Professional Documents
Culture Documents
Stratifikasi Sosial
Enny Febriana,S.IP
PE N D A HU L UA N
Kegiatan Belajar 1
P ada kegiatan belajar pertama Anda akan saya ajak untuk memahami konsep
stratifikasi sosial. Inti dari konsep stratifikasi sosial adalah penggolongan atau
pelapisan dalam masyarakat berdasarkan status yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Bila kita berbicara mengenai penggolongan atau pelapisan maka secara
otomatis kita harus juga mempelajari perubahan atau perpindahan dari satu lapisan ke
lapisan lainnya. Hal inilah yang dikenal dengan konsep mobilitas sosial. Setelah kita
paham mengenai kedua konsep tersebut maka kita juga harus mengetahui bagaimana
atau apa yang dapat digunakan oleh individu untuk meningkatkan status sosialnya.
Stratifikasi sosial dapat terbentuk dengan sendirinya dan yang sengaja
dibentuk oleh masyarakat. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah faktor-
faktor apa yang dapat membentuk stratifikasi sosial? Jawaban pertanyaan
tersebut akan kita pelajari dalam kegiatan belajar 2, yaitu dalam bentuk
dimensi-dimensi stratifikasi sosial. Dimensi ini merupakan hal yang penting,
terutama sekali karena digunakan sebagai dasar penggolongan individu atau
kelompok. Salah satu dimensi ini membentuk kelas sosial. Konsep ini
mungkin sudah sering Anda dengar, pada bagian inilah Anda dapat
merenungkan dan melihat kembali apakah pemahaman Anda selama ini
mengenai konsep tersebut tepat ataukah keliru. Pembahasan dalam kegiatan
dua akan diakhiri dengan bentuk-bentuk stratifikasi dan cara mempelajari
stratifikasi sosial.
Anda sudah siap untuk mempelajari stratifikasi sosial? Baiklah sebelum
kita mempelajari materi dari stratifikasi sosial mari kita simak bersama cerita
singkat berikut ini:
A. STRATIFIKASI SOSIAL
dan ada yang memiliki kedudukan lebih rendah, contoh paling mudah adalah
pengusaha dan buruh. Pembedaan ini terjadi karena ada status berbeda yang
dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Status ini diberikan oleh masyarakat
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Nilai yang dianggap
tinggi oleh masyarakat akan tercermin dalam status yang tinggi dan
sebaliknya nilai yang dianggap rendah akan tercermin dalam status yang
rendah.
Bagaimana status dapat dimiliki oleh setiap anggota masyarakat? Status
yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu
usaha (achievement status) dan ada yang didapat begitu saja atau yang
disebut dengan (ascribed status). Bagaimana kita membedakan kedua status
ini? Untuk ascribed status Anda dapat bayangkan diri Anda, sejak Anda lahir
Anda tentunya telah memiliki jenis kelamin, sebagai seorang laki-laki atau
sebagai seorang perempuan. Status sebagai seorang laki-laki atau seorang
perempuan Anda dapatkan begitu saja dari Tuhan, berdasarkan alat kelamin
Anda. Status seperti inilah yang disebut dengan ascribed status. Lalu
bagaimana dengan achievement status? Bila kita perhatikan kembali diri
Anda ketika Anda telah memasuki usia sekolah, Anda menjalani pendidikan
mulai dari Sekolah dasar (SD), untuk apa? Tentunya untuk mendapatkan
status sebagai individu yang berpendidikan tamat SD. Untuk mendapat status
lulusan SD Anda tentunya harus berusaha selama enam tahun mengikuti
sekolah dari kelas 1 hingga kelas 6, dan kemudian harus lulus ujian tamat
Sekolah Dasar. Dengan demikian berbeda dengan jenis kelamin yang kita
dapatkan secara cuma-cuma, Tamat SD harus didapat dengan suatu usaha.
Status Anda sebagai mahasiswa Universitas Terbuka saat ini juga bagian dari
usaha yang Anda lakukan untuk dapat mencapai gelar Sarjana. Status inilah
yang disebut achievement status. Pemahaman status ini dapat Anda pelajari
lebih mendalam dalam modul tatanan sosial.
