Professional Documents
Culture Documents
• Halaman Depan
• Wijaya Kusumah
Model-Model Pembelajaran
April 22, 2008 · & Komentar
Metode debat merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting
untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun
menjadi paket pro dan kontra. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan setiap
kelompok terdiri dari empat orang. Di dalam kelompoknya, siswa (dua orang
mengambil posisi pro dan dua orang lainnya dalam posisi kontra) melakukan
perdebatan tentang topik yang ditugaskan. Laporan masing-masing kelompok yang
menyangkut kedua posisi pro dan kontra diberikan kepada guru.
Selanjutnya guru dapat mengevaluasi setiap siswa tentang penguasaan materi yang
meliputi kedua posisi tersebut dan mengevaluasi seberapa efektif siswa terlibat
dalam prosedur debat.
Pada dasarnya, agar semua model berhasil seperti yang diharapkan pembelajaran
kooperatif, setiap model harus melibatkan materi ajar yang memungkinkan siswa
saling membantu dan mendukung ketika mereka belajar materi dan bekerja saling
tergantung (interdependen) untuk menyelesaikan tugas. Ketrampilan sosial yang
dibutuhkan dalam usaha berkolaborasi harus dipandang penting dalam keberhasilan
menyelesaikan tugas kelompok. Ketrampilan ini dapat diajarkan kepada siswa dan
peran siswa dapat ditentukan untuk memfasilitasi proses kelompok. Peran tersebut
mungkin bermacam-macam menurut tugas, misalnya, peran pencatat (recorder),
pembuat kesimpulan (summarizer), pengatur materi (material manager), atau
fasilitator dan peran guru bisa sebagai pemonitor proses belajar.
1. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal
terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan
mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep
tersebut.
2. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode
pembelajaran yang lain.
Langkah-langkah:
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang
dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
4. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan
temannya.
5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Kelebihan:
Kekurangan:
1. Untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai.
2. Membutuhkan banyak waktu dan dana.
3. Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini
Cooperative Script
Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan
secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
Kekurangan:
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan / memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan
materi.
4. Guru menunjuk / memanggil siswa secara bergantian memasang / mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
5. Guru menanyakan alas an / dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan / urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep / materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan / rangkuman.
Kebaikan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat
nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain.
6. Kesimpulan.
Kelebihan:
Kelemahan:
a. Seleksi topik
Parasiswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang
biasanya digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa selanjutnya
diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task
oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Komposisi kelompok
heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.
b. Merencanakan kerjasama
Parasiswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih
dari langkah a) di atas.
c. Implementasi
Parasiswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b).
Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan ketrampilan dengan variasi
yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik
yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus
mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
f. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap
pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa
secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Metode Jigsaw
Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi
komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam
kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap
anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik yang
ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang
bertanggungjawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang
terdiri dari yang terdiri dari dua atau tiga orang.
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang
dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan
dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa
bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game
akan menentukan skor kelompok.
2. Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game.
3. Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini
yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4. Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru
melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja.
Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga
siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada
meja II dan seterusnya.
Kelebihan:
1. Seluruh siswa menjadi lebih siap.
2. Melatih kerjasama dengan baik.
Kekurangan:
1. Anggota kelompok semua mengalami kesulitan.
2. Membedakan siswa.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.
a. Perencanaan.
b. Praktek mengajar.
c. Observasi.
3. Guru yang telah membuat rencana pembelajaran pada (2) kemudian mengajar di
kelas sesungguhnya. Berarti tahap praktek mengajar terlaksana.
5. Semua guru dalam kelompok termasuk guru yang telah mengajar kemudian
bersama-sama mendiskusikan pengamatan mereka terhadap pembelajaran yang
telah berlangsung. Tahap ini merupakan tahap refleksi. Dalam tahap ini juga
didiskusikan langkah-langkah perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
- Dapat diterapkan di setiap bidang mulai seni, bahasa, sampai matematika dan
olahraga dan pada setiap tingkatan kelas.
http://gurupkn.wordpress.com/category/pembelajaran/model-model/page/3/
Model ini sudah dicobakan di dua sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD negeri di
Kota Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi
Banyu Asin (percobaan kedua). Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa
model pembelajaran ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi
berprestasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan tersebut model
pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar melaksanakan
kegiatan pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil
belajar siswa.
Kata kunci: motivasi berprestasi, hasil belajar siswa, ARIAS, kegiatan pembelajaran
1. Pendahuluan
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar
siswa. Suatu tes terhadap sejumlah siswa SD dari berbagai kabupaten dan propinsi
menunjukkan hasil belajar siswa sangat rendah (Lastri 1993:12). Nilai Ebtanas siswa
SD dalam kurun waktu lima tahun terakhir (1993/1994 sampai dengan 1997/1998)
menunjukkan hasil belajar yang kurang menggembirakan (Depdikbud, 1998).
Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk
faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi
berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal
adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model
pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi dan
kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran adalah kualitas kegiatan pembelajaran
yang dilakukan dan ini menyangkut model pembelajaran yang digunakan.
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan
baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu
terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada model pembelajaran tertentu
sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah
mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik,
bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan
motivasi berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan
memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar dikembangkanlah suatu model
pembelajaran yang disebut dengan model pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui
bagaimana pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan
hasil belajar siswa, telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang
berbeda. Hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa model pembelajaran
ARIAS memberi pengaruh yang positif terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar
siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan oleh para
guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai
suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar
siswa. Tujuan percobaan lapangan ini untuk mengetahui apakah ada pengaruh model
pembelajaran ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model ARCS
(Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction), dikembangkan oleh Keller dan Kopp
(1987: 2-9) sebagai jawaban pertanyaan bagaimana merancang pembelajaran yang
dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dan hasil belajar. Model pembelajaran ini
dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang
mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicapai dan
harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen
tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen
model pembelajaran itu adalah attention, relevance, confidence dan satisfaction
dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp, 1987: 289-319).
