You are on page 1of 18

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


MELATIH KEMAMPUAN POSITIF PADA DIRI: MERANGKAI PUZZLE
UNTUK PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR
Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Departemen Jiwa

Oleh:
Ayu Wahyuni Lestari
NIM. 0910723015

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MELATIH KEMAMPUAN POSITIF PADA DIRI: MERANGKAI PUZZLE
UNTUK PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
DI DESA SRIGONCO KECAMATAN BANTUR
Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen CMHN

Oleh:
Ayu Wahyuni Lestari
NIM. 0910723015

Telah diperiksa kelengkapannya pada:


Hari : Senin
Tanggal : 23 Juni 2014
Dan dinyatakan memenuhi kompetensi

Perseptor Klinik

Perseptor Akademik

Ns. Soebagijono, S.Kep, M.M. Kes.

Ns. Heni Windarwati,S.Kep, M.Kep,Sp.J

NIP. 19681009 1999003 1003

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dan
lingkungan dari luar dirinya baik itu lingkungan keluarga, kelompok dan komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang dikembangkan
dapat menghasilkan perubahan diri individu diantaranya perubahan nilai budaya,
perubahan sistem kemasyarakatan, pekerjaan, serta akibat ketegangan antar idealisme
dan realita yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan mental emosional.
Tidak semua orang dapat menyesuaikan diri dari perubahan tersebut, akibatnya akan
menimbulkan ketegangan atau stres yang berkepanjangan sehingga dapat menjadi
faktor pencetus dan penyebab serta juga mengakibatkan suatu penyakit. Faktor yang
dapat mempengaruhi stres adalah pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi
saat ini (Suliswati, 2005).
Penyebab gangguan jiwa salah satunya karena stresor psikologis.Yang merupakan
suatu keadaan atau suatu peristiwa yang menyebabkan adanya perubahan dalam
kehidupan seseorang hingga orang tersebut terpaksa mengadakan adaptasi dalam
menaggulangi stressor tersebut. Kesehatan adalah keadaan sehat fisik, mental dan
sosial, tidak hanya keadaan tanpa penyakit atau kelemahan, sehingga secara
menyeluruh kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan yang tidak dapat
dipisahkan. Dari studi pendahuluan dan pengkajian yang telah diakukan, didapatkan
data bahwa masalah yang sedang dihadapi oleh klien adalah harga diri rendah yang
membuat klien malu berinteraksi dengan orang lain sehingga membuat klien cenderung
menyendiri di rumah tanpa adanya kegiatan yang bermakna. Hal ini mendorong
kelompok untuk melakukan terapi aktivitas kelompok (TAK) keluarga yang merupakan
salah satu terapi modalitas keperawatan untuk mendukung dan mengoptimalkan
intervensi yang telah dilakukan oleh perawat.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara kolektif
dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan pencapaian adaptasi
optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok. Tujuan ditetapkan berdasarkan
kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian besar klien dan sedikit banyak
dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas kolektif.

Salah satu terapi aktivitas yang dapat diberikan pada pasien dengan harga diri
rendah adalah terapi aktivitas kelompok dengan stimulasi persepsi: harga diri rendah
dengan melatih hal positif pada diri yaitu dengan membuat bingkai foto. Pembuatan
bingkai foto akan mengembangkan kemampuan positif pada pasien dengan harga diri
rendah. Sehingga pada proposal ini kelompok berkeinginan mengajukan TAK membuat
bingkai foto untuk pasien harga diri rendah sebagai terapi modalitas untuk merangsang
kembali kemampuan positif klien dan dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan
aktivitas pada pasien harga diri rendah di Desa Bantur Kecamatan Bantur.

1.2

Tujuan
Tujuan umum TAK membuat bingkai foto untuk pasien harga diri rendah
sebagai terapi modalitas untuk merangsang kembali kemampuan positif klien dan
dapat meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas. Tujuan khususnya adalah:

1. Klien dapat menilai hal positif diri yang dapat digunakan


2. Klien dapat memilih hal positif diri yang akan dilatih
3. Klien dapat menilai hal positif diri yang telah dilatih
4. Klien dapat menjadwalkan penggunaan kemampuan yang dilatih

1.3
1.3.1

Manfaat
Manfaat Bagi Klien

Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan harga diri


rendah

merangsang

kembali

kemampuan

positif

klien

dan

dapat

meningkatkan kemauan dalam melakukan aktivitas.


1.3.2

Manfaat Bagi Terapis

Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistik

Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi


Pelaksanaan dalam implementasi rencana tindakan keperawatan klien

1.3.3

Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai bahan


kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa PSIK sebagai aplikasi dari
pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan Harga Diri
Rendah.

