konsep-
konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dengan jumlah yang
banyaknya terbagi atas tiga bidang yait, aljabar, analisis, dan geometri.
2. Menurut Jhon dan Rissing (russefendi,1992:28) matematika adalah pola
pikir dan pola mengorganisasikan pembuktian yang logis.
3. Menurut Kline(Ruseffensi,1992:28) matematika bukanlah pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama karena untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.
4. Selain itu ada pula pendapat yang menyatakan bahwa matematika timbul
karena adanya pikiran-pikiran manusia yang berhubungan dengan proses
dan penalaran.

By Muhammad sukma rohim 4


5. Menurut Rey,dkk (Ruseffensi,1992:28) matematika adalah telaah tentang
pola dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa
dan suatu alat.
Pada pendidikan formal matematika dikenal dengan nama matematika
sekolah. Menurut Wilson (Nirwana,2003:66) tujuan utama belajar matematika
sekolah ialah untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa dalam
memecahkan berbagai masalah yang kompleks, misalnya masalah angka dan
lambang, penciptaan pola dan memaknai gambar.
Pembelajaran matematika pada siswa di sekolah dasar hendaknya
ditekankan pada sudut pandang mengenai matematika itu sendiri. Beberapa sudut
pandang mengenai matematika itu antara lain, (riedsel dkk.1996:13-15)
1. Matematika bukan hanya aritmatika (ilmu hitung).
2. Matematika adalah aktivitas untuk menemukan dan mempelajari pola serta
hubungannya.
3. Matematika adalah sebuah bahasa.
4. Matematika adalah cara untuk berpikir.
5. Matematika merupakan perubahan bentuk dari ilmu pengetahuan
(mathemathis is changing body of knowledge).
6. Matematika merupakan cara untuk berpikir bebas.
Dengan diberikannya penekanan pada susut pandang ini, diharapkan siswa
akan lebih termotivikasi dalam belajar, siswa tidak hanya dijejali teori- teori dan
rumus-rumus. Tetapi siswa berpikir bagaimana dan mengapa teori-teori dan
rumus-rumus itu ada.

2.2 Pembelajaran Matematika


Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajar merupakan bantuan yang diberikan pendidik
agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik dengan
kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik (Mas Pamujie,2008). Menurut Dimyanti, pembelajaran adalah

By Muhammad sukma rohim 5


kegiatan guru secara terpogram dalam desain instruktional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada persediaan sumber belajar.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
merupakan suatu proses yang di dalamnya meliputi kegiatan belajar dan
mengajar.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan satu
sama lainnya. Dua konsep tersebut terpadu dalam satu kegiatan yang mencakup
interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa pada saat proses
pembelajaran berlangsung. Pada hakikatnya belajar menunjuk pada apa yang baru
dilakukan seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangkan
mengajar menunjukkan pada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pengajar.
Belajar matematika menurut Erman Suherman (1986:25) adalah belajar
memahami konsep-konsep yang melahirkan rumu-rumus, teorema-teorema atau
dalil-dalil. Proses belajar matematika adalah kegiatan/usaha untuk mencapai
perubahan dalam memahami konsep-konsep matematika.
Bila hal ini dilaksanakan dengan baik, seseorang akan dengan mudah
mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui
orang itu. Karena itu untuk mempelajari suatu materi matematika baru,
pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar
matematika tersebut (Herman Hudoyo,1998:4).
Pembelajaran Matematika dalam pandangan konstruktivistik adalah
membantu siswa untuk membangun konsep-konsep matematika dengan
kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun
kembali melalui informasi – informasi untuk menjadi konsep baru(Nickson dalam
Hudoyo, 1998). Pembelajaran matematika ini mempunyai tiga ciri antara lain: (1)
siswa terlibat aktif dalam belajar ;(2) informasi dikaitkan dengan informasi lain
sehingga menyatu dalam schemata, dan pemahaman terhadap informasi menjai
kompleks;(3) orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan.