Model pembelajaran ini menarik karena dikembangkan atas dasar teori-teori belajar
dan pengalaman nyata para instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun demikian, pada
model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (assessment), padahal evaluasi
merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.
Evaluasi yang dilaksanakan tidak hanya pada akhir kegiatan pembelajaran tetapi
perlu dilaksanakan selama proses kegiatan berlangsung. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengetahui sampai sejauh mana kemajuan yang dicapai atau hasil belajar yang
diperoleh siswa (DeCecco, 1968: 610). Evaluasi yang dilaksanakan selama proses
pembelajaran menurut Saunders et al. seperti yang dikutip Beard dan Senior (1980:
72) dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya evaluasi, maka
model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi pada
model pembelajaran tersebut.
Seperti yang telah dikemukakan model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima
komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang
disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu
kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-
masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkitkan
dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
- Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada
siswa gambaran diri positif terhadap diri sendiri. Menghadirkan seseorang yang
terkenal dalam suatu bidang sebagai pembicara, memperlihatkan video tapes atau
potret seseorang yang telah berhasil (sebagai model), misalnya merupakan salah
satu cara menanamkan gambaran positif terhadap diri sendiri dan kepada siswa.
Menurut Martin dan Briggs (1986: 427-433) penggunaan model seseorang yang
berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu mendapat dukungan luas
dari para ahli. Menggunakan seseorang sebagai model untuk menanamkan sikap
percaya diri menurut Bandura seperti dikutip Gagne dan Briggs (1979: 88) sudah
dilakukan secara luas di sekolah-sekolah.
- Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan/sesuai dengan
kemampuan siswa (misalnya memberi tugas kepada siswa dimulai dari yang mudah
berangsur sampai ke tugas yang sukar). Menyajikan materi secara bertahap sesuai
dengan urutan dan tingkat kesukarannya menurut Keller dan Dodge seperti dikutip
Reigeluth dan Curtis dalam Gagne (1987: 175-202) merupakan salah satu usaha
menanamkan rasa percaya diri pada siswa.
- Memberi kesempatan kepada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan
melatih suatu keterampilan.
Dalam kegiatan pembelajaran, para guru perlu memperhatikan unsur relevansi ini.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan relevansi dalam
pembelajaran adalah:
- Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai. Tujuan yang jelas akan
memberikan harapan yang jelas (konkrit) pada siswa dan mendorong mereka untuk
mencapai tujuan tersebut (DeCecco,1968: 162). Hal ini akan mempengaruhi hasil
belajar mereka.
- Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk masa sekarang
dan/atau untuk berbagai aktivitas di masa mendatang.
Penggunaan model pembelajaran ARIAS perlu dilakukan sejak awal, sebelum guru
melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran ini digunakan sejak
guru atau perancang merancang kegiatan pembelajaran dalam bentuk satuan
pelajaran misalnya. Satuan pelajaran sebagai pegangan (pedoman) guru kelas dan
satuan pelajaran sebagai bahan/materi bagi siswa. Satuan pelajaran sebagai
pegangan bagi guru disusun sedemikian rupa, sehingga satuan pelajaran tersebut
sudah mengandung komponen-komponen ARIAS. Artinya, dalam satuan pelajaran itu
sudah tergambarkan usaha/kegiatan yang akan dilakukan untuk menanamkan rasa
percaya diri pada siswa, mengadakan kegiatan yang relevan, membangkitkan
minat/perhatian siswa, melakukan evaluasi dan menumbuhkan rasa dihargai/bangga
pada siswa. Guru atau pengembang sudah merancang urutan semua kegiatan yang
akan dilakukan, strategi atau metode pembelajaran yang akan digunakan, media
pembelajaran apa yang akan dipakai, perlengkapan apa yang dibutuhkan, dan
bagaimana cara penilaian akan dilaksanakan. Meskipun demikian pelaksanaan
kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi, kondisi dan lingkungan siswa.
Demikian juga halnya dengan satuan pelajaran sebagai bahan/materi untuk siswa.
Bahan/materi tersebut harus disusun berdasarkan model pembelajaran ARIAS.
Bahasa, kosa kata, kalimat, gambar atau ilustrasi, pada bahan/materi dapat
menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa, bahwa mereka mampu, dan apa yang
dipelajari ada relevansi dengan kehidupan mereka. Bentuk, susunan dan isi
bahan/materi dapat membangkitkan minat/perhatian siswa, memberi kesempatan
kepada siswa untuk mengadakan evaluasi diri dan siswa merasa dihargai yang dapat
menimbulkan rasa bangga pada mereka. Guru dan/atau pengembang agar
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti, kata-kata yang jelas
dan kalimat yang sederhana tidak berbelit-belit sehingga maksudnya dapat dengan
mudah ditangkap dan dicerna siswa. Bahan/materi agar dilengkapi dengan gambar
yang jelas dan menarik dalam jumlah yang cukup. Gambar dapat menimbulkan
berbagai macam khayalan/fantasi dan dapat membantu siswa lebih mudah
memahami bahan/materi yang sedang dipelajari.
Model pembelajaran ARIAS telah dicobakan pada sejumlah siswa di dua sekolah yang
berbeda. Pertama model ini dicobakan kepada sejumlah siswa kelas V dari sebuah
sekolah dasar (SD) Negeri di Kota Palembang selama satu caturwulan yaitu catur
wulan III tahun ajaran 1995/1996. Sekolah ini diambil sebagai sampel secara acak
sederhana dari sejumlah SD negeri setara di Kota Palembang yang memiliki kelas V
paralel. Dari keseluruhan siswa SD ini diambil 60 orang siswa kelas V sebagai sampel
yang dikelompokkan ke dalam empat kelompok, di mana masing-masing kelompok
berjumlah 15 orang siswa. Sampel siswa ini juga diambil secara acak sederhana.
