You are on page 1of 12

PENGARUH PENGUNAAN AKUNTANSI TINGKAT HARGA

UMUM TERHADAP RELEVANSI LAPORAN KEUANGAN


GENERAL PRICE ACCOUNTING VS HISTORICAL COST

Tugas Teori Akuntansi


FUCK!!!!

DISUSUN OLEH :

RIDDLES on Darmayaja
07129211

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI DARMAJAYA


BANDAR LAMPUNG
2010
1. Latar Belakang Permasalahan

Laporan Keuangan menyediakan sejumlah informasi yang diperlukan sebagai bahan


dalam pengambilan keputusan baik pihak internal maupun perusahaan yaitu para
manager dan karyawan, maupun pihak eksternal perusahaan antara lain para
pemegang saham, investor, kreditur, konsumen, pemerintah. Oleh karena itu suatu
laporan keuangan perlu menyajikan informasi yang akurat dan lengkap sehingga
dapat menjadi salah satu dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat. Tidak jarang
pula sebuah laporan keuangan membutuhkan informasi tambahan agar laporan
tersebut dapat memberikan informasi yang lebih bermanfaat. Menurut Bill Rees
(2002, hal 57) dalam bukunya yang berjudul Financial Analysis dikatakan bahwa
laporan keuangan secara umum terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas,
dan laporan tambahan lain termasuk mengenai perubahan harga.

Laporan keuangan secara umum disusun berdasarkan prinsip nilai histories (historical
cost). Dimana prinsip ini menggangap bahwa harga – harga yang terjadi akan tetap
stabil dan tidak mengadakan penyesuaian bila terjadi perubahan harga (inflasi).
Kelemahan dari prinsip nilai historis ini adalah tidak mencerminkan perubahan daya
beli pada masa inflasi. Sehingga laporan keuangan tersebut memberikan informasi
yang akurat dan tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya pada keadaan inflasi.

Perubahan tingkat harga (inflasi ) dapat mengakibatkan adanya perbedaan informasi


yang dihasilkan dengan nilai histories. Semakin besar tingkat inflasi maka semakin
besar pula perbedaaan antara laporan berdasarkan nilai historis dan berdasarkan
tingkat harga umum.

Dengan tingginya tingkat inflasi laporan keuangan yang disusun berdasarkan nilai
histories tentunya akan menghasilkan informasi yang kurang sesuai dengan keadaan
atau situasi yang ada. Inflasi dapat digunakan sebagai tambahan informasi pada
laporan keuangan dengan cara menyusun laporan keuangan tersebut berdasarkan
tingkat harga umum yang menunjukan nilai sesungguhnya dari barang atau jasa yang
dihasilkan yang dilihat secara keseluruhan.
Sampai sekarang masih ada ketidakpastian mengenai perlu atau tidaknya penggunaan
akuntansi tingkat harga umum. Hal ini terlihat dari beberapa aturan antara lain:

1. peraturan no. 33 yang dikeluarkan oleh Financial accounting standard board


(FASB), yang tidak mengharuskan beberapa perusahaan tertentu untuk
menyajikan informasi tambahan dengan mengunakan General Price Level
Accounting dan Current Cost Accounting.
2. peraturan no. 89 FASB yang menyatakan bahwa informasi tambahan dengan
General Price Level Accounting dan Current Cost Accounting sebaiknya
disajikan tetapi tidak diharuskan.
3. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia menyatakan bahwa
informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh perubahan
harga bersifat tidak mengikat.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, tulisan ini disajikan dalam rangka untuk
memberikan masukan atas penggunaan tingkat harga umum dalam laporan keuangan
sehingga laporan keuangan dan disajikan secara relevan dan mencerminkan keadaan
yang sebenernya, selain itu tulisan ini mengemukakan kedudukan Informasi tingkat
harga umum dalam laporan keuangan.

2. Pembahasan

2.1 Tinjauan Teori


2.2.1 Nilai Historis
Penggunaan nilai historis dalam akuntansi finansial, disebabkan antara lain :
a. Relevan dalam pembuatan keputusan ekonomi, bagi manajer dalam membuat
keputusan masa depan, diperlukan transaksi masa lalu.
b. Nilai Historis berdasarkan data objektif, yang dapat dipercaya, dapat diaudit,
dan lebih sulit untuk dimanipulasi bila dibandingkan dengan nilai lain
misalkan current cost ataupun replacement cost.
c. Memudahkan untuk melakukan perbandingan baik antara indrustri, maupun
antar waktu untuk suatu indrustri. (kery soejipto;2000;13-14).
Keunggulan pengunaan niali historis, juga diikuti kelemahan kelemahan antara lain
adalah:

a. Akuntansi hanya melaporkan kegiatan ekonomis masa lalu dan tidak


menggambarkan masa depan.
b. Laporan keuangan bersifat umum dan tidak dirancang untuk pihak – pihak
tertentu.
c. Tidak disajikan adanya perubahan daya beli unit moneter yang bersangkutan.

