You are on page 1of 42

Modul 4

Stratifikasi Sosial

Enny Febriana,S.IP

PE N D A HU L UA N

S etiap manusia dihadapan Tuhan adalah sama. Pernyataan tersebut


merupakan hal yang secara universal diakui oleh manusia. Namun dalam
masyarakat, saya, Anda dan orang di sekitar kita, dipandang berbeda karena
status yang dimiliki. Sebagai contoh kita dapat perhatikan keadaan dalam
unit terkecil dari masyarakat, yaitu keluarga. Pada suatu keluarga inti
umumnya terdapat orang tua dan anak-anak, orang tua tentunya memiliki
posisi lebih tinggi dari anak-anak. Posisi ini di dapatkan karena orang tua
memiliki status sebagai pembentuk keluarga, pemimpin dalam menjalankan
kehidupan keluarga. Perbedaan posisi individu atau kelompok ini yang akan
Anda pelajari dalam modul empat ini. Perbedaan tersebut dalam sosiologi
kita kenal dengan konsep stratifikasi sosial.
Pembahasan materi stratifikasi sosial dalam modul ini akan kita mulai
dari pemahaman mengenai konsep stratifikasi sosial, Kemudian dilanjutkan
dengan perubahan status individu atau kelompok yang dikenal dengan
konsep mobilitas sosial. Pada bagian ini juga dibahas mengenai bagaimana
seorang individu dapat meningkatkan posisinya di dalam masyarakat. Kedua
pokok bahasan tersebut dapat Anda pelajari dalam kegiatan belajar pertama.
Selanjutnya pada kegiatan belajar kedua kita akan pelajari mengenai
dimensi-dimensi apa yang dapat digunakan untuk melihat stratifikasi sosial
dalam masyarakat. Pembahasan dimensi kita mulai dari pemahaman
mengenai dimensi stratifikasi yang meliputi prestise, privilege, dan power.
Kemudian pembahasan dilanjutkan mengenai konsep kelas sosial, sebagai
suatu konsep yang sangat penting untuk mempelajari stratifikasi sosial.
Pembahasan diakhiri dengan bentuk stratifikasi dan bagaimana kita
mengetahui atau mempelajari stratifikasi sosial dalam masyarakat.
4.2 Pengantar Sosiologi 

Pemahaman konsep stratifikasi sosial ini akan membantu kita melihat


posisi setiap individu atau kelompok dalam setiap masyarakat. Stratifikasi
sosial akan sangat bermanfaat bagi kita untuk melihat jarak sosial antara yang
memiliki status tertinggi dengan yang memiliki status terendah. Tentunya ini
akan membantu kita dalam menerapkan pembangunan yang tepat untuk
setiap lapisan. Hal ini dikarenakan setiap lapisan dalam masyarakat
menunjukkan pola perilaku sendiri-sendiri. Untuk dunia kerja pemahaman
stratifikasi sosial akan diperlukan untuk melihat posisi kita dan posisi orang
lain di sekitar kita. Pengetahuan ini juga akan memberikan gambaran
bagaimana perilaku individu yang berada pada kelompok lapisan atas,
ataupun perilaku kelompok pada lapisan bawah. Pada akhirnya stratifikasi
sosial akan mendorong kita melihat kemungkinan-kemungkinan untuk
meraih posisi yang lebih tinggi dari posisi kita sekarang dalam masyarakat.
Setelah mempelajari modul empat ini Anda diharapkan mampu
menjelaskan konsep stratifikasi sosial. Untuk dapat menjelaskan konsep
stratifikasi sosial Anda diharapkan terlebih dahulu dapat:
1. menjelaskan pengertian konsep stratifikasi sosial;
2. menjelaskan pengertian konsep mobilitas sosial;
3. menjelaskan dimensi-dimensi dari stratifikasi sosial;
4. menjelaskan pengertian konsep kelas sosial;
5. menjelaskan bentuk-bentuk stratifikasi sosial;
6. menjelaskan pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial.

Selamat Belajar, Semoga Sukses!


 ISIP4110/MODUL 4 4.3

Kegiatan Belajar 1

Pengertian Stratifikasi Sosial

P ada kegiatan belajar pertama Anda akan saya ajak untuk memahami konsep
stratifikasi sosial. Inti dari konsep stratifikasi sosial adalah penggolongan atau
pelapisan dalam masyarakat berdasarkan status yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Bila kita berbicara mengenai penggolongan atau pelapisan maka secara
otomatis kita harus juga mempelajari perubahan atau perpindahan dari satu lapisan ke
lapisan lainnya. Hal inilah yang dikenal dengan konsep mobilitas sosial. Setelah kita
paham mengenai kedua konsep tersebut maka kita juga harus mengetahui bagaimana
atau apa yang dapat digunakan oleh individu untuk meningkatkan status sosialnya.
Stratifikasi sosial dapat terbentuk dengan sendirinya dan yang sengaja
dibentuk oleh masyarakat. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah faktor-
faktor apa yang dapat membentuk stratifikasi sosial? Jawaban pertanyaan
tersebut akan kita pelajari dalam kegiatan belajar 2, yaitu dalam bentuk
dimensi-dimensi stratifikasi sosial. Dimensi ini merupakan hal yang penting,
terutama sekali karena digunakan sebagai dasar penggolongan individu atau
kelompok. Salah satu dimensi ini membentuk kelas sosial. Konsep ini
mungkin sudah sering Anda dengar, pada bagian inilah Anda dapat
merenungkan dan melihat kembali apakah pemahaman Anda selama ini
mengenai konsep tersebut tepat ataukah keliru. Pembahasan dalam kegiatan
dua akan diakhiri dengan bentuk-bentuk stratifikasi dan cara mempelajari
stratifikasi sosial.
Anda sudah siap untuk mempelajari stratifikasi sosial? Baiklah sebelum
kita mempelajari materi dari stratifikasi sosial mari kita simak bersama cerita
singkat berikut ini:

Saijan adalah seorang buruh tani, Ia bekerja keras untuk menghidupi


keluarganya. Ia bersama istrinya berusaha keras untuk dapat
menyekolahkan anak satu-satunya, Sato. Mereka ingin Sato dapat
sekolah hingga ke perguruan tinggi. Mereka selalu memberikan nasihat
pada anaknya untuk belajar yang giat agar tak, seperti bapaknya yang
hanya bisa bertani, dan hanya menjadi pekerja pemilik sawah. Usaha
keras Saijan tak di sia-siakan Sato, Sato tumbuh menjadi anak yang
cerdas. Ia berhasil mendapat kan beasiswa untuk bersekolah di salah satu
perguruan tinggi negeri dalam bidang pertanian. Setelah kuliahnya
4.4 Pengantar Sosiologi 

selesai ia menjadi karyawan di perusahaan Asing, pengolah hasil


perkebunan tebu di Jakarta. Kariernya di perusahaan tersebut cukup
pesat, dalam waktu lima tahun ia dapat menjadi salah satu pimpinan di
perusahaan Asing tersebut. Setelah sepuluh tahun bekerja di perusahaan
asing Sato bisa membeli lahan pertanian yang cukup luas. Untuk
mengolah lahan pertaniannya Sato berhenti bekerja, Sato kemudian
mendirikan pula perusahaan pengolahan hasil pertanian. Berbekal
pengalamannya di perusahaan Asing dan dengan dibantu oleh Saijan
ayahnya, perusahaan Sato maju pesat dan saat ini menjadi salah satu
perusahaan besar di daerahnya.

A. STRATIFIKASI SOSIAL

Cerita tersebut mungkin merupakan khayalan belaka, namun bila Anda


amati kehidupan di sekitar Anda maka Anda akan melihat ada banyak sekali
individu yang berusaha untuk merubah nasibnya, ada yang berhasil namun
tidak sedikit yang gagal. Apa sebenarnya hubungan cerita tersebut dengan
materi yang kita pelajari dalam modul ini. Cerita itu membawa kita lebih
melihat bahwa dalam masyarakat terdapat pekerjaan-pekerjaan yang berada
dalam peringkat bawah seperti buruh, pemulung, penyapu jalanan, dan lain
sebagainya. Di samping itu tentunya kita juga lihat adanya pekerjaan-
pekerjaan yang memiliki peringkat di atas, seperti presiden, direktur, pejabat
negara, pengusaha dan lain sebagainya. Pada cerita tersebut kita juga
menemukan adanya kemungkinan bahwa seorang yang dahulunya hidup
kekurangan dengan kerja kerasnya dapat berubah menjadi orang yang serba
berkecukupan, atau dalam bahasa sosiologi dari kelas bawah dapat meningkat
menjadi kelas atas. Kondisi-kondisi tersebut akan kita pelajari dalam konsep
stratifikasi sosial. Pada konsep ini kita akan melihat kondisi-kondisi anggota
masyarakat pada kelas atas dan pada kelas bawah, serta bagaimana
perpindahan kelas dimungkinkan dalam suatu masyarakat?
Konsep stratifikasi sosial adalah suatu konsep dalam sosiologi yang
melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang
dimilikinya. (Kamanto Sunarto, 2000: 85). Dari pernyataan di atas kita dapat
simpulkan bahwa anggota masyarakat baik secara individu maupun secara
kelompok dibedakan posisinya dalam masyarakat. Pembedaan tersebut
dilihat secara vertikal atau berjenjang. Pembedaan secara vertikal di sini
maksudnya adalah akan ada individu yang memiliki kedudukan lebih tinggi
 ISIP4110/MODUL 4 4.5