Percobaan menggunakan metode eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2.
Untuk memperoleh data yang diperlukan digunakan instrumen tes hasil belajar dan
kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh dianalisis
dengan ANAVA—2 jalur dengan uji F pada taraf signifikansi a = 0,05.
Apakah motivasi berprestasi dan hasil belajar siswa yang mengikuti model
pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model
pembelajaran non-ARIAS. Untuk itu baik pada percobaan pertama maupun pada
percobaan kedua, siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kontrol dan eksperimen.
Kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen dilaksanakan berdasarkan model
pembelajaran ARIAS. Satuan pelajaran yang disusun berdasarkan model
pembelajaran ARIAS disusun/dikembangkan oleh penulis. Pada kelompok kontrol
kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan model pembelajaran non-ARIAS,
dengan satuan pelajaran disusun oleh guru kelas bersangkutan. Pada kedua
percobaan ini dilakukan pengontrolan validitas internal dan eksternal. Pengontrolan
validitas internal adalah:
(1) Menyetarakan setiap kelompok pada awal percobaan dengan menganalisis skor
tes awal setiap kelompok untuk menghindari efek pemilihan subjek yang berbeda;
(2) Menggunakan instrumen yang sama untuk tes akhir dan tes awal guna
menghindari efek perbedaan instrumen pengukur;
(3) Mengusahakan agar tidak ada subjek yang mengundurkan diri selama penelitian
berlangsung untuk menghindari efek kehilangan subjek dalam percobaan;
(4) Memberikan perlakuan yang relatif singkat, untuk menghindari efek pematangan
dan efek tes awal. Pengontrolan validitas eksternal adalah:
2. Suasana belajar, situasi kelas, dan kondisi setiap kelompok semua sama seperti
hari-hari belajar biasa, kecuali penggunaan model pembelajaran ARIAS pada
kelompok eksperimen, untuk menghindari efek lingkungan yang dapat menyebabkan
reaksi yang berlebihan dari siswa;
3. Selama percobaan siswa tidak diberitahu bahwa sedang ada penelitian untuk
menghindari efek Howthorne dan John Henry.
Hasil ANAVA menunjukkan bahwa pada percobaan pertama Fo=10,74 jauh lebih
besar dari Ft=4,02 pada taraf signifikansi a = 0,05, dan perbedaan rerata skor antara
kedua kelompok XA=78,80 > Xn-A=75,93 (Sopah, 1999: 120 – 121). Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran ARIAS
lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti model pembelajaran non-ARIAS. Pada
percobaan kedua Fo=8,44 lebih besar dari Ft=3,96 pada taraf signifikansi a = 0,05,
dan perbedaan rerata skor antara kedua kelompok adalah XA=18,55 > Xn-A=15,98
(Sopah,1998: 99-100). Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi berprestasi siswa yang
mengikuti model pembelajaran ARIAS lebih tinggi daripada mereka yang mengikuti
model pembelajaran non-ARIAS.
4. Penutup
Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha
meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan
ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu:
Dari hasil kedua percobaan lapangan tersebut dapat dikatakan bahwa model
pembelajaran dapat digunakan oleh guru sebagai suatu alternatif dalam usaha
meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar. Meskipun percobaan lapangan
ini menunjukkan hasil positif namun kedua percobaan ini memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu:
- Percobaan ini dilakukan dengan mengambil sampel salah satu SD negeri di Kota
Palembang (percobaan pertama) dan satu SD negeri di Sekayu, Kabupaten Musi
Banyu Asin (percobaan kedua). Walaupun sampel ini diambil secara acak, namun
jumlahnya sangat terbatas, sehingga hasilnya belum tentu dapat digeneralisasikan
ke wilayah yang lebih luas. Untuk itu, perlu penelitian sejenis lainnya dengan sebaran
dan wilayah sampel yang lebih luas. Dengan dukungan hasil penelitian sejenis ini
maka diharapkan dapat merupakan bahan pertimbangan penggunaan model
pembelajaran ARIAS di Sekolah Dasar.
- Waktu yang digunakan untuk percobaan ini juga terbatas. Percobaan hanya
berlangsung selama satu catur wulan. Karena waktunya terbatas, maka bahan atau
materi yang diberikan juga terbatas, belum begitu banyak. Meskipun dalam
percobaan ini telah dilakukan pengendalian secara cermat, namun karena
terbatasnya waktu dan bahan yang diberikan kemungkinan adanya pengaruh
variabel lain yang tidak terkendali dapat terjadi. Untuk itu, perlu adanya penelitian
lanjutan yang waktunya lebih lama, bahan/materi yang diberikan lebih banyak,
sehingga dapat lebih mencerminkan bahwa model pembelajaran ARIAS dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa atau tidak.
- Bidang studi yang digunakan terbatas pada satu bidang studi bahkan satu
subbidang studi. Hasil baik yang diperoleh dalam subbidang studi ini belum tentu
memberikan hasil yang sama pada bidang studi lain. Karena itu juga perlu adanya
penelitian sejenis lainnya pada berbagai bidang studi, sehingga dapat mencerminkan
besarnya pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa.
- Dalam percobaan ini satuan pelajaran yang disusun menurut model pembelajaran
ARIAS, baik untuk pegangan guru maupun sebagai bahan/materi bagi murid disusun
oleh penulis. Satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS ini dicobakan dan
ternyata hasilnya baik. Hasil baik ini mungkin perlu didukung oleh penelitian sejenis
lainnya di mana satuan pelajaran menurut model pembelajaran ARIAS disusun oleh
guru bersangkutan. Dengan demikian akan terlihat apakah memang satuan pelajaran
menurut model pembelajaran ARIAS yang disusun oleh guru dengan berbagai macam
keterbatasannya juga akan mencapai hasil yang lebih baik.