Khususnya mengatasi kelemahan ketiga, terutama dalam perekonomian yang


mengalami inflasi, laporan atas dasar nilai historis akan dapat menghilangkan
kepercayaan serta ketelitiannya. Untuk itu diperlukan adanya informasi tambahan.

Menurut FASB No.33 mengharuskan beberapa perusahaan tertentu untuk menyajikan


informasi tambahan dengan menggunakan General Price Level Accounting (GPLA)
dan Current cost Accounting (CCA). Kemudian dikeluarkan statement dari FASB
No. 89 yang menyatakan bahwa menyajikan informasi tambahan dengan GPLA dan
CCA sebaiknya disajikan tetapi tidak diharuskan (Kery Soejipto : 2000;2)

Diindonesia, berhubungan dengan inflasi, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah


memberi pedoman yang tercantum dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) bahwa informasi tambahan antara lain mengenai pengungkapan pengaruh
perubahan harga yang sifatnya juga tidak mengikat (Kery soejipto: 2000;4-5)

2.1.2 Perubahan tingkat Harga

Harga barang atau jasa selalu berubah – ubah dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan
oleh hukum permintaan dan hukum penawaran yang bekerja dilingkungan pasar yang
tidak terkendali, inflasi, perkembangan teknologi yang berhubungan dengan barang
dan jasa yang dihasilkan. (Kery soejipto: 2000;25).
Ada tiga jenis perubahan harga, yaitu :
a. Perubahan Harga Umum
Penambahan harga umum timbul karena adanya perubahan nilai unit moneter
selama masa inflasi atau deflasi. Pada keadaan ini semua harga akan bergerak
serempak dengan tingkat persentase yang sama, apabila tidak ada perubahan harga
– harga struktural atau relatif. Apabila harga bergerak pada tingkat yang berbeda
maka ukuran perubahan harga umum diperoleh dengan menghitung rata – rata
atau indeks harga untuk menyatakan tingkat harga umum yang membandingkan
dengan suatu priode dasar. Perubahan indeks harga relatif yang lebih tinggi bearti
harga naik, sebaliknya daya beli rupiah akan turun.

b. Perubahan Harga Khusus


Perubahan harga khusus mencerminkan harga masing – masing aktiva dan tidak
mencerminkan perubahan daya beli umum. Perubahan harga pasar dimasukan
mengakibatkan kenaikan atau penurunan biaya atau beban perusahaan, sedangkan
perubahan harga di pasar keluaran menyebabkan pergeseran pendapatan.
Penandingan yang lebih relevan akan diperoleh dengan melaporkan sebagai beban
harga dipasar masukan dari barang yang dipakai, pendapatan dengan harga
dipasar keluaran.

c. Perubahan harga relatif


Perubahan harga relatif menggambarkan sampai sejauh mana harga khusus
berubah terhadap indeks harga.

Jadi penyusunan berdasarkan nilai historis akan menghasilkan laporan yang kurang
sesuai dengan keadaan sekarang akibat adanya perubahan tingkat harga tersebut.
(Kery soejipto: 2000;22-23)

Ada 2 pendekatan untuk melihat pengaruh perubahan harga pada laporan keuangan:
a. Akuntansi Tingkat Harga Umum (General Price Accounting)
Akuntasi Tingkat Harga Umum menyatakan bahwa nilai sesungguhnya dari
rupiah ditentukan oleh barang atau jasa yang diperoleh, yang biasa disebut dengan
daya beli. Dalam masa inflasi (dimana tingkat harga secara umum naik) ataupun
deflasi (Tingkat harga secara umum turun), jumlah barang atau jasa yang dapat
diperoleh berubah dengan nilai uang nominal yang konstan, yang bearti bahwa
daya beli rupiah berubah. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan
penyajian kembali komponen – komponen laporan keuangan ke dalam rupiah
pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip –
prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilai histories.

