Professional Documents
Culture Documents
Hallo Anak-anakku tersayang, haruslah ingat, ingatlah selalu, kita harus mencintai negara ini dan
berbakti kepadaNya, yaitu Ibu Pertiwi kami yang tercinta – negara Indonesia.
Haruslah sadar bahwa Negara adalah tempat kita berlindung dan bernaung yang terpenting, karena
jikalau tidak ada Negara tidak akan ada keluarga, bila tidak ada keluarga mana ada kita-kita ini.
Mengapa dalam buku-buku Tiongkok kuno banyak menyebutkan “Langit dan Bumi”?
Pada zaman Tiongkok kuno belum ada agama, sehingga rakyat tidak mengenal panggilan “Langit
dan Bumi” yang telihat nyata wujudnya. Mereka sangat menghormati “Langit dan Bumi”,
menganggap “Langit” sebagai Bapak, karena memberiakn udara, matahari, bulan, bintang, hujan,
dan lain-lain untuk menghidupkan kehidupan di Bumi. Mereka menganggap “Bumi” sebagai Ibu
karena memberikan tempat untuk berteduh, makanan, air, hasil tambang dan sebagainya. Mereka
sangat yakin bahwa berbuat kebaikan akan mendapat berkah dari “Langit dan Bumi”, membuat
kejahatan akan membuat “Langit dan Bumi” murka dengan menghukum manusia dengna
kecelakaan atau bencana yang ringan atau yang berat sesuai tingkat kejahatan yang dibuat
manusia. Panggilan “Langit dan Bumi” sudah sangat melekat pada orang Tionghoa secara turun
temurun sampai sekarang, sehingga bila seseorang terbebas dari suatu kecelakaan/bencana atau
mendapat keberuntungan sudah terbiasa pasti akan menyebutkan “Xie Thian Xie Ti” yang berarti
bersyukur/terima kasih kepada “Langit dan Bumi”.
Orang Tiongkok kuno juga mengajarkan anak cucu agar belajar berlapang hati/sabar seperti
”Bumi”, cobalah Lihat, “Bumi” memberi manusia segala sesuatu keperluan untuk kelangsungan
hidupnya, walaupun manusia menginjak-injak “Bumi”, mengorek tanah, mengambila miliknya,
malah membuang kotoran ke muka atau ke dalam perutnya, “Bumi” tetap sabar, diam tidak
mengleluh dan tetap memberi dan membiarkan manusia mengambil hak miliknya.
Anak-anakku saying, setelah membaca penjelasan di atas, sepantasnya kita harus sangat
mencintai “Bumi” dan lingkungan hidup sekitarnya, janganlah merusak segala isinya, karena kita
dan segala sesuatu yang berada di alam semesta ini adalah bagian sel-sel yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan, satu sel yang rusah akan mempengaruhi keseimbangan
keharmonisan alam semesta.
Fondasi untuk membangun dan membentuk kepribadian luhur anak-anak, agar mereka
setelah dewasa menjadi manusia sejati yang bermoral tinggi dan bijaksana, sebagia tiang
tonggak Negara.
Pada zaman Tiongkok kuno, buku ini adalah sebuah buku pegangan yang harus diajarkan oleh
orang tua dan guru kepada anak/muridnya. Semua anak/murid bukan ahnya mempelajarinya saja,
tetapi semua arahan buku ini harus diterapkan dan benar-benar melekat pada diri anak, sehingga
pada zaman Tiongkok kuno banyak menumbuhkan orang berbudi dna saleh yang terkenal di dunia
samapai saat ini, dan nama harum mereka akan selalu diingat dan ajaran-ajaran mereka selalu
dipelajari sebagai pegangan hidup dari generasi ke generasi.
Hal.
TAMBAHAN
Sopan santun di meja makan 26
Tamu datang berkunjung 27
Di tempat belanja 27
Hemat pangkal kaya 28
Menabung rezeki 28
Lain-lain 29
Anak bakti – Huang Xiang 31
Anak yang rela mengalah – Kong Rong 31
Cinta kasih – dapat dipelajari dalam kehidupan sehari-hari 32
Hati yang penuh keyakinan ……. 33
Selalulah ingat !
