Professional Documents
Culture Documents
DOSEN PEMBIBING:
Prof. Dr. H. SJARKAWI, M. Pd
DISUSUN OLEH:
MISTER CANDERA ( A1A108038)
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga saya sebagai penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Kenakalan Remaja Sebagai Prilaku
Menyimpang “.
Makalah yang saya susun ini berfungsi untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, dan sikap tanggung jawab dalam
kehidupan social.
Tiada karya manausia yang sempurna,demikian juga dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang mengarah pada perbaikan
makalah ini sangat saya harapkan baik dari dosen pembibing maupun dari teman-
teman atau pun para pembaca sangat kami harapkan, untuk kesempurnaan
makalah ini pada waktu yang akan datang.
penyusun
DAFTAR ISI
• Penyalahgunaan narkoba
• Seks bebas
• Tawuran antara pelajar, dll.
1. Krisis identitas
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah
laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah
laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1. Keluarga
Misalnya, anak orang yang paling kaya di kota itu, anak pejabat
pemerintah setempat bahkan mungkin pusat atau pun anak orang terpandang
lainnya. Di jaman sekarang, pengaruh kawan bermain ini bukan hanya
membanggakan si remaja saja tetapi bahkan juga pada orangtuanya. Orangtua
juga senang dan bangga kalau anaknya mempunyai teman bergaul dari
kalangan tertentu tersebut. Padahal, kebanggaan ini adalah semu sifatnya.
Malah kalau tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan
kekecewaan nantinya. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga
mempunyai gaya hidup yang tertentu pula. Apabila si anak akan berusaha
mengikuti tetapi tidak mempunyai modal ataupun orangtua tidak mampu
memenuhinya maka anak akan menjadi frustrasi. Apabila timbul frustrasi,
maka remaja kemudian akan melarikan rasa kekecewaannya itu pada narkotik,
obat terlarang, dan lain sebagainya.Pengaruh kawan ini memang cukup besar.
3. Pendidikan
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan
seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak
ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si
remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai
bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini
tidak akan menimbulkan masalah.
5. Uang Saku
Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang
menguatirkan. Para remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang
dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan
mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal
istilah pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu
bentuk gengsi yang membanggakan. Akibatnya, di kalangan remaja kemudian
terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar. Pengertian pacaran dalam era
globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan pengertian pacaran 15
tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus sekolah karena
hamil.
KLO berani satu lawan satu! Itu ungkapan spontan yang dikeluarkan para
remaja sebelum tawuran antar-pelajar, mahasiswa, bahkan pejabat teras ataupun
aksi yang kini marak dikategorikan sebagai tindakan premanisme. Di antara
ungkapan itu, ada persamaan yang jelas terlihat. Pelaku yang terlibat umumnya
kaum adam. Jelas, jika ungkapan itu sangat lazim diucapkan. Tapi persamaan
lainnya, mereka umumnya golongan remaja. Tapi bagaimana jika pelakunya
kaum hawa? Yang menarik dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang mereka
mengeluarkan ucapan yang sering dilontarkan oleh kaum adam, kaum hawa yang
konon sering dikategorikan sebagai kaum yang lemah!
Tidak bisa dipungkiri, hal itu sudah menjadi tradisi dari senior kepada
junior yang dilakukan karena banyak alasan. Mulai dari alasan yang jelas sampai
alasan yang lucunya tidak disebutkan si senior sampai kapanpun! Ya.. seperti
tayangan di sinetron remaja yang lagi “in” sekarang ini!
Perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai
salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Kenakalan remaja
dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam dua jenis delikuensi, yaitu
situasional dan sistematik.
Memotivasi diri
1. mengenali emosi,
2. Mengelola emosi,
Berarti menangani perasaan agar perasaan terungkap dengan tepat
memotivasi diri mengenali emosi orang lain empati atau mengenal emosi
orang lain, dibangun berdasar pada kesadaran diri. Orang yang tidak
mampu menyesuaikan diri dengan emosi sendiri, dapat dipastikan tidak
akan mampu menghormati perasaan orang lain.
Dengan cara itu remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan
balik dari sekitar, mudah bersosialisasi, memiliki solidaritas tinggi,
diterima di lingkungan lain. Sehingga akan mampu membantu
menemukan dirinya sendiri dan mampu berperilaku sesuai norma yang
berlaku
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Kehidupan remaja merupakan zona yang sangat berbahaya kalau
tidak dibatasi dengan keimanan dan peran orang tua yang harus selalu
memperhatikan perkembangan anak. Seorang remaja pasti akan terseret ke
jalan yang salah. Maka dari itu untuk pelajaran kita selanjutnya dan para orang
tua harus bisa memberikan yang terbaik kepada para anak yang akan melalui
tahap remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Masngudin HMS, adalah peneliti pada Puslitbang UKS, Badan Latbang Sosial
Departemen Sosial RI.