You are on page 1of 23

BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Bahan Bacaan Pengalaman


PENERAPAN SIMPUS
(SISTIM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS)

Kasus Replikasi SIMPUS Kabupaten Ngawi ke Kota Madiun

DAFTAR ISI:

Bab 1. Latar Belakang Penerapan SIMPUS ............................................................. 1

Bab 2. Peranan Organisasi Pelaksana Penerapan SIMPUS melalui replikasi ............... 2

Bab 3. Tahapan dan Aktifitas Penerapan SIMPUS melalui replikasi dilaksanakan ....... 4

Bab 4. Manfaat yang diperoleh dari penerapan SIMPUS ........................................ 17

Bab 5. Hambatan dan rintangan ........................................................................ 19

LAMPIRAN

a. Agenda Lokakarya dan Sosialisasi Penerapan


b. Kurikulum Pelatihan SIMPUS untuk Tim Inti
c. Kurikulum Pelatihan operasi SIMPUS untuk staff Puskesmas
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Bab I. Latar Belakang Penerapan SIMPUS

Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat Kota Madiun, salah satu strategi Dinas
Kesehatan Kota Madiun (DKK) adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas.

Upaya meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, di


antaranya meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan dasar. Di sini peran Puskesmas
sebagai institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan di jenjang tingkat pertama
yang terlibat langsung dengan masyarakat menjadi sangat penting. Puskesmas
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yaitu
dengan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya agar terwujudnya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Dengan demikian, akses terhadap pelayanan kesehatan terhadap
pelayanan kesehatan yang berkualitas dapat ditingkatkan melalui peningkatan kinerja
Puskesmas.

Pada awal bantuan teknis LGSP di Kota Madiun telah dilakukan Planning Workshop (lokakarya
perencanaan) dengan mengundang multi stakeholder untuk menentukan sektor dan fokus
pelayanan yang akan mendapat bantuan teknis LGSP, bidang terpilih Kesehatan dan dengan
fokus : "Belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan dasar masyarakat di Puskesmas”.
Melalui workshop dan pendampingan untuk menyusun rencana tindak peningkatan pelayanan
di puskesmas akhirnya diputuskan perlunya penerapan SIMPUS di Puskesmas.

Mengapa dipilih penerapan SIMPUS sebagai salah satu peningkatan pelayanan kesehatan di
Puskesmas barangkali dapat dilihat sebagai ilustrasi dibawah ini:

Ilustrasi Pelayanan Loket Pendaftaran di Puskesmas

Kita akan menghitung berapa kali para petugas puskesmas mencatat nama
seorang pasien saat berobat. Pertama, ketika pasien mendaftar di loket
pendaftaran. Kedua, ketika dokter mengisi rekam medis pasien. Ketiga, ketika
dokter menulis resep untuk pasien. Keempat, ketika petugas apotik mencatat
obat yang diberikan pada pasien. Kelima, ketika petugas melakukan rekap dari
rekam medis ke buku rekapitulasi. Lima kali adalah angka minimal, karena
bisa jadi masih ada proses administrasi yang mengharuskan pencatatan nama.

Selain nama, berbagai jenis data lain juga harus dicatat. Misalnya umur, jenis
kelamin, alamat, riwayat penyakit, resep, dll. Alhasil, waktu pelayanan lebih
banyak tersita dengan berbagai proses konvensional ini, sehingga jangan
heran kalau pada puskesmas yang pasiennya ramai, banyak yang keringatan di
ruang tunggu.

Di sisi lain, petugas puskesmas pun lumayan repot. Mencari rekam medik
pasien ulangan kadang menjadi mimpi buruk. Seringkali, beberapa kali
tumpukan rekam medik yang tersusun menurut abjad dibongkar, rekam

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 1
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

medik pasien tak kunjung ditemukan. Di bagian lain, para petugas harus
mencatat dengan teliti data-data pasien, termasuk data penyakit. Data
tersebut dipelototin, di ringkas, dianalisis, dibuat laporannya lengkap dengan
grafik. Setelah selesai, laporan mesti dikirim ke dinas kesehatan. Benar-benar
merupakan rangkaian pekerjaan teknis yang membosankan dan melelahkan.

Sebenarnya keadaan ini tidak perlu terus terjadi, seandainya puskesmas sudah
dikomputerisasi dengan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
Alangkah ringkasnya jika pasien hanya perlu memberikan data dirinya satu
kali saja, dan data itu terus terpakai sebanyak apapun kali dia berobat.
Petugas pun hanya perlu menekan tombol keyboard dan memainkan mouse
untuk mencari, melihat, dan mengolah data.

Yah, seandainya saja Departemen Kesehatan segera menginstruksikan


penggunaan SIMPUS, seandainya petugas puskesmas sudah terlatih
berhadapan dengan komputer, seandainya saja kesadaran ber-IT sudah
merasuk ke seluruh jajaran departemen dan dinas kesehatan serta puskesmas,
kita tak perlu lagi menyeka keringat terlalu lama di ruang tunggu. (Sumber:
Warta Medika-com, 12 Nov 2006)

Obsesi DKK untuk menggunakan software SIMPUS di Puskesmas agar pelayanan menjadi
lebih efektif telah ada sejak lama, akan tetapi beberapa software yang pernah dijajagi masih
belum ada yang cocok dan masih sulit diterapkan dengan SDM yang terbatas. Akhirnya
setelah melihat SIMPUS yang dibuat dan diterapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi
merasa cocok dan Kab.Nawai sangat dekat dengan Madiun. Dengan SIMPUS Dinkes Kab.
Ngawi, cukup simpel dan bisa di modifikasi sesuai dengan kebutuhan.

