You are on page 1of 12

MAKALAH ETIKA PROFESI

CYBERLAW

DI SUSUN OLEH :
Nama

: Abiyanto Gustorino

NPM

: 40112056

Kelas

: 3DC02

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER


FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS GUNADARMA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan anugerah
dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas softskill ini
dengan baik. Adapun judul penulisan tugas softskill ini adalah sebagai berikut :
CYBERLAW
Tujuan penulisan tugas softskill ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Softskill
pada Program Diploma Tiga (III) Universitas Gunadarma. Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas softskill ini masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari sempurna, baik dari segi pembahasan maupun
dari segi penyusunan. Hal ini disebabkan karena masih banyak keterbatasan penulis baik dari
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis dalam memecahkan permasalahan yang
ada. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu memberikan bimbingan, dorongan, semangat dan
doa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penulisan
tugas softskill ini masih jauh dari kesempurnaan dan kekurangan. Kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan tugas
softskill ini dan semoga tugas softskill ini dapat bermanfaat dan berguna bagi siapa saja yang
membacanya.

Bekasi,

Desember 2014

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4


2.1 Pengertian Cyberlaw ....................................................................................................... 4
2.2 Contoh Permasalahannya ................................................................................................ 4
2.3 Bagaimana Status Hukum Uang Digital ......................................................................... 5
2.4 Perlukah Adanya Cyberlaw ............................................................................................. 5
2.5 Apakah Cyberlaw Dibutuhkan Di Indonesia .................................................................. 5
2.6 Ruang Lingkup Cyberlaw ............................................................................................... 6
2.7 Macam-Macam Cyberlaw ............................................................................................... 6
2.8 Computer Crime Act (Malaysia) ..................................................................................... 7
2.9 Council of Europe Convention on Cyber Crime ............................................................. 7
2.10 Perbedaan ketiga Cyberlaw diatas ................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hadirnya masyarakat informasi (information society) yang diyakini sebagai salah
satu agenda penting masyarakat dunia di milenium ketiga antara lain ditandai dengan
pemanfaatan Internet yang semakin meluas dalam berbagai akiivitas kehidupan manusia,
bukan saja di negara-negara maju tapi juga di negara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Fenomena ini pada gilirannya telah menempatkan informasi sebagai
komoditas ekonomi yang sangat penting dan menguntungkan. Untuk merespon
perkembangan ini Amerika Serikat sebagai pioner dalam pemanfaatan Internet telah
mengubah paradigma ekonominya dari ekonomi yang berbasis manufaktur menjadi
ekonomi yang berbasis jasa (from a manufacturing-based economy to a servicebasedeconomy). Perusahan ini ditandai dengan berkurangnya peranan traditional law
materials dan semakin meningkatnya peranan the raw marerial of a service-based
economy yakni informasi dalam perekonomian Amerika.

Munculnya sejumlah kasus yang cukup fenomenal di Amerika Serikat pada tahun
1998telah mendorong para pengamat dan pakar di bidang teknologi informasi untuk
menobatkan tahun tersebut sebagai moment yang mengukuhkan Internet sebagai salah
satu institusi dalam mainstream budaya Ametika saat ini. Salah satu kasus yang sangat
fenomenal dan kontroversial adalah Monicagate (September 1998) yaitu skandal
seksual yang melibatkan Presiden Bill Clinton dengari Monica Lewinsky mantan pegawai
Magang di Gedung Putih.

Masyarakat dunia geger, karena laporan Jaksa Independent Kenneth Star mengenai
perselingkuhan Clinton dan Monica setebal 500 halaman kemudian muncul di Internet
dan dapat diakses secara terbuka oleh publik. Kasus ini bukan saja telah menyadarkan
masyarakat Amerika, tapi juga dunia bahwa lnternet dalam tahap tertentu tidak ubahnya
bagai pedang bermata dua.

Eksistensi Internet sebagai salah satu institusi dalam mainstream budaya Amerika
lebih ditegaskan lagi dengan maraknya perdagangan electronik (E-Commerce) yang
diprediksikan sebagai bisnis besar masa depan (the next big thing). Menurut perkiraan
Departemen Perdagangan Amerika, nilai perdagangan sektor ini sampai dengan tahun
2002 akan mencapai jumlah US $300 milyar per tahun.