Nasib ditentukan oleh diri sendiri, dan
rezeki juga dibina oleh diri sendiri 34
Tahu Budi Balas Budi 35
Hukum Sebab Akibat / 36
Hukum Kebenaran Alam Semesta
Kata Penutup
K A T A PENGANTAR
Kong Fu Cu adalah seorang guru juga seorang pakar pendidikan yang mulia, ajarannya telah
mempengaruhi kebudayaan Tiongkok sangat dalam dan sangat luas, hingga saat ini, ajarannya
juga sudah tersebar di seluruh dunia. Beliau sangat yakin bahwa moralitas, perilaku luhur dan
disiplin adalah pendidikan fondasi anak-anak yang sejak kecil sudah harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Pada zaman Tiongkok kuno, orang tua membawa anaknya
menghadap guru untuk menjadi murid sang guru, orang tua dengan sangat hormat dan rendah ahti
menyembah sujud terlebih dahulu kepada guru, lalu diikuti anaknya yang menyembah sujud
kepada guru sebagai tanda bagwa si anak mulai hari ini telah menjadi murid sang guru. Bila suatu
hari sampai orang tua mengetahui bahwa anaknya telah dihukum guru pada saat belajar, orang tua
malah segera membawakan hadiah untuk disembahkan kepada guru sebagai tanda terima kasih
yang sedalam-dalamnya karena guru telah mendidik anaknya dengan ketat dan keras (biasanaya si
anak bila mendapat hukuman dari guru, tidak berani memberitahukan kepada orang tua, karena
malah akan mendapat hukuman lagi dari orang tua karena mengetahui si anak pasti telah berbuat
kesalahan sehingga mendapat hukuman dari guru). Tidak seperti orang tua zaman sekarang,
melarang hukuman badan. Orang tua zaman kuno menganggap seorang anak haruslah terlebih
dahulu memelihara perilaku luhur dna moralitas yang baik, setelah itu baru mempelajari ilmu,
karena bilamana tidak ada fondasi perilaku luhur dan moralitas yang baik, mempelajari ilmu adalah
sia-sia karena akan membentuk anak yang tidak berkepribadian mulia dan membawakan
melapetaka buat orang tua, bangsa dan Negara. Pad azaman Tiongkok kuno, tujuan belajar
adalah untuk menjadi ornag soleh dan orang suci, mengabdikan kepada Negara dan bangsa,
bukanlah untuk mencari keuntungan/uang.
Sejak ribuan tahun buku kecil ini adalah standar yang harus diterapkan oleh seorang murid.
Walaupun standar ini dipandang agak keras bila ditinjau dari sudut pandang orang zaman
sekarang, akan tetapi sangatlah jelas, orang kuno merasa adalah sangat penting bila seorang anak
sejak kecil memiliki disiplin yang tinggi serta perilaku dan moralitas yang baik. Mereka juga
meyakini, bahwa tanpa standar disiplin, perilaku luhur dan moralitas yang keat dank eras, seorang
anak kecil bila telah dewasa tidak akan berhasil. Bila seorang anak sejak kecil tidak tahu
bagaimana menghormati/berbakti kepada orang tua dan guru atau tertua, setelah dewasa tidak
mungkin menghormati dan mengikuti arahan siapa jua. Inilah keadaan yang terjadi dalam
masyarakat sekarang. Ada sebagian anak tidak mau mendengarkan dan mengikuti kehendak
orang tua, malah orang yua yang mendengar dan mengikuti kehendak anak. Guru takut mengajar
dna menghukum murid, karena takut melanggar hak azasi anak-anak yang dilindungi hokum dna
takut dituntut orang tua.