Peningkatan kualitas dan kecepatan pelayanan publik tidak bisa dipisahkan dari perbaikan
prosedur pelayanan dan penggunaan teknologi informasi atau komputerisasi secara bersama.
Maksud dan tujuan dilakukannya sistem komputerisasi dan penerapan SIMPUS di Puskesmas
dan Pustu (puskesmas pembantu) adalah :
1. Mempermudah dan mempercepat pelayanan (responsiveness)
2. Membakukan prosedure dan standar pelayanan (public services standard)
3. Mendapatkan data dan informasi yang sahih atau valid (accountable)
4. Secara online dan seketika, saling terhubung, semua pihak memantau (transparent)
5. Mengurangi beban kerja petugas puskesmas dan dinas kesehatan (efisien)

Bab 2. Peranan Organisasi Pelaksana Penerapan SIMPUS


Dengan pelaksanaan desentralisasi sektor kesehatan yag telah berlangsung sejak tahun 2001,
dirasa perlu untuk meninjau kembali pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di
kab/kota yang berjalan kurang lancar dan terjadi pada saat informasi /data sangat diperlukan
sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan dan advokasi.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 2
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Dengan telah ditetapkannya Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM)
pemerintah daerah kab/kota mempunyai peluang untuk mengembangkan SIK daerah sesuai
dengan kebutuhannya. Desentralisasi sektor kesehatan sesuai UU No. 22/1999 yang
diperbaharui dengan UU No. 32/2004 menuntut pembaharuan sistim informasi kesehatan
kab/kota dan provinsi, pembaharuan SIK kab/kota harus mencakup informasi rutin mulai dari
Puskesmas, rumah sakit, unit pelayanan kesehatan swasta, dan UPT dinas kesehatan
provinsi.

Dengan SIK di kab/kota yang telah disempurnakan dan diimplementasikan maka diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan untuk penentuan
kebijakan dan perencanaan program, manajemen, dan advokasi dalam era desentralisasi,
dengan cara penyempurnaan sistem pencatatan pada tingkat Puskesmas dan unit pelayanan
dibawahnya (Pustu, Pusling, Posyandu, dll). SIMPUS atau Sistem Infromasi Manajemen
Puskesmas merupakan bagian dari SIK dalam Dinas Kesehatan secara keseluruhan.

Bab 3. Tahapan dan Aktifitas Penerapan SIMPUS melalui


replikasi dilaksanakan
Dalam mengembangkan dan penyempurnaan suatu program SIMPUS/SIK terdapat prinsip-
prinsip umum yang harus diperhatikan agar Simpus bisa bermanfaat optimal nantinya.
Beberapa prinsip umum yang dianut adalah:
 SIMPUS merupakan bagian integral dari Sistem Kesehatan
 Setiap data/informasi yang dikumpulkan harus jelas kegunaannya
 Setiap perubahan dalam pencatatan dan pelaporan, harus dikaitkan dengan peningkatan
upaya pelayanan tanpa menghilangkan informasi yang penting
 Desain SIMPUS disesuaikan dengan kemampuan manajerial unit pelaksana (SDM)
 Tidak terjadi duplikasi data, terutama dalam kegiatan pencatatan
 SIMPUS mencakup informasi sektor terkait lain dan swasta, serta hasil survey informasi
kesehatan lain (dari lapangan/luar gedung).

Penerapan replikasi SMPUS di Kota Madiun merupakan hasil tindak lanjut dari action plan hasil
workshop-workshop peningkatan manajemen pelayanan kesehatan yang difasilitasi LGSP.

A. Tahapan penerapan SIMPUS di Kota Madiun melalui replikasi

Tahapan replikasi penerapan SIMPUS di Kota Madiun dilaksanakan dengan langkah-langkah


sebagai berikut:
1. Menetapkan SIMPUS yang akan direplikasi, Studi banding dan kerjasama dengan
sumber software SIMPUS (Dinkes Kab.Ngawi).
2. Membentuk Tim Inti SIMPUS Kota Madiun
3. Lokakarya sosialisasi penerapan SIMPUS dan peningkatan manajemen pelayanan
kesehatan dasar di Puskesmas
4. Pelatihan SIMPUS untuk Tim Inti SIMPUS dan Pelatihan SIMPUS untuk staf Puskesmas
(anggota Tim SIK/non Tim Inti)
5. Pengadaan dan pemasangan komputer dan jaringannya (hardware) di Puskesmas
6. Penerapan dan instalasi software SIMPUS di Puskesmas dan uji coba.
7. Modifikasi/update Software SIMPUS da n Pelatihan pemeliharaan SIMPUS (IT
management)
8. Modifikasi dan upadte panduan/manual operasi SIMPUS Kota Madiun
9. Pelatihan Operasi SIMPUS bagi staff Puskesmas oleh Tim Inti SIMPUS (Tahap-II).

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 3
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Langkah-langkah replikasi penerapan SIMPUS di Kota Madiun secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut:

1. Menetapkan SIMPUS yang akan direplikasi, Studi banding dan kerjasama


dengan sumber software SIMPUS (Dinkes Kab.Ngawi)

Dinas Kesehatan Kota Madiun, melalui Bagian Tata Usaha, sesuai dengan rencana
akan menerapkan SIMPUS di 5 puskesmas di Kota Madiun. SIMPUS yang akan
diterapkan mesti mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

 Memenuhi kebutuhan sistem informasi kesehatan untuk tingkat Puskesmas dan


Pustu (puskesmas pembantu)
 Mudah dipelajari/dikuasai, mudah di operasikan (user friendly) dan mudah
dilatihkan kepada semua Staff Puskemas.
 Dapat dikelola, maintenance dan update oleh tenaga SDM Dinas Kesehatan dan
Puskesmas yang terbatas. Terbatas jumlah personilnya maupun terbatas dalam
penguasaan & pengetahuan terhadap software/IT (peragkat lunak/informasi-
teknologi)
 Dapat diperoleh tanpa biaya yang terlalu besar.

Pada waktu itu Dinas Kesehatan Kab.Ngawi mendemontrasikan SIMPUS yang dibuat
oleh Tim SIK/SIMPUS Dinkes Ngawi, serta menginformasikan Kab/kota lain bisa
menggunakan SIMPUS tersebut dengan bebas.