2.3 Pembelajaran dengan pendekatan Deduktif

By Muhammad sukma rohim 6


Pendekatan belajar mengajar adalah suatu konsep atau prosedur yang
digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan belajar.
Pendekatan deduktif adalah pendekatan mengajar yang dimulai dengan cara
menarik kesimpulan dari hal0-hal yang umum ke khusus. Seperti dikemukakan
oleh Herman Hudoyo (dalam Sugiharto:20) bahwa di depan kelas, pendekatan
deduktif diberikan sejalan dengan metode ceramah.
Dalam pembelajaran di kelas, mengajar konsep pecahan dengan pendekatan
deduktif dimulai dengan mengemukakan definisi-definisi dari pecahan,
menjelaskan sifat –sifat dan rumus-rumus baru kemudian di lanjutkan dengan
memberikan contoh-contoh soal yang dapat diberikan oleh guru atau di cari oleh
siswa sendiri.
Berikut langkah- langkah pembelajaran yang diterapkan berdasarkan pendekatan
deduktif;
1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Guru mengingatkan pengetahuan prasyarat siswa
3. Guru menjelaskan materi yang akan dipelajari mulai daari pengertian, sifat-
sifat dan rumus –rumus
4. Guru memberikan contoh soal yang berhubungan dengan materi
5. Guru memberikan latihan soal untuk menguji pemahaman siswa
6. Siswa diberi kesempatan untuk mengerjakan di papan tulis
7. Guru memberikan evaluasi
Di bawah ini dikemukakan keunggulan dan kelemahan pendekatan deduktif
menurut Heman Hudoyo(1990)
Keunggulan deduktif:
a. Waktu yang diperlukan singkat
b. Kombinasi metode pada pendekatan deduktif akan mengurangi kelemahan
pendekatan deduktif
c. Pada kelas yang kuat pendekatan deduktif akan lebih memudahkan murid
menangkap konsep yang diajarkan.
Kelemahan pendekatan deduktif:

By Muhammad sukma rohim 7


a. Biasanya dirasakan sangat sulit bagi siswa untuk memahami suatu
rumus yang abstrak, bila tidak di dahului dengan contoh-contoh yang
kongkrit. Bahkan bila anak masih didalam tahap operasi konkret rumus-
rumus yang abstrak tidak bermakna bagi siswa
b. Pendekatan deduktif dikhawatirkan menyebabkan ingatan lebih penting
daripada pengertian
c. Siswa menjadi pelajar yang pasif hanya menurut pola pengerjaan yang
disajika gurunya..

2.4 Bilangan Pecahan


Pecahan yang dipelajari anak keetika SD sebenarnya merupakan bagian dari

bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk dengan a dan b merupakan

bilangan bulat dan b≠0.a disebut pembilang dan b disebut penyebut. Secara
simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu dari :(1) pecahan biasa, (2)
pecahan decimal,(3) pecahan persen,(4) pecahan campuran. Pecahan digunakan
apabila mmembicarakan bagian-bagian benda atau bagian-bagian himpunan atas
bagian yang sama. Oleh karena itu bilangan pecahan dapat dibagi diperagakan
dengan suatu bagian dari keseluruhan himpunan akan benda. Misalnya suatu
kelereng berwana putih dan 3 kelereng berwarna hitam. Maka kelereng yang
berwarna putih adalah seper empat bagian dari keseluruhan dan dilambangkan

dengan (seperempat).

2.5 operasi bilangan pecahan


2.5.1 menjumlahkan berbagai bentuk pecahan
1. Menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa
Untuk menjumlahkan dua pecahan berpenyebut sama cukup dengan
menjumlahkan pembilang dengan pembilang dan penyebutnya tetap.
2. Untuk menjumlahkan dua pecahan berpenyebut tidak sama, penyebutnya
disamakan dulu dengan mencari KPK penyebut yang yang dijumlahkan.