Kaitan kedua status tersebut dengan stratifikasi sosial dapat Anda lihat
dalam kehidupan di sekitar kita. Bila kita amati dalam masyarakat ada anak
yang dilahirkan dalam keluarga kaya, ada yang dilahirkan dalam keluarga
miskin. Anak yang terlahir tersebut secara otomatis memiliki status sebagai
anak orang kaya dan sebagai anak orang miskin. Anak orang kaya tentunya
masuk dalam lapisan atas sedangkan anak orang miskin tentunya masuk
dalam lapisan bawah. Kondisi ini menunjukkan posisi individu dalam
masyarakat ditentukan oleh ascribed statusnya. Pada sisi lain dalam
masyarakat kita juga dapat melihat ada yang bisa menjadi pengusaha besar
4.6 Pengantar Sosiologi
dan ada yang hanya menjadi seorang buruh. Untuk menjadi seorang
pengusaha atau seorang buruh tentunya diperlukan suatu usaha. Usaha yang
dilakukan untuk menjadi seorang pengusaha tentunya akan lebih banyak
dibandingkan dengan upaya yang dilakukan oleh seorang buruh. Keadaan ini
memperlihatkan kepada kita pembedaan posisi individu dalam masyarakat
yang lebih didasarkan pada achievement status. Pembedaan berdasarkan
achievement status lebih dikarenakan usaha yang dilakukan seorang individu,
terlepas apakah dia anak orang kaya ataukah dia anak orang miskin, selama
usaha yang dilakukannya cukup keras maka siapa pun dapat menempati
posisi pada lapisan atas.
Bila kita melihat dari asal kata stratifikasi sendiri maka stratifikasi dapat
kita artikan sebagai lapisan, karena stratifikasi berasal dari kata sratum yang
berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Untuk selanjutnya kita akan
pergunakan istilah strata untuk menyebut lapisan dalam masyarakat. Pitirin
A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau
anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hirarkis (Soerjono
Soekanto, 2002:228). Dari definisi tersebut bisa kita ambil pengertian bahwa
individu atau kelompok dapat diposisikan ke dalam kelas atau strata. Posisi
ini bersifat hierarkis atau vertikal. Ini berarti akan ada strata atas dan ada
strata bawah.
Penjelasan mengenai stratifikasi sosial juga diberikan oleh Bruce J.
Cohen, Menurutnya sistem stratifikasi akan menempatkan setiap orang
berdasarkan kualitas yang dimiliki, untuk ditempatkan pada kelas sosial yang
sesuai ( Bruce J. Cohen, 1992: 244). Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa
setiap anggota masyarakat akan ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial atau
strata berdasarkan kualitas yang dimiliki. Bila masyarakat menilai kualitas
yang dimiliki oleh seorang anggota masyarakat rendah maka orang tersebut
akan ditempatkan pada kelas yang rendah namun sebaliknya bila masyarakat
menganggap kualitas yang dimilikinya tinggi maka masyarakat akan
menempatkan orang itu pada kelas yang tinggi. Sebagai contoh dalam
masyarakat ada dokter, pedagang, tukang sampah. Mengacu pada penjelasan
Bruce maka kita akan menempatkan dokter pada kelas atas karena tentunya
kemampuan menyembuhkan orang sakit dipandang sebagai kualitas yang
lebih tinggi, dibandingkan kemampuan bekerja sebagai pedagang, apalagi
bila dibandingkan dengan kemampuan sebagai pengumpul sampah. Sistem
stratifikasi akan menempatkan dokter pada kelas atas. Pedagang pada kelas
ISIP4110/MODUL 4 4.7
menengah, dan tukang sampah pada kelas bawah. Apakah hal ini berlaku
sama dalam semua masyarakat?
