Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI:
Bab 3. Tahapan dan Aktifitas Penerapan SIMPUS melalui replikasi dilaksanakan ....... 4
LAMPIRAN
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat Kota Madiun, salah satu strategi Dinas
Kesehatan Kota Madiun (DKK) adalah meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang berkualitas.
Pada awal bantuan teknis LGSP di Kota Madiun telah dilakukan Planning Workshop (lokakarya
perencanaan) dengan mengundang multi stakeholder untuk menentukan sektor dan fokus
pelayanan yang akan mendapat bantuan teknis LGSP, bidang terpilih Kesehatan dan dengan
fokus : "Belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan dasar masyarakat di Puskesmas”.
Melalui workshop dan pendampingan untuk menyusun rencana tindak peningkatan pelayanan
di puskesmas akhirnya diputuskan perlunya penerapan SIMPUS di Puskesmas.
Mengapa dipilih penerapan SIMPUS sebagai salah satu peningkatan pelayanan kesehatan di
Puskesmas barangkali dapat dilihat sebagai ilustrasi dibawah ini:
Kita akan menghitung berapa kali para petugas puskesmas mencatat nama
seorang pasien saat berobat. Pertama, ketika pasien mendaftar di loket
pendaftaran. Kedua, ketika dokter mengisi rekam medis pasien. Ketiga, ketika
dokter menulis resep untuk pasien. Keempat, ketika petugas apotik mencatat
obat yang diberikan pada pasien. Kelima, ketika petugas melakukan rekap dari
rekam medis ke buku rekapitulasi. Lima kali adalah angka minimal, karena
bisa jadi masih ada proses administrasi yang mengharuskan pencatatan nama.
Selain nama, berbagai jenis data lain juga harus dicatat. Misalnya umur, jenis
kelamin, alamat, riwayat penyakit, resep, dll. Alhasil, waktu pelayanan lebih
banyak tersita dengan berbagai proses konvensional ini, sehingga jangan
heran kalau pada puskesmas yang pasiennya ramai, banyak yang keringatan di
ruang tunggu.
Di sisi lain, petugas puskesmas pun lumayan repot. Mencari rekam medik
pasien ulangan kadang menjadi mimpi buruk. Seringkali, beberapa kali
tumpukan rekam medik yang tersusun menurut abjad dibongkar, rekam
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 1
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
medik pasien tak kunjung ditemukan. Di bagian lain, para petugas harus
mencatat dengan teliti data-data pasien, termasuk data penyakit. Data
tersebut dipelototin, di ringkas, dianalisis, dibuat laporannya lengkap dengan
grafik. Setelah selesai, laporan mesti dikirim ke dinas kesehatan. Benar-benar
merupakan rangkaian pekerjaan teknis yang membosankan dan melelahkan.
Sebenarnya keadaan ini tidak perlu terus terjadi, seandainya puskesmas sudah
dikomputerisasi dengan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS).
Alangkah ringkasnya jika pasien hanya perlu memberikan data dirinya satu
kali saja, dan data itu terus terpakai sebanyak apapun kali dia berobat.
Petugas pun hanya perlu menekan tombol keyboard dan memainkan mouse
untuk mencari, melihat, dan mengolah data.
Obsesi DKK untuk menggunakan software SIMPUS di Puskesmas agar pelayanan menjadi
lebih efektif telah ada sejak lama, akan tetapi beberapa software yang pernah dijajagi masih
belum ada yang cocok dan masih sulit diterapkan dengan SDM yang terbatas. Akhirnya
setelah melihat SIMPUS yang dibuat dan diterapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi
merasa cocok dan Kab.Nawai sangat dekat dengan Madiun. Dengan SIMPUS Dinkes Kab.
Ngawi, cukup simpel dan bisa di modifikasi sesuai dengan kebutuhan.
Peningkatan kualitas dan kecepatan pelayanan publik tidak bisa dipisahkan dari perbaikan
prosedur pelayanan dan penggunaan teknologi informasi atau komputerisasi secara bersama.