Sekarang ini kami hidup dalam dunia yang penuh kekacauan, hubungan antara manusia, hubungan
manusia dengan lingkungan, hubungan orang tua dengan anak, hubungan suami dan istri,
hubungan atasan dan bawahan sudah buyar, orang tua tidak bertindak sebagai orang tua, anak
tidak bertindak sebagai anak lagi. Hati nurani manusia sudah tercemar, peraturan rumah tangga
sudah retak, rasio perceraian meningkat sampai ke titik jenuh. Dunia ini sepertinya sudah tidak
cocok untuk dihuni lagi.
Kami sangat mengkhawatirkan kehidupan masa depan ana/cucu sebagai penerus bangsa dan
mengharap buku kecil ini dapat digunakan sebagai buku referensi dan sebagai buku pedoman
untuk mendidik dna membimbing anak/murid agar dapat membawakan generasi penerus hidup
dalam dunia yang aman sejahtera dan penuh kedamaian, kami yakin ini pasti adalah juga
kehendak semua orang tua.
DAFTAR ISI
Persembahan
Kata Pengantar
BAB VI : Dekatilah dan belajarlah dari orang yang berbudi luhur dan moral
tinggi
BAB VII : Bila kewajiban utama telah dilaksanakan dengan bik, barulah
belajar ilmu untuk meningkatkan kualitas kehidupan batin
Buku ini diterjemahkan untuk manfaat orang yang tidak mengetahui bahasa Mandarin atau kurang
paham bahasa Mandarin kuno/klasik, akan tetapi seperti telah diketahui bahwa arti kata dalam
bahasa Mandarin sangatlah luas dan dalam, sehingga buku ini belum dapat menjelaskan seluruh
arti dan makna sebenarnya, dan kami mengakui juga bahwa buku ini masih sangatlah jauh dari
kesempurnaan, maka pada kesempatan ini kami memohon maaf kepada pembaca dan semoga
dengan tersebarnya buku ini dapat mengundang orang budiman yang ahli mau menyusun kembali
dan meyempurnakan.
~0~
INTISARI PENDIDIKAN MORAL DNA BUDI PEKERTI ORANG TIONGKOK KUNO (4500 TAHUN
YANG LALU)
1. Sebagai orang tua mengasihi dan membimbing anaknya dan anak harus berbakti kepada orang
tuanya.
2. Sebagai atasan menghargai bawahannya dan bawahan harus setia kepada atasannya.
3. Antara suami dan istri harus saling memahami danmenjalankan peranan masing-masing sebaik-
baiknya.
5. Sesama teman selalu saling percaya, menasihati dan mendukung, tidak menghkhianati.
MAKSUD DAN TUJUAN PENGGALAKAN
PEMBACAAN SYAIR KLASIK ANAK-ANAK
- Walaupun leluhur dan orang tua kita telah lama meninggalkan kita, janganlah
lupa memperingati mereka dengan tulus.
- Walaupun anak cucu kita dya tangkap agak rendah, tetap harus membimbingnya untuk belajar
syair klasik/etika dan buku pengetahuan.
- Menghapuskan pendidikan syair klasik dna moralitas, inilah sumber terjadinya segala kejahatan
dna bencana alam, gejala kehancuran suatu negara.
- Kerakusan, kedendaman, kedunguan (tidak bijakasana), kesombongan adalah sumber
runtuhnya hati nurani.
- Maka untuk mencapai perdamaina dunia, harus dilihat/ditangani dari sumbernya/akarnya.
- Untuk membasmi kejahatan, hanya dapat ditempuh dnegna jalan mengajarkan etika, moralitas
dan bakti sebagai fondasi sejak anak masih kecil.
- Bila menganggap dan mengaku dampak/gejala sebagai akar/sumber suatu masalah.
- Sehingga sebenarnya hendak menyelesaikan masalah, malahan membuat masalah dan
mempersulit keadaan.
- Seorang manusia sejati harus menyelesaikan masalah dari sumbernya, bila sumber
masalahnya dapat diatasi, keamanan/kedamaian negara dan dunia akan tercapai dengan
sendirinya.
Anak-anakku saying, camkanlah dna hayatilah nasihat-nasihat di atas. Bertekadlah mau menjadi
orang yang paling berharga.