Demam E-Commerce ini bukan saja telah melanda negara-negara maju seperti
Amerika dan negara-negara Eropa, tapi juga telah menjadi trend dunia termasuk
Indonesia. Bahkan ada semacam kecenderungan umum di Indonesia, seakan-akan cyber
law itu identik dengan pengaturan mengenai E-Commerce. Berbeda dengan Monicagate,
fenomena E-Commerce ini boleh dikatakan mampu menghadirkan sisi prospektif
dariInternet.

Jelaslah bahwa eksistensi Internet disamping menjanjikan sejumlah harapan, pada


saatyang sama juga melahirkan kecemasan-kecemasan baru antara lain munculnya
kejahatan baru yang lebih canggih dalam bentuk cyber crime, misalnya munculnya
situs-situs porno dan penyerangan terhadap privacy seseorang. Disamping itu mengingat
karakteristik Internet yang tidak mengenal batas-batas teritorial dan sepenuhnya
beroperasi secara virtual (maya), Internet juga melahirkan aktivitas-aktivitas baru yang
tidak sepenuhnya dapat diatur oleh hukum yang berlaku saat ini (the existing law).
Kenyataan ini telah menyadarkan masyarakat akan perlunya regulasi yang mengatur
mengenai aktivitas-aktivitas yang melibatkan Internet.

Atas dasar pemikiran diatas, penulis akan mencoba untuk membahas mengenai
pengertian cyber law dan ruang lingkupnya serta sampai sejauh mana urgensinya bagi
Indonesia

untuk

mengantisipasi

munculnya

persoalan-persoalan

pemanfaatan Internet yang semakin meluas di Indonesia.

1.2 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
-

Menjelaskan tentang Pengertian Cyberlaw

Memberikan contoh permasalahannya

Menjelaskan tentang bagaimana status hukum uang digital

Menjelaskan perlukah adanya Cyberlaw

hukum

akibat

Apakah Cyberlaw dibutuhkan di Indonesia

Ruang lingkup Cyberlaw

Macam-macam Cyberlaw

Computer Crime Act (Malaysia)

Council of Europe Convention on Cyber Crime

Perbedaan ketiga Cyberlaw diatas

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Cyberlaw


Cyberlaw adalah hukum yang digunakan didunia maya (cyber space) yang umumnya
diasosiasikan dengan internet. Cyberlaw merupakan aspek hukum yang ruang lingkupnya
meliputi suatu aspek yang berhubungan dengan orang perongan atau subyek hukum yang
menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat online dan
memasuki dunia cyber atau duni maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang berasal
dari Cyberspace Law. Cyberlaw akan memainkan peranannya dalam dunia masa depan,
karena nyaris tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban teknologi
dewasa ini dimana kita perlu sebuah perangkat aturan main didalamnya.

2.2 Contoh permasalahan yang berhubungan dengan hilangnya ruang dan waktu
antara lain:

Seorang penjahat komputer (cracker) yang berkebangsaan Indonesia, berada di


Australia, mengobrak-abrik server di Amerika, yang ditempati (hosting) sebuah
perusahaan Inggris. Hukum mana yang akan dipakai untuk mengadili kejahatan
cracker tersebut? Contoh kasus yang mungkin berhubungan adalah adanya hacker
Indonesia yang tertangkap di Singapura karena melakukan cracking terhadap sebuah
server perusahaan di Singapura. Dia diadili dengan hukum Singapura karena
kebetulan semuanya berada di Singapura.

Nama domain (.com, .net, .org, .id, .sg, dan seterusnya) pada mulanya tidak memiliki
nilai apa-apa. Akan tetapi pada perkembangan Internet, nama domain adalah identitas
dari perusahaan. Bahkan karena dominannya perusahaan Internet yang menggunakan
domain ".com" sehingga perusahaan-perusahaan tersebut sering disebut perusahaan
"dotcom". Pemilihan nama domain sering berbernturan dengan trademark, nama
orang terkenal, dan seterusnya. Contoh kasus adalah pendaftaran domain
JuliaRoberts.com oleh orang yagn bukan Julia Roberts. (Akhirnya pengadilan
memutuskan Julia Roberts yang betulan yang menang.) Adanya perdagangan global,

WTO, WIPO, dan lain lain membuat permasalahan menjadi semakin keruh.
Trademark menjadi global.