Melihat SIMPUS Ngawi yang cukup mudah dioperasikan dan letaknya yang dekat
dengan Madiun maka dilakukan studi banding Tim DKK Madiun, wakil-wakil
puskesmas dan LGMS specialist EJRO untuk melihat penerapan SIMPUS di puskesmas
di Ngawi. Dari kunjungan tersebut dilanjutkan dengan kesepakatan kerjasama DKK
Madiun dan LGSP-EJRO dengan Tim SIMPUS Dinkes Ngawi untuk mereplikasi SIMPUS
Ngawi ke Kota Madiun.

2. Membentuk Tim Inti SIMPUS Kota Madiun

Kebijakan penerapan dan pengembangan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


merupakan salah satu rencana strategis Departemen Kesehatan RI. Pengembangan
SIK dilakukan sejak dari Tingkat Pusat/Nasional, Propinsi, Kab/Kota sampai Puskesmas
dan Pustu, sehingga untuk keperluan tersebut di kab/kota dibentuk Tim Pelaksana SIK
untuk tingkat kota dan tingkat puskesmas. Secara garis besar struktur Tim Pelaksana
SIK adalah :
- Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan/Kepala Puskesmas
- Ketua, Sekretaris dan Anggota.
(lihat lampiran surat keputusan ttg Tim SIK)

Dalam penerapan SIMPUS melalui replikasi dilakukan pendekatan dengan membentuk


Tim Inti SIMPUS, dan dimana setelah Tim Inti SIMPUS cukup mahir dan menguasai
pengelolaan SIMPUS selanjutnya akan melatihkan kepada anggota Tim SIK lainnya.

Tim Inti SIMPUS merupakan gabungan orang-orang yang diambil dari tiap-tiap Tim
Pelaksana SIK di puskesmas dan Dinkes masing-masing sebanyak 2 orang, umumnya
adalah Ketua dan Sekretaris Tim Pelaksana SIK, adapun dari Dinkes diambil yang
berasal dari Bagian TU/Sungram dan Bagian Yankes.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 4
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Tugas Tim Inti SIMPUS antara lain adalah :


 Menerima pelatihan untuk memahami operasi, pemeliharaan dan pengembangan
(update) SIMPUS.
 Menginstall software SIMPUS di komputer puskesmas.
 Meng-update software SIMPUS termasuk format dan kompilasi data kesehatan
yang diperlukan
 Pemeliharaaan SIMPUS dan mengatasi permasalahan yang muncul.
 Pada tahapan selanjutnya, melatih dan mendampingi staff puskesmas lainnya
untuk mulai mengoperasikan SIMPUS.

Adapun syarat kualifikasi menjadi Tim Inti SIMPUS adalah:


 Merupakan atau berasal dari ketua/sekretaris/anggota dari Tim Pelaksana SIK.
 Memahami alur pelayanan puskesmas, standar pelayanan non-medik dan
administrasi puskesmas.
 Memahami dan menguasai penggunaan komputer Software Microsoft Office
(Words, Excel, Powerpoint)
 Mempunyai sedikit pemahaman/penguasaan tentang konsep database dan
software Microsoft Acces.
 Bersedia meluangkan waktu lebih untuk mendalami
 Ditugaskan oleh Kepala Puskesmas untuk Tim dari Puskesmas dan oleh Kepala
Dinas Kesehatan untuk Tim dari Dinkes.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 5
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

PEMERINTAH KOTA MADIUN


DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PATIHAN
KECAMATAN MANGUHARJO
Jalan Mendut Nomor 01 Telepon 462272
MADIUN

SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS PATIHAN


KOTA MADIUN
NOMOR:....................................
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA SISTIM INFORMASI KESEHATAN (SIK) PUSKESMAS
PATIHAN KOTA MADIUN

KEPALA PUSKESMAS PATIHAN KOTA MADIUN

Menimbang : Dalam rangka mengupayakan kelancaran pelaksanaan Sistim Informasi Kesehatan


(SIK) di Puskesmas Patihan, Kota Madiun perlu dibentuk Tim Pelaksana SIK
dengan Keputusan Kepala Puskesmas Patihan Kota Madiun.

Mengingat : - Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


- Undang-undang No. 32 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

Memperhatikan : - Surat Kepala Kanwil/Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, tgl : 29/9/2000,
Nomor: PR.00.01.4.1.182, Perihal kegiatan Sistim Informasi Kesehatan (SIK).
- Surat Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun, tanggal : ...................., Nomor:
.........................., Perihal kegiatan Sistim Informasi Kesehatan (SIK).

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Membentuk Tim Pelaksana SIK Puskesmas Patihan , Kota Madiun dengan susunan
sebagai berikut :
Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas Patihan , Kota Madiun
Ketua : .........................
Sekretaris : .........................
Anggota :
1. ........................... (Koordinator P2)
2. ........................... (PKM)
3. ........................... (PKL)
4. ........................... (BP)
5. ........................... (KIA)
6. ........................... (Obat)
7. ........................... (Gilut)

Kedua : Tugas Tim Pelaksana SIK


a. Melaksanakan pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) di Puskesmas Patihan.
b. Melaksanakan pembuatan/pengolahan data hasil kegiatan program dan data
penunjang Puskesmas Patihan.
c. Memberi bimbingan teknis kepada staff Puskemas Patihan lainnya dalam rangka
pembuatan informasi kesehatan
d. Tim Pelaksana SIK bertanggung jawab pada Kepala Puskesmas Patihan Kota
Madiun

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Madiun, ............................... 2006


Kepala Puskesmas Patihan

(dr. ………………………..)
NIP. ...............
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 6
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

PEMERINTAH KOTA MADIUN


DINAS KESEHATAN
JALAN TRUNOJOYO NO.120 TELEPON 464242
MADIUN
SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN
KOTA MADIUN
NOMOR:....................................
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PEMBINA /PELAKSANA SISTEM INFORMASI KESEHATAN (SIK) DINAS
KESEHATAN KOTA MADIUN
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MADIUN

MENIMBANG : Dengan terwujudnya otonomi daerah dan telah terbentuknya struktur organisasi
Dinas Kesehatan Kota Madiun, maka guna kelancaran pelaksanaan informasi
kesehatan perlu dilakukan perubahan, penataan dan penetapan personil Tim
Pembina/Pelaksana Sistim Informasi Kesehatan (SIK) Kota Madiun melalui
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun.