By Muhammad sukma rohim 8


2.6 Lembar Kerja Siswa(LKS)
Lembaran kegiatan siswa merupakan bagian yang memuat pelajaran yang
harus dikuasai siswa, susunan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, dan langkah-langkah kegiatan belajar atau petunjuk kegiatan
belajar atau petunjuk kegiatan yang harus ditempuh siswa.
LKS disebut juga sebagai lembar kerja, merupakan salah satu bagian media
dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai suatu media, LKS perlu mendapatkan
perhatian agar dapat menunjang keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.
Media pengajaran menurut Yusuf Hadi dalam Suhardjo (1995:72) adalah alat
bantu baik berupa alat-alat elektronik, gambar, alat peraga, buku, lembar kerja,
dan lain-lain yang digunakan untuk menyalurkan isi pesan dan bahan kepada
siswa. Alat-alat bantu tersebut dipakai untuk
a. Memperjelas informasi aatu pesan pengajaran
b. Memberikan tekanan pada bagian-bagian yang penting
c. Memberikan variasi pengajaran
d. Memotivasi proses belajar siswa
LKS merupakan suatu materi agar yang dikemas secara integrasi yang
memungkinkan bagi siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri (Tian
Belawati,2003:238). Selain itu LKS merupakan alat yang sangat penting dalam
menunjang kegiatan belajar, baik kelompokmaupun individual dan pertanyaan
yang ditulis pada lembar kegiatan siswa.
LKS merupakan bagian yang menyertai lembaran kegiatan siswa yang
dipakai untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal atau masalah yang harus
dipecahkan.
Dari kedua pengertian diatas,secara garis besar dapat dipahami bahwa LKS
dapat dipandang sebagai salah satu langkah kegiatan yang berupa materi
pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa agar dapat mengerjakan lembar kerja
yang biasanya berupa tugas-tugas atau soal-soal.

By Muhammad sukma rohim 9


Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dengan penggunaan LKS ini
adalah dengan pendekatan deduktif yaitu pendekatan mengajar yang dimulai dari
hal-hal yang umum ke khusus. Seperti yang dikemukakan oleh Herman
HUdoyo(dalam Sugiharto:20) bahwa didepan kelas. Pendekatan deduktif
diberikan sejalan dengan metode ceramah.
Manfaat penggunaan LKS adalah
a. Untuk menghemat waktu guru mengajar
b. Mengubah peran guru menjadi fasilitator
c. Menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efektif.
d. Membantu siswa untuk mandiri
e. Dapat membuat siswa aktif terlibat dengan materi yang dibahas
2.7 hasil belajar matematika
Pengertian hasil belajar Matematika tidak dapat dipisahkan dari apa yang
terjadi dikelas, di sekolah maupu diluar sekolah. Menurut
Bloom(Nirwana,2003:68) hasil belajar meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Sedangkan menurut Gagne (Nirwana,2003:68) hasil belajar
digolongkan menjadi 5 ranah yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual,
strategi kognitif, sikap dan keterampilan motorik. Akan tetapi jika dibandingkan
pendapat kedua para ahli ini memiliki kesamaan yaitu;
a. Ranah kognitif=strategi kognitif
b. Ranah psikomotorik= keterampilan motorik
c. Ranah afektif= informasi verbal, keterampilan intelektual, sikap.
Pada pembelajaran matematika hasil belajar yang akan diperoleh siswa
terutama pada ranah kognitif dan afektif. pada pembelajaran matematika siswa
sering kali di hadapkan dengan bagaimana cara menjumlahkan, mengurang,
mengali, dan membagi angka atau bilangan. Pada tahap ini siswa banyak berpikir
dan hasilnya akan lebih terarah pada ranah kognitif.
2.8 penelitian yang relevan
Beberapa penelitian tentang penggunaan LKS dalam pembelajarannya:
Penelitian yang dilakukan oleh Dagut (1999:7) yang dilaksanakan di SMUN1
Kumai untuk konsep struktu bumi, pemberian lembar kerja siswa berpengaruh