Jawabnya adalah tidak, kenapa? Kita ambil contoh dokter yang tadi kita
tempatkan pada lapisan atas. Bila dokter ini ada dalam masyarakat
pedalaman Irian Jaya atau masyarakat Dayak di Kalimantan maka kondisinya
akan berbeda. Dokter akan menempati lapisan menengah atau bahkan lapisan
bawah. Hal ini sangat terkait dengan nilai yang dianut oleh masyarakat. Pada
kedua masyarakat tersebut tentunya nilai tabib atau orang yang mereka
anggap sebagai orang sakti yang dapat menyembuhkan segala penyakit akan
lebih diposisikan tinggi dibandingkan seorang dokter. Hal ini dikarenakan
tabib telah mereka percaya akan dapat membantu mereka dibandingkan
dokter adalah orang asing dan berusaha memasukkan benda asing yang
mereka tidak kenal.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sebenarnya stratifikasi dapat
muncul dalam suatu masyarakat? Jawaban pertanyaan tersebut sangat terkait
dengan nilai penghargaan terhadap sesuatu. Ketika dalam masyarakat ada
sesuatu yang lebih dihargai dibandingkan yang lainnya maka saat itu pula
akan muncul stratifikasi sosial. Penghargaan terhadap sesuatu inilah yang
merupakan awal dari munculnya stratifikasi dalam masyarakat. Sesuatu yang
dihargai tersebut dapat berupa materi, seperti uang, kepemilikan tanah, atau
yang berupa nonmateri seperti kekuasaan atau kehormatan. Filsafat
Aristoteles dari Yunani mengatakan bahwa pada zaman kuno dahulu dalam
suatu negara telah terdapat tiga ciri, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka
yang melarat dan yang berada di tengah-tengahnya. (Soerjono Soekanto,
2002; 227). Hal ini membuktikan bahwa pada zaman itu dan sebelumnya
orang telah mengakui adanya lapisan dalam masyarakat dari atas hingga ke
bawah berdasarkan kekayaan yang mereka miliki. Keadaan yang sama
tentunya juga bisa kita lihat pada zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia, pada
masa itu tentunya ada sekelompok anggota masyarakat yang menjadi para
raja, ada yang memimpin di setiap daerah dan ada rakyat biasa. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah sejak lama masyarakat kita mengenal sistem
stratifikasi dalam masyarakatnya.
Kemunculan stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian
dari proses pertumbuhan masyarakat. Namun, dapat pula muncul dengan
sengaja atau disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Faktor penyebab
stratifikasi yang tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem
kekerabatan, dan harta dalam batasan-batasan tertentu (Soerjono Soekanto ,
4.8 Pengantar Sosiologi
maka akan semakin sedikit jumlah strata yang ada dalam masyarakat. Hal ini
menunjukkan masyarakat Anda cenderung homogen.
Para ahli yang meneliti strata dalam setiap stratifikasi pun menggunakan
jumlah lapisan atau strata yang berbeda-beda. Secara sederhana kita dapat
membaginya menjadi tiga strata, yaitu atas, menengah, bawah. Namun,
dalam kenyataannya bila kita menghadapi masyarakat yang cukup heterogen
maka kita akan menemukan lebih dari tiga strata. Kita dapat menjadikannya
enam strata, seperti yang pernah dilakukan oleh Warner dan kawan-
kawannya (1941,1942) dalam meneliti sebuah kota tua di new England:
Mereka membagi masyarakat kota itu menjadi 6 lapisan, yaitu atas, atas
bawah, menengah atas, menengah bawah, bawah atas, bawah. Atau dapat
juga membaginya menjadi tujuh lapisan, seperti yang dilakukan oleh
Coleman dan Newgarten (1971) yang menggunakan tujuh lapisan dalam
melakukan penelitian mengenai stratifikasi. Ketujuh lapisan tersebut adalah
atas, atas bawah, menengah atas, menengah yang hidupnya senang, dan
menengah tengah, bawah atas, bawah. Pembagian kelas ini berbeda dengan
penelitian Warner, karena Coleman dan Newgarten membagi kelas
menengahnya menjadi tiga lapisan. (Horton and Hunt, 1992; 7).