dan ada yang memiliki kedudukan lebih rendah, contoh paling mudah adalah
pengusaha dan buruh. Pembedaan ini terjadi karena ada status berbeda yang
dimiliki oleh setiap anggota masyarakat. Status ini diberikan oleh masyarakat
berdasarkan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Nilai yang dianggap
tinggi oleh masyarakat akan tercermin dalam status yang tinggi dan
sebaliknya nilai yang dianggap rendah akan tercermin dalam status yang
rendah.
Bagaimana status dapat dimiliki oleh setiap anggota masyarakat? Status
yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat dengan suatu
usaha (achievement status) dan ada yang didapat begitu saja atau yang
disebut dengan (ascribed status). Bagaimana kita membedakan kedua status
ini? Untuk ascribed status Anda dapat bayangkan diri Anda, sejak Anda lahir
Anda tentunya telah memiliki jenis kelamin, sebagai seorang laki-laki atau
sebagai seorang perempuan. Status sebagai seorang laki-laki atau seorang
perempuan Anda dapatkan begitu saja dari Tuhan, berdasarkan alat kelamin
Anda. Status seperti inilah yang disebut dengan ascribed status. Lalu
bagaimana dengan achievement status? Bila kita perhatikan kembali diri
Anda ketika Anda telah memasuki usia sekolah, Anda menjalani pendidikan
mulai dari Sekolah dasar (SD), untuk apa? Tentunya untuk mendapatkan
status sebagai individu yang berpendidikan tamat SD. Untuk mendapat status
lulusan SD Anda tentunya harus berusaha selama enam tahun mengikuti
sekolah dari kelas 1 hingga kelas 6, dan kemudian harus lulus ujian tamat
Sekolah Dasar. Dengan demikian berbeda dengan jenis kelamin yang kita
dapatkan secara cuma-cuma, Tamat SD harus didapat dengan suatu usaha.
Status Anda sebagai mahasiswa Universitas Terbuka saat ini juga bagian dari
usaha yang Anda lakukan untuk dapat mencapai gelar Sarjana. Status inilah
yang disebut achievement status. Pemahaman status ini dapat Anda pelajari
lebih mendalam dalam modul tatanan sosial.
Kaitan kedua status tersebut dengan stratifikasi sosial dapat Anda lihat
dalam kehidupan di sekitar kita. Bila kita amati dalam masyarakat ada anak
yang dilahirkan dalam keluarga kaya, ada yang dilahirkan dalam keluarga
miskin. Anak yang terlahir tersebut secara otomatis memiliki status sebagai
anak orang kaya dan sebagai anak orang miskin. Anak orang kaya tentunya
masuk dalam lapisan atas sedangkan anak orang miskin tentunya masuk
dalam lapisan bawah. Kondisi ini menunjukkan posisi individu dalam
masyarakat ditentukan oleh ascribed statusnya. Pada sisi lain dalam
masyarakat kita juga dapat melihat ada yang bisa menjadi pengusaha besar
4.6 Pengantar Sosiologi 

dan ada yang hanya menjadi seorang buruh. Untuk menjadi seorang
pengusaha atau seorang buruh tentunya diperlukan suatu usaha. Usaha yang
dilakukan untuk menjadi seorang pengusaha tentunya akan lebih banyak
dibandingkan dengan upaya yang dilakukan oleh seorang buruh. Keadaan ini
memperlihatkan kepada kita pembedaan posisi individu dalam masyarakat
yang lebih didasarkan pada achievement status. Pembedaan berdasarkan
achievement status lebih dikarenakan usaha yang dilakukan seorang individu,
terlepas apakah dia anak orang kaya ataukah dia anak orang miskin, selama
usaha yang dilakukannya cukup keras maka siapa pun dapat menempati
posisi pada lapisan atas.
Bila kita melihat dari asal kata stratifikasi sendiri maka stratifikasi dapat
kita artikan sebagai lapisan, karena stratifikasi berasal dari kata sratum yang
berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak. Untuk selanjutnya kita akan
pergunakan istilah strata untuk menyebut lapisan dalam masyarakat. Pitirin
A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau
anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hirarkis (Soerjono
Soekanto, 2002:228). Dari definisi tersebut bisa kita ambil pengertian bahwa
individu atau kelompok dapat diposisikan ke dalam kelas atau strata. Posisi
ini bersifat hierarkis atau vertikal. Ini berarti akan ada strata atas dan ada
strata bawah.
Penjelasan mengenai stratifikasi sosial juga diberikan oleh Bruce J.
Cohen, Menurutnya sistem stratifikasi akan menempatkan setiap orang
berdasarkan kualitas yang dimiliki, untuk ditempatkan pada kelas sosial yang
sesuai ( Bruce J. Cohen, 1992: 244). Hal ini menjelaskan kepada kita bahwa
setiap anggota masyarakat akan ditempatkan ke dalam kelas-kelas sosial atau
strata berdasarkan kualitas yang dimiliki. Bila masyarakat menilai kualitas
yang dimiliki oleh seorang anggota masyarakat rendah maka orang tersebut
akan ditempatkan pada kelas yang rendah namun sebaliknya bila masyarakat
menganggap kualitas yang dimilikinya tinggi maka masyarakat akan
menempatkan orang itu pada kelas yang tinggi. Sebagai contoh dalam
masyarakat ada dokter, pedagang, tukang sampah. Mengacu pada penjelasan
Bruce maka kita akan menempatkan dokter pada kelas atas karena tentunya
kemampuan menyembuhkan orang sakit dipandang sebagai kualitas yang
lebih tinggi, dibandingkan kemampuan bekerja sebagai pedagang, apalagi
bila dibandingkan dengan kemampuan sebagai pengumpul sampah. Sistem
stratifikasi akan menempatkan dokter pada kelas atas. Pedagang pada kelas
 ISIP4110/MODUL 4 4.7

menengah, dan tukang sampah pada kelas bawah. Apakah hal ini berlaku
sama dalam semua masyarakat?
Jawabnya adalah tidak, kenapa? Kita ambil contoh dokter yang tadi kita
tempatkan pada lapisan atas. Bila dokter ini ada dalam masyarakat
pedalaman Irian Jaya atau masyarakat Dayak di Kalimantan maka kondisinya
akan berbeda. Dokter akan menempati lapisan menengah atau bahkan lapisan
bawah. Hal ini sangat terkait dengan nilai yang dianut oleh masyarakat. Pada
kedua masyarakat tersebut tentunya nilai tabib atau orang yang mereka
anggap sebagai orang sakti yang dapat menyembuhkan segala penyakit akan
lebih diposisikan tinggi dibandingkan seorang dokter. Hal ini dikarenakan
tabib telah mereka percaya akan dapat membantu mereka dibandingkan
dokter adalah orang asing dan berusaha memasukkan benda asing yang
mereka tidak kenal.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sebenarnya stratifikasi dapat
muncul dalam suatu masyarakat? Jawaban pertanyaan tersebut sangat terkait
dengan nilai penghargaan terhadap sesuatu. Ketika dalam masyarakat ada
sesuatu yang lebih dihargai dibandingkan yang lainnya maka saat itu pula
akan muncul stratifikasi sosial. Penghargaan terhadap sesuatu inilah yang
merupakan awal dari munculnya stratifikasi dalam masyarakat. Sesuatu yang
dihargai tersebut dapat berupa materi, seperti uang, kepemilikan tanah, atau
yang berupa nonmateri seperti kekuasaan atau kehormatan. Filsafat
Aristoteles dari Yunani mengatakan bahwa pada zaman kuno dahulu dalam
suatu negara telah terdapat tiga ciri, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka
yang melarat dan yang berada di tengah-tengahnya. (Soerjono Soekanto,
2002; 227). Hal ini membuktikan bahwa pada zaman itu dan sebelumnya
orang telah mengakui adanya lapisan dalam masyarakat dari atas hingga ke
bawah berdasarkan kekayaan yang mereka miliki. Keadaan yang sama
tentunya juga bisa kita lihat pada zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia, pada
masa itu tentunya ada sekelompok anggota masyarakat yang menjadi para
raja, ada yang memimpin di setiap daerah dan ada rakyat biasa. Hal ini
menunjukkan bahwa sudah sejak lama masyarakat kita mengenal sistem
stratifikasi dalam masyarakatnya.
Kemunculan stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian
dari proses pertumbuhan masyarakat. Namun, dapat pula muncul dengan
sengaja atau disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Faktor penyebab
stratifikasi yang tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem
kekerabatan, dan harta dalam batasan-batasan tertentu (Soerjono Soekanto ,
4.8 Pengantar Sosiologi 

2002; 229-230). Sedangkan stratifikasi yang dibentuk terjadi dalam


pembagian wewenang atau kekuasaan dalam organisasi-organisasi formal.
Pembentukan stratifikasi ini menunjukkan kepada kita bahwa dalam setiap
masyarakat pembentukan secara alamiah akan berbeda-beda bergantung pada
nilai yang dianut oleh setiap masyarakat. Sedangkan stratifikasi yang
dibentuk akan menunjukkan kesamaan secara universal.
Bagaimana hal tersebut dapat kita pahami?
Marilah kita lihat pembentukan stratifikasi yang terjadi secara alamiah.
Bila kita melihat awal pembentukan suatu masyarakat maka akan ada
sekelompok anggota masyarakat yang menjadi pembentuk atau penemu
pertama wilayah di mana suatu masyarakat itu ada. Pembentuk suatu
komunitas ini akan menjadi kaum yang lebih dihargai dibandingkan yang
lainnya. Sebagai contoh adalah apa yang terjadi pada masyarakat Batak. Pada
masyarakat Batak marga pembuka tanah dianggap lebih tinggi dari marga
lainnya. Golongan pembuka tanah dianggap memiliki kedudukan yang lebih
tinggi. Dengan demikian maka marga tersebut akan menempati strata atas
dalam masyarakat Batak (Soerjono Soekanto, 2002: 230). Atau bila kita
bandingkan stratifikasi dalam masyarakat Batak tersebut dengan masyarakat
Padang. Maka, kita akan menemukan dua bentuk stratifikasi yang sesuai
dengan nilai yang mereka anut. Masyarakat Batak tentunya akan membentuk
stratifikasi berdasarkan marga dengan menunjukkan ciri patrilineal (di mana
garis keturunan laki-laki memiliki posisi tinggi), sedangkan masyarakat
Padang akan membentuk stratifikasi yang berdasarkan marga yang
menunjukkan ciri matrilineal (di mana garis keturunan perempuan memiliki
posisi tinggi)
Selanjutnya, bagaimanakah stratifikasi yang dibentuk? Setiap negara
harus memiliki pemimpin, oleh karena itu maka dibentuklah suatu institusi
yang mengatur kebutuhan-kebutuhan hidup sebagai suatu negara. Badan
inilah yang kemudian kita kenal dengan pemerintah. Pemerintahan di suatu
negara membentuk suatu stratifikasi sosial karena terdiri dari jabatan-jabatan
yang berjenjang, di mana semakin tinggi jabatannya maka akan semakin
besar kekuasaannya. Contoh lainnya bisa kita lihat dalam setiap organisasi
suatu perusahaan. Untuk membentuk suatu perusahaan maka dibentuk
terlebih dahulu gambaran jenjang pekerjaan dalam perusahaan. Pekerjaan-
pekerjaan tersebut tersusun mulai dari pemilik perusahaan, direksi, manajer,
staf, hingga pesuruh.
 ISIP4110/MODUL 4 4.9