Cara pendidikan zaman sekarang penyakitnya adalah terlalu luas dan banyak, serta tidak
mementingkan pendidikan hokum sebab akibat, moralitas dan pembacaan syair klasik, untuk
memupuk keteguhan mental, sehingga meyebabkan terjadinya kejahatan, kekacauan dan
bencana sekarang ini.
Kami mengharap para orang tua, guru-guru, tokoh-tokoh masyarakat dapt memahami maksud
dan tujuan ini, ini adalah ikatan urat nadi kebudayaan ktia dna merupakan kunci penentu
apakah anak cucu kita dapat hidup sejahtera, aman, damai, dan sentosa. Orang yang arif pasti
dapat melihat kenyataan ini.
Rangkuman
SELALULAH BERSYUKUR
1. a. Standar untuk menjadi seorang murid dan anak yang baik …
b. Adalah berdasarkan nasihat orang-orang suci kuno …
c. Pertama adalah harus berbakti kepada orang tua, tahu/ignat budi dan
memebalas budi serta menghormati dan mencintai kakak dan adik
Anda …
d. Kedua adalah harus selalu waspada dan memegang janji serta harus
percaya nasihat dna ajaran orang suci kuno …
e. Serta mencintai sesame tanpa membeda-bedakan mereka …
f. Kemudian mendekati orang-orang yang penuh kasih saying, berkebajikan dan
berperikemanusiaan, belajarlah perilaku mereka …
g. Hal-hal di atas yang terutama harus diterapkan, selanjutnya bila ada waktu …
h. Adalah pertanda hati yang sakit/tidak berpikiran normal …
i. Buku haruslah disusun rapi sesuai jenisnya pada lemari/rak buku …
j. Haruslah disimpan pada tempat yang tepat …
Karena hal ini akan sangat merisaukan orang tua …
g. Janganlah membuat hal-hal yang merusak kebajikan dan melanggar etika …
h. Karena hal ini akan sangat memalukan orang tua …
i. Bila orang tua mencintai dan mengasihi Anda …
j. Adalah sangat mudah menjalankan “Bakti” …
k. Akan tetapi bila orang tua membenci Anda dan Anda tetap berbakti/bersikap
baik terhadap orang tua….
l. Inilah benar-benar yang disebut budi luhur seorang anak dan telah
njalankan ajaran orang suci.
11. a.&b. Hati-hati saat membuka tirai ruangan, jangan sampai berbunyi
c.&d. Kendorkan bila saat menekuk, jangan sampai terkena sikunya…
12. a.&b. Berkunjung ke rumah orang, di depan pintu, tanyakan dulu apa ada
tuan rumahnya …
c.&d. Saat memasuki ruangan, tinggikan nada suara untuk bertanya …
e.&f. Bila tuan rumah bertanya “siapa”, jawablah dengan menyebut
nama sendiri …
g. Bila dijawab dengan “saya” atau “aku” …
h. Tuan rumah tidka jelas “siapa” yang datang …
i.&j. Menggunakan barang orang lain, haruslah minta izin pemilik …
k.&l. Bila tidak minta izin, itu adalah juga disebut “mencuri” …
m.&n. Meminjam barang dari orang lain, haruslah segera dikembalikan
seutuhnya, janganlah sampai rusak …
21. a.&b. Bila Anda memiliki keahlian/kemampuan, janganlah hanya menguasainya untuk
keuntungan diri, haruslha melayani masyarakat ..
c.&d. Bila orang lain berkemampuan, janganlah menyeringai/memfitnah …
e. Janganlah menyanjun-nyanjung yang kaya …
f. Janganlah menghina yang miskin …
g. Janganlah hanya menyenangi teman yang baru …
h. Janganlah hanya menyenangi teman yang baru …
i.&j. Bila orang sedang sibuk, janganlah mengganggunya dengan urusan lain …
k.&l. Bila orang sedang sedih, janganlah banyak bicara dengannya …
Walaupun terima budi orang yang kecil hanya berupa setetes air
Haruslah dibalas berupa air mancur yang berlimpah-limpah
Pepatah menyebutkan: “Mendidik anak sejak bayi, mendidik menantu perempuan
sejak hari menikahi anak kita”.