Setelah membaca pembagian strata dalam stratifikasi sosial mungkin
Anda berpikir sepertinya pembagian lapisan secara garis besar adalah tiga
lapisan, yang kemudian dibesarkan. Apakah memang demikian, tidak adakah
masyarakat yang memiliki 2 strata? Jika Anda berpikir demikian dapat
dimaklumi, karena banyak sekali para pengamat sosial yang mungkin Anda
pernah dengar pendapatnya membagi masyarakat kita dalam tiga strata.
Sekarang mari kita lihat ke tokoh sosiologi yang mungkin sudah Anda kenal
dalam modul pertama Buku Materi Pokok ini. Salah satu tokoh tersebut
adalah Karl Marx, Beliau membagi masyarakat industri di Eropa ke dalam
dua lapisan, yaitu kelas Borjuis sebagai pemilik alat produksi, dan kelas
Proletar sebagai kelompok yang tidak memiliki alat produksi. Bila kita lihat
tokoh lainnya misalnya Linch (1959) yang meneliti masyarakat pertanian
miskin di Filipina menemukan hanya ada dua kelas sosial, yaitu golongan
orang yang bisa menopang hidupnya sendiri dan golongan orang melarat.
Apa kesimpulan yang dapat kita ambil? Jumlah strata dalam setiap
masyarakat berbeda-beda, tergantung pada bagaimana kita mengamati
keberagaman yang ada dalam suatu masyarakat. Bila kita menganggap suatu
masyarakat cenderung homogen maka 2 atau 3 strata sudah cukup untuk
menjelaskan keragaman masyarakat. Namun, jika kita menganggap
4.12 Pengantar Sosiologi
Tugas :
Buatlah stratifikasi sosial untuk jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam
masyarakat Anda (pada satu kota atau satu kabupaten) ?
Jawaban :
Atas Menengah Bawah
_______________ ________________ ________________
_______________ ________________ ________________
Petunjuk:
1. Amatilah jenis-jenis pekerjaan di kota /kabupaten Anda
2. Kelompokkanlah masing-masing pekerjaan ke dalam tiga strata
tersebut, yaitu strata atas, menengah, dan bawah
3. Bila ketiga strata itu terlalu banyak Anda dapat menguranginya, dan
jika tiga strata terlalu sedikit Anda dapat menambah jumlah
stratanya
B. MOBILITAS SOSIAL
antargenerasi kita melihat status orang tuanya dan status anaknya, untuk
melihat apakah telah terjadi perubahan status sosial seseorang.
2. Mobilitas horizontal atau lateral mobility, mengacu pada perpindahan
geografis antara lingkungan setempat, kota, dan wilayah. Contohnya
adalah perubahan status dari satu kota ke kota lainnya atau dari satu desa
ke desa lainnya. Mobilitas horizontal juga dapat kita lihat dalam
perubahan status seseorang dalam satu lapisan. Misalnya Tukang kebun
yang menjadi seorang pesuruh di suatu perusahaan (cleaning service).
Meskipun mengalami perubahan pekerjaan tapi individu tersebut tidak
mengalami perubahan lapisan karena dia tetap berada pada pekerjaan di
strata bawah.
Pada masyarakat Bali, misalnya kita bisa melihat sistem stratifikasi yang
cenderung tertutup. Seperti kita ketahui bersama bahwa menurut kitab-kitab
suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat strata, yaitu Brahmana,
Satria, Vesia dan Sudra. Brahmana, Satria dan Vesia disebut dengan
triwangsa, sedangkan Sudra disebut dengan Jaba. Keempat lapisan ini terbagi
ke dalam lapisan-lapisan lagi yang lebih khusus. Perbedaan keempat lapisan
itu juga dapat dilihat dari gelar-gelar yang digunakan, yaitu sebagai berikut :
Kasta Gelar
Brahmana Ida Bagus
Satria Tjokorda
Dewa
Ngahan
Vesia Bagus
I Gusti
Sudra Pasek
pahlawan, yang statusnya lebih tinggi dari pada orang biasa. Pangkat di
angkatan bersenjata itu sendiri merupakan jenjang stratifikasi dalam
masyarakat. Semakin tinggi pangkat mereka di angkatan bersenjata maka
akan semakin tinggi penghormatan orang kepada mereka. Bila kita lihat
dalam masyarakat sendiri angkatan bersenjata menduduki status sosial lebih
tinggi bila kita kaitkan dengan keamanan, karena merekalah yang boleh
memegang senjata untuk membela negara, dan individu lain menjadi
tergantung dengan mereka, ini membuat posisi mereka dalam masyarakat
menjadi lebih tinggi.