Pembentukan stratifikasi sosial ini menunjukkan kepada kita bahwa


stratifikasi sosial tidak selalu berbentuk organisasi formal. Tetapi dalam
kehidupan bermasyarakat sering kali terbentuk kelompok-kelompok anggota
masyarakat yang berjenjang, terutama dalam pengambilan keputusan. Bila
Anda amati dalam upacara-upacara khas yang dilaksanakan di suatu daerah
maka pelapisan dalam masyarakat akan terlihat, misalnya melalui tata cara
yang dilakukan, hingga pada busana yang dikenakan. Pengelompokan ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya
adalah ekonomi yang umumnya dilihat dari kekayaan, budaya yang
umumnya dilihat dari ciri panutan atau kehormatan, atau dari kekuasaan
yang dimilikinya. Faktor-faktor tersebut akan kita pelajari lebih mendalam
dalam kegiatan belajar kedua pada modul ini.
Keberadaan stratifikasi sosial dalam masyarakat oleh sosiolog Pitirin A.
Sorokin dikatakan bahwa sistem lapisan merupakan ciri yang tetap dan
umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. (Soerjono Soekanto,
2002; 227). Sifat umum dimaksudkan bahwa dalam semua masyarakat
terdapat lapisan, Sedangkan tetap dimaksudkan bahwa dari duhulu hingga
sekarang stratifikasi sosial dalam masyarakat tetap ada.
Mengapa stratifikasi selalu ada dalam masyarakat? Stratifikasi sosial
selalu ada dalam masyarakat karena ia merupakan sarana yang
memperlihatkan kepada individu-individu adanya perbedaan posisi-posisi
dalam masyarakat. Posisi tersebut berkaitan dengan imbalan, posisi tertinggi
akan diberikan imbalan yang besar karena peran yang dijalankan semakin
sulit. Perbedaan imbalan dan kualifikasi individu yang menempati posisi
tertentu inilah yang membuat stratifikasi harus tetap ada dalam masyarakat.
Pemikiran, seperti ini dikemukan oleh Davis dan Moore yang
mengatakan bahwa stratifikasi diperlukan untuk kelangsungan hidup
masyarakat. Pada setiap masyarakat harus terdapat perbedaan-perbedaan
posisi agar masyarakat dapat berlangsung. Posisi yang menempati strata
tertinggi diberikan imbalan yang tinggi, hal ini diperlukan agar anggota
masyarakat mau menempati posisi tersebut. (Kamanto Sunarto, 2000: 96).
Kita dapat membayangkan dalam suatu masyarakat, paling tidak
diperlukan pemimpin, untuk menjadi seorang pemimpin maka diperlukan
kualifikasi-kualifikasi tertentu, misalnya harus mempunyai kemampuan
pendidikan tertentu, harus memahami anggota masyarakat yang dipimpinnya,
memiliki pemikiran strategi ke mana masyarakat tersebut akan diarahkan.
Tidak semua anggota masyarakat memiliki kualifikasi sebagai seorang
4.10 Pengantar Sosiologi 

pemimpin, karena itulah seorang pemimpin diberikan imbalan yang besar.


Hal yang berbeda juga bisa kita bayangkan bahwa dalam suatu masyarakat
ada peran-peran yang tidak memerlukan kualifikasi tinggi karena sebenarnya
semua orang dapat melakukan pekerjaan tersebut misalnya mengantarkan
surat. Karena kualifikasi yang diperlukan untuk mengantarkan surat dimiliki
oleh banyak orang maka dia diberikan imbalan yang rendah.
Pemikiran seperti ini di mana stratifikasi dipandang sebagai sesuatu yang
diperlukan agar dapat berjalannya peran-peran dalam masyarakat dalam
sosiologi termasuk pemikiran fungsionalis. Pemikiran ini akan sangat
berbeda dengan pemikiran konflik, yang melihat stratifikasi timbul lebih
dikarenakan perbedaan kekayaan, kekuasaan, dan nilai kehormatan yang
dimiliki oleh anggota masyarakat.
Menurut pemikiran aliran konflik pembagian kerja dalam
masyarakat yang terus berkembang menimbulkan stratifikasi dalam
masyarakat. Pembagian kerja tersebutlah yang juga memungkinkan
terjadinya perbedaan kekayaan, kekuasaan dan nilai kehormatan. Anggota
masyarakat bersaing dalam memperebutkan kekayaan, kekuasaan, dan nilai
kehormatan. Persaingan ini terjadi karena jumlah kekayaan, kekuasaan, dan
nilai kehormatan sangat sedikit atau terbatas. (Kamanto Sunarto, 2000: 97).
Kita dapat bayangkan dalam suatu komunitas atau masyarakat kekayaan yang
ada sangat sedikit, untuk dapat mendapatkannya maka seorang individu harus
menjadi seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin akan memiliki
kekuasaan untuk mengatur dan menguasai kekayaan yang ada, selain itu juga
dihormati oleh anggota masyarakat lainnya. Individu yang ingin menjadi
pemimpin banyak, namun jabatan pemimpin hanya sedikit. Oleh karena itu,
posisi tersebut harus diperebutkan. Persaingan ini akan selalu ada dalam
masyarakat, karena itu dalam masyarakat akan selalu ada kelompok yang
berkuasa dan kelompok yang dikuasai, hal inilah yang kita pelajari sebagai
stratifikasi sosial.
Setelah Anda memahami pengertian stratifikasi, mungkin muncul
dalam pikiran Anda, ada berapa lapisan atau strata dalam setiap sistem
stratifikasi, dua, tiga, empat strata atau tak terhitung? Untuk dapat menjawab
pertanyaan tersebut Anda harus lihat sifat masyarakat di sekeliling Anda,
homogen ataukah heterogen. Semakin beragam kemampuan individu atau
kelompok maka akan semakin banyak jumlah strata dalam masyarakat Anda.
Ini menunjukkan masyarakat Anda cenderung heterogen. Kebalikannya jika
kemampuan yang dimiliki setiap individu atau kelompok cenderung sama
 ISIP4110/MODUL 4 4.11

maka akan semakin sedikit jumlah strata yang ada dalam masyarakat. Hal ini
menunjukkan masyarakat Anda cenderung homogen.
Para ahli yang meneliti strata dalam setiap stratifikasi pun menggunakan
jumlah lapisan atau strata yang berbeda-beda. Secara sederhana kita dapat
membaginya menjadi tiga strata, yaitu atas, menengah, bawah. Namun,
dalam kenyataannya bila kita menghadapi masyarakat yang cukup heterogen
maka kita akan menemukan lebih dari tiga strata. Kita dapat menjadikannya
enam strata, seperti yang pernah dilakukan oleh Warner dan kawan-
kawannya (1941,1942) dalam meneliti sebuah kota tua di new England:
Mereka membagi masyarakat kota itu menjadi 6 lapisan, yaitu atas, atas
bawah, menengah atas, menengah bawah, bawah atas, bawah. Atau dapat
juga membaginya menjadi tujuh lapisan, seperti yang dilakukan oleh
Coleman dan Newgarten (1971) yang menggunakan tujuh lapisan dalam
melakukan penelitian mengenai stratifikasi. Ketujuh lapisan tersebut adalah
atas, atas bawah, menengah atas, menengah yang hidupnya senang, dan
menengah tengah, bawah atas, bawah. Pembagian kelas ini berbeda dengan
penelitian Warner, karena Coleman dan Newgarten membagi kelas
menengahnya menjadi tiga lapisan. (Horton and Hunt, 1992; 7).
Setelah membaca pembagian strata dalam stratifikasi sosial mungkin
Anda berpikir sepertinya pembagian lapisan secara garis besar adalah tiga
lapisan, yang kemudian dibesarkan. Apakah memang demikian, tidak adakah
masyarakat yang memiliki 2 strata? Jika Anda berpikir demikian dapat
dimaklumi, karena banyak sekali para pengamat sosial yang mungkin Anda
pernah dengar pendapatnya membagi masyarakat kita dalam tiga strata.
Sekarang mari kita lihat ke tokoh sosiologi yang mungkin sudah Anda kenal
dalam modul pertama Buku Materi Pokok ini. Salah satu tokoh tersebut
adalah Karl Marx, Beliau membagi masyarakat industri di Eropa ke dalam
dua lapisan, yaitu kelas Borjuis sebagai pemilik alat produksi, dan kelas
Proletar sebagai kelompok yang tidak memiliki alat produksi. Bila kita lihat
tokoh lainnya misalnya Linch (1959) yang meneliti masyarakat pertanian
miskin di Filipina menemukan hanya ada dua kelas sosial, yaitu golongan
orang yang bisa menopang hidupnya sendiri dan golongan orang melarat.
Apa kesimpulan yang dapat kita ambil? Jumlah strata dalam setiap
masyarakat berbeda-beda, tergantung pada bagaimana kita mengamati
keberagaman yang ada dalam suatu masyarakat. Bila kita menganggap suatu
masyarakat cenderung homogen maka 2 atau 3 strata sudah cukup untuk
menjelaskan keragaman masyarakat. Namun, jika kita menganggap
4.12 Pengantar Sosiologi 

masyarakat tersebut justru cenderung heterogen maka diperlukan lapisan


lebih dari 3. Setelah memahami berapa banyak lapisan dalam suatu
masyarakat tentunya Anda dapat mengamati masyarakat di sekitar Anda
dalam tugas di bawah ini !

Tugas :
Buatlah stratifikasi sosial untuk jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam
masyarakat Anda (pada satu kota atau satu kabupaten) ?

Jawaban :
Atas Menengah Bawah
_______________ ________________ ________________
_______________ ________________ ________________

Petunjuk:
1. Amatilah jenis-jenis pekerjaan di kota /kabupaten Anda
2. Kelompokkanlah masing-masing pekerjaan ke dalam tiga strata
tersebut, yaitu strata atas, menengah, dan bawah
3. Bila ketiga strata itu terlalu banyak Anda dapat menguranginya, dan
jika tiga strata terlalu sedikit Anda dapat menambah jumlah
stratanya