By Muhammad sukma rohim 10


terhadap pencapaian prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa
lembar kerja siswa, hal inin dapat dilihat dari skor rata-rata yang diperoleh siswa
yang menggunakan LKS sebesar 9,6
Penelitian kaleluni (1998:31) di SLTPN_3 Kumai tahun 1998, pada bidang
matematika bahwa penggunaan LKS lebih efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar bila dibandingkan dengan yang tanpa LKS.
Penelitian darmaji yang mengatakan bahwa pemberian LKS pada pelajaran
fisika yang dilaksanakan di SLTP katholik Kumai 1998 kelas 1 cawu 1
mempunyai pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa.
2.9 kerangka berpikir
Kualitas sistem pengajaran merupakan factor penentu bagi pencapaian hasil
belajar peserta didik, denagn demikian peningkatan kualitas pengajaran mutlak di
lakukan dalam rangka peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pengajaran salah satu bentuknya adalah
dengan mencari alternative pembelajaran yang paling tepat untuk mengajar dan
memahami konsep matematika dengan baik, salah satu alternative tersebutr adalah
penggunaan LKS dalam memahami konsep matematika serta dalam
menyelesaikan soal-soal matematika. LKS sebagai salah satu media pembelajaran
yang dianggap dapat mengaktifkan siswa baik fisik maupun mental sehingga
mampu mengembangkan proses belajar. Pada lembar kerja siswa ini akan mampu
memahami menyerap materi pelajaran secara baik dan pada akhirnya dapat
meningkatkan hasil belajar.
2.10 Pengajuan HIpotesis
Dari kerangka berpikir diatas maka dapat di rumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut
Hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan LKS lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan LKS pada materi pecahan
siswa kelas SDN 2 X tahun 2009/2010.

By Muhammad sukma rohim 11


Bab III
Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan yaitu penelitian eksperimen dimana dalam
penelitian ini dilakukan suatu percobaan dengan memberikan suatu perlakuan-
perlakuan dan membandingkan pengaruh-pengaruh perlakuan tersebut terhadap
suatu sampelyang dipilih. Dalam penelitian ini kelas eksperimen mendapat
perlakuan khusus, sedangkan kelas control tidak mendapat perlakuan khusus
kemudian dibandingkan hasil akhirnya.
3.2 Rancangan Penelitian
Pendekatan yang diguankan dalam penelitian ini berupa pendekatan
kuantitatif berupa skor hasil tes belajar siswa kelas SDN 2 X semester 1 tahun
ajaran 2009/2010 dalam menyelesaikan soal-soal tentang pecahan
3.3 Definisi operasional variable penelitian
Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka dijelaskan
istilah yang ada dalam judul penelitian ini, sebagai berikut ;
1. LKS
LKS adalah suatu lembar kerja yang memuat langkah-langkah kegiatan
berupa materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, biasanya berupa tugas-tugas
atau soal-soal
2. Operasi hitung
Dalam matematika operasi hitung diartikan sebagai”pengerjaan hitung”
pada dasarnya operasi hitung mencakup empat jenis, yaitu(1) penjumlahan,(2)
pengurangan,(3) perkalian,(4) pembagian
3. Pecahan
Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari suatu
keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, atau bagian dari

By Muhammad sukma rohim 12


suatu himpunan, dan di tuliskan dengan b#0 dan b bukan factor dari a, a dan b

bilangan bulat.
Penelitian ini melibatkan dua variable yaitu variable bebas(x) dan variable
tergantung (y). variable bebas adalah penggunaan LKS dan tanpa LKS,sedangkan
variable tergantungnya adalah hasil belajar matematika. Artinya dengan x akan
menghasilkan y. bentuk skema dapat dituliskan sebagai berikut.