Pustaka Acuan :
Beard, Ruth M. dan Senior, Isabel J. 1980. Motivating students. London: Routledge
and Kegan Paul Ltd.
Bloom, Benjamin S.1982. Human characteristics and school learning. New York:
McGraw-Hill Book Company.
Bohlin, Roy M. 1987. Motivation in instructional design: Comparison of an American
and a Soviet model, Journal of Instructional Development vol. 10 (2), 11-14.
Callahan, Sterling G. 1966. Successful teaching in secondary schools. Chicago: Scott,
Foreman and Company.
Davies, Ivor K. 1981. Instructional technique. New York: McGraw Hill Book Company.
DeCecco, John P. 1968. The psychology of learning and instructions: Educational
psychology. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Laporan EBTANAS SD. Palembang:
Depdikbud Kodya Palembang.
Dick, Walter dan Reiser, Robert A. 1989. Planning effective instruction. Boston: Allyn
and Bacon.
Gagne, Robert M, dan Briggs, Leslie J. 1979. Principles of instructional design. New
York: Holt, Rinehart and Winston.
Gagne, Robert M. dan Driscoll, Marcy P. 1988. Essentials of learning for instruction.
Englewood Cliffs, NJ.: Prentice-Hall, Inc.
Hendorn, James N. 1987. Learner interests, achievement, and continuing motivation
in instruction, Journal of Instructional Development, Vol. 10 (3), 11-14.
Hilgard, Ernest R. dan Bower, Gordon H. 1975. Theories of learning. Englewood Cliffs,
NJ: Prentice Hall, Inc.
Hopkins, Charles D. dan Antes, Richard L. 1990. Classroom measurement and
evaluation. Itasca, Illinois: F.E. Peacock Publisher, Inc.
Keller, John M. 1983. Motivational design instruction dalam Charles M Reigeluth (ed.),
Instructional design theories and models, 383-430. Hillsdale, NJ.: Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers.
________ 1987. Development and use of ARCS model of instructional design, Journal of
Instructional Development, Vol. 10 (3), 2-9.
Keller, John M. dan Thomas W. Kopp. 1987. An application of the ARCS model of
motivational design, dalam Charles M. Reigeluth (ed), Instructional theories in action,
289-319. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.
Lastri, M.T.F. 1993. Kemampuan murid SD memprihatinkan, Kompas, 14 Juli, 12.
Lefrancois, Guy R. 1982. Psychology for teaching. Belmont, CA: Wadsworth Publishing
Company.
McClelland, David C. 1987. Memacu masyarakat berprestasi. Terjemahan Siswo
Suyanto dan W.W. Bakowatun. Jakarta: CV. Intermedia.
Morris, William (ed) 1981. The American heritage dictionary of English language.
Boston: Houghton Miflin Company. Petri, Herbert L. 1986. Motivation: Theory and
research. Belmont, CA: Wadsworth Publishing Company.
Prayitno, Elida 1989. Motivasi dalam belajar. Jakarta: PPPLPTK.
Reigeluth, Charles M. dan Curtis Ruth V. 1987. Learning situations and instructinal
models, dalam Robert M. Gagne (ed.), Instructional technology foundations, 175-206.
Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers. Semiawan, Conny R. 1991.
Strategi pembelajaran yang efektif dan efisien dalam Conny R. Semiawan dan
Soedijarto (ed.), Mencari strategi pengembangan pendidikan nasional menjelang
abad XXI, 165-175. Jakarta: Grasindo. Soekamto, Toeti 1994. Evaluasi diri demi
peningkatan mutu pendidikan. Pidato pengukuhan guru besar tetap Fakultas
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta,
30 Juli.
Sopah, Djamaah 1998. Studi tentang model peningkatan motivasi berprestasi siswa,
Laporan penelitian. Palembang: Lembaga Penelitian Universitas Sriwijaya.
________ 1999. Pengaruh model pembelajaran ARIAS dan motivasi berprestasi
terhadap hasil belajar siswa, Disertasi. Jakarta: PPS-IKIP Jakarta.
Suryabrata, Sumadi 1982. Psikologi pendidikan: Materi pendidikan program
bimbingan konseling di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Depdikbud.
RIWAYAT HIDUP
Dari tahun 1962 sampai tahun 1974 pernah menjadi guru dan Kepala SD, guru SMP,
guru SPSA, serta guru dan Kepala SPG. Sejak tahun 1974 sampai sekarang menjadi
dosen pada FIP/FKIP Universitas Sriwijaya. Di samping itu pernah menjadi Koordinator
Instructional Improvement Network-WUAE, BKS/B-USAID 1985-1990. Instruktur pada
penataran Pengembangan Pembelajaran di berbagai Perguruan Tinggi Negeri di
Wilayah Indonesia Bagian Barat dan berbagai PTS di KOPERTIS Wilayah II (1984-
1990). Pada tahun 1987 diundang sebagai instruktur pada “the WUAE-BKS/B Training
Institute” University of Kentucky, USA.
Artikel ilmiah yang pernah ditulis antara lain: “Komunikasi antara Orangtua dan
Anak” disajikan pada Diskusi Panel ISWI Palembang, 1990. “Transparansi OHP
sebagai Media Instruksional” (Suara Guru No. 5 Th. XLVI/1997). “Motivasi Berprestasi,
Perhatian Orangtua dan Hasil Belajar” (Forum Kependidikan No. 2 Th. XIII/1996).
Sedangkan seminar/workshop internasional yang pernah diikuti antara lain “Mid-
Winter Community Seminar (Tuskeege, USA, 1982).
http://gurupkn.wordpress.com/2007/12/22/model-pembelajaran-arias/
Brophy,J. dan J. Alleman (1996). Powerful social studies for elementary students. Forth
Worth: Harcourt Brace College Publisher
Hess, F.M. (1999). Bringing the Social Sciences Alive: 10 Simulations for History,
Economics, Government, and Geography. Boston: Allyn and Bacon.