B. MOBILITAS SOSIAL

Anda telah memahami stratifikasi sosial, Anda juga telah mencoba


melihat berapa jumlah strata dalam masyarakat di sekitar Anda. Menarik
tentunya, Akan semakin menarik jika Anda dapat membandingkannya
dengan teman belajar Anda, Anda mungkin akan menemukan keragaman
masyarakat kita secara vertikal, Anda juga bisa melihat seberapa
homogennya masyarakat di lingkungan Anda bila dibandingkan dengan
masyarakat lainnya. Pertanyaan selanjutnya yang mungkin muncul dalam
kita mempelajari stratifikasi sosial adalah Apakah orang dapat turun atau naik
dalam stratifikasi sosial? Apakah dimungkinkan orang pada strata atas
menjadi strata bawah atau sebaliknya dari strata bawah menjadi strata atas?
Masih ingat ilustrasi yang saya berikan pada awal modul ini. Bila Anda
lupa, Anda dapat kembali membacanya. Dalam ilustrasi tersebut kita bisa
melihat Saijan, seorang buruh tani dapat menjadi seorang pemilik perusahaan
pengelola hasil pertanian. Buruh tani tentunya merupakan pekerjaan pada
 ISIP4110/MODUL 4 4.13

strata bawah sedangkan pemilik perusahaan pengelola hasil pertanian tentu


saja pekerjaan pada strata atas. Hal ini berarti ada kemungkinan terjadinya
perpindahan dalam setiap strata. Perpindahan anggota masyarakat dari satu
strata ke strata lainnya dalam stratifikasi sosial kita kenal sebagai konsep
mobilitas sosial. Konsep ini perlu kita pelajari untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya mobilitas sosial. Serta dapat melakukan
perbandingan peningkatan kualitas hidup antara daerah yang satu dengan
daerah lainnya atau antara satu negara dengan negara lainnya
Mobilitas sosial merupakan perpindahan status individu atau kelompok
dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi menjadi dua (Kamanto
Sunarto, 2000:89-90), yaitu:
1. Mobilitas vertikal, merupakan pergerakan atau perpindahan status
anggota masyarakat dari satu strata ke strata lainnya. Perpindahan ini
dapat dari strata atas ke strata bawah, dapat pula berpindah dari strata
bawah ke strata atas. Mobilitas sosial vertikal dapat terbagi dua, yaitu :
a. mobilitas vertikal intragenerasi, mobilitas ini adalah mobilitas
vertikal yang dialami oleh seorang individu dalam kehidupannya.
Contoh dari mobilitas ini adalah seorang penjual kue keliling yang
karena kerja kerasnya bisa menjadi pemilik perusahaan kue terkenal.
b. mobilitas vertikal antargenerasi, mobilitas ini adalah mobilitas
vertikal yang dialami oleh seseorang, mengacu pada perbedaan
status dirinya dengan status orang tuanya. Contohnya adalah Anak
seorang penjual kue keliling menjadi pemilik perusahaan kue
terkenal.

Perhatikanlah kedua contoh di atas, pada contoh pertama yang


mengalami perubahan status sosial dari lapisan bawah ke lapisan atas
adalah hasil usahanya sendiri atau dialami oleh seseorang dalam
kehidupannya. Bila melihat contoh di atas maka mobilitas vertikal
intragenerasi dialami sendiri oleh si tukang kue, dahulunya sebagai
penjual kue kemudian dengan kerja kerasnya ia bisa menjadi pemilik
perusahaan kue. Sedangkan pada contoh kedua Penjual kue tidak
mengalami perubahan status, yang mengalami perubahan status adalah
anaknya dari status sebagai anak strata bawah dia berhasil menjadi
anggota strata atas. Jadi pada mobilitas vertikal intragenerasi kita hanya
melihat perubahan yang terjadi dalam diri seorang anggota masyarakat
tanpa kita lihat status orang tuanya. Sedangkan pada mobilitas vertikal
4.14 Pengantar Sosiologi 

antargenerasi kita melihat status orang tuanya dan status anaknya, untuk
melihat apakah telah terjadi perubahan status sosial seseorang.
2. Mobilitas horizontal atau lateral mobility, mengacu pada perpindahan
geografis antara lingkungan setempat, kota, dan wilayah. Contohnya
adalah perubahan status dari satu kota ke kota lainnya atau dari satu desa
ke desa lainnya. Mobilitas horizontal juga dapat kita lihat dalam
perubahan status seseorang dalam satu lapisan. Misalnya Tukang kebun
yang menjadi seorang pesuruh di suatu perusahaan (cleaning service).
Meskipun mengalami perubahan pekerjaan tapi individu tersebut tidak
mengalami perubahan lapisan karena dia tetap berada pada pekerjaan di
strata bawah.

Sebelum Anda melanjutkan membaca cobalah Anda identifikasi


mobilitas mana yang pernah Anda alami dalam kehidupan Anda? Hal ini
akan lebih membantu Anda memahami kedua bentuk mobilitas tersebut?
Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi memiliki dua sifat, yaitu
stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi terbuka,
kemungkinan status tertentu mengalami perubahan posisi dalam suatu
stratifikasi sosial cukup besar. Setiap anggota mempunyai kesempatan untuk
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik strata. Atau sebaliknya bagi
yang kurang beruntung atau kurang berusaha dapat jatuh ke strata yang lebih
rendah. Sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadi
perpindahan posisi individu dalam stratifikasi sosial sangat kecil sekali.
Stratifikasi tertutup membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu
lapisan ke lapisan yang lain, baik ke atas atau ke bawah. Untuk menjadi
anggota salah satu lapisan dalam masyarakat adalah melalui kelahiran atau
perkawinan yang diikuti dengan syarat-syarat tertentu. (Soerjono Soekanto,
2002: 231-232).
Untuk melihat kedua sifat dari stratifikasi sosial tersebut kita bisa lihat
dari perbedaan antara kasta dan kelas. Perbedaan keduanya dijelaskan oleh
Bruce J. Cohen sebagai berikut: Kasta merupakan sistem stratifikasi sosial
yang bersifat tegas di mana orang tidak bebas untuk berpindah dari satu
tingkatan ke tingkatan lainnya. Atau dengan kata lain jalan bagi seseorang
untuk berpindah kasta tidak dimungkinkan. Hal yang berbeda terjadi dalam
kelas. Pada kelas justru lebih terbuka, karena tidak ada satu individu atau
kelompok dalam masyarakat yang dapat menghalangi perpindahan ke kelas
yang lebih tinggi.
 ISIP4110/MODUL 4 4.15

Pada masyarakat Bali, misalnya kita bisa melihat sistem stratifikasi yang
cenderung tertutup. Seperti kita ketahui bersama bahwa menurut kitab-kitab
suci orang Bali, masyarakat terbagi dalam empat strata, yaitu Brahmana,
Satria, Vesia dan Sudra. Brahmana, Satria dan Vesia disebut dengan
triwangsa, sedangkan Sudra disebut dengan Jaba. Keempat lapisan ini terbagi
ke dalam lapisan-lapisan lagi yang lebih khusus. Perbedaan keempat lapisan
itu juga dapat dilihat dari gelar-gelar yang digunakan, yaitu sebagai berikut :

Kasta Gelar
Brahmana Ida Bagus
Satria Tjokorda
Dewa
Ngahan
Vesia Bagus
I Gusti
Sudra Pasek

Sumber : Seorjono Soekanto, Sosiologi Suatu


Pengantar, Jakarta, 2002 hal. 233

Gelar-gelar tersebut diwariskan menurut garis keturunan laki-laki.


Dahulunya gelar tersebut berkaitan dengan pekerjaan. Hukum adat telah
menetapkan hak-hak bagi si pemakai gelar. Kehidupan sistem kasta di Bali
ini terlihat dalam hubungan perkawinan. Seorang gadis kasta tertentu
umumnya dilarang menikah dengan pria dari kasta yang lebih rendah.
Kondisi Masyarakat Kasta di Bali tersebut sangat berbeda bila kita
bandingkan dengan kondisi masyarakat Jakarta yang lebih memperlihatkan
situasi kelas sosial. Setiap anggota masyarakat Jakarta dapat menentukan
apakah ingin memiliki status yang lebih tinggi ataukah tetap, semua
tergantung pada usaha masing-masing. Penjelasan lebih lengkap apa yang
dimaksud dengan kelas sosial akan Anda dapatkan pada Kegiatan Belajar
kedua.
Masyarakat dengan stratifikasi yang sangat terbuka dan yang sangat
tertutup sulit sekali ditemukan di dunia. Hal ini dikarenakan pada sistem yang
sangat tertutup sekalipun, seperti kasta misalnya masih ada celah untuk
perpindahan kasta dengan syarat-syarat tertentu, misalnya pada masyarakat
Bali masih dimungkinkan kasta sudra pindah ke kasta di atasnya melalui
4.16 Pengantar Sosiologi 

perkawinan dengan syarat yang berkasta Sudra adalah perempuannya. Hal


yang sama juga ada dalam stratifikasi yang sangat terbuka justru terlihat ada
mekanisme yang berupaya untuk menghalangi perpindahan kelas yang lebih
tinggi. Misalnya saja dengan perkawinan yang cenderung diarahkan dalam
satu kelas yang sederajat. Soerjono Soekamto menjelaskan kondisi sistem
tertutup dan terbuka ini dalam prinsip-prinsip umum dari mobilitas sosial
(Soerjono Soekanto, 2002, hal: 251), yaitu:
1. hampir tak ada masyarakat yang sifat stratifikasinya tertutup yang sama
sekali tidak dimungkinkan terjadinya mobilitas sosial, Sebagai contoh
pada masyarakat Bali bila Brahmana berbuat salah maka Ia dapat turun
kelas, sedangkan perkawinan dapat meningkatkan kasta yang rendah,
dengan syarat yang memiliki kasta lebih rendah adalah perempuan.
2. mobilitas sosial pada sistem stratifikasi yang bersifat terbuka, akan
mengalami hambatan-hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa mobilitas
yang terjadi tidak akan bebas sebebasnya.
3. setiap masyarakat mempunyai ciri khas bagi mobilitasnya. Kenaikan
status seorang pada masyarakat yang satu berbeda dengan masyarakat
yang lain. Pada masyarakat yang satu pendidikan tinggi mungkin saja
sudah cukup meningkatkan status seseorang tapi pada masyarakat yang
lain masih perlu ditambah kekayaan, atau jabatan pemerintahan.
4. kecepatan terjadinya mobilitas sosial karena faktor ekonomi, politik, dan
pekerjaan untuk setiap masyarakat berbeda-beda, dan tidak selalu
menunjukkan kecenderungan kontinu untuk setiap mobilitas. Seseorang
yang meningkat statusnya karena mengalami peningkatan kekayaan
tidak secara otomatis meningkatkan kekuasaannya dalam suatu
masyarakat, namun pada masyarakat lainnya peningkatan ekonomi
secara otomatis meningkatkan kekuasaannya.

