Professional Documents
Culture Documents
A. Prolog
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk lain. Sejak lahir, manusia telah dibekali dengan berbagai
kemampuan. Kemampuan untuk mendengarkan, melihat dan memahami
berbagai fenomena alam berdasarkan kecerdasan dengan sarana panca indera
yang sempurna. Bahkan dalam kronologi penciptaannya, sengaja Allah
memilihkan dengan prosedur (cara) yang berbeda.
Secara umum, dalam diri manusia terdapat dua dimensi yang antara
keduanya saling mendukung. Pertama, dimensi jasmaniyah (jasad) yang
dalam kronologi penciptaannya berasal dari tanah.1 Fenomena ini membangun
sebuah argumentsi yang kokoh bahwa secara jasmaniyah manusia berasal dari
tanah dan yang memuaskannya, semua berasal dari tanah serta ketika matipun,
jasad dikembalikan ke tanah. Kedua, dimensi ruhani (ruh) yang berasal dari
Allah.2 Konsekuensi logisnya, bahwa ruh berasal dari Allah dan yang bisa
memuaskannya juga sesuatu yang berasal dari Allah serta ketika manusia
dinyatakan mati, maka ruh kembali kepada Allah.
Dimensi jasad, mengantarkan manusia memiliki fitrah
(kecenderungan) membutuhkan sesuatu yang bersifat materi. Sebaliknya,
dimensi ruh mengantarkan manusia memiliki fitrah insting keberagaman3,
yang cenderung bernuansa spiritualis. Antara keduanya menjadi satu kesatuan
yang utuh dalam diri manusia. Perspektif manusia seperti ini memberikan
pilihan yang bersifat probability bahwa manusia bisa terjerumus ke dalam
jurang kenistaan yang jauh dari perikemanusiaan atau bahkan mampu
1
Lihat : al-Qur’an al-Karim Surat al-Mukminun (23) : 12-14.
2
LIhat : al-Qur’an al-Karim surat al-Hijr (15) : 29 dan lihat juga dalam surat Shaad (38) :
72.
3
M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi, Al-Asma’ al-Husna Dalam Perspektif al-
Qur’an, Jakarta, Lentera Hati, Cetakan VIII, 2006, hal. XVII.
4
M. Amin Syukur, Zikir Menyembuhkan Kankerku : Pengalaman Kesembuhan
Seseorang Penderita Kanker Ganas yang Divonis Memiliki Hidup Hanya Tiga Bulan, Jakarta,
Hikmah (PT Mizan Publika), Cetakan II, 2007, hal. 57.
5
Yusuf Qardawi, Al-Iman wa al-Hayat, (terj. Jaziratul Islamiyah), Jakarta, Mitra
Pustaka, Cetakan V, 2002, hal. 65.
6
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam (Jakarta Bulan Bintang, 1973),
56.
7
Azyumardi Azra, et. Al., Ensiklopedia Islam, Jakarta, PT Ichtiar Baru van Hoeve,
Cetakan X, 2002, hal. 74.
8
Kamil Musthafa al-Syaiby, Syarah al-Diwan li al-Hallaj (Beirut : Maktabah An-
Nahdhoh, 1974), 19
9
Azyumardi Azra, I b i d.
10
M. Abd. Hadi W., dalam pengantar Saleh Abdul Sabur, Tragedi al-Hallaj, Pustaka,
Bandung, 1976, viii.
11
Simuh, Tasawuf dan Perkembangannya Dalam Islam (Jakarta, Raja Grafindo, 1997),
144.
12
Ibid
13
Syiah Qaramitah adalah sebuah kelompok Syiah beraliran garis keras yang dipimpin
oleh Hamdan bin Qarmat yang menentang dan memusuhi pemerintah Dinasti Abbasiyah sejak
abad kesepuluh sampai dengan abad ke sebelas, Lihat : Azyumardi Azra, et.al., Ibid., hal. 74-75.
14
Spiritualis Islam (Islamic Sprirituality) sebagaimana dijelaskan secara khusus oleh
Sayyed Hossein Nasr adalah sebuah pengalaman dan pengetahuan akan keesaan Allah dan
realisasinya dalam pemikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan, serta berangkat dari kemauan, jiwa,
dan kecerdasan yang pada puncaknya adalah menjalani hidup dan melakukan perbuatan yang
senantiasa sejalan kehendak Ilahi, mencintainya dengan segenap wujud, dan akhirnya mengenal-
Nya melalui pengetahuan integrative dan iluminatif, yang realisasinya tidak akan pernah dapat
terpisahkan dari cinta, dan tidak akan mungkin tanpa kehadiran perbuatan yang benar. Lihat :
Sayyed Hossein Nasr (ed.), Ensiklopedi Tematis Spiritualitas Islam : Manifestasi, (tim
penerjemah Mizan), Bandung, Mizan, 2003, hal. Xxiii.