Saat anak-anak masih kecil dan belum tercemar sifatnya, sangat mudah menerima kata-kata
nasihat; dan itu akan langsung melekat di otaknya, sampai dewasa tidak mudah berubah; oleh
karena itu, kebaikan hati, keyakinan diri harus dipupuk sejak kecil; Maka para orang tua, pada saat
anak-anak Anda masih sangat kecil, harus segera mendidik mereka membaca dan menghafal
syair-syair klasik hasil karya orang-orang suci/bikajsana kuno yang bersifat mendidik untuk
membangun kebijaksanaan dan keteguhan mental; terlebih lebih harus mengajarkan hokum sebab
akibat, yaitu berbuat yang baik akan mendapat balasan yang baik pula, benar-benar
memprektekkan kejujuran dan berpegang teguh pada moralitas. Bila tidak dididik sejak kecil,
setelah dewasa, kebiasaan buruk sudah melekat, sudah tidka mungkin diubah lagi! Seperti kata
pepatah “Nasi Sudah Menjadi Bubur”.
Syair klasik “San Zi Jing” menyebutkan: “Melahirkan anak tetapi tidak mendidiknya, adalah
kesalahan orang tua; Mengajar dengan tidak tegas adalah kelengahan seorang guru”;”Cara
mendidik yang benar, haruslah keonsentrasi pada satu subject”, bukannya banyak dan luas; oleh
karena itu sebuah syair klasik harus dibaca sampai ratusan atau ribuan kali, seorang penyair kuno
terkenal “Su Dong Bo” menyebutkan : “Buku yang lama tidka bosan dibaca ratusan kali, setelah
lancer membaca dan merenungkannya, anak akan memahami artinya dengan sendirinya”.
HUKUM SEBAB AKIBAT/
HUKUM KEBENARAN ALAM SEMESTA
1. Segala pikiran/bahasa/perbuatan kita pasti ada balasan …
2. Pikiran/bahasa/perbuatan yang baik pasti medapat balasan yang baik …
3. Pikiran/bahasa/perbuatan yang buruk/jahat pasti mendapat balasan yang
buruk/jahat …
4. Bila sekarang belum menerima balasan atas pikiran/bahasa/perbuatan kita
yang baik, jangnalah berkecil hati …
5. Bila sekarang belum menerima balasan atas pikiran/bahasa/perbuatan kita yang buruk,
janganlah gembira …
6. Karena, karena waktunya belum tiba, cepat atau lambat bila waktunya tiba, pasti menerima
balasannya ….
7. Walaupun orang yang berkuasa, rakyat biasa, yang kaya raya, yang miskin …
8. Tidak ada yang dapat menghindarinya, tidak ada yang dapat mengontrolnya, berjalan terus
sepanjang zaman, tidak ada yang dapat menghentikannya.
9. Inilah yang disebut “Hukum Sebab Akibat / Hukum Kebenaran Alam Semesta / Hukum
Keadilan Sejati” …
10. Tidak ada yang dapt mengontrolnya, berjalan terus sepanjang zaman, tidak ada yang dapat
menghentikannya …
11. Selalu, selalulah, ingatlah, percayalah dan takutlah akan Hukum Sebab Akibat …
12. Orang yang percaya dan takut akan Hukum Sebab Akibat, tidak beranki berbuat kesalahan
dan kejahatan ….
13. Maka dia akan hidup berbahagia, makmur di dunia dan akhirat …
14. Orang yang tidak percaya dan tidak takut akan Hukum Sebab Akibat, dia akan berbuat
sewenang-wenang, membuat kesalahan dan segala kejahatan …
15. Maka dia akan hidup sangat menderita di dunia dan menanggung hokum siksaan yang sangat
mengerikan dan berkepanjangan di akhirat .