Hursh,D.W. dan E.W. Ross (2000). Democratic Social Education: Social Studies for
Social Change. New York: Palmer Press.
Lindquist,T. (1995). Seeing the whole through social studies. London: Heinemann
NCSS (1994). Curriculum standards for social studies: expectations of excellence.
Washington,D.C.: NCSS
National Center for History in the Schools (1996). National standards for history. Los
Angeles, CA: National Center for History in the Schools
Savage,T.V. dan D.G. Armstrong (1996). Effective teaching in elementary social studies.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall.
Shaver, J.P. (1991). Handbook of research on social studies teaching and learning. A
project of the National Council for the Social Studies. New York: Macmillan Publishing
Company.
Semb,G.B. dan J.A. Ellis (1994). Knowledge taught in school: what is remembered?
Review of Educational Research, 64, 2.
Thornton,S.J. (1994). The social studies near century’s end: reconsidering patterns of
curriculum and instruction, dalam Review of Research in Education, 20.
Wilson,S.M. dan Wineburg,S.S. (1993). Wrinkles in time and place: using performance
assessments to understand the knowledge of history teachers. American Educational
Research Journal, 30, 4.
Jurnal
Social Studies
Review of Educational Research
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial
Historia
Internet
http://dir.yahoo.com/Education
http://www.stemnet.nf.ca/Curriculum/Validate
http://www.ed.uiuc.edu/circe
SPIRAL MODEL
Proses model yang lain, yang cukup populer adalah Spiral Model. Model ini juga cukup
baru ditemukan, yaitu pada sekitar tahun 1988 oleh Barry Boehm pada artikel A Spiral
Model of Software Development and Enhancement. Spiral model adalah salah satu bentuk
evolusi yang menggunakan metode iterasi natural yang dimiliki oleh model prototyping
dan digabungkan dengan aspek sistimatis yang dikembangkan dengan model waterfall.
Tahap desain umumnya digunakan pada model Waterfall, sedangkan tahap prototyping
adalah suatu model dimana software dibuat prototype (incomplete model), “blue-print”-
nya, atau contohnya dan ditunjukkan ke user / customer untuk mendapatkan feedback-
nya. Jika prototype-nya sudah sesuai dengan keinginan user / customer, maka proses SE
dilanjutkan dengan membuat produk sesungguhnya dengan menambah dan memperbaiki
kekurangan dari prototype tadi.
Model ini juga mengkombinasikan top-down design dengan bottom-up design, dimana
top-down design menetapkan sistem global terlebih dahulu, baru diteruskan dengan detail
sistemnya, sedangkan bottom-up design berlaku sebaliknya. Top-down design biasanya
diaplikasikan pada model waterfall dengan sequential-nya, sedangkan bottom-up design
biasanya diaplikasikan pada model prototyping dengan feedback yang diperoleh. Dari 2
kombinasi tersebut, yaitu kombinasi antara desain dan prototyping, serta top-down dan
bottom-up, yang juga diaplikasikan pada model waterfall dan prototype, maka spiral
model ini dapat dikatakan sebagai model proses hasil kombinasi dari kedua model
tersebut. Oleh karena itu, model ini biasanya dipakai untuk pembuatan software dengan
skala besar dan kompleks.
Spiral model dibagi menjadi beberapa framework aktivitas, yang disebut dengan task
regions. Kebanyakan aktivitas2 tersebut dibagi antara 3 sampai 6 aktivitas. Berikut
adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam spiral model:
<!--[endif]-->
Satu lingkaran dari bentuk spiral pada spiral model dibagi menjadi beberapa daerah yang
disebut dengan region. Region tersebut dibagi sesuai dengan jumlah aktivitas yang
dilakukan dalam spiral model. Tentunya lingkup tugas untuk project yang kecil dan besar
berbeda. Untuk project yang besar, setiap region berisi sejumlah tugas-tugas yang
tentunya lebih banyak dan kompleks daripada untuk project yang kecil. SE berjalan dari
inti spiral berjalan mengitari sirkuit per sirkuit. Sebagai contoh untuk sirkuit pertama
dilakukan untuk pembangunan dari spesifikasi dari software dengan mencari kebutuhan
dari customer. Untuk sirkuit pertama harus menjalani semua aktivitas yang didefinisikan.
Setelah 1 sirkuit terlewati lanjut ke tugas selanjutnya misalnya membangun prototype.
Tugas ini juga harus mengitari 1 sirkuit dan begitu terus selanjutnya sampai project
selesai.
Tidak seperti model-model konvesional dimana setelah SE selesai, maka model tersebut
juga dianggap selesai. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk spiral model, dimana model
ini dapat digunakan kembali sepanjang umur dari software tersebut. Pada umumnya,
spiral model digunakan untuk beberapa project seperti Concept Development Project
(proyek pengembangan konsep), New Product Development Project (proyek
pengembangan produk baru), Product Enhancement Project (proyek peningkatan
produk), dan Product Maintenance Project (proyek pemeliharaan proyek). Keempat
project tersebut berjalan berurutan mengitari sirkuit dari spiral. Sebagai contoh setelah
suatu konsep dikembangkan dengan melalui aktivitas2 dari spiral model, maka
dilanjutkan dengan proyek selanjutnya yaitu pengembangan produk baru, peningkatan
produk, sampai pemeliharaan proyek. Semuanya melalui sirkuit2 dari spiral model.
Mengapa spiral model begitu populer? Pendekatan dengan model ini sangat baik
digunakan untuk pengembangan sistem software dengan skala besar. Karena progres
perkembangan dari SE dapat dipantau oleh kedua belah pihak baik developer maupun
user / customer, sehingga mereka dapat mengerti dengan baik mengenai software ini
begitu juga dengan resiko yang mungkin didapat pada setiap aktivitas yang dilakukan.