Saluran yang kedua adalah lembaga keagamaan, hal ini bisa kita lihat
dari penghormatan warga masyarakat kepada mereka yang mendalami
agama. Para tokoh agama ini akan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan
dalam masyarakat, karena masyarakat yakin bahwa yang diucapkan adalah
sebuah kebenaran berdasarkan keyakinan agama. Para tokoh agama ini
merupakan pemimpin bagi umat pengikut agamanya. Bila kita lihat dalam
agama Islam ketika salat maka para tokoh agama ini menjadi imam, dan
orang akan mengikuti imamnya, juga akan mendengar petuah-petuahnya.
Pada agama Kristen kita juga melihat di gereja-gereja setiap hari minggu,
umat kristiani akan dengan seksama mendengarkan khotbah yang
disampaikan pendetanya. Hal yang sama terjadi dalam agama-agama lainnya.
Para tokoh agama ini memiliki pengikut dan dia sangat mempengaruhi
keputusan kelompoknya. Pemahaman lebih dalam mengenai agama akan
membantu seseorang untuk meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat.
Saluran ketiga adalah lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan social
elevator bagi setiap individu yang ingin meningkatkan status sosial dalam
masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan
status sosial dia dalam masyarakat. Sebagai contoh adalah diri Anda sendiri
sebagai mahasiswa UT, Bukankah Anda mengikuti pendidikan tinggi ini
bertujuan untuk meningkatkan status Anda. Gelar sarjana yang Anda akan
raih tentunya akan membantu Anda meningkatkan pangkat Anda di kantor,
membantu Anda mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Tanpa Anda
sadari Anda sedang menaiki tangga untuk meraih status yang lebih tinggi
dalam masyarakat. Lembaga pendidikan juga membantu seseorang memiliki
kemampuan tertentu sehingga ia dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Keahlian tersebut pada akhirnya akan membawa seorang individu pada status
sosial tertentu. Masih ingat dengan ilustrasi di awal modul ini, ayah Sato
4.18 Pengantar Sosiologi
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang
melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status
yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat
ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang
didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan
penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan
kualitas yang dimiliki.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari
proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya
tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat
tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan,
dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau
kelompok dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas
vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi
dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi.
Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua
sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi
terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan
ISIP4110/MODUL 4 4.21
TE S F OR M AT IF 1
C. 6
D. 7
6) Mobilitas sosial yang diukur dengan melihat strata orang tua disebut
dengan mobilitas .…
A. horizontal
B. lateral
C. vertikal intragenerasi
D. vertikal antargenerasi
8) Pada masyarakat Bali perpindahan status dari kasta Sudra ke kasta yang
lebih tinggi dimungkinkan dengan syarat-syarat tertentu melalui …
A. pendidikan
B. perkawinan
C. Organisasi ekonomi
D. Jabatan Politik
10) Saluran dalam proses mobilitas sosial yang disebut juga dengan social
elevator adalah ….
A. Pendidikan
B. Perkawinan
C. Organisasi politik
D. Organisasi ekonomi
Kegiatan Belajar 2
P ada kegiatan belajar dua ini kita akan mempelajari faktor-faktor sosial
apa saja yang dapat kita gunakan untuk membentuk stratifikasi sosial.
Anda sudah memiliki pengalaman mengelompokan masyarakat di sekitar
Anda melalui tugas-tugas yang Anda kerjakan pada kegiatan belajar pertama.