TAHU BUDI BALAS BUDI
Pada zaman kuno di Tiongkok ada seorang anak perempuan berumur 9 tahun yang
bernama Huang Xiang, karena tidak ingin ayahnya terlalu lelah, dia mengerjakan semua pekerjaan
rumah tangga, pada musim panas, dia mengipasi kasur ayahnya agar sejuk, musim dingin, dia tidur
di kasur ayahnya yang dingin sampai menjadi hangat, baru menyilahkan ayahnya tidur di ranjang
yang hangat tersebut.
Pada zaman yang sama, ada seorang anak laki-laki yang berumur 4 tahun bernama Kong
Rong. Suatu hari teman ayahnya mengirimkan ayahnya 1 keranjang buah pear, ayahnya
menyuruh Kong Rong mengambil 1 buah pear untuk dimakan, Kong Rong memilih buah pear yang
terkecil, Ayahnya sangat heran dna bertanya: “Nak, engapa anda tidak memilih yang besar, malah
pilih yang kecil ?”, Kong Rong menjawab: “Papa, saya adalah anak yang paling kecil, maka harus
makan yang terkecil, yang besar untuk kakak-kakak”.
Anak-anak haruslah belajar perilaku Huang Xiang dna Kong Rong yang mencintai kakaknya dan
ayah
LAIN-LAIN
a. Harus, haruslah tahu merasa malu, manusia berbeda dengan binatang hanyalah karena
manusia mempunyai “rasa malu” …
b. Janganlah berlari-larian/berteriak-teriak di tempat yang bukan tempat bermain …
c. Janganlah merusak barang-barang milik umum ….
d. Janganlah bermain di dapur …
e. Janganlah bermain barang tajam dan api ….
f. Janganlah menerima barang apapun dari orang yang tidak dikenal ….
g. Janganlah sembarangan membuang sampah dan meludah ……
h. Janganlah merokok yang merugiakn diri dna orang lain ….
i. Janganlah terus menerus menonton TV ….
j. Tetapi banyaklah membaca buku yang sehat ….
k. Sedapat mungkin janganlah meminjam sesuatu dari orang lain …
KATA PENUTUP
Kami mengucapkan terima kasih kepada Anda karena mau membaca buku ini samapi selesai, dan
kami mengucapkan juga “Selamat” kepada Anda, bila Anda telah membimbing dna mempraktekkan
Standar ini kepada anak/murid Anda.
Bila anak/murid Anda telah menerepkan Standar ini dengan baik, mulailah Anda menajarkan
anak/murid Anda cara-cara membuat kebajikan dengan benar dan tepat untuk membangun nasib
yang baik, mengerti apa itu sebab akibat, sehingga mereka tidak berani berbuat kesalahn dan
kejahatan, dan menjadi orang suci/soleh. Untuk bahan pegangan Anda, kami menganjurkan Anda
membaca buku” Empat Nasihat Liaofan” dan ‘Tai Shang Gan Yin Pian, Wen Chang Yin Zhi Wen,
Guan Shen Di Sheng Jing” yang ringkasan atau yang lengkap serta “Daftar Ratusan Kesalah”
sebagai cermin untuk inteospeksi diri.
Pada tahun 1999 kami telah pernah mencetak 8.000 buku “Empat Nasihat Liaofan” versi bahasa
Inggris, pada tahun 2000 kami berusaha menerjemahkan ke bahasa Indonesia dan para orang
budiman telah mencetak sebanyak 16.000 buku disebarluaskan sebagai sumbangan.
Bila ada kesempatan, kami bermaksud menerjemahkan “Tai Shang Gan Yin Pian, Wen Chang Yin
Zhi Wen, Guan Shen Di Sheng Jing” dan “Daftar RAtusan Kesalahan” versi bahas aIndonesia agar
orang yang tidak paham bahasa Mandarin dapat memperoleh manfaat dari buku ini juga.
Semoga Tuhan/Allah/para Buddha, Bodhisatva, Dewa-Dewi membantu kami agar keiningan kami
ini dapat tercapai.