1.3.4

Manfaat Bagi Ponkesdes Bandugrejo dan Puskesmas Bantur

Sebagai masukan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik


pada pasien dengan Harga Diri Rendah pada khususnya, sehingga
diharapkan keberhasilan terapi lebih optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1

Harga Diri Rendah

1. Pengertian konsep diri


Konsep diri adalah semua ide, pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat
seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungan dengan orang lain
(Stuart dan sundeen 1998: 227).
Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari
pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan
realita dunia.
Konsep diri terdiri atas komponen-komponen berikut:
a. Citra tubuh adalah kumpulan dari sikap individu yang disadari dan tidak disadari
terhadap tubuhnya. Termasuk persepsi masa lalu dan sekarang, serta perasaan tentang
ukuran, fungsi, penampilan dan potensi yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan persepsi dan pengalaman baru.
b. Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berprilaku
berdasarkan standar, aspirasi, tujuan, atau nilai personal tertentu.
c. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa baik prilaku seseorang sesuai dengan identitas diri, harga diri
yang tinggi adalah perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetapi merasa sebagai
seorang yang penting dan berharga.
d. Penampilan peran adalah serangkaian pola prilaku yang diharapkan oleh lingkungan
sosial berhubungan dengan fungsi diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang di terima adalah
peran yang terpilih atau dipilih oleh individu.
e. Identitas personal adalah pengorganisasian prinsip dari kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi dan keunikan individu.
Pembentukan identitas dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
hidupnya, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
2. Psikodinamika konsep diri
a. Etiologi

Penyebab dari gangguan konsep diri adalah:


1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tibatiba, misal : harus operasi, kecelakaan, dicerai suami,
putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban
perkosaan, dituduh, korupsi, kolusi, nepotisme, dipenjara tiba-tiba).
2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri telah berlangsung lama sebelum sakit atau
dirawat, klien mempunyai cara berfikir negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

b. Faktor Predisposisi
1) Penolakan orang tua.
2) Harapan orang tua yang tidak realistis.
3) Kegagalan berulang kali.
4) Kurang mempunyai tanggung jawab personal.
5) Ketergantungan pada orang lain.
6) Ideal diri yang tidak realistis.

c. Komplikasi
1) Isolasi sosial: menarik diri.
2) Timbulnya masalah persepsi sensori halusinasi dengar, lihat, raba, cium dan lain-lain.

d. Rentang respon konsep diri

Respon adaptif

Aktualisasi Konsep diri


diri

positif

Respon maladaptif

Harga diri
rendah

Kerancuan Deporsonalisasi
identitas
(Stuart and Sundeen 1998)

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang bisa muncul akibat dari gangguan konsep diri adalah mengkritik
diri sendiri atau orang lain, penurunan produktifitas, destruktif yang diarahkan pada
orang lain, gangguan dalam berhubungan, rasa diri penting yang berlebihan, perasaan

tidak mampu, rasa bersalah, mudah tersinggung atau marah yang berlebihan, perasaan
negatif mengenai tubuhnya sendiri., ketegangan peran yang dirasakan, pandangan
hidup yang pesimis, keluhan fisik, pandangan hidup yang bertentangan, penolakan
terhadap kemampuan personal, destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri,
penarikan diri secara sosial, penyalahgunaan zat, menarik diri dari realitas.

4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Harga diri rendah termasuk dalam kelompok penyakit skizoprenia tidak tergolongkan,
maka jenis penatalaksanaan yang bisa dilakukan adalah:
1) Psikofarmakol
Adalah terapi dengan menggunakan obat, tujuannya untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala gangguan jiwa, obat yang biasa digunakan di RS jiwa antara lain.
a. Anti Psikosis
1. Cloropromazin ( Thorazime) dosis 25-2000 mg/hari
2. Haloperidol (hal dol) dosis 2-40 mg/hr indikasi digunakan untuk pengobatan
psikosa, mengobati masalah perilaku yang berat pada anak-anak yang
berhubungan dengan keadaan yang tiba-tiba meledak, mengontrol mual dan
muntah yang berat dan kecemasan berat. Kontra indikasi: hiperaktif, galaukoma,
hamil dan menyesui, efek samping yaitu anemia, mulut kering, mual dan muntah,
konstipasi, diare, hipotensi, aritmia cordis, takikardi, eksrapiramidal, penglihatan
berkabut.
a. Anti Parkinson
Trihexypenidril (artane) dosis 5-15 mg/hr indikasi berbagai bentuk parkinsonisme.
Kontra indikasi: galukoma, takikardi, hipertensi, penyakit jantung, asma, ulserasi,
duodenum. Efek samping: sakit kepala, lemas, cemas, psikosis, depresi, halusinasi,
ortostatik, foto sensitivitas, penglihatan berkabut, mual muntah, konstipasi,
frekuensi/retansi urin.
2) Pengobatan Somatik
a. Elektro Convulsif Therapi (ECT)
Merupakan pengobatan untuk menimbulkan kejang grand mal yang menghasilkan
efek therapi dengan menggunakan arus listrik berkekuatan 75-100 volt. Cara kerja
belum diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa therapi convulsif dapat
memperpendek lamanya skizofrenia dan dapat mempermudah kontak dengan
orang lain, indikasi ECT yaitu depresi berat dan bila therapi obat-obatan belum
berhasil (gangguan berpolar), klien yang sangat mania, hiperaktif, klien resiko tinggi
bunuh diri, psikosis akut, skozoprenia.