Penyesuaian atas besaran keuangan untuk inflasi guna mencerminkan nilai harga
umum atau tingkat harga umum dan pengunaan nilai yang telah disesuaikan
tersebut dalam akuntansi. Perubahan tingkat harga umum dapat dihitung atau
diukur dengan indeks harga konsumen, yaitu suatu indeks yang menyajikan
perubahan priodik dalam biaya kelompok barang – barang terpilih yang dibeli
konsumen digunakan sebagai ukuran inflasi.

Penyusunan dari nilai histories diubah menjadi tingkat harga umum dapat
dilakukan dengan mengkonversikan niali histories dengan factor konversi menjadi
tingkat harga umum. Dalam penyusunan berdasarkan tingkat harga umum ini
perlu memperhatikan unit moneter dan unit non moneter. Unit moneter adalah
unsur – unsur moneter yang tidak dipengaruhi perubahan harga yang terjadi.

b. Akuntansi Biaya berjalan (current Cost Accounting)


Penyesuaian atas besaran keuangan histories untuk inflasi. Guna mencerminkan
nilai saat ini dan menggunakan nilai yang disesuaikan tersebut dalam akuntansi.
Dalam akuntansi biaya berjalan juga perlu memperhatikan unit moneter dan unit
nonmoneter. Unit moneter tidak perlu disesuaikan karena tidak mengalami
perubahan dari priode ke priode berikutnya. Sedangkan unit nonmoneter perlu
penyesuaian pada akhir priode karena Current cost dari unit nonmoneter
mengalami perubahan dari waktu ke waktu atau priode ke priode. (Susanto, Iven
dan Putri, Ivonne Moniaga F;2002;21)

2.2 Analisis
2.2.1 Pengaruh Pengunaan akuntansi tingkat harga umum terhadap relevansi
laporan keuangan.

Laporan keuangan memberikan sejumlah informasi keuangan yang dibutuhkan baik


pihak internal maupun eksternal perusahaan. Informasi tersebut berkaitan dengan
prestasi perusahaan dimasa lampau dan dapat memberikan petunjuk untuk penetapan
kebijaksanaan perusahaan dimasa yang akan datang. Data yang diperoleh dari laporan
keuangan yaitu Neraca, Laba rugi, Laporan Arus Kas, maupun Perubahan ekuitas
diolah untuk mendapatkan informasi yang lebih baik. Rasio keuangan dapat
mencerminkan kondisi perusahaan secara keseluruhan. Laporan keuangan harus
mampu memberikan informasi yang realistis yang dapat menggambarkan kondisi
keuangan yang sesungguhnya.

Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan nilai histories yaitu


menggunakan harga pada saat transaksi dan berasumsi bahwa harga – harga stabil.
Penyusunan laporan keuangan berdasarkan nilai histories ini tidak akan
mencerminkan adanya perubahan daya beli sehingga laporan keuangan kurang
mampu mencerminkan keadaan yang sebenarnya jika terjadi perubahan. Hal ini akan
menyebabkan laporan keuangan kehilangan keakuratan maupun ketelitiannya.
Laporan keuangan tersebut kurang sesuai jika digunakan sebagai dasar pegambilan
keputusan sehingga pihak eksten maupun pihak intern perusahaan dapat kehilangan
kepercayaan terhadap laporan keuangan. Terjadinya inflasi yang cukup tinggi akan
menyebabkan semakin tinggi ketidakakuratan laporan keuangan yang dihasilkan.
Agar dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya atau paling tidak mendekati
keadaan yang sebenarnya, laporan keuangan dapat disusun dengan menggunakan
tingkat harga umum. Semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin besar perbedaan
yang dihasilkan antara laporan keuangan yang disusun berdasarkan nilai historis
dengan laporan keuangan yang disusun berdasarkan tingkat harga umum. Jika inflasi
dan perubahan harga yang terjadi tidak terlalu tinggi maka perbedaan tersebut tidak
terlalu besar atau bahkan tidak terjadi.