MENGINGAT : - Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


- Undang-undang No. 32 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah

MEMPERHATIKAN : - Surat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, tgl : 29/9/2000, Nomor:
PR.00.01.4.1.182, Perihal kegiatan Sistim Informasi Kesehatan (SIK).

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Membentuk Tim Pembina/Pelaksana SIK Dinas Kesehatan Kota Madiun dengan
susunan sebagai berikut :
Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun
Ketua : Kepala Bagian Tata Usaha
Sekretaris : Ka. Sub.Bag Perencanaan, Informasi Kesehatan dan
Evaluasi
Anggota :
1. .................... (Bagian TU)
2. .................... (Bagian Yankes)
3. ....................
4. ....................
5. ....................

Kedua : Tugas Tim Pembina/Pelaksana SIK


a. Melaksanakan pengelolaan, pemeliharaan dan pengembangan Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) di Dinas Kesehatan Kota Madiun
b. Melaksanakan pembuatan, pengolahan, analisa data hasil kegiatan program dan
data penunjang Dinas Kesehatan Kota Madiun
c. Memberi bimbingan teknis kepada petugas puskemas-puskesmas.
d. Tim Pembina/Pelaksana SIK bertanggung jawab pada Kepala Puskesmas Patihan
Kota Madiun

Ketiga : Perlu dibentuk Tim Pelaksana SIK di Puskesmas dengan Surat Keputusan Kepala
Puskesmas

Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Madiun
Tangga; : ..............................2006

KEPALA DINAS KESEHATAN


KOTA MADIUN

( dr. ........................... )
Pembina
NIP. ...............
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 7
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

3. Lokakarya sosialisasi penerapan SIMPUS dan peningkatan manajemen


pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas.

Lokarkarya sosialisasi penerapan SIMPUS dilaksanakan bertujuan membangun


komitmen semua pihak yang terkait khususnya para Kepala Puskesmas, staff
puskesmas, dan para Kepala Bagian di Dinas Kesehatan. Tanpa dukungan dan
komitmen kuat dari Kepala Puskesmas penerapan SIMPUS sulit berhasil. Dalam
lokakarya juga diundang SKPD terkait : Bappeda/Bid.Sosbud, Bagian Organisasi,
Bagian Keuangan. Selain hal diatas lokakarya juga dimaksudkan menginformasikan
tahapan dan hal-hal penting dalam penerapan SIMPUS di puskesmas

Setelah sosialisasi, lokakarya dilanjutkan dengan workshop peningkatan manajemen


pelayanan yang bertujuan memberikan pemahaman tentang standar pelayanan dan
prosedur pelayanan. Hal tersebut penting dilakukan karena jika antar puskesmas
berbeda dalam prosedur pelayanan non-medis (alur pelayanan pasien) maka akan
kesulitan dalam menerapkan SIMPUS. Sehingga jika ada puskesmas yang berbeda
dalam alur pelayanannya maka perlu disamakan lebih dulu prosedur alur layanan di
seluruh puskesmas. Agenda lokakarya dapat dilihat pada lampiran.

Alur pelayanan pasien di Puskesmas (prosedur non-medis) :

4. Pelatihan untuk Tim Inti SIMPUS dan Pelatihan SIMPUS untuk staf
Puskesmas/anggota Tim pelaksana SIK.

Pelatihan untuk penerapan SIMPUS di Kota Madiun dibagi menjadi dua :


a) Pelatihan pengelolaan SIMPUS untuk Tim Inti
b) Pelatihan operasi SIMPUS untuk Staff puskesmas/anggota Tim SIK

Pelatihan pengelolaan SIMPUS untuk Tim Inti

Yaitu pelatihan yang diperuntukkan bagi Tim Inti bertujuan agar Tim Inti yang
berjumlah 12 orang tersebut dapat memahami operasi, pemeliharaan dan
pengembangan (update) SIMPUS, antara lain menginstall software SIMPUS di
komputer puskesmas, meng-update software SIMPUS termasuk mebuat format dan
kompilasi data kesehatan yang diperlukan serta pemeliharaaan SIMPUS dan mengatasi
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 8
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

permasalahan yang muncul. Pelatihan dilakukan selama 7 hari, agenda pelatihan


dapat dilihat pada lampiran.

Pelatihan operasi SIMPUS untuk Staff Puskesmas/anggota Tim SIK

Yaitu pelatihan untuk personil agar bisa mengoperasikan SIMPUS. Pada tahap pertama
yang dilatih sebanyak 15 orang dari 5 puskesmas masing-masing 5 orang tiap
puskesmas. Karena untuk efektifitas pelatihan dan keterbatasan jumlah komputer
untuk praktek maka pelatihan dibagi dalam 2 gelombang masing-masing selama 3
hari. Agenda pelatihan selama 3 hari dapat dilihat pada lampiran.

Syarat kualifikasi peserta pelatihan operasi SIMPUS (cara mengoperasikan SIMPUS):


 Secara khusus terutama adalah staff puskesmas dan Dinkes yang sudah
ditetapkan menjadi anggota Tim Pelaksana SIK.
 Staff Puskesmas (Perawat, Bidan, Petugas Loket/Poly, Administasi, dokter)
 Berminat dan berniat untuk belajar mengoperasikan SIMPUS

Idealnya semua staff Puskesmas dari dokter, bidan, administrasi hingga perawat harus
bisa mengoperasikan SIMPUS sehingga seluruh informasi kesehatan dapat dimasukkan
dalam komputer, tanpa perlu menulis dikertas lagi atau paperless. Untuk keperluan
tersebut ditiap poli/balai pelayanan, laborat dan apotek di puskesmas semestinya
dilengkapi dengan perangkat unit komputer yang saling terkoneksi (jaringan
networking).

5. Pengadaan dan pemasangan komputer dan jaringannya (hardware) di


Puskesmas

Pengadaan komputer dan jaringan serta peralatan SIMPUS dialokasikan dari APBD
Kota Madiun (TA.2006), dimana pengadaan alat dilakukan oleh DKK Madiun bersama
Bagian Perlengkapan Setda Kota Madiun. Pengadaan dan pemasangan dilaksanakan
oleh pihak ke-3, namun dalam pemasangan jaringan dan uji coba peralatan Tim Inti
masing-masing puskesmas terlibat aktif.