b. Pengekangan Fisik
Terdiri dari pengekangan mekanik dan isolasi
Pengekangan mekanik dilakukan dengan menggunakan manset untuk pergelangan
tangan dan kaki serta seprei pengekang.
Isolasi yaitu menempatkan klien dalam suatu ruangan tertentu di Rumah sakit.
Indikasi: Pengendalian prilaku amuk yang membahayakan diri dan orang lain
Kontra indikasi: resiko tinggi bunuh diri, hukuman.
3) Psikoterapi
Psikoterapi membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi yaitu memberikan rasa aman dan
tenang. Menerima klien apa adanya, motivasi klien untuk dapat mengungkapkan
perasaannya secara verbal, bersikap ramah sopan dan jujur pada klien.
4) Terapi Modalitas
Terapi Okupasi:
Terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisifasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau juga yang segala dipilih dengan maksud untuk
memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri.

2.1.5 Terapi
Memberi layanan pembelajaran pada anak dengan retardasi mental tentunya
banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara yang bisa dicoba untuk
memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan menggunakan terapi permainan. Ada
beberapa peran terapi permainan dalam pembelajaran, yaitu (Mulya, 2011):
a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah kesulitan,
menambah masalah, dan mencegah terhambatnya proses pembelajaran.
b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi
permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi sosial, melatih
komunikasi, dan lain-lain.
c. Terapi permainan sebagai saranan untuk mempertajam penginderaan.
Misalinya permainan sebagai sarana untuk mengembangkan kepribadian.
d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya anak perempuan.
Menurut Sutini dkk (2009), penyuluhan kesehatan untuk keluarga berisi
tentang perkembangan anak untuk tiap tahap usia didukung keterlibatan orang tua

dalam perawatan anak, bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi perilaku


anak yang sulit, informasikan sarana pendidikan yang ada.

2.2

Terapi Aktivitas Kelompok

2.2.1 Definisi kelompok


Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang
lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001).
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus
ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif,
kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam stuart dan
laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika
anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai
interaksi yang terjadi dalam kelompok.

2.2.2 Tujuan dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan orang
lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan kelompok
ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif.
Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensi nya oleh anggota
kelompok yang lain.

2.2.3 Jenis Terapi Kelompok


1. Terapi kelompok
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Fokus

terapi

kelompok

adalah

membuat

sadar

diri

(self-awareness),

peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya.


2. Kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis,
tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok wanita hamil

yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak
kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari
kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. mencegah masalah kesehatan
b. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3.

Terapi Aktivitas Kelompok


Wilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi,
dan teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan
respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam
kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari, dan literatur. Terapi
aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/Sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terapi aktivitas kelompok Stimulasi
Sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori melatih mensensorikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami, diharapkan respon
klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori
klien. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien mengorientasikan
pada kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas kelompok Stimulasi
Sensori untuk membantu klien melakukan Stimulasi Sensori dengan individu
yang ada disekitar klien.

BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

3.1 KARAKTERISTIK KLIEN DAN PROSES SELEKSI


Karakteristik klien
a. Klien yang tidak mengalami gangguan jiwa
c. Klien yang mudah mendengarkan dan mempraktekannya
d. Klien dengan harga diri rendah
e. Klien yang mudah diajak berinteraksi
Proses Seleksi
a. Mengobservasi klien dengan riwayat harga diri rendah
b. Mengumpulkan keluarga klien yang termasuk dari karakteristik masalah harga diri
rendah untuk mengikuti TAK

3.2 TUGAS DAN WEWENANG


1. Tugas Leader dan Co-Leader
-

Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.

Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien

Memberikan motivasi kepada klien

Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan

Memberikan reinforcemen positif terhadap klien

2. Tugas Fasilitator
-

Ikut serta dalam kegiatan kelompok

Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien

Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung

Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif

Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan klien lainnya

Membantu melakukan evaluasi hasil

3. Tugas Klien
-

Mengikuti seluruh kegiatan

Berperan aktif dalam kegiatan

Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir
2. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai dilaksanakan
3. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi : Peringatan lisan

3.4 TEKNIK PELAKSANAAN


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK KELUARGA

Tema

: Terapi Aktivitas Kelompok : merangkai puzzle

Sasaran

: Pasien dengan Harga Diri Rendah

Hari/ tanggal : Rabu, 25 Juni 2014


Waktu

: 45 menit

Tempat

: Di Balai Desa Srigonco Kecamatan Bantur

Terapis

:
1. Leader

: Ayu Wahyuni Lestari

2. Fasilitator

: Dian Dwi F

Tahapan Sesi:

Sesi 1: Identifikasi Hal Positif pada Diri


Sesi 2: Melatih Hal Positif pada Diri

A.

B.

Tujuan

Sesi 1: Klien mampu mengungkapkan kemampuan positif yang dimiliki

Sesi 2: klien mampu merangkai puzzle

Sasaran
1. Kooperatif
2. Tidak terpasang restrain

C.

Nama Klien dan Keluarga


-

Joko

Umriyeh

Yatmoko

Sri

Reni

Putri

Santo

Danang

Obet

bagus

D. Setting

Terapis dan klien duduk bersama dalam satu lingkaran

Sesuaikan dengan kemampuan yang akan dilatih

Ruangan nyaman dan tenang

E. MAP

L
K

F
K

K
O
K

Keterangan :
L : Leader

F.

C: Co Leader

O : Observer

F : Fasilitator

K : Klien

Alat
-

Puzzle

G. Metode

Diskusi dan tanya jawab

Demonstrasi dan bermain peran

H. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih klien sesuai dengan indikasi
b. Membuat kontrak dengan klien

c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan


2. Orientasi
a. Memberi salam terapeutik: salam dari terapis
b. Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak: Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri

3. Tahap kerja
SESI 1
a. Peserta menyebutkan daftar kemampuan diri yang dapat dilatih
b. Memberi pujian untuk tiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan
SESI 2
a. Menyiapkan puzzle yang belum terangkai
b. Tiap fasilitator mendampingi klien
c. Lalu klien dibimbing untuk merangkai puzzle
d. Fasilitator ketepatan merangkai puzzle

4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberi pujian atas keberhasilan klien
b. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien dan keluarga melakukan kegiatan tersebut secara berkala
c. Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan berikutnya
Menyepakati waktu dan tempat

5. Evaluasi Hasil
a. Kemampuan verbal
No.

Aspek yg dinilai

Menyebutkan nama lengkap

Menyebutkan nama panggilan

Menyebutkan kemampuan

Memilih kemampuan yang akan dilatih


Jumlah

Nama klien

b. Kemampuan nonverbal
No.

Aspek yg dinilai

Kontak mata

Duduk tegak

Menggunakan bahasa tubuh yg sesuai

Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

Nama klien

Jumlah

c. Kemampuan merangkai puzzle


No.

Aspek yg dinilai

Ketepatan merangkai puzzle

Waktu dan kecepatan


Jumlah

Nama klien

BAB IV
HASIL EVALUASI

a. Kemampuan verbal
No.
1

Nama klien

Aspek yg dinilai
Menyebutkan

nama

10

10

10

10

10

lengkap
2

Menyebutkan

nama

10

10

10

10

10

10

10

Menyebutkan hobi

10

10

10

10

10

10

10

Jumlah

30

30

30

30

30

30

30

panggilan
4

b. Kemampuan nonverbal
No.

Nama klien

Aspek yg dinilai

Kontak mata

10

10

10

10

10

10

10

Duduk tegak

10

10

10

10

10

10

10

Menggunakan

bahasa

10

10

10

10

10

10

10

Mengikuti kegiatan dari

10

10

10

10

10

10

10

40

40

40

40

40

40

40

tubuh yg sesuai
4

awal sampai akhir


Jumlah

c. Kemampuan Merangkai puzzle


No.

Aspek yg dinilai

Ketepatan merangkai puzzle

Waktu dan kecepatan


Jumlah

Nama klien

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Dari 7 peserta yang mengikuti TAK semua peserta mendapat nilai sempurna.

Rencana Tindak Lanjut:


1. Melihat perkembangan motorik kasar dan motorik halus pasien yang telah di TAK

Bantur, 25 Juni 2014


Mengetahui,
Perseptor Akademik

Perseptor Klinik

Ns. Heni Windarwati, M.Kep., Sp.Jiwa

Ns. Soebagijono, S.Kep.,M.MKes

DAFTAR RUJUKAN

Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan
Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang
Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon

Masalah Keperawatan,

Sagung Seto, Jakarta.


Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition,
Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby,
St.Louis.

You might also like