Maksud dan tujuan dilakukannya sistem komputerisasi dan penerapan SIMPUS di Puskesmas
dan Pustu (puskesmas pembantu) adalah :
1. Mempermudah dan mempercepat pelayanan (responsiveness)
2. Membakukan prosedure dan standar pelayanan (public services standard)
3. Mendapatkan data dan informasi yang sahih atau valid (accountable)
4. Secara online dan seketika, saling terhubung, semua pihak memantau (transparent)
5. Mengurangi beban kerja petugas puskesmas dan dinas kesehatan (efisien)
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 2
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Dengan telah ditetapkannya Urusan Wajib dan Standar Pelayanan Minimal (UW-SPM)
pemerintah daerah kab/kota mempunyai peluang untuk mengembangkan SIK daerah sesuai
dengan kebutuhannya. Desentralisasi sektor kesehatan sesuai UU No. 22/1999 yang
diperbaharui dengan UU No. 32/2004 menuntut pembaharuan sistim informasi kesehatan
kab/kota dan provinsi, pembaharuan SIK kab/kota harus mencakup informasi rutin mulai dari
Puskesmas, rumah sakit, unit pelayanan kesehatan swasta, dan UPT dinas kesehatan
provinsi.
Dengan SIK di kab/kota yang telah disempurnakan dan diimplementasikan maka diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan untuk penentuan
kebijakan dan perencanaan program, manajemen, dan advokasi dalam era desentralisasi,
dengan cara penyempurnaan sistem pencatatan pada tingkat Puskesmas dan unit pelayanan
dibawahnya (Pustu, Pusling, Posyandu, dll). SIMPUS atau Sistem Infromasi Manajemen
Puskesmas merupakan bagian dari SIK dalam Dinas Kesehatan secara keseluruhan.
Penerapan replikasi SMPUS di Kota Madiun merupakan hasil tindak lanjut dari action plan hasil
workshop-workshop peningkatan manajemen pelayanan kesehatan yang difasilitasi LGSP.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 3
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Langkah-langkah replikasi penerapan SIMPUS di Kota Madiun secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut:
Dinas Kesehatan Kota Madiun, melalui Bagian Tata Usaha, sesuai dengan rencana
akan menerapkan SIMPUS di 5 puskesmas di Kota Madiun. SIMPUS yang akan
diterapkan mesti mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
Pada waktu itu Dinas Kesehatan Kab.Ngawi mendemontrasikan SIMPUS yang dibuat
oleh Tim SIK/SIMPUS Dinkes Ngawi, serta menginformasikan Kab/kota lain bisa
menggunakan SIMPUS tersebut dengan bebas.
Melihat SIMPUS Ngawi yang cukup mudah dioperasikan dan letaknya yang dekat
dengan Madiun maka dilakukan studi banding Tim DKK Madiun, wakil-wakil
puskesmas dan LGMS specialist EJRO untuk melihat penerapan SIMPUS di puskesmas
di Ngawi. Dari kunjungan tersebut dilanjutkan dengan kesepakatan kerjasama DKK
Madiun dan LGSP-EJRO dengan Tim SIMPUS Dinkes Ngawi untuk mereplikasi SIMPUS
Ngawi ke Kota Madiun.
Tim Inti SIMPUS merupakan gabungan orang-orang yang diambil dari tiap-tiap Tim
Pelaksana SIK di puskesmas dan Dinkes masing-masing sebanyak 2 orang, umumnya
adalah Ketua dan Sekretaris Tim Pelaksana SIK, adapun dari Dinkes diambil yang
berasal dari Bagian TU/Sungram dan Bagian Yankes.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 4
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 5
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Memperhatikan : - Surat Kepala Kanwil/Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, tgl : 29/9/2000,
Nomor: PR.00.01.4.1.182, Perihal kegiatan Sistim Informasi Kesehatan (SIK).
- Surat Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun, tanggal : ...................., Nomor:
.........................., Perihal kegiatan Sistim Informasi Kesehatan (SIK).
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Membentuk Tim Pelaksana SIK Puskesmas Patihan , Kota Madiun dengan susunan
sebagai berikut :
Penanggung Jawab : Kepala Puskesmas Patihan , Kota Madiun
Ketua : .........................
Sekretaris : .........................
Anggota :
1. ........................... (Koordinator P2)
2. ........................... (PKM)
3. ........................... (PKL)
4. ........................... (BP)
5. ........................... (KIA)
6. ........................... (Obat)
7. ........................... (Gilut)
(dr. ………………………..)
NIP. ...............
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 6
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
MENIMBANG : Dengan terwujudnya otonomi daerah dan telah terbentuknya struktur organisasi
Dinas Kesehatan Kota Madiun, maka guna kelancaran pelaksanaan informasi
kesehatan perlu dilakukan perubahan, penataan dan penetapan personil Tim
Pembina/Pelaksana Sistim Informasi Kesehatan (SIK) Kota Madiun melalui
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun.