Dari pengalaman tersebut tentunya Anda bisa membayangkan faktor-faktor
apa yang menjadi dasar Anda mengelompokan masyarakat secara vertikal.
Pada masyarakat yang memiliki jenis pekerjaan yang cenderung sama kita
akan mudah melakukan pengelompokan. Tetapi pengelompokan vertikal
tersebut akan menjadi sulit dilakukan dalam masyarakat kota yang sudah
sangat banyak jenis-jenis pekerjaan. Untuk itu sangat penting sebelum kita
mengelompokan kita mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang kita jadikan
patokan.
Penjelasan dalam kegiatan belajar dua ini akan dimulai dengan melihat
teori mengenai dimensi stratifikasi sosial dari para sosiolog. Pembahasan
kemudian akan kita lanjutkan dengan membahas mengenai kelas sosial, dan
berbagai hal yang berkaitan dengan kelas sosial. Kegiatan belajar dua ini
akan diakhiri dengan penjelasan mengenai bentuk-bentuk dari stratifikasi
sosial dan bagaimana cara mempelajari stratifikasi sosial yang ada dalam
suatu masyarakat.
Tugas :
Pada tugas pertama dalam kegiatan belajar 1 Anda diminta menentukan
status pekerjaan di lingkungan Anda. Sekarang cobalah Anda
menggolongkan status pekerjaan tersebut dengan menggunakan dimensi
stratifikasi sosial?
Jawab :
Atas Menengah Bawah
______________ _____________ ______________
______________ _____________ ______________
______________ _____________ ______________
Petunjuk:
1. Pergunakanlah privilege, prestise, dan power untuk menentukan
status pekerjaan yang Anda temukan dalam tugas sebelumnya
2. Setiap jenis pekerjaan dapat menempati posisi yang sama untuk
ketiga dimensi dapat pula berbeda
3. Anda juga kemudian dapat menyusun hierarki pekerjaan untuk
masing-masing dimensi
B. KELAS SOSIAL
Berkaitan dengan pola-pola keluarga ini, kita bisa melihat bahwa setiap
kelas sosial merupakan suatu subkultur. Sebagai suatu subkultur, kelas
sosial akan meliputi sistem perilaku, seperangkat nilai dan cara hidup.
Ketiga hal tersebut akan berperan dalam membantu anggota dari kelas
sosial untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang dijalaninya.
Selain itu kelas sosial sebagai suatu subkultur ini juga berperan
menyiapkan anggota baru atau anak-anak mereka untuk menerima kelas
sosial mereka. Keadaan ini yang menyebabkan terjadinya pula perbedaan
dalam sosialisasi yang diterima oleh anak-anak di setiap kelas sosial.
Nilai-nilai yang ditanamkan pada anak-anak akan sangat berbeda di
setiap kelas sosial. (Horton dan Hunt, Jilid 2 1992: 17). Sebagai contoh
kebiasaan membaca akan lebih ditanamkan pada kelas atas atau
menengah, dibandingkan pada kelas bawah. Hal ini bisa dimengerti
karena pada kelas bawah orang tua akan sangat sulit memberikan
fasilitas membaca karena penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Munculnya simbol status. Simbol status merupakan simbol yang
menandakan status seseorang dalam masyarakat. Peter Berger
mengatakan bahwa seseorang seringkali menunjukkan kepada orang lain
apa yang telah diraihnya. Dalam hal ini simbol status berfungsi untuk
memberitahukan status yang diduduki seseorang. Ada beberapa hal yang
menunjukkan simbol status, diantaranya adalah cara menyapa, bahasa,
gaya bahasa, busana, perhiasan, bentuk dan letak rumah, kegiatan
rekreasi. (Kamanto Sunarto, 2000: 98-102). Sebagai contoh simbol status
dalam hal busana. Kita seringkali melihat seseorang yang tetap membeli
sebuah pakaian yang bila kita lihat dari harganya mungkin bisa
dipergunakan untuk kelas bawah memenuhi kebutuhan pokok selama
sebulan. Namun demi sebuah simbol status hal tersebut harus dilakukan.