Selain dari kombinasi 2 buah model yaitu waterfall dan prototyping, kelebihan dari
software ini ada pada analisis resiko yang dilakukan, sehingga resiko tersebut dapat
direduksi sebelum menjadi suatu masalah besar yang dapat menghambat SE. Model ini
membutuhkan konsiderasi langsung terhadap resiko teknis, sehingga diharapkan dapat
mengurangi terjadinya resiko yang lebih besar. Sebenarnya dengan menggunakan
prototype juga bisa menghindari terjadinya resiko yang muncul, tetapi kelebihan dari
model ini yaitu dilakukannya proses prototyping untuk setiap tahap dari evolusi produk
secara kontinu. Model ini melakukan tahap2 yang sudah sangat baik didefinisikan pada
model waterfall dan ditambah dengan iterasi yang menyebabkan model ini lebih realistis
untuk merefleksikan dunia nyata. Hal-hal itulah yang menjadi kelebihan menggunakan
spiral model.
Meskipun banyak kelebihan tetapi tentu masih ada kekurangannya. Kekurangannya ada
pada masalah pemikiran user / customer dimana mereka pada umumnya tidak
<!--[endif]-->
Gambar di atas adalah tahapan umum dari model proses ini. Akan tetapi Roger S.
Pressman memecah model ini menjadi 6 tahapan meskipun secara garis besar sama
dengan tahapan-tahapan model waterfall pada umumnya. Berikut adalah penjelasan dari
tahap-tahap yang dilakukan di dalam model ini menurut Pressman:
Meskipun demikian, karena model ini melakukan pendekatan secara urut / sequential,
maka ketika suatu tahap terhambat, tahap selanjutnya tidak dapat dikerjakan dengan baik
dan itu menjadi salah satu kekurangan dari model ini. Selain itu, ada beberapa
kekurangan pengaplikasian model ini, antara lain adalah sebagai berikut:
Menurut saya, tahapan-tahapan model ini sudah cukup baik dalam artian minimal untuk
melakukan SE, maka harus ada tahapan-tahapan ini. Tahapan-tahapan ini jugalah yang
digunakan oleh model-model yang lain pada umumnya. Ada filosofi yang mengatakan
sesuatu yang sukses diciptakan pertama kali, maka akan terus dipakai di dalam
pengembangannya. Hal ini juga berlaku pada waterfall model ini. Mungkin dapat
dikatakan bahwa inilah standar untuk melakukan SE.
Akan tetapi, yang mungkin menjadi banyak pertimbangan mengenai penggunaan dari
model ini adalah metode sequential-nya. Mungkin untuk awal-awal software diciptakan,
hal ini tidak menjadi masalah, karena dengan berjalan secara berurutan, maka model ini
menjadi mudah dilakukan. Sesuatu yang mudah biasanya hasilnya bagus. Oleh karena itu
model ini sangat populer. Akan tetapi, seiring perkembangan software, model ini tentu
tidak bisa mengikutinya. Yang menjadi kelemahan adalah pada pengerjaan secara
berurutan tadi, seperti yang sudah saya utarakan sebelumnya. Kelemahan-kelemahan
yang lain juga sudah saya utarakan di atas, atau bahkan masih ada yang lainnya.
Dari sini, nantinya akan dikembangkan model-model yang lain, bahkan ada tahap
evolusioner dari suatu model proses untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tadi.
Meskipun secara tahapan masih menggunakan standar tahapan waterfall model.
Kesimpulannya adalah ketika suatu project skalanya sedang mengarah kecil bisa
menggunakan model ini. Akan tetapi kalau sudah project besar, tampaknya kesulitan jika
menggunakan model ini.
Sumber :
http://209.85.175.104/search?
q=cache:MUMc3OBPS6sJ:tonyjustinus.wordpress.com/category/model-software-
development/+artikel+tentang+model-
model+evaluasi&hl=id&ct=clnk&cd=13&gl=id&client=firefox-a
Kategori: Blogroll
78 tanggapan so far ↓
•
Robert Manurung // April 23, 2008 pada 11:18 am
Mengenai perdebatan, salah satu yang cukup bagus bisa lihat di artikel aktual ini :
http://ayomerdeka.wordpress.com/2008/04/23/negara-tidak-berhak-
membubarkan-ahmadiyah/
makacih….. tulisanx ini sangat membantu saya dalam mencari judul skripsi saya.
kalau boleh, saya sarankan agar lebih lengkap lagi tulisanx dan juga selain model
pembelajaran, sertakan juga dengan model-model evalusi terutama untuk
pelajaran matematika
terimaksih, karena tulisan ini sangat membantu saya dalam mencari model2
pembelajaran. saya sarankan agar lebih dilengkapi lagi, sertakan juga model
evaluasi khususnya untuk pelajaran bahasa Jerman. kalo ada aku dikirimin yach…
thanks.
Saya tidak menyangka kalau tulisan ini banyak yang melihatnya. Semoga saya
segera dapat melengkapinya.
Mohon untuk dikirim pada surat/email saya, supaya saya lebih leluasa dalam
mempelajari dan memanfaatkannya. Karena model-model tersebut sangat kami
butuhkan dalam merubah perilaku dalam proses pembelajaran, terima kasih
sebelumnya.
Luuarr biasa!!! Saya yakin tulisan ini bermanfaat khususnya bagi saya sendiri.
Terimakasih.
Menurut anda apa beda model, metode, strategi model dan pendekatan?
Apa kelebihan masing2 hal tersebut di atas
model itu lebih kepada contoh aplikasi yang dilakukan dalam pembelajaran
sedangkan metode adalah caranya. Untuk strategi model belum ada istilah itu
yang ada strategi pembelajaran artinya dalam pembelajaran kita harus
mempaunyai cara yang paling efektif dan efisien sedangkan pendekatan tidak jauh
berbeda artinya dengan metode. Metode CTL atau pendekatan CTL adalah
contohnya.