Pajak (tax) juga merupakan salah satu masalah yang cukup pelik. Dalam transaksi
yang dilakukan oleh multi nasional, pajak mana yang akan digunakan? Seperti contoh
di atas, server berada di Amerika, dimiliki oleh orang Belanda, dan pembeli dari
Rusia. Bagaimana dengan pajaknya? Apakah perlu dipajak? Ada usulan dari
pemerintah Amerika Serikat dimana pajak untuk produk yang dikirimkan (delivery)

melalui saluran Internet tidak perlu dikenakan pajak. Produk-produk ini biasanya
dikenal dengan istilah "digitalized products", yaitu produk yang dapat di-digital-kan,
seperti musik, film, software, dan buku. Barang yang secara fisik dikirimkan secara
konvensional dan melalui pabean, diusulkan tetap dikenakan pajak.

2.3 Bagaimana status hukum dari uang digital seperti cybercash? Siapa yang
boleh menerbitkan uang digital ini?
Perkembangan teknologi komunikasi dan komputer sudah demikian pesatnya
sehingga mengubah pola dan dasar bisnis. Untuk itu cyberlaw ini sebaiknya dibahas oleh
orang-orang dari berbagai latar belakang (akademisi, pakar TekInfo, teknis, hukum,
bisinis, dan pemerintah).

2.4 Perlukah adanya Cyberlaw


Hukum konvensional digunakan untuk mengatur citizen. Semenatra itu cyberlaw
digunakan untuk mengatur netizen. Perbedaan antara citizen dan netizen ini menyebabkan
cyberlaw harus ditinjau dari sudut pandang yang berbeda.

2.5 Apakah Cyberlaw dibutuhkan di Indonesia


Mengingat jumlah pengguna Internet di Indonesia yang masih kecil, apakah
memang cyberlaw sudah dibutuhkan di Indonesia?

Digital Signature
Dalam perniagaan, tanda tangan digunakan untuk menyatakan sebuah transaksi. Kalau di
Indonesia, tanda tangan ini biasanya disertai dengan meterai. Nah, bagaimana dengan
transaksi yang dilakukan secara elektronik? Digital signature merupakan pengganti dari tanda
tangan yang biasa.

Perlu dicatatat bahwa digital signature tidak sama dengan mengambil image dari tanda
tangan kita yang biasa kemudian mengkonversikannya menjadi "scanned image". Kalau yang
ini namanya "digitalized signature".
Digital signature berbasis kepada teknology kriptografi (cryptography). Keamanan dari
digital signature sudah dapat dijamin. Bahkan keamanannya lebih tinggi dari tanda tangan
biasa. Justru disini banyak orang yang tidak mau terima mekanisme elektronik karena
menghilangkan peluang untuk kongkalikong.

2.6 Ruang lingkup Cyberlaw


Jonathan Rosenoer dalam Cyber Law The Law Of Internet menyebutkan ruang lingkup
cyber law :
1. Hak Cipta (Copy Right)
2. Hak Merk (Trademark)
3. Pencemaran nama baik (Defamation)
4. Fitnah, Penistaan, Penghinaan (Hate Speech)
5. Serangan terhadap fasilitas komputer (Hacking, Viruses, Illegal Access)
6. Pengaturan sumber daya internet seperti IP-Address, domain name
7. Kenyamanan Individu (Privacy)
8. Prinsip kehati-hatian (Duty care)
9. Tindakan kriminal biasa yang menggunakan TI sebagai alat Isu prosedural seperti
yuridiksi, pembuktian, penyelidikan dan lain-lain.
10. Kontrak / transaksi elektronik dan tanda tangan digital
11. Perangkat Hukum Cyber Law
12. Pornografi
13. Pencurian melalui Internet
14. Perlindungan Konsumen
15. Pemanfaatan

internet

dalam

aktivitas

e-government, e-education.