MEMPERHATIKAN : - Surat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur, tgl : 29/9/2000, Nomor:
PR.00.01.4.1.182, Perihal kegiatan Sistim Informasi Kesehatan (SIK).
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Pertama : Membentuk Tim Pembina/Pelaksana SIK Dinas Kesehatan Kota Madiun dengan
susunan sebagai berikut :
Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota Madiun
Ketua : Kepala Bagian Tata Usaha
Sekretaris : Ka. Sub.Bag Perencanaan, Informasi Kesehatan dan
Evaluasi
Anggota :
1. .................... (Bagian TU)
2. .................... (Bagian Yankes)
3. ....................
4. ....................
5. ....................
Ketiga : Perlu dibentuk Tim Pelaksana SIK di Puskesmas dengan Surat Keputusan Kepala
Puskesmas
Ditetapkan di : Madiun
Tangga; : ..............................2006
( dr. ........................... )
Pembina
NIP. ...............
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 7
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
4. Pelatihan untuk Tim Inti SIMPUS dan Pelatihan SIMPUS untuk staf
Puskesmas/anggota Tim pelaksana SIK.
Yaitu pelatihan yang diperuntukkan bagi Tim Inti bertujuan agar Tim Inti yang
berjumlah 12 orang tersebut dapat memahami operasi, pemeliharaan dan
pengembangan (update) SIMPUS, antara lain menginstall software SIMPUS di
komputer puskesmas, meng-update software SIMPUS termasuk mebuat format dan
kompilasi data kesehatan yang diperlukan serta pemeliharaaan SIMPUS dan mengatasi
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 8
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Yaitu pelatihan untuk personil agar bisa mengoperasikan SIMPUS. Pada tahap pertama
yang dilatih sebanyak 15 orang dari 5 puskesmas masing-masing 5 orang tiap
puskesmas. Karena untuk efektifitas pelatihan dan keterbatasan jumlah komputer
untuk praktek maka pelatihan dibagi dalam 2 gelombang masing-masing selama 3
hari. Agenda pelatihan selama 3 hari dapat dilihat pada lampiran.
Idealnya semua staff Puskesmas dari dokter, bidan, administrasi hingga perawat harus
bisa mengoperasikan SIMPUS sehingga seluruh informasi kesehatan dapat dimasukkan
dalam komputer, tanpa perlu menulis dikertas lagi atau paperless. Untuk keperluan
tersebut ditiap poli/balai pelayanan, laborat dan apotek di puskesmas semestinya
dilengkapi dengan perangkat unit komputer yang saling terkoneksi (jaringan
networking).
Pengadaan komputer dan jaringan serta peralatan SIMPUS dialokasikan dari APBD
Kota Madiun (TA.2006), dimana pengadaan alat dilakukan oleh DKK Madiun bersama
Bagian Perlengkapan Setda Kota Madiun. Pengadaan dan pemasangan dilaksanakan
oleh pihak ke-3, namun dalam pemasangan jaringan dan uji coba peralatan Tim Inti
masing-masing puskesmas terlibat aktif.
Dengan jumlah komputer yang cukup banyak (5 sd 7 unit) dan peralatan lainnya maka
dibutuhkan daya listrik PLN yang cukup besar, sehingga sangat dianjurkan dalam
pengadaan komputer perlu dipilih monitor Layar LCD dan CPU komputer yang hemat
listrik. Networking antar komputer digunakan “Hub” dengan dihubungkan kabel LAN.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 9
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Setelah Tim Inti di latih dan jaringan (link) komputer sudah terpasang maka
dilaksanakan uji coba untuk install software SIMPUS. Uji coba dilakukan dengan
menggunakan program SIMPUS yang masih asli (dari Dinkes Kab.Ngawi) yang secara
nyata sudah berjalan lancar di Kab.Ngawi. Dilakukan tes kecepatan, jaringan link,
data, print -out format data, dsb.
Untuk SIMPUS Versi 1.00 (MySQL dan Visual Basic), tahun 2008:
Untuk install dan operasi SIMPUS lebih rinci dapat dilihat pada Petunjuk
Pengoperasian SIMPUS, buku terpisah. Lihat leaflet Simpus terlampir.