•
085265402014 // Januari 16, 2009 pada 7:44 am
Terima kasih banyak telah memuat tulisan ini, dengan ini saya sangat terbantu
sekali;
panjang sekali materi model-model ini dan cukup baik, khusu untuk model
problem solving akan lebih baik lagi dibuat dengan matrix untuk pemecahannya
sehingga lebih jelas penyelesaiaannya, tks
menarik sekali
tulisannya bagus, OK
yang ku butuhkan dah kutemukan, mksih banyak mas, ku tunggu yang baru
saya mau tanya, kalo resource based learning itu termasuk dalam model ato apa?
kemudian boleh tau referensi untuk mendapatka info ttg resourch based learning
lebih mendalam. jazakaallah
wow sangat menarik penjabarannya, saya sebagai calon guru sangat terbantu
sekali tapi saya ingin bertanya kira2 dari kesemua model pembelajaran itu yang
paling cocok dalam pembelajran berbicara apa y?atau pemebelajaran berbahasa?
•
Taka ada model yang paling bagus. Semua bagus dan tergantung kondisi dalam
menerapkannya. salam
saya lagi belajar bikin PTK. Tentu, tulisan-tulisan bapak sangat membantu. Saya
akan sangat berterimakasih sekali sekiranya bapak memiliki dan sudi
mengirimkan kopian buku via pos yang berisi tentang model-model pembelajaran,
yang kelak bisa saya kutip dan saya jadikan referensi dalam daftar pustaka. Lebih
dari segalanya, saya mohon bimbingan bapak….
Terima kasih.
Pak Wijaya Kusumah, setelah membuka Blog anda saya merasa sanyat terbantu
untuk mengetahui dan mempelajari tentang model-model pembelajaran yang anda
tuangkan di dalam Blog tersebut.
Semoga Blog anda semakin banyak dikunjungi oleh browser-browser lain.
Sukses.
pak wijaya. saya mahasiswa dalam tahap pembuatan skripsi. saya tertarik dengan
model pembelajaran arias. dosen saya setuju dengan judul skripsi tentang model
ARIAS. tetapi saya mendapat kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang
model arias. saya hanya bisa mendapatkannya dari internet.
apakah sudah ada buku tentang model ARIAS? kalo ada, buku karangan
siapa&dengan judu apa?
kalau belum ada referensi-referensi dengan judul apa saja dan dengan
pengarangnya siapa yang bisa saya gunakan sebagai pendukung?
mohon bantuannya bapak….bala ke email saya di
asihganisanti_tp04@yahoo.co.id
terima kasih….
pak wijaya. saya mahasiswa dalam tahap pembuatan skripsi. saya tertarik dengan
model pembelajaran arias. dosen saya setuju dengan judul skripsi tentang model
ARIAS. tetapi saya mendapat kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang
model arias. saya hanya bisa mendapatkannya dari internet.
apakah sudah ada buku tentang model ARIAS? kalo ada, buku karangan
siapa&dengan judu apa?
kalau belum ada referensi-referensi dengan judul apa saja dan dengan
pengarangnya siapa yang bisa saya gunakan sebagai pendukung?
mohon bantuannya bapak….bala ke email saya di
asihganisanti_tp04@yahoo.co.id
terima kasih…….
•
trim’s…
bgt pak….
tulisan bapa saya jadikan sbg bahan untuk ujian tengah semester saya…
skli lagi hatur nuhun ^_^
luar biasa, pak wij betul-betul produktif dalam menulis, sukses buat anda
Saya belum menemukan bukunya pak, tapi kalau nanti sudah ada saya akan
bertahu bapak tentang model pembelajaran berbasis budaya. salam
•
triqur // April 30, 2009 pada 4:59 am
makasih atas bantuannya, semoga tulisan ini selalu bermafaat buat para guru se-
indonesia
Alhamdulillah…
akhirnya dapat juga yg dicari-cari selama ini
Ini sangat membantu dalam proses pembuatan KI saya
assalamu’alaikum. wr.wb.
pak,kira – kira model skrip kooperatif bisa gak digunakan untuk memahami ise
pokok pada wacana?
Wah, saya belum tahu persis, tapi sepengetahuan saya sih bisa asalkan benar
dalam aplikasinya. Salam
omjay
Terimakasih atas deskripsinya yang sangat jelas. Bila berkenan mohon disertakan
daftar pustakanya, sehingga kami bisa mengelaborasinya secara akademis.
Terimakasih atas deskripsinya yang sangat jelas. Bila berkenan mohon disertakan
daftar pustaka untuk setiap modelnya, sehingga kami bisa mengelaborasinya
secara akademis. Sangat dibutuhkan Guru-guru dalam menyusun PTK. Sekali
lagi, terima kasih.
salam
omjay
setuju banget
thank you buat yang udah nulis artikelx ya
kebetulan aku lagi nayri-nyari model pembelajaran
karrna aku mau PPL II
jadi mau memberikan sesuatu yang berbeda
salam
omjay
model2 itu bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran?terutama bahasa inggris?
salam
omjay
model pembelajaran ini bermanfaat sekali untuk kami gunakan di sekolah kami
•
kusumah wijaya // Oktober 15, 2009 pada 12:09 pm
salam
omjay
Teknik atau metode pembelajaran itu relatif banyak dan mudah dipahami, namun
yang sulit adalah mempraktekannya, baik dari sisi siswa maupun gurunya ya
salam
omjay
ok………………………….
Pak mau tanya nich. Kira-kira metode Role Play itu bisa diterapkan untuk KD apa
saja. Apakah bisa dilakukan untuk semua KD? Soalnya bingung cara
merealisasikanya di kelas. Umpamanya saja jika kompetensi dasarnya tentang
mendengar berita, puisi atau menulsi ilmiah. Tq
pak klo ada tlisannya tentang model pembelajaran savi, contoh kongkrit
penerapannya untuk ank SD kls 5 tolong dkirimin.. trims sbelumnya..