2.7 Macam-macam Cyberlaw


Macam-macam cyber law dibagi 2 , diantaraya :
1. Hukum Informasi
2. Hukum Sistem Informasi

keseharianseperti

e-

commerce,

3. Hukum Telematika (Telekomunikasi dan Informatika)


4. UU ITE (Undang-Undang Informasi Transaksi dan Elktronik)

2.8 Computer Crime Act (Malaysia)


Pada tahun 1997 malaysia telah mengesahkan dan mengimplementasikan beberapa
perundang-undangan yang mengatur berbagai aspek dalam cyberlaw seperti UU
Kejahatan Komputer, UU Tandatangan Digital, UU Komunikasi dan Multimedia, juga
perlindungan hak cipta dalam internet melalui amandemen UU Hak Ciptanya. The
Computer Crime Act mencakup, sbb:

Mengakses material komputer tanpa ijin

Menggunakan komputer untuk fungsi yang lain

Memasuki program rahasia orang lain melalui komputernya

Mengubah / menghapus program atau data orang lain

Menyalahgunakan program / data orang lain demi kepentingan pribadi

2.9 Council of Europe Convention on Cyber Crime


Council of Europe Convention on Cyber Crime (Dewan Eropa Konvensi Cyber
Crime), yang berlaku mulai pada bulan Juli 2004, adalah dewan yang membuat perjanjian
internasional untuk mengatasi kejahatan komputer dan kejahatan internet yang dapat
menyelaraskan hukum nasional, meningkatkan teknik investigasi dan meningkatkan
kerjasama internasional. berisi Undang-Undang Pemanfaatan Teknologi Informasi (RUUPTI) pada intinya memuat perumusan tindak pidana. Council of Europe Convention on
Cyber Crime ini juga terbuka untuk penandatanganan oleh negara-negara non-Eropa dan
menyediakan kerangka kerja bagi kerjasama internasional dalam bidang ini. Konvensi ini
merupakan perjanjian internasional pertama pada kejahatan yang dilakukan lewat internet
dan jaringan komputer lainnya, terutama yang berhubungan dengan pelanggaran hak
cipta, yang berhubungan dengan penipuan komputer, pornografi anak dan pelanggaran
keamanan jaringan.
Hal ini juga berisi serangkaian kekuatan dan prosedur seperti pencarian jaringan
komputer dan intersepsi sah. Tujuan utama adanya konvensi ini adalah untuk membuat
kebijakan kriminal umum yang ditujukan untuk perlindungan masyarakat terhadap Cyber
Crime melalui harmonisasi legalisasi nasional, peningkatan kemampuan penegakan

hukum dan peradilan, dan peningkatan kerjasama internasional. Selain itu konvensi ini
bertujuan terutama untuk:

Harmonisasi unsur-unsur hukum domestik pidana substantif dari pelanggaran dan


ketentuan yang terhubung di bidang kejahatan cyber.

Menyediakan form untuk kekuatan hukum domestik acara pidana yang diperlukan
untuk investigasi dan penuntutan tindak pidana tersebut, serta pelanggaran lainnya
yang dilakukan dengan menggunakan sistem komputer atau bukti dalam kaitannya
dengan bentuk elektronik

2.10

Mendirikan cepat dan efektif rezim kerjasama internasional

Jadi, Perbedaan ketiga Cyberlaw diatas yaitu:


Cyberlaw merupakan seperangkat aturan yang dibuat oleh suatu negara tertentu, dan

peraturan yang dibuat itu hanya berlaku kepada masyarakat negara tersebut. Jadi, setiap
negara mempunyai cyberlaw tersendiri. Sedangkan Computer Crime Law (CCA).
Merupakan Undang-undang penyalahan penggunaan Information Technology di
Malaysia. dan Council of Europe Convention on Cybercrime Merupakan Organisasi yang
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari kejahatan di dunia Internasional. Organisasi
ini dapat memantau semua pelanggaran yang ada di seluruh dunia. Jadi perbedaan dari
ketiga peraturan tersebut adalah sampai di mana jarak aturan itu berlaku. Cyberlaw
berlaku hanya berlaku di Negara masing-masing yang memiliki Cyberlaw, Computer
Crime Law (CCA) hanya berlaku kepada pelaku kejahatan cybercrime yang berada di
Negara Malaysia dan Council of Europe Convention on Cybercrime berlaku kepada
pelaku kejahatan cybercrime yang ada di seluruh dunia.

DAFTAR PUSTAKA

http://materi-etika-profesi.blogspot.com/2013/04/latar-belakang-cyber-law_28.html

http://nudiansyah.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-latar-belakang-cyberlaw.html

http://kuliahade.wordpress.com/category/hukum-siber/

http://125c16.blogspot.com/2009/11/cyberlaw-mesti-disegerakan.html

http://www.cert.or.id/~budi/articles/cyberlaw.html

http://www.digitalkafe.com/wp-content/uploads/2009/10/04_cyberlawindonesia1.ppt

You might also like