Peralatan yang harus disediakan.


 Komputer Desktop
 Komputer Desktop/Server
 Printer
 Hub/switch-hub dan kabel jaringan LAN.
 Perlengkapan pendukung lain : adaptor, dll.
 Komputer Notebook

Dengan jumlah komputer yang cukup banyak (5 sd 7 unit) dan peralatan lainnya maka
dibutuhkan daya listrik PLN yang cukup besar, sehingga sangat dianjurkan dalam
pengadaan komputer perlu dipilih monitor Layar LCD dan CPU komputer yang hemat
listrik. Networking antar komputer digunakan “Hub” dengan dihubungkan kabel LAN.

Pemasangan 6 komputer ditempatkan pada ruang-ruang:


 Administrasi (juga sbg “Server”)
 Loket Pendaftaran
 Poli Umum
 Poli KIA
 Poli Gigi
 Apotek

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 9
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

6. Penerapan dan instalasi software SIMPUS di Puskesmas dan uji coba.

Setelah Tim Inti di latih dan jaringan (link) komputer sudah terpasang maka
dilaksanakan uji coba untuk install software SIMPUS. Uji coba dilakukan dengan
menggunakan program SIMPUS yang masih asli (dari Dinkes Kab.Ngawi) yang secara
nyata sudah berjalan lancar di Kab.Ngawi. Dilakukan tes kecepatan, jaringan link,
data, print -out format data, dsb.

Untuk SIMPUS versi Microsoft Access, tahun 2006:


 Untuk bisa mengoperasikan SIMPUS semua komputer harus di-install dengan
Microsoft Access XP 2003 (Microsoft Office), karena SIMPUS Ngawi 2006 dibuat
dengan basic Microsoft Office Access XP.

Untuk SIMPUS Versi 1.00 (MySQL dan Visual Basic), tahun 2008:
 Untuk install dan operasi SIMPUS lebih rinci dapat dilihat pada Petunjuk
Pengoperasian SIMPUS, buku terpisah. Lihat leaflet Simpus terlampir.

7. Modifikasi/update Software SIMPUS dan Pelatihan pemeliharaan SIMPUS


(IT management)

Untuk dapat digunakan di puskesmas di Kota Madiun atau dikab/kota lainnya, program
asli Simpus Ngawi perlu dilakukan modifikasi/update. Meskipun Tim Inti sudah pernah
dilatih modifikasi oleh Tim dari Kab.Ngawi, pelatihan dan workshop lanjutan tetap
diperlukan yang dapat dilaksanakan oleh service provider narasumber/trainer di
bidang “IT Management”.

Penyesuaian update SIMPUS yang perlu dilakukan:


 Perubahan dan penetapan Password dan personal identification number (pin).
Untuk menjaga kerahasiaan data rekam medis maka password Simpus di tiap
puskesmas harus dirubah, yang kedua setiap staff yang mengoperasikan
Simpus harus mempunyai personal identification number (pin) sendiri-sendiri.
 Tampilan cover dan nama puskesmas dan Dinas Kesehatan disesuaikan
dengan Kota Madiun.
 Nama Kecamatan dan desa dirubah sesuai dengan data di Kota Madiun
 Nomor register pasien (jumlah digit dan cara penomoran) ditetapkan sendiri.
Bisa menggunakan 6, 7 atau 8 digit. Untuk Kota Madiun digunakan 6 digit.
 Format Laporan, nama obat, disesuaikan dengan kebutuhan pelaporan di Kota
Madiun.
 Operasi SIMPUS lebih rinci dapat dilihat pada Petunjuk Pengoperasian SIMPUS
(terlampir).

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 10
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Hal penting yang sangat mendukung keberhasilan adalah kemauan belajar sendiri dan
terus menerus dari para Tim Inti Simpus Madiun untuk memodifikasi, update dan
mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penerapan Simpus, serta komunikasi
terus-menerus dengan semua pihak.

Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas


TAHAPAN PELAKSANAAN PENERAPAN SIMPUS DI PUSKESMAS
No Program / Kegiatan Peserta Qty Keluaran Periode
Waktu
1 Planning Workshop LGSP Multi 1x Rencana tindak 1 bulan
(lokakarya prioritisasi) dan stakeholder perlunya pene-
penyusunan rencana tindak Kota Madiun rapan SIMPUS
bidang kesehatan bantuan di puskesmas.
teknis LGMS-LGSP.
2 Studi banding penerapan DKK Madiun 2 kali Paham SIMPUS 1 bulan
SIMPUS di Dinkes Kab.Ngawi & wakil dari Kab.Ngawi
pusk.
3 Pembentukan Tim Inti SIMPUS Dinas Kes 12 Terbentuk Tim 1 bulan
Kota Madiun Kota Madiun orang Inti 12 orang.
4 Lokakarya dan Sosialisasi Puskesmas, 1 kali Paham 2 hari
Penerapan Sistem Informasi Dinkes, peningk.
Manajemen Puskesmas SKPD Kota manajemen
(SIMPUS) Madiun pelayanan
pusk.
5 Pelatihan SIMPUS untuk Tim Inti Tim Inti Tim Menguasai 7 hari
(Tim SIK) Simpus Inti SIK operasi
(12 pengelolaan
orang) Simpus.
6 Pelatihan operasi SIMPUS utk Staff dari 5 15 Bisa mengope 2
Staff 5 Puskesmas Kota Madiun. puksemas orang rasikan SIMPUS gelombang
Kota Madiun x 3 hari
7 Pengadaan dan pemasangan Tim Inti 6 Komputer & 1 tahun
komputer & jaringan untuk (SIK) Kota paket jaringan anggaran
Puskesmas Kota Madiun. Madiun tersedia
8 Penerapan dan instalasi Tim Inti 5 pus SIMPUS di-uji 2 minggu
software SIMPUS di tiap (SIK) Kota kesma operasikan
Puskesmas, Madiun s
dan ujicoba
9 Workshop dan Pelatihan Tim Inti Tim Bisa 3 x 2 hari
modifikasi dan pemeliharaan (SIK) Kota Inti SIK memodifikasi
SIMPUS (IT Management) Madiun (12 Simpus
orang) Madiun.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 11
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