Salam kenal
Omjay
salam
omjay
•
omjay, saya minta tolong dikirimin nama buku n pengarangnya tentang model
examples non examples nya la omjay,penting banget buat nyusun skripsi.tolong
ya omjay.terima kasih
omjay, saya minta tolong dikirimin nama buku n pengarangnya tentang model
examples non examples nya la omjay,penting banget buat nyusun skripsi.tolong
ya omjay.tolong dikirim ke email saya ya omjay… selma_kukers@yahoo.co.id
.terima kasih
oke, nanti kalau ketemu bukunya saya akan kirimkan ke email mbak sekmawati.
Soalnya saya masih ngontrak rumah sementera ini, karena rumah sdg direnovasi.
salam
omjay
terima kasih pak model model pembelajaran diperlukan banyak guru, hanya saya
masih belum mengenal penerapan model ARIAS dalam matematika. saya guru
matematika. apakah model diatasberlaku untuk semua mapel ? terima kasih.
•
Model-model Pembelajaran « Azharmahmudi's Blog // Desember 31, 2009
pada 3:06 pm
Wasalam
P. Wijaya, saya mohon bantuan untuk dikirim sebuah ptk yang strukturnya sesuai
dengan lpmp pusat (jakarta) dalam rangka pengususlan naik pangkat
salam
Omjay
Nama
Situs web
Beritahu saya mengenai komentar-komentar selanjutnya melalui surel.
Kirim
Blog Statistik
o 209,289 hits
Tulisan Teratas
o Sistematika Penulisan Karya Tulis Ilmiah
o Model-Model Pembelajaran
o PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INFORMASI DI INDONESIA
o Soal-soal Excel
o Contoh Soal Excel Kelas 8
Halaman
o Wijaya Kusumah
April 2008
S S R K J S M
« Mar Mei »
1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27
April 2008
S S R K J S M
28 29 30
• Arsip
o Januari 2010
o Desember 2009
o November 2009
o Oktober 2009
o September 2009
o Agustus 2009
o Juli 2009
o Juni 2009
o Mei 2009
o April 2009
o Maret 2009
o Februari 2009
o Januari 2009
o Desember 2008
o November 2008
o Oktober 2008
o September 2008
o Agustus 2008
o Juli 2008
o Juni 2008
o Mei 2008
o April 2008
o Maret 2008
o Februari 2008
o Januari 2008
o Desember 2007
o November 2007
o Oktober 2007
o September 2007
o Agustus 2007
Blogroll
o Blog wijaya lainnya
o dedidwitagama
o Mario Teguh
o Omjay
o omjaylabs
o Wijaya Kusumah
file doc
o agus sampurno
o Budi Putra
o Download Soal UN
o Invircom
o kompasiana
o Labschool Jakarta
o Romisatriawahono
o viva news
Tulisan Terakhir
o Kiat Sukses Seorang Blogger
o Pembelajaran Aktif
o Daftar Kebaikan
o Pendidikan Kewirausahaan
o Jadwal Ujian Nasional
Komentarnya dong
o Giyanto Widodo pada Soal TRY OUT TIK SMP
o Widodo pada Pendidikan Kewirausahaan
o kusumah wijaya pada Soal TRY OUT TIK SMP
o djikid kholil pada Soal TRY OUT TIK SMP
o vickylastfriend pada Soal TRY OUT TIK SMP
o djikid kholil pada Soal TRY OUT TIK SMP
o djikid kholil pada Soal TRY OUT TIK SMP
o vickylastfriend pada Soal TRY OUT TIK SMP
o vickylastfriend pada Soal TRY OUT TIK SMP
o nuraini pada Contoh Soal Excel Kelas 8
o rhenha pada Soal TRY OUT TIK SMP
o gresiia pada Soal TRY OUT TIK SMP
o kusumah wijaya pada Kenapa Saya Malas Menabung di Bank Syariah?
o jum pada Kenapa Saya Malas Menabung di Bank Syariah?
o kusumah wijaya pada Sambutan Buku PTK dari Rektor UNJ
Klik tertinggi
o gurupkn.wordpress.com/200…
•
Meta
o Masuk log
o RSS Entri
o RSS Komentar
o WordPress.com
Budaya Menulis
Sudahkah anda menulis hari ini?
Wijaya Kusumah
o kusumah wijaya
Kiat Sukses Seorang Blogger
Pembelajaran Aktif
Daftar Kebaikan
Pendidikan Kewirausahaan
Jadwal Ujian Nasional
Menemukan Potensi Unik Siswa
Pendidikan Berkarakter
Benarkah Matematika Itu Sulit?
Kenapa Saya Malas Menabung di Bank Syariah?
UN, Haruskah Dipertahankan?
Facebook wijaya
Kreativitas Menulis
Blog ini mengajak anda untuk dapat kreatif dalam menulis. Ciptakan tulisan-
tulisan anda yang bermutu dan kirimkan kepada kami untuk ditayangkan di blog
ini.
Flickr Photos
More Photos
• Bersama Menristek RI
Labschool Jakarta
Add new tag belajar Belajar PTK blogger budaya sekolah buku penelitian Tindakan kelas buku ptk
guru guru ideal internet jakarta KARYA TULIS ILMIAH kebakaran kepemimpinan kompasiana
kreativitas labschool labschool jakarta laskar pelangi LKGDP-2008 membuat
blog menulis mudik omjay pascasarjana unj pelatihan camtasia pembelajaran pemenang buku
Silahkan Link
Blog ini dibuat untuk saling berbagi. Bagi anda yang ingin membuat Link untuk
Blog ini, dengan senang hati saya persilahkan. Selamat Bergabung!
Foto Wijaya
wijaya kusumah
Internet Sehat