Professional Documents
Culture Documents
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS ANDALAS 2009
FARMASI KLINIS DAN FARMASI KOMUNITAS
Tujuan :
I. PENDAHULUAN
Kalau Apoteker boleh berkomunikasi dengan pasien, apakah akan membingungkan pasien dan
dapat menganggu hubungan pasien dengan dokter yang merawatnya. Selama ini tidak banyak
masalah-masalah mengenai obat yang dijumpai di bangsal dan cukup diselesaikan oleh perawat
dan nasehat dokter. Kehadiran Apoteker akan menambah biaya pengeluaran bagi Rumah Sakit
yang selama ini sudah dirasakan berat oleh pasien dan rumah sakit. Apoteker tidak memiliki
pengalaman klinis, keadaan ini akan menyulitkan komunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
Apakah yang akan dilakukan oleh Apoteker apabila menjumpai pengobatan yang dianggap tidak
rasional? Inilah beberapa komentar yang sering didengar di antara perawat dan dokter ketika
pengenalan program pelayanan farmasi klinis disosialisasikan di rumah sakit. Begitu asing dan
penuh pertanyaan bagi tenaga kesehatan lainnya di rumah sakit yang selama ini hanya sebatas
layanan farmasi produk (perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian).
II. PEMBAHASAN
1.FARMASI KOMUNITAS
Saat ini, pelayanan yang paling utama dari peran apoteker adalah
informasi tentang obat yang sering kali diperlukan dan dibutuhkan
oleh pasien.
a. “menasehati” pasien
b. mengarahkan pasien
Misalnya, apakah obat yang dipilih pasien itu cocok/sesuai? Atau pasien
sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter tentang penyakit dan obat yang
sesuai dsb.
Pharmaceutical Care Concept dapat diadopsi secara baik, dengan tujuan utama
pada :
Pada pihak lain diketahui bahwa masyarakat memiliki hak atas pelayanan
kesehatan yang dijamin berdasarkan Undang-undang Dasar dan peraturan
perundang-undangan yang menjabarkannya. Hak dasar manusia dalam
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam bidang kefarmasian
sudah barang tentu bukan hanya dari aspek keberadaannya saja tetapi
juga menyangkut mutu pelayanan itu sendiri. Implementasi hak dasar
manusia itu jika terdapat permasalahan, akan mendapat kesulitan untuk
mengkajinya, bila perangkat hukum yang mendukungnya belum memadai.
Hukum dalam kaitan ini dipandang sebagai norma dan permasalahan dibatasi pada
tema sentral yaitu pelayanan kefarmasian. Untuk itu akan dilihat dari 3 ( tiga )
kelompok sesuai dengan 3 ( tiga ) lapisan hukum yaitu dogmatik hukum, teori
hukum dan filsafat hukum. Pada lapisan dogmatik akan dikaji Pharmaceutical Care
Concept dari segi hukum sedangkan pada lapisan teori akan dilihat berbagai gejala
hukum dalam pelayanan kefarmasian. Selanjutnya pada lapisan filsafat hukum akan
dikaji prinsip-prinsip atau azas-azas hukum dalam hubungannya dengan pelayanan
kefarmasian.Untuk memecahkan dan menjawab permasalahan diatas, maka
digunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan konseptual ( conceptual
approach ), pendekatan statuta ( statute approach ), pendekatan historis ( historical
approach ), pendekatan dogamatik ( dogmatic approach ) dan pendekatan
komparatif ( comparative approach ).Bertolak dari permasalahan dan metode kajian
yang digunakan seperti apa yang dikemukakan diatas, maka setelah bagian
pendahuluan akan diketengahkan Pharmaceutical Care Concept dan hukum, aspek
hukum penyelenggaraan pelayanan kefarmasian, pembaharuan hukum dalam
pelayanan kefarmasian , kesimpulan serta saran. * Sebagai contoh council dari The
Royal Pharmaceutical Society of Great Britain yang menjalankan registrasi farmasis
( apoteker ) yang akan menjalankan praktek kefarmasian. ;
Pada tahun 1989 , Hepler dan Linda Strand menyatakan bahwa misi dari farmasi
adalah untuk menyelenggarakan konsep pharmaceutical care.
Mengimplementasikannya dalam praktek tentu memerlukan upaya untuk
mengkonversikannya. Yang utama dan pertama dalam konsep pharmaceutical care
adalah upaya untuk memperluas dimensi praktek kefarmasian yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas kehidupan pasien. Dalam upaya melakukan konversi
konsep ke praktikal banyak penulis yang menyatakan bahwa secara filosofis,
farmasis (apoteker ) menerima tanggung jawab untuk menyelenggarakan praktik
dimana pasien dan tenaga kesehatan lainnya secara bersama-sama untuk
menjamin kualitas kehidupan pasien pada hasil yang lebih baik.Dalam memberikan
perlindungan terhadap pasien dapat diidentifikasi bahwa fungsi dari pharmaceutical
care adalah :
2.Farmasi Klinis
Pemantauan obat merupakan salah satu tugas layanan farmasi klinis dan
berhubungan dengan masalah berkaitan obat (DRP) serta dapat
dikategorikan sebagai berikut :
• Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya
• Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat
• Dosis obat subterapetik
• Pasien gagal menerima obat
• Dosis obat terlalu tinggi
• Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki
• Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat
• Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya
2. Meminimalkan Biaya
• Untuk rumah sakit dan pasien (apakah obat yang dipilih paling efektif
dalam hal biaya dan rasional)
• Apakah terjangkau oleh kemampuan pasien atau rumah sakit
• Jika tidak, alternatif jenis obat apa yang memberikan kemanfaatan dan
keamanan yang sama
Evaluasi
“Clinical Pharmacy is not new fashion but a necessity”, bahwa Farmasi klinis
bukan suatu metode baru melainkan suatu kebutuhan karena :
• Oleh sebab itu, mereka lebih senang tetap berada di Instalasi Farmasi.
Peranan baru ini tidak didukung , malahan ditentang oleh orang di
dalam maupun diluar profesi farmasi sendiri.
Tiada ada jalan pintas untuk mencapai layanan farmasi klinis dan farmasi komunitas yang baik.
Di USA dan inggris memerlukan waktu 20-30 tahun untuk menyempurnakan layanan farmasi
klinis dan farmasi komunitas. Seorang farmasis klinis dan komunitas yang penuh aspirasi harus
bekerja keras dan semuanya didedikasikan untuk kesejahteraan pasien. Minimal 2-3 tahun
diperlukan waktu untuk membangun / merintis layanan farmasi klinis dan komunitas di
Indonesia dengan berpedoman pengalaman farmasis di negara maju. Apoteker harus bersikap
ramah, terbuka dan dapat bekerja sama secara harmonis dengan sejawat medis dan perawat.
Kerjasama dengan dokter, perawat dan pihak manajemen rumah sakit tetap merupakan
persyaratan dasar dan utama untuk mencapai pelayanan tinggi untuk setiap pasien. Setiap hari
adalah pengalaman belajar dan ketika apoteker berhenti belajar maka berhenti menjadi
professional.