Pitirin A. Sorokin mengatakan bahwa mobilitas sosial mempunyai


beberapa saluran. Proses mobilitas melalui saluran ini disebut dengan social
circulation. Saluran-saluran yang penting dalam mobilitas sosial di antaranya
adalah: angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik,
ekonomi, dan keahlian (Seoerjono Soekanto, 2002, hal: 252). Mari kita lihat
masing-masing saluran dalam meningkatkan status setiap anggota
masyarakat.
Angkatan bersenjata dapat menjadi saluran untuk meningkatkan status
sosial, mereka yang telah berjuang membela tanah air akan kita sebut sebagai
 ISIP4110/MODUL 4 4.17

pahlawan, yang statusnya lebih tinggi dari pada orang biasa. Pangkat di
angkatan bersenjata itu sendiri merupakan jenjang stratifikasi dalam
masyarakat. Semakin tinggi pangkat mereka di angkatan bersenjata maka
akan semakin tinggi penghormatan orang kepada mereka. Bila kita lihat
dalam masyarakat sendiri angkatan bersenjata menduduki status sosial lebih
tinggi bila kita kaitkan dengan keamanan, karena merekalah yang boleh
memegang senjata untuk membela negara, dan individu lain menjadi
tergantung dengan mereka, ini membuat posisi mereka dalam masyarakat
menjadi lebih tinggi.
Saluran yang kedua adalah lembaga keagamaan, hal ini bisa kita lihat
dari penghormatan warga masyarakat kepada mereka yang mendalami
agama. Para tokoh agama ini akan dapat mempengaruhi keputusan-keputusan
dalam masyarakat, karena masyarakat yakin bahwa yang diucapkan adalah
sebuah kebenaran berdasarkan keyakinan agama. Para tokoh agama ini
merupakan pemimpin bagi umat pengikut agamanya. Bila kita lihat dalam
agama Islam ketika salat maka para tokoh agama ini menjadi imam, dan
orang akan mengikuti imamnya, juga akan mendengar petuah-petuahnya.
Pada agama Kristen kita juga melihat di gereja-gereja setiap hari minggu,
umat kristiani akan dengan seksama mendengarkan khotbah yang
disampaikan pendetanya. Hal yang sama terjadi dalam agama-agama lainnya.
Para tokoh agama ini memiliki pengikut dan dia sangat mempengaruhi
keputusan kelompoknya. Pemahaman lebih dalam mengenai agama akan
membantu seseorang untuk meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat.
Saluran ketiga adalah lembaga pendidikan. Pendidikan merupakan social
elevator bagi setiap individu yang ingin meningkatkan status sosial dalam
masyarakat. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan meningkatkan
status sosial dia dalam masyarakat. Sebagai contoh adalah diri Anda sendiri
sebagai mahasiswa UT, Bukankah Anda mengikuti pendidikan tinggi ini
bertujuan untuk meningkatkan status Anda. Gelar sarjana yang Anda akan
raih tentunya akan membantu Anda meningkatkan pangkat Anda di kantor,
membantu Anda mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Tanpa Anda
sadari Anda sedang menaiki tangga untuk meraih status yang lebih tinggi
dalam masyarakat. Lembaga pendidikan juga membantu seseorang memiliki
kemampuan tertentu sehingga ia dapat menjadi ahli dalam bidang tertentu.
Keahlian tersebut pada akhirnya akan membawa seorang individu pada status
sosial tertentu. Masih ingat dengan ilustrasi di awal modul ini, ayah Sato
4.18 Pengantar Sosiologi 

anak seorang buruh tani akhirnya dapat meningkatkan statusnya melalui


pendidikan.
Organisasi politik merupakan salah satu saluran bagi terjadinya mobilitas
sosial. Bagaimanakah agar seseorang dapat memiliki kekuasaan? Salah satu
cara untuk mendapatkan kekuasaan adalah melalui organisasi politik. Karena
dengan organisasi politik kita dapat memasuki lembaga-lembaga politik,
seperti eksekutif, dan legislatif. Setiap 5 tahun sekali kita memilih wakil-
wakil kita di parlemen. Bahkan sejak tahun 2004 kita mulai memilih secara
langsung individu-individu yang kita anggap layak memimpin dan mewakili
kita di DPR, DPRD, dan bahkan presiden kita. Suara terbanyak menjadi
legitimasi bagi mereka untuk mendapatkan kekuasaan. Mengapa demikian?
Karena suara terbanyak menjadikan bukti kepercayaan anggota masyarakat
pada pemimpinnya. Mereka yang terpilih secara otomatis akan menentukan
aturan-aturan yang berlaku bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
mereka akan memiliki kekuasaan berdasarkan wilayah kerja mereka.
Organisasi ekonomi juga dapat menjadi saluran bagi terjadinya mobilitas
sosial. Pada organisasi ekonomi, seperti perusahaan jenjang karier
menunjukkan perbedaan status. Individu yang berada pada pekerjaan di
jenjang yang tinggi akan memiliki status tinggi pada perusahaan. Individu
tersebut tentunya memiliki kekayaan yang lebih banyak. Dengan kekayaan
tersebut mereka bisa memiliki status yang lebih tinggi di masyarakat, karena
mereka dapat membantu masyarakat di sekitarnya misalnya membantu
pembangunan lingkungan sekitar, membantu mereka yang kekurangan atau
bahkan memberikan pekerjaan pada masyarakat sekitarnya. Untuk hal ini
peningkatan status sosial lebih dikarenakan kekayaan yang dimilikinya.
Saluran selanjutnya adalah organisasi keahlian, yang hanya dimiliki oleh
individu-individu tertentu, seperti artis, atlet. Keahlian individu-individu
dalam berbagai bidang dapat meningkatkan status sosialnya. Seorang artis
akan mengalami peningkatan status, peningkatan status ini mereka dapatkan
karena individu lain menghargai kemampuan yang dimilikinya. Penghargaan
ini dapat berupa pengidolaan orang terhadap dirinya, dan kekayaan yang
didapat dari keahliannya tersebut. Hal yang sama terjadi bila seorang atlet
dapat berhasil menjuarai suatu pertandingan. Orang akan menghormati
kemampuannya karena telah mengharumkan nama lingkungannya,
daerahnya, juga negara, mereka bahkan disebut sebagai seorang pahlawan.
Penghormatan tersebut akan meningkatkan statusnya dalam masyarakat.
 ISIP4110/MODUL 4 4.19

Perkawinan juga merupakan salah satu saluran yang dapat menyebabkan


terjadinya mobilitas sosial. Mobilitas sosial yang dapat terjadi melalui
perkawinan adalah mobilitas vertikal maupun mobilitas horizontal.
Perkawinan dapat menyebabkan terjadinya perubahan etnis, perubahan
kelompok sosial, misalnya dari status sebagai warga masyarakat desa
menjadi warga masyarakat kota, atau status sebagai keluarga Jawa dapat
berubah menjadi keluarga Batak. Sedangkan mobilitas vertikal dapat terjadi
tentunya dari status sosial rendah menjadi status sosial tinggi atau bahkan
sebaliknya. Seorang kaya mengawini seorang miskin, tentunya akan
meningkatkan status orang miskin bila dia hidup sebagai orang kaya. Namun
jika perkawinan tersebut tidak disetujui keluarga yang kaya dan mereka
membentuk keluarga dilingkungan masyarakat miskin maka akan merubah
status sebagai orang kaya menjadi orang miskin.
Bagaimana apakah Anda sudah memahami mengenai social circulation
dari mobilitas sosial, untuk mempermudah Anda memahaminya, Anda dapat
mengidentifikasi pengamalan hidup Anda sendiri, saluran mana yang Anda
gunakan untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi?

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

Arman adalah seorang pengacara sukses di Jakarta. sebelum menjadi


pengacara ia bekerja sebagai asisten peneliti di sebuah lembaga penelitian di
wilayah Bandung. Untuk menjadi pengacara ia melanjutkan studinya di
bidang hukum. Melihat keberhasilan Arman ayahnya sangat bersukur, karena
ternyata kerja kerasnya sebagai seorang buruh bangunan tidak di sia-siakan
oleh anaknya.
Simaklah cerita di atas kemudian jawablah pertanyaan berikut:
1) Tentukanlah status dari jenis-jenis pekerjaan yang ada dalam cerita di
atas.
2) Mobilitas apa saja yang telah di alami oleh Arman.
3) Jelaskan Saluran yang digunakan oleh Arman untuk meningkatkan status
sosialnya.
4.20 Pengantar Sosiologi 

Petunjuk Jawaban Latihan

1) a) Perhatikanlah pekerjaan-pekerjaan mana yang dalam masyarakat


Anda lebih dihargai, kemudian tentukanlah status pekerjaan-
pekerjaan tersebut, misalnya sebagai pekerjaan strata atas, strata
menengah atau strata bawah.
b) Susunlah pekerjaan-pekerjaan tersebut dari strata bawah ke strata
atas.
2) Anda harus pahami terlebih dahulu perbedaan dari mobilitas horizontal,
mobilitas vertikal, kemudian juga mobilitas vertikal intragenerasi, dan
mobilitas vertikal antargenerasi. Pada cerita tersebut Arman mengalami
lebih dari satu jenis mobilitas.
3) Pahamilah saluran-saluran mobilitas sosial, kemudian perhatikanlah pada
cerita di atas apa yang digunakan Arman untuk meningkatkan statusnya.

R A NG KU M AN
Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang
melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status
yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat
ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang
didapat tanpa suatu usaha (ascribed status). Stratifikasi berasal dari kata
stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan
penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan
kualitas yang dimiliki.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari
proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya
tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat
tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan,
dan harta dalam batas-batas tertentu.
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau
kelompok dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas
vertikal dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi
dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi.
Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua
sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada stratifikasi
terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup besar, sedangkan
 ISIP4110/MODUL 4 4.21

pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial sangat


kecil.

TE S F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Menurut Bruce J. Cohen, stratifikasi sosial menempatkan individu


berdasarkan ....
A. tindakan yang dilakukan
B. peran yang dijalankan
C. status yang dimiliki
D. kualitas yang dimiliki

2) Tokoh sosiologi yang mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai


pembedaan anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hirarkis
adalah ….
A. Pitirin Sorokin
B. Bruce J. Cohen
C. Karl Marx
D. Max Weber

3) Salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan stratifikasi sosial


secara alamiah adalah …
A. hierarki wewenang suatu negara
B. hierarki wewenang suatu perusahaan
C. sistem kekerabatan
D. sistem pendidikan

4) Stratifikasi diperlukan agar peran-peran dalam masyarakat dapat berjalan,


pendapat ini dikemukakan para sosiolog beraliran ….
A. fungsional
B. konflik
C. interaksionisme simbolik
D. pertukaran sosial

5) Menurut Karl Marx, jumlah strata dalam stratifikasi sosial pada


masyarakat industri adalah ……..lapisan
A. 2
B. 3
4.22 Pengantar Sosiologi 

C. 6
D. 7

6) Mobilitas sosial yang diukur dengan melihat strata orang tua disebut
dengan mobilitas .…
A. horizontal
B. lateral
C. vertikal intragenerasi
D. vertikal antargenerasi

7) Mobilitas vertikal akan sangat sulit terjadi pada sistem stratifikasi ….