Untuk dapat digunakan di puskesmas di Kota Madiun atau dikab/kota lainnya, program
asli Simpus Ngawi perlu dilakukan modifikasi/update. Meskipun Tim Inti sudah pernah
dilatih modifikasi oleh Tim dari Kab.Ngawi, pelatihan dan workshop lanjutan tetap
diperlukan yang dapat dilaksanakan oleh service provider narasumber/trainer di
bidang “IT Management”.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 10
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Hal penting yang sangat mendukung keberhasilan adalah kemauan belajar sendiri dan
terus menerus dari para Tim Inti Simpus Madiun untuk memodifikasi, update dan
mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam penerapan Simpus, serta komunikasi
terus-menerus dengan semua pihak.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 11
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Dengan adanya modifikasi software SIMPUS diatas maka petunjuk operasi SIMPUS
yang ada di dalam software juga harus disesuaikan oleh Tim Inti SIMPUS.
9. Pelatihan (Tahap-II) operasi SIMPUS bagi staff lain oleh Tim Inti SIMPUS.
Agar Simpus dapat berjalan lancar di puskesmas maka sebagian besar staff harus bisa
mengoperasikan Simpus juga. Untuk keperluan ini maka Tim Inti Simpus harus bisa
melatih staff-staff puskesmas lainnya. Pada sekitar akhir bulan Juli 2007 dilakukan
2007 pelatihan tahap II yang diikuti oleh 25 personil dari 5 puskesmas di Kota Madiun.
Pelatihan dilaksanakan di SMAK Madiun dengan agenda sebagaimana terlampir. Pada
kenyataannya 5 orang dari Tim Inti yang terlibat sudah bisa melatih rekan-rekan
puskesmas lainnya.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 12
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Perkiraaan anggaran biaya untuk pelaksanaan aktifitas penerapan SIMPUS melalui replikasi
dengan tahapan sebagaimana dijelaskan diatas dapat dilihat dibawah ini. Perkiraan biaya
dibawah ini hanya memperhitungkan biaya-biaya untuk:
honor/fee, transport dan penginapan para narasumber dan trainer dari luar.
paket meeting (makan-minum) selama pelatihan (peserta tidak menginap)
sewa ruangan pelatihan/lokakarya dan sewa komputer untuk pelatihan.
Training kit atau materi untuk peserta pelatihan (ATK, dll)
uang transport untuk peserta pelatihan selama pelatihan berlangsung.
JUMLAH 260.000.000
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 13
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Perkiraan biaya untuk pengadaan perangkat komputer & jaringan, pemasangan dan
pemelihraan untuk 1 (satu) unit puskesmas, diluar pajak dan jasa layanan pihak ke-3.
Sehingga jika untuk 5 buah puskesmas maka harus dikalikan 5 kalinya.
JUMLAH 100.000.000
*) Pengadaan komputer belum termasuk pajak dan jasa layanan.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 14
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 16
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Untuk pembentukan Tim Inti Simpus, hambatan yang terjadi antara lain adalah
cukup sulit mencari personil Tim Inti yang sesuai kriteria, jika ada biasanya
personil tsb sudah sibuk dengan pekerjaan yang lain. Kedua adalah sangat
terbatasnya dana operasional bagi Tim Inti sehingga kegiatan-kegiatan yang
bisa diagendakan terbatas. Selain hal itu kendala lain yang muncul adalah
anggota Tim Inti yang sudah dilatih di mutasi ke posisi lain.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 17
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Paragraf 3
Rekam Medis
Pasal 46
(1) Setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran wajib
membuat rekam medis.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus segera
dilengkapi
setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan.
(3) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan
tanda tangan
petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan.
Pasal 47
(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46
merupakan
milik dokter, dokter gigi, atau sarana pelayanan kesehatan,
sedangkan isi
rekam medis merupakan milik pasien.
(2) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disimpan dan dijaga
kerahasiaannya oleh dokter atau dokter gigi dan pimpinan sarana
pelayanan
kesehatan.
(3) Ketentuan mengenai rekam medis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Penjelasan Pasal 46
Ayat (1)
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 18
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 19
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
Namun permasalahan ini akan dapat diatasi dengan migrasi software Simpus
dari Microsoft Access ke jenis MySQL dan Visual Basic (SIMPUS Versi 1.00).
Demikian panduan penerapan SIMPUS melalui replikasi, semoga bisa bermanfaat bagi
daerah kab/kota yang berminat untuk menerapkan SIMPUS pada puskesmas-
puskesmas di daerahnya masing-masing.
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 20
BAHAN BACAAN PENERAPAN SIMPUS
aaTP
Bahan Bacaan Penerapan SIMPUS 22