X1
Y
X2

Gambar 1 tata hubungan variable


Penggunaan LKS dan tanpa LKS hasil belajar
Keterangan
X1 = kelas yang menggunakan LKS (eksperimen)
X2 = kelas yang tanpa LKS (control)
Y = hasil belajar

3.4 populasi dan sampel


3.4.1 populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas V SDN 2 X
tahun ajaran 2009/2010. Besarnya populasi menurut kelas disajikan dalam table
berikut :
Tabel1
Populasi siswa V SDN 2 X tahun ajaran 2008/2009
Kelas Va V Total
Laki-laki 13 14 27
Perempuan 14 16 30
Jumlah 27 30 57

3.4.2 sampel

By Muhammad sukma rohim 13


Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi atau sampel total.
Pengambilan sampel peneltian dilakukan denagn teknik undian yaitu,
pengambilan satu kelas di bagi kelas ekperimen dan satu kelas sebagai kelas
control. Setelah dilakukan pengundian di peroleh kelas Va dan Vb sebagai kelas
kelas control.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa hasil tes soal
bentuk uraian yang diberikan kepada kedua kelas (eksperimen dan control) yang
saya dapat melalui website.
3.5.1 Pengembangan Instrument
Dalam penelitian ini yang di ukur perbedaan hasil belajar siswa yang di
ajarkan dengan menggunakan LKS dan yang tidak menggunakan LKS yang
dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan deduktif dalam menyelesaikan
soal tentang operasai hitumg pada pecahan. Instrument penelitian berupa soal
bentuk tes uraian. Sebelum instrument disusun, dikembangkannya terlebih dahulu
kisi-kisi insrumen yang mengacu kepada kurikulum bidang studi matematika SD
dan buku matematika yang dipelajari sebagai pegangan pengajaran matematika.
Selanjutnya membuat soal serta langkah- langkah penyelesaian serta pedoman
penskoran. Setiap langkah jawaban siswa yang benar mendapat skor 1 (1) dan jika
salah diberi skor nol(0) sehingga perskoran jawaban siswa lebih objektif. Kisi-kisi
penyusuanan instrumen disajikan dalam pada tabelberikut:

Tabel2
Kisi-kisi soal tes
Satuan pendidikan : SD
Kelas semester : V/1
Mata pelajaran : Matematika
Acuan : KTSP
Bentuk soal : Uraian
Kompetensi dasar Materi indikator Banyak Butir soal
pokok soal

By Muhammad sukma rohim 14


Menjumlahkan dan Operasi Operasi
mengurangkan hitung penjumlahan
berbagai bentuk pecahan dan
pecahan pengurangan
pecahan
Operasi
penjumlahan 5 1,2,3,4,5
pecahan
Operasi 5 6,7,8,9,10
pengurangan
pecahan

3.5.2Validitas instrument

Dalam penelitian ini, batasan peskoran instrumennya mencakup materi,

kontruksi, dan bahasa. Untuk menjamin kualitas data dalam kelayakan atau

kecocokan instrument, kejelasan bahasa yang dipergunakan, kebenaran kalimat

cukup dengan expert judgment yaitu diskor oleh tiga orag yang dianggap ahli di

bidangnya, yaitu guru matematika kelas V SD Negeri Kumaidan dua orang dosen

di lingkungan program studi matematika Unpar. Jika paling sedikit dua orang

rater menyatakan valid pada soal yang sama, maka soal tersebut dikatakan valid.

Batasan yang digunakan adalah: (1) materi, yang meliputi: rumusan butir tes

sesuai dengan indicator, batasan jawaban atau ruang lingkup yang diuji sudah

jelas, isi materi yang ditanyakan sesuai dengan tujuan pengukuran, isi yang

ditanyakan sesuai dengan kurikulum SD, (2) komtruksi, yang meliputi: rumusan

butir tes sudah menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban

uraian/jawaban singkat, rumusan butir tes tidak menimbulkan makna ganda, (3)

bahasa, yang meliputi: rumusan butir tes menggunakan bahasa yang sederhana

By Muhammad sukma rohim 15


dan komunikatif, rumusan butir tes tidak menimbulkan salah pengertian, butiran

tes menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

uraian. Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan

data yaitu: mengumpulkan data- data nilai dari SDN 2 X melalui Email atau

website, kemudian dianalisis dengan memakai ilmu statistik.

3.7 Teknik analisis data

Untuk pengolahan data secara kuantitatif dari hasil perolehan belajar siswa

menggunakan analisis tool fax Program Microsoft Excel.