A. kelas
B. Partai
C. terbuka
D. tertutup

8) Pada masyarakat Bali perpindahan status dari kasta Sudra ke kasta yang
lebih tinggi dimungkinkan dengan syarat-syarat tertentu melalui …
A. pendidikan
B. perkawinan
C. Organisasi ekonomi
D. Jabatan Politik

9) Menurut Pitirin A. Sorokin, pengertian social sirculation adalah .…


A. siklus dari mobilitas sosial
B. perputaran yang terjadi dalam mobilitas sosial
C. penggunaan saluran-saluran sosial dalam proses mobilitas sosial
D. Proses mobilitas sosial hanya dapat terjadi melalui saluran-saluran
sosial

10) Saluran dalam proses mobilitas sosial yang disebut juga dengan social
elevator adalah ….
A. Pendidikan
B. Perkawinan
C. Organisasi politik
D. Organisasi ekonomi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.
 ISIP4110/MODUL 4 4.23

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.24 Pengantar Sosiologi 

Kegiatan Belajar 2

Dimensi Stratifikasi Sosial

P ada kegiatan belajar dua ini kita akan mempelajari faktor-faktor sosial
apa saja yang dapat kita gunakan untuk membentuk stratifikasi sosial.
Anda sudah memiliki pengalaman mengelompokan masyarakat di sekitar
Anda melalui tugas-tugas yang Anda kerjakan pada kegiatan belajar pertama.
Dari pengalaman tersebut tentunya Anda bisa membayangkan faktor-faktor
apa yang menjadi dasar Anda mengelompokan masyarakat secara vertikal.
Pada masyarakat yang memiliki jenis pekerjaan yang cenderung sama kita
akan mudah melakukan pengelompokan. Tetapi pengelompokan vertikal
tersebut akan menjadi sulit dilakukan dalam masyarakat kota yang sudah
sangat banyak jenis-jenis pekerjaan. Untuk itu sangat penting sebelum kita
mengelompokan kita mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang kita jadikan
patokan.
Penjelasan dalam kegiatan belajar dua ini akan dimulai dengan melihat
teori mengenai dimensi stratifikasi sosial dari para sosiolog. Pembahasan
kemudian akan kita lanjutkan dengan membahas mengenai kelas sosial, dan
berbagai hal yang berkaitan dengan kelas sosial. Kegiatan belajar dua ini
akan diakhiri dengan penjelasan mengenai bentuk-bentuk dari stratifikasi
sosial dan bagaimana cara mempelajari stratifikasi sosial yang ada dalam
suatu masyarakat.

A. PRIVILEGE, PRESTISE DAN POWER

Privilege, prestise dan power merupakan tiga dimensi yang


dipergunakan oleh sebagian para sosiolog dalam menjelaskan stratifikasi
sosial. Tidak semua tokoh menggunakan ketiganya, ada yang hanya
menggunakan satu dimensi untuk menjelaskan stratifikasi, ada yang lebih
dari satu. Sekarang mari kita bahas satu persatu pengertian dari dimensi-
dimensi tersebut.
Privilege merupakan dimensi stratifikasi sosial yang berkaitan dengan
kekayaaan atau ekonomi dari individu atau kelompok tertentu dalam suatu
masyarakat. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur privilege ini
diantaranya adalah pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan kepemilikan.
Dimensi kedua adalah prestise, dimensi ini berkaitan dengan nilai-nilai
 ISIP4110/MODUL 4 4.25

kehormatan yang diyakini oleh suatu masyarakat dalam memandang hal


tertentu yang melekat pada individu atau sekelompok orang. Pengukuran
dimensi prestise ini sangat berkaitan dengan budaya suatu masyarakat. Nilai
budaya suatu masyarakatlah yang memberikan keistimewaaan pada hal-hal
tertentu, misalnya kebangsawanan, kemampuan di bidang keagamaan
(Ulama, kyai, Pastur). Dimensi terakhir adalah power, dimensi ini berkaitan
dengan kekuasaan yang dimiliki oleh individu atau sekelompok orang.
Berbicara mengenai kekuasaan tentu saja sangat berkaitan dengan kekuatan
yang dapat mempengaruhi orang lain.
Pada penjelasan saya diawal, dikatakan bahwa tidak semua tokoh
sosiologi menggunakan ketiga dimensi ini dalam melihat stratifikasi sosial
dalam suatu masyarakat. Salah satu tokoh yang menggunakan satu dimensi
dalam melihat stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat adalah Karl Marx.
Tokoh ini menjelaskan bahwa di dalam masyarakat industri hanya ada dua
kelas, yaitu kelas Borjuis dan kelas Proletar. Perbedaan kedua kelas ini
adalah pada kepemilikan alat produksi. Kelas Borjuis adalah kelas yang
memiliki alat produksi, sedangkan kelas proletar adalah kelas yang tidak
memiliki alat produksi (Kamanto Sunarto, 2000: 92). Pada perkembangan
masyarakat yang sangat kompleks saat ini teori Marx ini tentunya banyak
mendapatkan kritikan dalam masyarakat. Selain dikarenakan kelas dalam
masyarakat menjadi banyak sehingga tidak dapat hanya dibagi ke dalam dua
kelas, juga adanya faktor lain yang menentukan pembagian kelas secara
vertikal dalam masyarakat.
Sekarang mari kita lihat para sosiolog yang menggunakan ketiga
dimensi tersebut untuk menjelaskan stratifikasi sosial dalam masyarakat.
Tokoh pertama adalah Max Weber. Ia menjelaskan ketiga dimensi tersebut
dengan memperkenalkan konsep-konsep kelas, kelompok status, dan partai
(Kamanto Sunarto, 2000: 92-93). Kelas sosial dijelaskannya sebagai
kesamaan dalam hal peluang untuk hidup atau nasib. Hal ini sangat berkaitan
dengan penguasaan atas barang dan kesempatan memperoleh penghasilan
dalam pasaran komoditas atau pasaran kerja. Kelompok status oleh Max
Weber dijelaskan sebagai perbedaan anggota masyarakat yang disebabkan
oleh ukuran kehormatan. Kelompok status ini ditandai oleh persamaan gaya
hidup, berbagai hak istimewa, monopoli atas barang dan kesempatan ideal
maupun material. Sedangkan partai dijelaskan oleh Max Weber sebagai suatu
gejala pembedaan masyarakat yang lebih didasarkan karena faktor
kekuasaan. Kekuasaan oleh Weber diartikan sebagai peluang bagi seseorang
4.26 Pengantar Sosiologi 

atau sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui


suatu tindakan komunal, meskipun tindakan tersebut mengalami pertentangan
dari kelompok lain yang ikut serta dalam tindakan komunal.
Tokoh kedua yang menggunakan ketiga dimensi stratifikasi adalah Peter
Berger. Ia menjelaskan stratifikasi sosial sebagai penjenjangan masyarakat
menjadi atasan-bawahan. Pembedaan masyarakat menjadi atasan dan
bawahan didasarkan pada dimensi kekuasaan, kekayaan, dan kehormatan.
Tokoh ketiga yang menggunakan ketiga dimensi stratifikasi adalah
Jeffries and Randsford. Mereka mengikuti pemikiran Max Weber dengan
membedakan tiga macam stratifikasi, yaitu hirarki kekuasaan yang
berdasarkan kekuasaan, hirarki kelas yang berdasarkan penguasaan atas
barang dan jasa, dan hirarki status yang didasarkan pada pembagian
kehormatan dan status sosial.
Adanya dimensi dari stratifikasi sosial ini mengarahkan kepada kita
bahwa ketika kita melakukan pembedaan masyarakat secara vertikal, kita
harus terlebih dahulu menetapkan dimensi mana yang akan kita gunakan.
Bila kita menggunakan dimensi privilege maka kita mengfokuskan pada
kriteria ekonomi, hal ini berarti kita lebih membicarakan mengenai kelas
sosial atau hirarki kelas. Bila kita lebih memfokuskan pada kriteria
kehormatan maka kita lebih membicarakan mengenai kelompok status atau
hirarki status. Dan tentunya bila kita memfokuskan pada dimensi kekuasaan
kita akan lebih membicarakan masalah hirarki kekuasaan.
Apakah ketiganya tidak dapat kita gunakan sekaligus untuk melihat
stratifikasi dalam masyarakat? Mungkin pertanyaan seperti itu muncul.
Kajian terhadap ketiga dimensi dalam melihat stratifikasi sosial tentu akan
lebih baik, hal ini akan lebih menunjukan kompleksitas dalam masyarakat
secara hirarki. Mengapa? Karena dengan menggunakan ketiga dimensi
tersebut Anda akan menemukan seorang tokoh masyarakat yang memiliki
posisi atas untuk ketiga dimensi, ada yang hanya memiliki posisi atas di dua
dimensi namun dimensi lainnya rendah, atau justru hanya menempati posisi
atas di satu dimensi. Misalnya saja seorang pemimpin pesantren di suatu
desa, Ia akan menempati posisi atas pada dimensi power, menempati posisi
menengah di dimensi privilege karena hasil pertaniannya hanya cukup untuk
membiaya pesantrennya, dan menempati posisi rendah di dimensi power,
karena kegiatannya hanya dilakukan dalam hal keagamaan, dimana
pengaruhnya hanya pada para santri dan tidak pada seluruh mayarakat di desa
tersebut.
 ISIP4110/MODUL 4 4.27

Hal ini tentunya berbeda bila kita menempatkan Abdurrahman atau


yang lebih kita kenal dengan sebutan Gus Dur. Bila kita menempatkan Dia
dalam dimensi privilege tentunya Gus Dur dapat menempati posisi atas,
karena kepemilikannya cukup banyak. Pada dimensi prestise Gus Dur
tentunya masih menempati posisi atas terutama untuk kalangan NU.
Sedangkan pada dimensi Power Gus Dur masih memilki kekuasaan terutama
dalam mempengaruhi partai politik tertentu, meskipun posisi powernya telah
menurun menjadi posisi menengah, bila dibandingkan saat Beliau masih
menjadi presiden yang menempati posisi atas.

Tugas :
Pada tugas pertama dalam kegiatan belajar 1 Anda diminta menentukan
status pekerjaan di lingkungan Anda. Sekarang cobalah Anda
menggolongkan status pekerjaan tersebut dengan menggunakan dimensi
stratifikasi sosial?

Jawab :
Atas Menengah Bawah
______________ _____________ ______________
______________ _____________ ______________
______________ _____________ ______________

Petunjuk:
1. Pergunakanlah privilege, prestise, dan power untuk menentukan
status pekerjaan yang Anda temukan dalam tugas sebelumnya
2. Setiap jenis pekerjaan dapat menempati posisi yang sama untuk
ketiga dimensi dapat pula berbeda
3. Anda juga kemudian dapat menyusun hierarki pekerjaan untuk
masing-masing dimensi

B. KELAS SOSIAL

Telah kita ketahui bahwa kelas sosial merupakan suatu pembedaan


individu atau kelompok sosial berdasarkan kriteria ekonomi. Konsep ini akan
kita pelajari lebih dalam karena konsep kelas sosial telah banyak dikenal dan
memberikan pengaruh pada kehidupan masyarakat. Untuk mendalami konsep
kelas sosial ini kita akan melihat kriteria tradisional yang diungkapkan oleh
4.28 Pengantar Sosiologi 

Soerjono Soekanto (Soerjono Soekanto, 2002; 229-230). Kriteria tradisional


tersebut adalah:
1. jumlah anggota yang menempati kelas-kelas sosial dalam suatu
masyarakat;
2. kelas sosial memiliki kebudayaan yang sama, yang menentukan hak dan
kewajiban warganya;
3. kelas-kelas sosial dalam masyarakat selalu ada atau bersifat langgeng;
4. kelas-kelas sosial dalam masyarakat memiliki tanda atau lambang-
lambang yang merupakan ciri khas setiap kelas;
5. masing-masing kelas sosial memiliki batasan yang tegas untuk
membedakan satu kelas sosial dengan kelas sosial lainnya;
6. masing-masing kelas sosial menunjukan sikap bertentangan dengan kelas
lainnya (antagonisme), dalam hal-hal tertentu.