No Program / Kegiatan Peserta Qty Keluaran Periode


Waktu
10 Update penyesuaian software Tim Inti 1 SIMPUS 1 bulan
SIMPUS dgn kondisi Puskesmas (SIK) Kota paket operasional
Madiun
11 Modifikasi dan update Tim Inti 1 Tersusun 1 x 2 hari
panduan/petunjuk operasi (SIK) Kota paket petunjuk
SIMPUS Kota Madiun. Madiun operasi
12 Pelatihan operasi SIMPUS utk Kota Madiun 25 Bisa 1 x 3 hari
Staff 5 Puskesmas Kota Madiun orang mengopera-
– Tahap II. sikan SIMPUS

8. Modifikasi dan update petunjuk/manual operasi SIMPUS

Dengan adanya modifikasi software SIMPUS diatas maka petunjuk operasi SIMPUS
yang ada di dalam software juga harus disesuaikan oleh Tim Inti SIMPUS.

9. Pelatihan (Tahap-II) operasi SIMPUS bagi staff lain oleh Tim Inti SIMPUS.

Agar Simpus dapat berjalan lancar di puskesmas maka sebagian besar staff harus bisa
mengoperasikan Simpus juga. Untuk keperluan ini maka Tim Inti Simpus harus bisa
melatih staff-staff puskesmas lainnya. Pada sekitar akhir bulan Juli 2007 dilakukan
2007 pelatihan tahap II yang diikuti oleh 25 personil dari 5 puskesmas di Kota Madiun.
Pelatihan dilaksanakan di SMAK Madiun dengan agenda sebagaimana terlampir. Pada
kenyataannya 5 orang dari Tim Inti yang terlibat sudah bisa melatih rekan-rekan
puskesmas lainnya.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 12
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

B. Biaya penerapan SIMPUS melalui replikasi

Perkiraaan anggaran biaya untuk pelaksanaan aktifitas penerapan SIMPUS melalui replikasi
dengan tahapan sebagaimana dijelaskan diatas dapat dilihat dibawah ini. Perkiraan biaya
dibawah ini hanya memperhitungkan biaya-biaya untuk:
 honor/fee, transport dan penginapan para narasumber dan trainer dari luar.
 paket meeting (makan-minum) selama pelatihan (peserta tidak menginap)
 sewa ruangan pelatihan/lokakarya dan sewa komputer untuk pelatihan.
 Training kit atau materi untuk peserta pelatihan (ATK, dll)
 uang transport untuk peserta pelatihan selama pelatihan berlangsung.

No Kegiatan Peserta Qty Perkiraan Biaya Ket.


Rp.
1 Studi banding penerapan SIMPUS 15 1x 15.000.000
di Dinkes Kab.Ngawi orang
2 Pembentukan Tim Inti SIMPUS 12 1x 5.000.000
(Tim SIK/Sistim Informasi orang
Kesehatan)
3 Lokakarya dan Sosialisasi 50 1x 2 35.000.000
Penerapan SIMPUS orang hari
4 Pelatihan SIMPUS untuk Tim Inti 12 1x 7 65.000.000
SIMPUS (Tim SIK) orang hari
5 Pelatihan operasi SIMPUS utk 15 1x3 hari 25.000.000
Staff 5 Puskesmas Kota Madiun. orang
6 Pengadaan dan pemasangan 1 set 5 pusk. - Lihat
komputer & jaringan untuk uraian
Puskesmas. dibawah
7 Penerapan instalasi software ls 1x 20.000.000
SIMPUS di tiap Puskesmas, dan
ujicoba
8 Workshop/Pelatihan modifikasi 12 3x2 25.000.000
dan pemeliharaan SIMPUS (IT orang hari
Management)
9 Update penyesuaian software 12 20.000.000
SIMPUS dgn kondisi Puskesmas orang
10 Modifikasi/update petunjuk 12 1x2 hari 20.000.000
operasi (panduan) SIMPUS Kota orang
Madiun.
11 Pelatihan operasi SIMPUS utk 25 1x3 hari 30.000.000
Staff 5 Puskesmas Kota Madiun – orang
Tahap II.

JUMLAH 260.000.000

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 13
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Perkiraan biaya untuk pengadaan perangkat komputer & jaringan, pemasangan dan
pemelihraan untuk 1 (satu) unit puskesmas, diluar pajak dan jasa layanan pihak ke-3.
Sehingga jika untuk 5 buah puskesmas maka harus dikalikan 5 kalinya.

No Pengadaan Komputer & Vol Harga Sat. Perkiraan Ket.


Peralatan (Rp.) Biaya (Rp.)

1 Komputer & monitor LCD 6 unit 9.000.0000 54.000.0000


2 Komputer Notebook 1 unit 12.000.000 12.000.000
3 Printer Laser 1 unit 2.000.000 2.000.000
4 Printer Ink-jet 1 unit 1.000.000 800.000
5 Hard-disk External 1 unit 2.000.000 1.800.000
6 UPS 1 unit 400.000 400.000
7 Adaptor 1 unit 250.000 250.000
8 Hub 1 unit 500.000 500.000
9 Jaringan kabel & asesories 1 unit 1.000.000 1.000.000
10 Alat laminating kartu 1 unit 250.000 250.000
SUB-UMLAH 73.000.000

11 Biaya Pemasangan komputer & Ls 5.000.000 5.000.000


jaringan tiap puskesmas
12 Software Windows (XP, Office, 1 10.000.000 10.000.000
Access)
13 Biaya Pemeliharaan Hardware 12 1.000.000 12.000.000
selama setahun (12 bulan) utk bln
tiap puskesmas.