3.8 Uji Persyaratan Analisis

Uji Persyaratan Data

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah untuk menguji normal tidaknya distri data pada

sampel. Uji ini menggunakan rumus chi-kuadrat, yaitu untuk mengetahui

distribusi data yang diperoleh dari tes masing-masing kelompok siswa

tersebut.

Rumus chi-kuadrat adalah:

X2= ∑(fo-fh)2
fh ( Suharsimi Artkunto, 1989:229)

keterangan :

x2 = sekor chi-kuadrat

By Muhammad sukma rohim 16


fo = frekuensi obserpasi

fh = frekuensi harapan

kretria pengujian adalah membandingkan skor x2hitung dengan skor x2tabel

pada siknifikan 5 persen dengan derajat keabsahan db (n-1) yaitu:

- jika harga skor x2hitung ≤ skor x2tabel berarti data mengikuti data distribusi

normal.

- Jika harga skor x2hitung > skor x2 tabel berarti data mengikuti data distribusi

normal.

b. Uji Homogenitas Varians

Untuk Uji Homogenitas menggunakan rumus fisher, yaitu mengetahui homogen

tidaknya kedua variani.

F hitung = Varuian terbesar

Varian terkecil ( Sudjana, 1992: 250)

Keterangan :

F hitung < Ftabel maka kedua variansi tersebut homogen.

F hitung ≥ Ftabel maka kedua variansi tersebut tidak homogen.

F tabel pada db( n1 – 1) dan (n2 – 1) dengan taraf signifikan 5 %

By Muhammad sukma rohim 17


Bab IV

Hasil penelitian dan Pembahasan

4.1 Deskripsi data

Berikut ini disjikan data tentang hasil belajar matematika siswa kelas

eksperimen dan kelas control. Kemudian dilakukan perhitunga analisis deskripsi

data utnuksetiap kelas antara lain menentukan rentangan skor, rata-rata, median,

modus, dan standar deviasi. Penyajian data tersebut dalam bentuk distribusi

frekuensi dan grafik dari masing-masing data.

4.1.1Hasil Penelitian

Dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil belajar

matematika siswa seperti pada tabel berikut.

Tabel 3

Skor tes hasil Ulangan semester 1 kelas eksperimen dan kelas kontrol

Skor hasil belajar siswa


Eksperimen kontrol
Hasil
Xe Ye Xk Yk
Jumlah 528 850 546 846
Rata-rata skor 19, 34,14 19,5 31.11

5
Selisih skor dalam kelas 14,58 11,61
Selisih skor antar kelas 2,97

By Muhammad sukma rohim 18


Dari tabel 3. terlihat bahwa ada perbedaan selisih antara skor tes semester 1 dari

hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas control. Perbedaan tersebut adalah

sebesar 2,97.

4.1.2 Pembahasan hasil penelitian

Berdasarkan hasil pengujian perbedaan skor tes hasil belajar matematika

antara siswa kelas eksperimen dan kelas control dipeeroleh to= 2,04 dan t tabel=

1,671 pada taraf signifikan 5% dan db=(n1 + n2-2) dengan demikian to> t tabel

sehingga ho ditolak dan Ha diterima. Dapat disimpulkan bahwa hasilbelajar

matematika siswa kelaseksperimen dan kelas control berbeda setelah di uji dengan

ststistik. Bila dilihat juga dari rata-rata kelasnya hasil belajarmatematika siswa

berbeda, dimana rata-rata skor kelas eksperimen(xe=34.14) dan rata-rata skor

kelas control(xk=31,11). Ini berarti penggunaan LKS utnuk meningkatkan hasil

belajar khususnya pada penjumlahan dan pengurangan sangat efektif.

Penggunaan LKS yang dilakukan siswa ternyata dapat meningkatkan hasil

belajarnya. Hal ini terbukti pada perbandingan skor antara siswa kelas eksperimen

dan kelas control sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan dilaksanaka, seperti

pada tabel berikut ini:

Tabel 12.