Kriteria tersebut akan membantu kita dalam melihat perbedaan masing-


masing kelas sosial yang terdapat dalam suatu masyarakat. Melalui keenam
kriteria tersebut kita akan dapat mengetahui secara mendetail mengenai
setiap kelas sosial yang terdapat dalam masyarakat. Informasi yang bisa kita
dapatkan diantaranya adalah perbedaan jumlah setiap kelas sosial,
kebudayaan masing-masing kelas. Kebudayaan setiap kelas sosial akan
membentuk subkultur dari budaya masyarakatnya. Tanda atau simbol dari
setiap kelas sosial juga kita ketahui, hal ini berkaitan erat dengan konsep
simbol status, yang dipergunakan individu untuk menunjukkan kelas
sosialnya.
Menurut Horton dan Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat
berpengaruh terhadap beberapa hal diantaranya adalah (Horton dan Hunt,
Jilid 2 1992: 12-13):
1. Identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial. Identifikasi diri atas kelas
sosial memberikan beberapa pengaruh terhadap perilaku seseorang.
Perasaan identifikasi ini membuat individu cenderung untuk meniru
norma-norma perilaku kelas sosial yang ia anggap sebagai kelas
sosialnya. Misalnya seseorang yang merasa sebagai kelas eksekutif akan
berusaha untuk makan atau minum di kafe dari pada di warung tegal.
Walaupun bila diukur dengan ukuran privilege sesungguhnya belum
dapat dikategorikan sebagai kelas eksekutif.
2. Pola-pola keluarga. Kelas sosial dapat mempengaruhi pola-pola keluarga
yang terbentuk. Alternatif pembentukan keluarga pada kalangan atas
 ISIP4110/MODUL 4 4.29

akan lebih banyak dibandingkan pada kalangan bawah. Sebagai contoh


seorang wanita dengan penghasilan tinggi, yang secara ekonomi mandiri
akan dapat memilih untuk membentuk rumah tangga dengan laki-laki
ataukah membentuk keluarga single parent. Sedangkan bagi wanita
dengan penghasilan rendah atau tidak terlalu mandiri secara ekonomi
akan cenderung mencari pasangan untuk membentuk rumah tangga.

Berkaitan dengan pola-pola keluarga ini, kita bisa melihat bahwa setiap
kelas sosial merupakan suatu subkultur. Sebagai suatu subkultur, kelas
sosial akan meliputi sistem perilaku, seperangkat nilai dan cara hidup.
Ketiga hal tersebut akan berperan dalam membantu anggota dari kelas
sosial untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan yang dijalaninya.
Selain itu kelas sosial sebagai suatu subkultur ini juga berperan
menyiapkan anggota baru atau anak-anak mereka untuk menerima kelas
sosial mereka. Keadaan ini yang menyebabkan terjadinya pula perbedaan
dalam sosialisasi yang diterima oleh anak-anak di setiap kelas sosial.
Nilai-nilai yang ditanamkan pada anak-anak akan sangat berbeda di
setiap kelas sosial. (Horton dan Hunt, Jilid 2 1992: 17). Sebagai contoh
kebiasaan membaca akan lebih ditanamkan pada kelas atas atau
menengah, dibandingkan pada kelas bawah. Hal ini bisa dimengerti
karena pada kelas bawah orang tua akan sangat sulit memberikan
fasilitas membaca karena penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Munculnya simbol status. Simbol status merupakan simbol yang
menandakan status seseorang dalam masyarakat. Peter Berger
mengatakan bahwa seseorang seringkali menunjukkan kepada orang lain
apa yang telah diraihnya. Dalam hal ini simbol status berfungsi untuk
memberitahukan status yang diduduki seseorang. Ada beberapa hal yang
menunjukkan simbol status, diantaranya adalah cara menyapa, bahasa,
gaya bahasa, busana, perhiasan, bentuk dan letak rumah, kegiatan
rekreasi. (Kamanto Sunarto, 2000: 98-102). Sebagai contoh simbol status
dalam hal busana. Kita seringkali melihat seseorang yang tetap membeli
sebuah pakaian yang bila kita lihat dari harganya mungkin bisa
dipergunakan untuk kelas bawah memenuhi kebutuhan pokok selama
sebulan. Namun demi sebuah simbol status hal tersebut harus dilakukan.
4.30 Pengantar Sosiologi 

C. BENTUK-BENTUK STRATIFIKASI SOSIAL

Pembahasan kita selanjutnya adalah mengenai bentuk stratifikasi.


Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang
diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Masing-
masing bentuk tersebut menunjukkan kondisi masyarakat yang berbeda.
Bentuk dan kondisi masyarakatnya adalah sebagai berikut:

1. Primida

Atas

Menengah

Bawah

Gambar 4.1

Untuk bentuk piramida ini menunjukan jumlah lapisan atas lebih sedikit
dibandingkan lapisan menengah atau bawah. Bentuk stratifikasi seperti ini
banyak kita jumpai pada masyarakat di negara-negara berkembang. Negara
kita memperlihatkan bentuk stratifikasi ini.

2. Piramida Terbalik

Atas

Menengah

Bawah

Gambar 4.2
 ISIP4110/MODUL 4 4.31

Bentuk piramida terbalik menunjukkan lapisan atas lebih banyak


dibandingkan lapisan menengah dan bawah. Hal ini adalah tipe ideal dari
suatu masyarakat, bentuk ini akan ada dinegara di mana sebagian besar
rakyatnya memiliki tingkat kekayaan yang relatif tinggi.

3. Intan

Atas

Menengah

Bawah

Gambar 4.3

Sedangkan bentuk intan menunjukan proporsi yang sama untuk lapisan


atas dan bawah, porporsi terbesar ditempati oleh kelas menengah. Hal ini
banyak dijumpai di negara-negara maju.
Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga diperlihatkan
dalam bentuk melingkar. Bentuk ini sangat erat kaitannya dengan dimensi
kekuasaan. Pada bentuk stratifikasi ini akan muncul lapisan lingkaran luar,
lapisan lingkaran tengah, dan lapisan lingkaran luar. Lapisan lingkaran dalam
memiliki kekuasaan lebih besar bila dibandingkan dengan lapisan lingkaran
tengah atau lingkaran luar (Robert Lawang :1994: 6.7-6.8).
Kita dapat menggunakan partai politik dalam
melihat bentuk stratifikasi dari bentuk lapisan
melingkar ini. Para elit politik atau elit partai akan
menempati lingkaran dalam yang sangat dekat
dengan pimpinan partai yang memiliki kekuasaan
penuh atas berjalannya suatu partai politik. Lingkaran
selanjutnya tentunya akan ditempati oleh anggota Gambar 4.4
partai yang tidak termasuk dalam kepengurusan, dan
kemudian anggota partai biasa, serta partisipan. Pada
gambaran partai tersebut tentunya kita melihat semakin ke dalam lingkaran
semakin ditempati oleh individu-individu yang memiliki kekuasaan besar
4.32 Pengantar Sosiologi 

mempengaruhi keputusan-keputusan partai. Sedangkan pada lapisan terluar


tentunya diduduki oleh individu-individu kurang memiliki kekuasaan
sehingga tidak dapat mempengaruhi keputusan-keputusan dalam partai
politik.

D. CARA MEMPELAJARI STRATIFIKASI

Setelah Anda memahami pengertian stratifikasi sosial, pertanyaan


selanjutnya adalah bagaimanakah kita dapat mengetahui stratifikasi sosial
dalam suatu masyarakat? Dan bagaimana pula kita dapat menentukan
individu-individu yang masuk dalam setiap lapisan di masyarakat? Untuk
dapat menjawab hal tersebut kita dapat melihat cara-cara para ahli
mempelajari stratifikasi sosial. Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk
bisa mengetahui bentuk dari stratifikasi sosial, yaitu dengan pendekatan
obyektif, pendekatan subyektif dan pendekatan reputasional.
Pendekatan pertama adalah pendekatan obyektif, pada pendekatan ini
kita berdiri sebagai seorang pengamat yang mengukur status seseorang atau
kelompok lain dengan menggunakan variabel tertentu seperti pendidikan
pekerjaan, penghasilan, dan kepemilikan. Obyektivitas pendekatan ini adalah
pada variabel-variabel yang digunakan, yang tidak melibatkan penilaian
pribadi kita, maupun penilaian individu atau kelompok yang kita teliti. Pada
pendekatan ini kita hanya mengumpulkan data mereka untuk kemudian kita
menyimpulkan status sosial mereka. Tentunya untuk melakukan pendekatan
ini kita harus bersandarkan pada teori, dalam menentukan variabel-variabel
yang kita gunakan.
Berbeda dengan pendekatan obyektif pada pendekatan subyektif kita
minta individu atau kelompok untuk menilai atau menempatkan dirinya
sendiri pada posisi dalam stratifikasi sosial. Sebagai peneliti kita menentukan
lapisannya misalnya dalam tiga lapisan, atas, menengah, bawah. Kemudian
kita meminta setiap individu menentukan sendiri dirinya berada pada status
sosial yang mana. Pada pendekatan kedua ini jelas stratifikasi yang akan kita
ketahui sangat dipengaruhi oleh subyektivitas individu atau kelompok yang
kita amati. Melalui pendekatan ini kita akan mendapatkan gambaran
subyektif mengenai stratifikasi.
Pendekatan reputasional sedikit berbeda dengan pendekatan subyektif.
Bila pada pendekatan subyektif kita meminta individu menentukan status
sosialnya, maka pada penedekatan reputasional kita meminta individu untuk
 ISIP4110/MODUL 4 4.33

menentukan status sosial individu atau kelompok lain. Pada pendekatan ini
kita harus memberikan daftar pekerjaan-pekerjaan, atau kelompok-kelompok
sosial dalam masyarakat yang kita ingin ketahui statusnya. Individu yang kita
teliti kita minta untuk menentukan status pekerjaan atau kelompok tersebut.
Melalui pendekatan ini kita akan dapat mengetahui stratifikasi berdasarkan
penghargaan atau nilai kehormatan yang dimiliki suatu masyarakat untuk
pekerjaan atau kelompok tertentu dalam masyarakat.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

Berikut ini daftar jenis-jenis pekerjaan:


Dokter, pengacara, guru, dosen, pesuruh, penceramah agama, tukang
ojek, marketing, manager, menteri, Supir, pilot, kuli bangunan, buruh,
pengusaha, banker, pegawai negeri, penyanyi, pelawak, dan wartawan.