Pengaruh perubahan harga terhadap laporan keuangan dapat dilihat dengan


menyajikan kembali laporan keuangan tersebut dengan akuntansi tingkat harga
umum. Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap neraca, laba rugi, dan laba
ditahan dalam kurun waktu 3 tahun pada suatu perusahaan, penggunaan tingkat harga
umum hanya berpengaruh pada laporan rugi laba dan laba rugi yang ditahan yang
tercermin dari rasio keuangan. Oleh karena itu penyusunan laporan keuangan dengan
menggunakan tingkat harga umum dirasa kurang perlu bila mana terjadi perubahan
harga.
Akuntansi tingkat harga umum mampu menyatakan nilai sesungguhnya dari rupiah
yang biasa disebut dengan daya beli. Jika terjadi perubahan harga baik inflasi maupun
deflasi maka jumlah barang atau jasa yang diterima dengan nilai uang yang sama akan
berubah hal ini bearti ada perubahan daya beli. Penyajian laporan keuangan dengan
tingkat harga umum dilakukan dengan menyajikan komponen laporan keuangan
ketingkat daya beli sekarang dengan mengkonversikan nilai historis dengan faktor
konversi yaitu indeks harga sekarang dibagi indeks harga tahun dasar. Dan indeks
harga yang digunakan adalah indeks harga konsumen. Dengan mengunakan akuntansi
tingkat harga umum maka laporan keuangan akan lebih mencerminkan keadaan yang
sebenarnya pada masa inflasi maupun deflasi. Dengan demikian informasi yang
dihasilkan akan lebih mencerminkan kondisi yang sebenarnya.

2.2.2 Kedudukan Masing – Masing Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan (financial reporting)


yang bertujuan menyajikan informasi yang bermanfaat bagi pihak – pihak yang
berkepentingan beberapa informasi tertentu yang relevan akan lebih efektif
disampaikan
Melalui media yang lain diluar laporan keuangan yang utama. Laporan keuangan
bukan satu – satunya alat untuk menyampaikan informasi, meskipun laporan
keuangan merupakan alat utama dan pusat perhatian pelaporan keuangan.

Masalah inflasi dalam kaltannya dengan pelaporan keuangan membawa konsekuensi


tersendiri dalam penyajian laporan keuangan. Di satu pihak, ada yang menghendaki
agar laporan keuangan tingkat harga umum menggantikan kedudukan laporan
keuangan konvensional. sedang dipihak lain, menghendaki agar laporan keuangan
tingkat harga umum disajikan sebagai laporan pelengkap.

Masalah inflasi sebenamya bukan terletak pada masalah apakah laporan tersebut lebih
baik dan harus menggantikan kedudukan laporan keuangan konvensional sebagai
laporan keuangan dasar.Masalah yang sebenarnya adalah apakah laporan keuangan
tersebut masuk dalam cakupan pelaporan keuangan. Hal ini disebabkan tujuan dari
pelaporan keuangan adalah:
1. Laporan keuangan dan penjelasannya (laporan keuangan dasar)
2. Informasi tambahan. seperti laporan keuangan perubahan harga, analisis
laporan, dan lain-lain.
3. Media pelaporan lain, seperti hasil diskusi dan analisis manajemen, laporan
tahunan kepada pemegang saham. dan lain-lain.
4. Informasi lain, seperti statistik ekonomi, laporan analis, dan lain - lain.

Suatu intormasi (pos) dapat dimasukkan ke dalam laporan keuangan dasar apabila
memenuhi kriteria tertentu. Menurut FASB, ada empat kriteria yang dapat
dipergunakan untuk mengakui suatu intormasi agar dapat masuk dalam laporan
keuangan dasar, yaitu:

1. Definisi
Artinya pos-pos yang ada harus memenuhi definisi elemen laporan keuangan.
2. Dapat diukur (measurability)
Suatu informasi (pos) harus memiliki ukuran yang relevan dengan reliabilitas
yang tinggi.
3. Relevansi
Informasi yang terdapat pada suatu pos, memiliki kemampuan untuk membuat
suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan.
4. Reliabilitas
Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang gambarkan, dapat
diuji kebenamnya dan netral.

Atas dasar ke empat kriteria tersebut di atas, jelas bahwa pada masa inflasi, laporan
keuangan konvensional masih relevan dan tetap berkedudukan sebagai laporan
keuangan dasar, meskipun laporan tersebut memiliki Salah satu usaha untuk
meningkatkan manfaat dan kualltas laporan tersebut adalah dengan menyajikan
laporan keuangan tingkat harga umum. Laporan Ini dimaksudkan untuk menuniukkan
pengaruh perubahan daya beli (inflasi) terhadap pos-pos yang disajikan dalam laporan
keuangan. Usaha tersebut bukan berarti menggantikan kedudukan laporan keuangan
konvensional sebagai laporan keuangan dasar.