Skor rata-rata kelas eksperimen dan kelas control

Skor kemapuan awal Skor hasil belajar

kelas (sebelum perlakuan) (setelah perlakuan )


Eksperimen 19,5 34,14
Control 19,5 31,11

By Muhammad sukma rohim 19


Dari tabel 12. diatas dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa

antara yang diajarkan denagn menggunakan LKS lebih baik dari siswa yang

diajarkan tanpa LKS.

Dalam hal ini sesuai dengan kajian teori bahwa LKS lebih efektif di

gunakan pada setiap pokok bahasan matematika dapat dibuktikan setelah

dilakukan eksperimen pada penjumlahan dan pengurangan pecahan.

Dengan adanya perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan

deangan menggunakan LKS dan siswa yang diajarkan tanpa LKS dengan

peningkatan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa diajarkan dengan

menggunakan LKS lebih tinggi dari skor rata-rata siswa yang diajarkan tanpa

LKS, maka peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan LKS lebih efektif dalam

pengajaran matematika.

Oleh karena itu, penggunaan dalam pengajaran matematika perlu dilakukan

pada siswa agar peningkatan hasil belajar matematika yang telah dicapai selama

penelitian dilangsungkan dapat dipertahankan dan meningkat lagi.

Bab V

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

By Muhammad sukma rohim 20


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan sesuai dengan tujuan maka

dapat disimpulkan bahwa.

1. Hasil belajar matematika siswa kelas ekprimen mempunyai retang skor

dari 25 dan 43, skor rata-rata 32,48 standar deviasi 6,84 dan siswa kelas

control mempunyai rentang skor dari 20 sampai 39, skor rata-rata 31,11

standar deviasi 5,03.

2. Penggunaan LKS yang dilakukan siswa dalam proses belajar matematika

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ini dapat dilihat dari pebandingan

peningkatan skor kelas eksprimen sebelum perlakuan dengan rata-rata

19,5 menjadi 34,14 setelah perlakuan. Sedangkan skor kelas control

sebelum perlakuan dengan rata-rata 19,5 menjadi 31,11. Dengan demikian

maka penggunaan LKS efektif pada pengajaran metematika. ( dari hasil

belajar matematika siswa kelas eksprimen skor rata-ratanya 34,14 lebih

besar dari skorrata-rata kelas control yaitu 31,11)

5.2 Keterbatasan Penelitian

Dalam pembelajarannya pada materi pecahan ( menjumlah dan

mengurangkan pecahan biasa dengan pecahan campuran) dengan sampel

penelitian siswa kelas Va dan kelas Vb SDN 2 X tahun ajaran 2009/2010. Hasil

dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada kelas (sekolah) lain.

5.3 Saran

Sebagai implikasi dari penelitian ini, maka dapat disarankan sebagai berikut:

By Muhammad sukma rohim 21


1. kepada guru bidang studi matematika diharapkan pada proses belajar

mengajar menggunakan LKS sebagai media untuk membantu siswa dalam

memahami setiap materi yang diajarkan. Dan dalam pembuatan LKS

diajarkan sederhana dan mudah dipahami siswa dengan memperbanyak

soal latihan dengan harapan agar siswa dapat lebih terlatih untuk

menyelesaiakan sola-soal matematika.

2. guru hendaknya bersikap fleksibel terhadap situasi dan kondisi

pembelajaran, aktivitas dan kontribusi siswa dalam pembelajaran lebih di

utamakan dari pada domisi guru dalam proses pembelajaran.

Daftar Pustaka

Ali,Muhammmad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan

Strategi.Bandung: PT. Bina Aksara

By Muhammad sukma rohim 22


Arikunto, S. 1993. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT.

Bina Aksara

Dahar. R. W. 1989. Teori -teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Hudojo. H. 1988. Mengajar belajar Matematika. Jakarta: Dikjen Dikti P2LPTK

Slammeto. 1998. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. BAndung: PT. Bina

Aksara

Suherman, Erman. 1986. Pendidikan Matematika. Jakarta: Depdikdup

Supardjo. 2007. Matematika Gemar Berhitung Untuk Kelas V SD dan MI

Semester 2. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

By Muhammad sukma rohim 23

You might also like