JUMLAH 100.000.000
*) Pengadaan komputer belum termasuk pajak dan jasa layanan.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 14
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Bab 4. Manfaat yang diperoleh dari penerapan SIMPUS


Seperti telah disebutkan diatas, manfaat yang diperoleh dengan adanya penerapan Simpus
antara lain adalah :

1. Mempermudah dan mempercepat pelayanan.


 Untuk pasien lama yang berkunjung kembali ke puskesmas, data pasien
dengan cepat bisa dimunculkan di layar komputer. Jika pasien lama lupa
membawa kartu berobat atau lupa nomor registrasi yang sudah pernah
diberikan, maka dengan menyebutkan nama atau alamat rumahnya maka bisa
dicari dan dimunculkan datanya di komputer dengan cepat.
 Untuk pasien yang baru pertama berkunjung ke puskesmas, bagi pasien baru
bisa langsung di printkan atau dibuatkan kartu berobat secara langsung
dengan mendapat nomor registrasi pasien.

2. Membakukan prosedure dan standar pelayanan


 Simpus untuk puskesmas dibuat dengan tata prosedur yang seragam untuk
semua puskesmas di suatu Kota, sehingga dengan simpus pelayanan pasien
menjadi seragam/standard, setiap pasien sebelum ke poli periksa harus ke
loket pendaftran terlebih dahulu atau setelah ke poli baru bisa ke apotik ambil
obat. Pada sistem manual sebelumnya bisa terjadi pasien langsung ke poli
periksa tanpa melewati loket pendaftaran terlebih dahulu.

3. Mendapatkan data dan informasi yang sahih atau valid.


 Pada saat masih menggunakan sistem manual ditulis di buku/lembar form
untuk merangkum data penyakit pasien, data obat, atau data-data lain, baik
harian, mingguan atau bulanan harus dilakukan dengan menjumlahkan satu-
persatu (istilahnya “melidi”) sehingga diperlukan waktu yang lama dan tenaga
yang cukup banyak. Selain hal itu jika data cukup banyak maka tingkat
kesalahan juga semakin banyak. Begitu pula dari segi waktu, rekap biasanya
dilakukan setelah data terkumpul beberapa hari, seminggu atau sebulan,
sehingga rangkuman tidak bisa diketahui seketika pada saat diperlukan.
 Dengan menerapkan Simpus yang komputerisasi maka rekapitulasi data yang
diinginkan bisa diformat atau dibuat sesuai keinginan, kesalahan rekapitulasi
data hampir bisa dihilangkan dan rekap data di tingkat puskesmas bisa
dimunculkan pada saat dibutuhkan dengan lebih cepat.

4. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pembukuan puskesmas.


 Sebelum Simpus diterapkan di puskesmas, banyak diketahui bahwa sering
terjadi kesalahan atau ketidak-cocokan antara jumlah retribusi kesehatan
dengan data kunjungan pasien karena masih dilakukan secara manual dan
rekap bulanan. Penggunaan simpus di puskesmas secara online dan seketika,
saling terhubung antar poli dan bagian termasuk bagian administrasi sehingga
rekap kunjungan pasien dan retribusi bisa dilakukan secara harian oleh bagian
administrasi sehingga menghindari kesalahan yang bertumpuk.

5. Mengurangi beban kerja petugas puskesmas dan dinas kesehatan


 Penerapan Simpus yang berjalan lancar akan banyak mengurangi beban kerja
karena petugas/perawat tidak perlu menulis data pasien secara berulang-ulang
untuk pendaftaran, rekam medis di poli-poli pemeriksaan, resep obat, dll. Data
pasien cukup sekali dimasukkan/diketik pada saat di loket pendaftaran.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 15
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

 Rekapitulasi data tidak dilakukan secara manual lagi. Beban pekerjaan


puskesmas juga akan sangat banyak berkurang pada saat melakukan
rekapitulasi data pasien, data penyakit, pemakaian obat dan data lainnya.
Begitu pula beban Dinkes merekap data gabungan seluruh puskesmas akan
lebih ringan, cepat, valid karena dilakukan dengan program komputer bukan
manual lagi.
 Pada akhirnya penerapan Simpus adalah untuk mengikuti kondisi dan
kemajuan teknologi dan informasi yang di semua bidang telah serba
komputerisasi.

6. Nomor registrasi pasien


 Nomor registrasi pasien (nomor dalam kartu berobat) yang diterapkan dalam
SIMPUS pada tahap pengembangan selanjutnya dapat disesuaikan dan
dintegrasikan dengan Nomor dalam KTP, nomor dalam Kartu Askeskin/Gakin/
Askes sehingga sangat berguna bagi pemantauan monitoring evaluasi data
pasien di seluruh kab/kota. Untuk Simpus Kota Madiun hal tersebut belum
diterapkan menunggu Simpus berjalan lancar dan stabil di semua puskesmas.

7. Program surveilance penyakit di wilayah kecamatan dengan model SMS.


 Pada satu wilayah kecamatan biasanya ada satu puskesmas dan puskesmas
mempunyai kewajiban memantau adanya penyakit-penyakit di masyarakat
untuk mengidentifikasi adanya KLB/kejadian luar biasa secara cepat (program
surveilance-kegiatan luar gedung puskesmas). Dengan adanya Simpus maka
bisa ditambahkan dengan cepat dan murah program SMS center (short
massege service) pada komputer yang ada, sehingga kader-kader kesehatan
di desa/bidan-bidan desa/petugas kesehatan yang tersebar di seluruh
kecamatan dapat dengan cepat mengirimkan informasi tentang kejadian
penyakit segera melalui SMS hand-phone dimanapun dia berada di wilayah
kecamatan yang bersangkutan. Informasi terkumpul dalam komputer Simpus
dan bisa tampil saat diperlukan.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 16
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Bab 5. Hambatan dan Rintangan yang terjadi


Rintangan yang terjadi dan muncul berupa hambatan, kendala dan permasalahan teknis
maupun non teknis selama persiapan dan pelaksanaan penerapan replikasi SIMPUS di Kota
Madiun antara lain sebagai diuraikan dibawah ini.