15
Sulaiman Al-Kumayi, Kearifan Spiritual dari Hamka ke Aa Gym, Semarang, Pustaka
Nuun, 2004, hal. 4.
16
Azyumardi Azra, et.al., op.cit, hal. 75
17
Ibid.
Dalam syair di atas tampak Tuhan mempunyai dua sifat dasar ke-
Tuhanan, yaitu “Lahut” dan “Nasut”. Dua istilah ini oleh al-Hallaj diambil
dari falsafah Kristen yang mengatakan bahwa Nasut Allah mengandung
tabiat kemanusiaan di dalamnya.21 Dalam konsep hulul al-Hallaj dimana
Tuhan dengan sifat ketuhanan menyatu dalam dirinya, berbaur sifat Tuhan
itu dengan sifat kemanusiaan.
18
M. Amin Syukur, Menggugat Tasawuf, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1999, hal. 57.
19
Azyumardi Azra, et.al., op.cit., hal. 75
20
Kamil Musthafa al-Syaiby, Syarah al-Diwan al-Hallaj, (Beirut, Maktabah, an-
Nahdhoh, 1974), 18
21
Abdul Kadir Mahmud, al-Fikr al-Islami wa al-Falsafat al-Muaridlah fi al-Qadim wa
al-Hadits (Mesir : Hajah al-Misriyah al-Ammah li al-Kitab, 1986), 78
“Aku adalah Dia yang kucintai dan Dia yang kucinta adalah aku.
Kami adalah dua roh yang bersatu dalam satu tubuh. Jika engkau lihat
aku, engkau lihat Dia, dan jika engkau lihat Dia, engkau lihat kami”.23
22
Ajoeb Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi, The Secret of Ana L-Haqq,
(Jakarta : Rajawali, 1986), 21
23
Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), 90.
Lihat juga Ajoeb Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi, Op. Cit., 23
“Aku adalah Rahasia Yang Maha Benar, dan bukanlah Yang Maha
Benar itu aku, aku hanya satu dari yang benar, dibedakanlah antara kami
atau aku dan Dia Yang Maha Benar”. 24
24
Ibid
25
Azyumardi Azra, et.al., Log.cit, hal. 75
26
Kamil Musthafa al-Syaiby, Syarah al-Diwan al-Hallaj, (Beirut, Maktabah, an-
Nahdhoh, 1974), 27
27
Team Penyusun Ensiklopedia Islam, Ensiklopedi Islam, Jilid I, Jakarta, Ikhtiar Baru
Van Hoeve : 1994, hal. 262.
28
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme Dalam Islam, Jakarta, Bulan Bintang : 1973,
hal. 81
29
Team Penyusun Ensiklopedia Islam, Op. Cit., hal. 262
30
Abu al-A’la al-Afifi, Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah wa Tarikhihi, Kairo, Lajnah Taklif
wa al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969, hal. 25
31
Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspek, Op. Cit., hal. 83
32
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taftazani, Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam, Terj. Ahmad
Rafi’ Usman, Bandung, Pustaka ; 1985, hal. 106
33
Al-Hujriwi, Kasyf al-Mahjub, Mesir, Lajnah al-Ta’rif bi al-Islam, 1934, hal 524
34
Abu Bakar al-Kalbadzi, al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf, Kairo, Maktabah
al-Kulliyah al-Azhariyyah, 1969, hal. 147
37
Ibid, 86
38
Syarah Binti Muhsin, Op. Cit, hal. 34.
39
Harun Nasution, Op. Cit. , hal. 84.
40
Ibid, 86
41
Abu Wafa’ al-Ghanimi al-Taflazani, Op. Cit., hal. 109
42
Ibid, 119
BIBLIOGRAPY
Abd. Hadi, M., W, dalam pengantar Saleh Abdul Sabur, Tragei al-Hallaj,
(Bandung, Pustaka, 1976)
Abdul Kadir Mahmud, al-Fikr al-Islami wa al-Falsafat al-Muaridhoh fi al-
Qodim wa al-Hadits, (Mesir, Hajah al-Misriyah al-Ammah li al-Kitab,
1986)
Abu, Wafa’, al-Ghanimi, al-Taftazani, Madkhal ila al-Tasawwuf al-Islam, Terj.
Ahmad Rafi’ Usman, Bandung, Pustaka ; 1985
Abu Bakar al-Kalbadzi, al-Ta’arruf li Madzhab Ahl al-Tasawwuf, Kairo,
Maktabah al-Kulliyah al-Azhariyyah, 1969,
Abu al-A’la al-Afifi, Fi al-Tasawwuf al-Islamiyah wa Tarikhihi, Kairo, Lajnah
Taklif wa al-Tarjamah wa al-Nasyr : 1969,
Ajoeb Joebar, dalam pengantar Ibrahim Gazur I-Ilahi, The Secret of Ana L-Haqq,
(Jakarta : Rajawali, 1986)
Al-Hujriwi, Kasyf al-Mahjub, Mesir, Lajnah al-Ta’rif bi al-Islam, 1934,