1) Susunlah 20 jenis pekerjaan tersebut dengan menggunakan dimensi


stratifikasi.
2) Jelaskanlah pendekatan yang Anda gunakan untuk menyusun ke 20 jenis
perkerjaan tersebut.
3) Jika ke 20 jenis pekerjaan tersebut terwakili oleh satu orang individu,
bentuk stratifikasi apa yang akan terlihat dari ke 20 orang tersebut.

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Tentukanlah pendekatan yang Anda gunakan dalam menyusun ke 20


jenis pekerjaan tersebut, di sini Anda dapat menjadi sumber informasi
untuk menyusun jenis pekerjaan tersebut.
2) Pahamilah perbedaan dimensi privilege, prestise, dan power. Anda dapat
menggunakan salah satu dimensi, dapat pula menggunakan ketiga
dimensi tersebut.
3) Susunlah ke 20 jenis pekerjaan tersebut ke dalam strata atas, menengah,
dan bawah.
4) Pada pertanyaan ketiga berarti Anda akan memiliki 20 orang yang
mewakili masing-masing pekerjaan, berdasarkan susunan pekerjaan yang
4.34 Pengantar Sosiologi 

Anda telah buat hitunglah berapa yang mewakili strata atas, menengah,
dan bawah.
5) Perhatikanlah bentuk-bentuk stratifikasi, bentuk mana yang terlihat dari
susunan yang telah Anda buat, bentuk piramida, piramida terbalik,
ataukah bentuk intan.

R A NG KU M AN
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat
dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini
dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan
secara bersama.
Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau
ekonomi untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu
kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries
dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan
ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas,
kelompok status, dan partai.
Kelas sosial merupakan suatu pembedaan individu atau kelompok
berdasarkan kriteria ekonomi. Untuk mendalami kelas sosial ini
Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria tradisional.
Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam
masyarakat berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya adalah
identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial, pola-pola keluarga, dan
munculnya simbol status dalam masyarakat.
Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan
bersusun yang diantaranya dapat berbentuk piramida, piramida terbalik,
dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk stratifikasi dapat juga
diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi melingkar ini
terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.
Ada tiga cara yang dapat kita lakukan untuk bisa mengetahui bentuk
dari stratifikasi sosial. Ketiga cara tersebut adalah dengan pendekatan
objektif, pendekatan subyektif, dan pendekatan reputasional.
 ISIP4110/MODUL 4 4.35

TE S F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Dimensi stratifikasi sosial yang diukur dengan pendidikan, pekerjaan,


dan penghasilan adalah dimensi ....
A. power
B. prestise
C. privilege
D. partai

2) Menurut Max Weber kesamaan individu-individu tertentu dalam hal


peluang untuk hidup atau nasib disebut dengan ….
A. kelas sosial
B. status sosial
C. kelompok sosial
D. strata sosial

3) Persamaan gaya hidup menurut Max Weber merupakan salah satu alat
untuk melihat ….. seseorang
A. kelompok status
B. kelompok kelas
C. kelompok sosial
D. strata sosial

4) Menurut Jeffries dan Ransford, hirarki status dibuat berdasarkan


pembagian ….
A. kekuasaan dan kelas sosial
B. kehormatan dan status sosial
C. kekuasaan dan kehortmatan
D. status sosial dan kelas sosial

5) Perasaan identifikasi diri dan kesadaran kelas sosial dapat


menimbulkan….
A. alternatif pembentukan keluarga single parents bagi perempuan di
kelas atas
B. peniruan perilaku kelas sosial yang dianggap sebagai kelas
sosialnya
C. penggunaan barang-barang tertentu untuk menunjukkan kelas
sosialnya
D. perubahan pola-pola keluarga pada strata tertentu
4.36 Pengantar Sosiologi 

6) Menurut Peter Berger, sesuatu yang digunakan oleh individu untuk


memberitahukan status yang didudukinya disebut dengan ….
A. simbol status
B. simbol kelas
C. status sosial
D. kelas sosial

7) Bentuk lapisan bersusun yang memperlihatkan jumlah strata atas dan


bawahnya seimbang disebut dengan ….
A. lapisan melingkar
B. piramida terbalik
C. piramida
D. intan

8) Kekuasaan dalam partai politik dapat diperlihatkan dengan stratifikasi


sosial berbentuk ….
A. lapisan melingkar
B. piramida terbalik
C. piramida
D. intan

9) Bentuk stratifikasi yang menunjukkan tingkat kemiskinan masih sangat


tinggi adalah pada bentuk ....
A. lapisan melingkar
B. piramida terbalik
C. piramida
D. intan

10) Pendekatan stratifikasi yang meminta individu untuk menentukan strata


bagi kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat disebut dengan
pendekatan ….
A. Obyektif
B. Subyektif
C. reputasional
D. proporsional

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.
 ISIP4110/MODUL 4 4.37

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = × 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
4.38 Pengantar Sosiologi 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1
1) D. Bruce J. Cohen mengatakan bahwa sistem stratifikasi
menempatkan orang berdasarkan kualitas yang dimiliki untuk
ditempatkan pada kelas sosial yang sesuai.
2) A. Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai
pembedaan penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-
kelas secara hierarkis.
3) C. faktor yang menyebabkan stratifikasi tumbuh dengan sendirinya
adalah kepandaian, usia, sistem kekerabatan, harta dalam batas-
batas tertentu.
4) A. pemikiran fungsionalis melihat stratifikasi sebagai sesuatu yang
diperlukan agar peran-peran dalam masyarakat dapat berjalan.
5) A. Karl Marx menggunakan 2 strata untuk menjelaskan stratifikasi
sosial yang terdapat dalam masyarakat industri.
6) D. mobilitas vertikal antargenerasi adalah mobilitas vertikal yang
dialami oleh seseorang, mengacu pada perbedaan status dirinya
dengan status orang tuanya.
7) C pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadi perpindahan
posisi individu dalam stratifikasi sosial sangat kecil sekali.
8) B. Pada masyarakat Bali masih dimungkinkan kasta sudra pindah
ke kasta di atasnya melalui perkawinan dengan syarat yang
berkasta Sudra adalah perempuannya.
9) C. Pitirin A. Sorokin mengatakan bahwa mobilitas sosial
mempunyai beberapa saluran. Proses mobilitas melalui saluran
ini disebut dengan social sirculation.
10) A. Pendidikan merupakan social elevator bagi setiap individu yang
ingin meningkatkan status sosial dalam masyarakat.

Tes Formatif 2

1) C. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur privilege ini di


antaranya adalah pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan
kepemilikan.
2) A. Menurut Max Weber kelas sosial dijelaskannya sebagai
kesamaan dalam hal peluang untuk hidup atau nasib.
3) A. Max Weber mengatakan bahwa kelompok status ini ditandai
oleh persamaan gaya hidup, berbagai hak istimewa, monopoli
atas barang dan kesempatan ideal maupun material.
 ISIP4110/MODUL 4 4.39

4) B. Menurut Jeffris dan Ransfordc hirarki status yang didasarkan


pada pembagian kehormatan dan status sosial.
5) B. Perasaan identifikasi dan kesadaran kelas sosial tertentu
membuat individu cenderung untuk meniru norma-norma
perilaku kelas sosial yang ia anggap sebagai kelas sosialnya.
6) A. Peter Berger mengatakan bahwa simbol status dapat berfungsi
untuk memberitahukan status yang diduduki seseorang.
7) D. Stratifikasi yang berbentuk intan menunjukkan proporsi yang
sama untuk lapisan atas dan bawah, proporsi terbesar ditempati
oleh kelas menengah.
8) A. Untuk melihat kekuasaan dalam partai politik dapat digunakan
bentuk stratifikasi lapisan melingkar.
9) C. Stratifikasi berbentuk piramida menunjukkan jumlah lapisan
atas sedikit, dengan jumlah lapisan terbesar ada pada lapisan
bawah.
10) C. Pada pendekatan reputasional kita meminta individu untuk
menentukan status sosial individu atau kelompok lain.
4.40 Pengantar Sosiologi 

Glosarium

Intan : bentuk stratifikasi yang menunjukkan strata


atas dan bawah memiliki proporsi sama,
dan strata menengah memiliki proporsi
terbesar.

Lapisan bersusun : strata dalam stratifikasi yang dibuat secara


bersusun dari strata bawah ke strata atas.

Lapisan melingkar : Strata dalam stratifikasi yang dibuat


melingkar, lingkaran terluar menunjukkan
kekuasaan yang semakin kecil.

Mobilitas horizontal : perpindahan status individu dalam satu


strata sosial.

Mobilitas vertikal : perpindahan status individu ke atas atau ke


bawah.

Mobilitas vertikal : perpindahan status individu ke atas atau ke


antargenerasi bawah dibandingkan dengan status orang
tuanya.

Mobilitas vertikal : perpindahan status individu ke atas atau ke


intragenerasi bawah yang dialami sepanjang hidupnya.

Piramida : bentuk stratifikasi yang menunjukkan strata


bawah memiliki proporsi terbesar.

Piramida terbalik : bentuk stratifikasi yang menunjukkan strata


atas memiliki proporsi terbesar.

Power : dimensi stratifikasi berdasarkan


kehormatan atau status sosialnya.

Privilige : dimensi stratifikasi berdasarkan kekayaan


atau ekonomi.

Prestise : dimensi stratifikasi berdasarkan


kehormatan atau status sosialnya.
 ISIP4110/MODUL 4 4.41

Simbol status : simbol yang menandakan status seseorang


dalam masyarakat.

Social sirculation : proses mobilitas sosial melalui saluran-


saluran sosial.

Social elevator : saluran sosial yang secara otomatis


meningkatkan status sosial individu.

Stratifikasi sosial : Penggolongan individu secara vertikal


berdasarkan status yang dimilikinya.
4.42 Pengantar Sosiologi 

Daftar Pustaka
Bruce J. Cohen. (1992). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kamanto Sunarto. (2000). Pengantar Sosiologi. Jakarta: FE-UI.

Robert M. Z. Lawang. (1994). Pengantar SOSIOLOGI. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. (1992). Sosiologi. Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.

Kembali Ke Daftar Isi

You might also like