1. Dukungan dan komitmen untuk penerapan Simpus di puskemas.

Hambatan awal untuk memulai penerapan Simpus adalah dukungan dan


komitmen dari para pihak terkait yang mempunyai wewenang seperti Kepala
Puskesmas, Kepala Dinas Kesehatan dan Kepala Bagian di Dinkes. Meskipun
penerapan Simpus mendapat dukungan penuh dari Kepada Dinkes dan Kepala
Bagian di Dinkes, mungkin saja ada Kepala Puskesmas dan Kepala Bagian lain
yang tidak mendukung sepenuhnya dengan alasan tanpa Simpus pelayanan
kesehatan juga bisa berjalan.
Pada kenyataannya dukungan Ka.Puskesmas sangat penting karena bisa dilihat
dilapangan jika dukungan Ka.Puskesmas tinggi maka penerapan Simpus di
puskesmas tsb akan cepat berjalan.

2. Pembentukan Tim Inti SIMPUS

Untuk pembentukan Tim Inti Simpus, hambatan yang terjadi antara lain adalah
cukup sulit mencari personil Tim Inti yang sesuai kriteria, jika ada biasanya
personil tsb sudah sibuk dengan pekerjaan yang lain. Kedua adalah sangat
terbatasnya dana operasional bagi Tim Inti sehingga kegiatan-kegiatan yang
bisa diagendakan terbatas. Selain hal itu kendala lain yang muncul adalah
anggota Tim Inti yang sudah dilatih di mutasi ke posisi lain.

3. Pelatihan Simpus untuk seluruh staff puskesmas

Untuk pengoperasian Simpus secara optimal di puskesmas maka seluruh staff


puskesmas perlu bisa mengoperasikan Simpus, untuk itu semua staff perlu
dilatih Simpus. Berlatih mengoperasikan Simpus pada dasarnya cukup mudah
dan simpel, tetapi kendala muncul karean sebagian staff puskesmas tidak mau
berlatih mengoperasikan Simpus khususnya staff yang belum pernah memakai
komputer. Karena itu perlu dilakukan pendekatan dan sosialisasi terus menerus
agar mau menggunakan Simpus khususnya oleh Tim Inti Simpus dan Kepala
Puskesmas.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 17
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

4. Penolakan dari sebagian dokter untuk penggunaan rekam medis elektronik.

Pada awal mulainya penerapan Simpus di puskesmas ada sebagian


dokter/perawat yang menolak atau meragukan penggunaan rekam medis
elektronik dari segi landasan hukumnya, karena rekam medis merupakan hal
yang cukup sensitif dalam praktek kedokteran.
Namun dengan penjelasan dan sosialisasi yang dilakukan terus-menerus maka
akhirnya penerapan rekam medis elektronik dapat diterima semua pihak, hal
tersebut mengacu pada Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran, Pasal 46, Pasal 47 ayat (3) dan penjelasannya, serta
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 yang baru
tentang Rekam Medis (peraturan tersebut menggantikan Peraturan Menteri
Kesehatan yang lama Nomor 749a/Menkes/Per/XII/1989)

Kutipan pasal 46, pasal 47 dan penjelasannya dalam Undang-Undang


Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran:

Paragraf 3
Rekam Medis
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib
membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan
tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.

Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
merupakan
milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan
kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Penjelasan Pasal 46
Ayat (1)

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 18
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Yang dimaksud dengan “rekam medis” adalah berkas yang berisikan


catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien.
Ayat (2)
Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada
rekam medis, berkas dan catatan tidak boleh dihilangkan atau
dihapus dengan cara apa pun. Perubahan catatan atau kesalahan
dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan
dibubuhi paraf petugas yang bersangkutan.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan “petugas” adalah dokter atau dokter gigi
atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan langsung
kepada pasien. Apabila dalam pencatatan rekam medis
menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban
membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan
nomor identitas pribadi (personal identification number).

5. Dukungan prasarana sarana pada puskesmas

Salah satu faktor keberhasilan dalam penerapan Simpus adalah adanya


prasarana yang memadai pada puskesmas, hal itu selain komputer dan
perlengkapannya, antara lain juga daya listrik PLN yang cukup, ruangan
penyimpanan komputer yang memadai.
Pada mulanya di beberapa puskesmas karena keterbatasan daya listrik PLN
maka sekering listrik sering putus “anjlok” akhirnya daya listrik perlu ditambah.
Begitu pula pernah terjadi komputer hilang dicuri karena ruang yang tanpa
pengaman teralis.

Hambatan lain yang terjadi adalah pada saat dilaksanakan pemugaran


rehabilitasi bangunan puskesmas maka harus dilakukan pembongkaran dan
pemasangan kembali jaringan komputer beserta peralatannya.

6. Dana operasional prasarana komputer di puskesmas.

Dukungan dana opersional dan pemeliharaan prasarana komputer Simpus


merupakan faktor selanjutnya yang harus disediakan setelah prasarana
lengkap, karena dengan jumlah komputer, printer dan alat-alat lain yang cukup
banyak maka diperlukan pemeliharaan rutin. Pemeliharaan komputer bisa
dilakukan oleh staff puskesmas sendiri atau memakai tenaga dari pihak ke-3
dari luar puskesmas.

7. Hambatan software SIMPUS yang menggunakan basic Microsoft Acces

Setelah Simpus sudah berjalan operasional, hambatan terbesar adalah pada


permasalahan tipe software Simpus yang masih menggunakan Microsoft Acces,
karena dengan basic Microsoft Access maka dengan penggunaan “link” 5 sd 6
komputer secara bersamaan dan jika jumlah data pasien sudah mencapai
ribuan maka kecepatan proses akan semakin lambat. Jika jumlah data semakin
besar maka proses komputer semakin lambat dan komputer bisa ”hang”.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 19
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

Namun permasalahan ini akan dapat diatasi dengan migrasi software Simpus
dari Microsoft Access ke jenis MySQL dan Visual Basic (SIMPUS Versi 1.00).

Demikian panduan penerapan SIMPUS melalui replikasi, semoga bisa bermanfaat bagi
daerah kab/kota yang berminat untuk menerapkan SIMPUS pada puskesmas-
puskesmas di daerahnya masing-masing.

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 20
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS

aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 22

You might also like