4.30 Pengantar Sosiologi
1. Primida
Atas
Menengah
Bawah
Gambar 4.1
Untuk bentuk piramida ini menunjukan jumlah lapisan atas lebih sedikit
dibandingkan lapisan menengah atau bawah. Bentuk stratifikasi seperti ini
banyak kita jumpai pada masyarakat di negara-negara berkembang. Negara
kita memperlihatkan bentuk stratifikasi ini.
2. Piramida Terbalik
Atas
Menengah
Bawah
Gambar 4.2
ISIP4110/MODUL 4 4.31
3. Intan
Atas
Menengah
Bawah
Gambar 4.3
menentukan status sosial individu atau kelompok lain. Pada pendekatan ini
kita harus memberikan daftar pekerjaan-pekerjaan, atau kelompok-kelompok
sosial dalam masyarakat yang kita ingin ketahui statusnya. Individu yang kita
teliti kita minta untuk menentukan status pekerjaan atau kelompok tersebut.
Melalui pendekatan ini kita akan dapat mengetahui stratifikasi berdasarkan
penghargaan atau nilai kehormatan yang dimiliki suatu masyarakat untuk
pekerjaan atau kelompok tertentu dalam masyarakat.
LAT IH A N
Anda telah buat hitunglah berapa yang mewakili strata atas, menengah,
dan bawah.
5) Perhatikanlah bentuk-bentuk stratifikasi, bentuk mana yang terlihat dari
susunan yang telah Anda buat, bentuk piramida, piramida terbalik,
ataukah bentuk intan.
R A NG KU M AN
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat
dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini
dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan
secara bersama.
Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau
ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu
kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries
dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan
ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas,
kelompok status, dan partai.
Kelas sosial merupakan suatu pembedaan individu atau kelompok
berdasarkan kriteria ekonomi. Untuk mendalami kelas sosial ini
Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria tradisional.
Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam
masyarakat berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya adalah
identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola-pola keluarga, dan
munculnya simbol status dalam masyarakat.
Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan
bersusun yang diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik,
dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga
diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini
terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.
Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk
dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan
objektif, pendekatan subyektif, dan pendekatan reputasional.
ISIP4110/MODUL 4 4.35
TE S F OR M AT IF 2
3) Persamaan gaya hidup menurut Max Weber merupakan salah satu alat
untuk melihat ….. seseorang
A. kelompok status
B. kelompok kelas
C. kelompok sosial
D. strata sosial
Tes Formatif 1
1) D. Bruce J. Cohen mengatakan bahwa sistem stratifikasi
menempatkan orang berdasarkan kualitas yang dimiliki untuk
ditempatkan pada kelas sosial yang sesuai.
2) A. Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai
pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara hierarkis.
3) C. faktor yang menyebabkan stratifikasi tumbuh dengan sendirinya
adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, harta dalam batas-
batas tertentu.
4) A. pemikiran fungsionalis melihat stratifikasi sebagai sesuatu yang
diperlukan agar peran-peran dalam masyarakat dapat berjalan.
5) A. Karl Marx menggunakan 2 strata untuk menjelaskan stratifikasi
sosial yang terdapat dalam masyarakat industri.
6) D. mobilitas vertikal antargenerasi adalah mobilitas vertikal yang
dialami oleh seseorang, mengacu pada perbedaan status dirinya
dengan status orang tuanya.
7) C pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadi perpindahan
posisi individu dalam stratifikasi sosial sangat kecil sekali.
8) B. Pada masyarakat Bali masih dimungkinkan kasta sudra pindah
ke kasta di atasnya melalui perkawinan dengan syarat yang
berkasta Sudra adalah perempuannya.
9) C. Pitirin A. Sorokin mengatakan bahwa mobilitas sosial
mempunyai beberapa saluran. Proses mobilitas melalui saluran
ini disebut dengan social sirculation.
10) A. Pendidikan merupakan social elevator bagi setiap individu yang
ingin meningkatkan status sosial dalam masyarakat.
Tes Formatif 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Bruce J. Cohen. (1992). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.