Keterbatasan yang dimiliki laporan keuangan konvensional dapat diatasi pada tahap
penyajian laporan keuangan, clan bukan pada tahap pemprosesan data. laporan
keuangan yang dihasilkan akuntansi tingkat harga umum masih didasarkan pada data
harga pokok historis. Dengan demikian kelemahan-kelernahan yang terdapat pada
laporan keuangan konvensional tidak seluruhnya dapat dihilangkon. Salah satu contoh
adalah angka yang dihasilkan akuntansi tingkat harga umum tidak menggarnbatkan
nilai pos moneter yang sebenarnya pada tanggal neraca.

Atas dasar kenyataan ini, jelas bahwa menggantikan kedudukan laporan keuangan
konvensional dengan laporan keuangan tingkat harga umum merupakan tindakan
yang tidak monguntungkan. Hal ini bearti laporan keuangan tingkat harga umum tidak
dapat menggantikan kedudukan laporan keuangan konvensional. Laporan keuangan
tingkat harga umum hanya melengkapi laporan keuangan konvensional pada saat
laporan tersebut disajikan poda pihak-pihak yang berkepentingan.

Perlakuan terhadap kedudukan masing-masing laporan keuangan tersebut sesuai


dengan beberapa saran yang diajukan berbagai pihak. FASB dalam FASB No. 33
menyatakan:
model akuntansi perubahan harga dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
reliabilitas pelaporan keuangan atas pengaruh inflasi. Perusahaan menyajikan
infor masi t er s eb ut s eb ag ai l ap ora n t a mb ah an ata s la po ra n tahu na n yan g
dipublikasikan.

Selanjutnya dalam SSAP No. 7 disebutkan:


...Tujuannya adalah menunjukkan pengaruh inflasi terhadap pos-pos yang disajikan
laporan keuangan konvensional. Laporan tersebut bukan dimaksudkan untuk
menggantikan laporan keuangan konvensional, tetapi mengubah pos-pos laporan
keuangan konvensional menjadi pos-pos yang memiliki daya bell yang sama.
Infomasi tersebut disajikan sobagai pelengkap laporan keuangan utama yang disusun
atas dasar harga pokok historis.

Bill rees dalam tulisannya mengusulkan;

... informasl tingkat harga umum dapat disajikan sebagai tambahan pada laporan
keuangan harga pokok historis. Laporan keuangan tingkat harga umum tidak harus
disajikan sebagai laporan keuangan dasar. (Bill Rees,2002)
Dengan demikian, jelaslah bahwa informasi yang berhubungan dengan perubahan
harga dilaporkan bersamaan dengan laporan keuangan konvensional dalam bentuk
laporan keuangan pelengkap/tambahan. Informasi pelengkap tersebut akan menambah
Keuangan relevansi informasi akuntansi, sementara kualitas objektif dan daya uji
masih tetap terjaga dalam laporan keuangan dasar.

Kesimpulan

Pada masa inflasi laporan keuangan tetap relevan untuk disajikan meskipun manfaat
dan kualitas berkurang. Penurunan manfaat dan kualitas laporan keuangan dapat
diatasi dengan menyajikan informasi tambahan berupa laporan keuangan tingkat
harga umum. Adanya informasi tambahan tersebut akan membuat laporan keuangan
menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan pihak-pihak
yang berkepentingan.
Upaya untuk menyajikan informasi tambahan bukan berarti menggantikan kedudukan
laporan keuangan konvensional. Laporan keuangan tingkat harga umum hanya
disajikan sebagai pelengkap laporan keuangan konvensional, bukan menggantikan
laporan keuangan tersebut sebagai laporan keuangan utama.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan , Salemba Empat,


Jakarta,2004

Muhammad, Omar. Relevansi Penyajian Laporan Keuangan, Tingkat Harga Umum


VS Historical Cost, http://www.scribd.com/doc/24841109/Relevasi-Laporan-
Keuangan-historical-cost-vs-tingkat-harga-umum, 2004

Rees, Bill. Financial Analysis, http://www.docstoc.com/docs/460/Finansialanalysis,


2002

Soetjipto, Kery. Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap


Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laba Ditahan, Dan Rasio Keuangan,
http://dewey.petra.ac.id/jiunkpe_dg_4516.html, 2000

Susanto, Iven dan Putri, Ivonne Moniaga F. ,Analisa Pengaruh Akuntansi


Tingkat Harga Umum Terhadap Laporan Keuangan Dan Rasio
Keuangan, http://puslit.petra.ac.id/journals/accounting/ 2002.

You might also like