You are on page 1of 97

SISTEM SOSIAL INDONESIA

DIPERLUKAN UNTUK
MEMAHAMI KONDISI SOSIAL
INDONESIA
Mengapa demikian.....??
 Karena sistem sosial dan budaya
masyarakat Indonesia sangat
HETEROGEN secara VERTIKAL
maupun HORIZONTAL
 Indonesia merupakan negara yang
memiliki susunan masyarakat dengan
ciri PLURALITAS yang tinggi
PLURALITAS MENURUT QUR’AN

 Diakui oleh Al Quran - yaitu Surat Al Baqarah ayat 148


- bahwa masyarakat terdiri dari berbagai macam
komunitas yang memiliki orientasi kehidupan sendiri-
sendiri.
 Manusia harus menerima kenyataan keragaman
budaya dan memberikan toleransi kepada masing-
masing komunitas dalam menjalankan ibadahnya.
 Dengan keragaman dan perbedaan itu ditekankan
perlunya masing-masing berlomba menuju kebaikan.
Mereka semua akan dikumpulkan oleh Allah SWT
pada hari akhir untuk memperoleh keputusan final.
AKIBAT HETEROGENITAS
MASYARAKAT INDONESIA

Masyarakat menjadi RAWAN KONFLIK


TERKAIT DENGAN INDONESIA SEBAGAI SUATU
STATE YANG TERINTEGRASI

Memunculkan 2 pertanyaan inti:


1. faktor-faktor latent apakah yang
sesungguhnya telah menyebabkan
terjadinya konflik?.
2. Faktor-faktor apakah yang
mengintegrasikan masyarakat
Indonesia yang memiliki kondisi
potensial konflik?.
Untuk menjawab 2 pertanyaan
tersebut maka..................
HARUS MENGETAHUI DAN MEMAHAMI
SISTEM SOSIAL INDONESIA
Apakah SISTEM…..?????

Konsep yang menjelaskan:


 Suatu kompleksitas dari saling ketergantungan
antar bagian-bagian,komponen-komponen,
dan proses-proses yang melingkupi aturan-
aturan tata hubungan yang dapat dikenali.
 Suatu tipe serupa dari saling ketergantungan
antar kompleksitas tersebut dengan
lingkungan sekitarnya.
Gambar SISTEM

SISTEM

HUBUNGAN SALING
TERGANTUNG

SUB SISTEM
PLURALITAS MASYARAKAT
INDONESIA DISEBABKAN OLEH:
 KEADAAN GEOGRAFIS
 LETAK INDONESIA ANTARA SAMODERA
INDONESIA DAN SAMODERA PASIFIK (pusat
lalu lintas perdagangan dan persebaran agama)
 IKLIM YANG BERBEDA (berakibat plural secara
regional)
 CURAH HUJAN DAN KESUBURAN TANAH YANG
BERBEDA (PLURALITAS LINGKUNGAN
EKOLOGIS)
a) WETRICE CULTIVATION (pertanian sawah di Jawa dan
Bali)
b) SHIFTING CULTIVATION (pertanian ladang di luar Jawa)
Gambar SISTEM

SISTEM

HUBUNGAN SALING
TERGANTUNG

SUB SISTEM
WILAYAH INDONESIA
UNTUK MEMAHAMI SISTEM SOSIAL DAN BUDAYA
INDONESIA DIPERLUKAN PENGUASAAN TEORI

Karena fungsi teori adalah memberi MAKNA


terhadap REALITAS SOSIAL
STRUKTURAL FUNGSIONAL

Asumsi Dasar:
MASYARAKAT TERINTEGRASI ATAS
DASAR KATA SEPAKAT PARA
ANGGOTANYA TERHADAP NILAI
DASAR KEMASYARAKATAN YANG
MENJADI PANUTANNYA
KESEPAKATAN MASYARAKAT tersebut

Menjadi GENERAL AGREEMENTS yang


memiliki kemampuan mengatasi
PERBEDAAN-PERBEDAAN PENDAPAT dan
KEPENTINGAN dari para anggotanya

MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM


YANG SECARA FUNGSIONAL
TERINTEGRASI KEDALAM SUATU BENTUK
EQUILIBRIUM
Istilah lain pendekatan
STRUKTURAL FUNGSIONAL
 INTEGRATION APPROACH
 ORDER APPROACH
 EQUILIBRIUM APPROACH
 STRUCTURAL FUNGTIONAL
APPROACH
TOKOH
 PLATO
 AUGUSTE COMTE
 HERBERT SPENCER
 EMILE DURKHEIM
 BRANISLAW
MALINOWSKI
 REDCLIFFE BROWN
 TALCOT PARSON
ANGGAPAN DASAR THEORI
STRUKTURAL FUNGSIONAL
 Masyarakat adalah suatu SISTEM dari BAGIAN-
BAGIAN yang saling BERHUBUNGAN
 Hubungan dalam masyarakat bersifat GANDA dan
TIMBAL BALIK (SALING MEMPENGARUHI)
 Secara FUNDAMENTAL, SISTEM SOSIAL
cenderung bergerak kearah EQUILIBRIUM dan
bersifat DINAMIS
 DISFUNGSI/KETEGANGAN SOSIAL/
PENYIMPANGAN pada akhirnya akan teratasi
dengan sendirinya melalui PENYESUAIAN dan
proses INSTITUSIONALISASI
ANGGAPAN DASAR THEORI
STRUKTURAL FUNGSIONAL (lanjutan)
 PERUBAHAN-PERUBAHAN dalam SISTEM SOSIAL
bersifat GRADUAL melalui PENYESUAIAN. Bukan
bersifat REVOLUSIONER
 PERUBAHAN terjadi melalui 3 macam kemungkinan:
1. PENYESUAIAN SIATEM SOSIAL terhadap
PERUBAHAN DARI LUAR (extra systemic change)
2. PERTUMBUHAN melalui PROSES DIFFERENSIASI
STRUKTURAL DAN FUNGSIONAL
3. PENEMUAN BARU oleh ANGGOTA MASYARAKAT
 Faktor terpenting dalam INTEGRASI adalah
KONSENSUS
Penilaian/kritik terhadap theori
STRUKTURAL FUNGSIONAL
Terlalu menekankan anggapan dasarnya
pada PERANAN UNSUR-UNSUR
NORMATIF dari TINGKAH LAKU SOSIAL
(pengaturan secara NORMATIF terhadap
HASRAT seseorang untuk menjamin
STABILITAS SOSIAL)

(David Lockwood)
Menurut David Lockwood

Terdapat SUB STRATUM yang berupa


DISPOSISI-DISPOSISI yang mengakibatkan
timbulnya PERBEDAAN LIFE CHANCES
(kesempatan hidup) dan KEPENTINGAN-
KEPENTINGAN YANG TIDAK NORMATIF

DALAM SETIAP SITUASI SOSIAL terdapat 2 hal


yaitu:
TATA TERTIB yang bersifat NORMATIF
SUB STRATUM yang melahirkan KONFLIK
GAMBARAN SITUASI SOSIAL MENURUT DAVID LOCKWOD

SUB STRATUM TATA TERTIB


KENYATAAN YANG DIABAIKAN DALAM
PENDEKATAN STRUKTURAL FUNGSIONAL

1. Setiap STRUKTUR SOSIAL mengandung KONFLIK


dan KONTRADIKSI yang bersifat internal dan
menjadi PENYEBAB PERUBAHAN
2. REAKSI suatu SISTEM SOSIAL terhadap
PERUBAHAN yang datang dari luar (extra systemic
change) tidak selalu bersifat Adjustive/tampak
3. Suatu SISTEM SOSIAL dalam waktu yang panjang
dapat mengalami KONFLIK SOSIAL yang bersifat
VISIOUS CIRCLE
4. Perubahan-perubahan sosial tidak selalu terjadi
secara GRADUAL melalui penyesuaian, tetapi juga
dapat terjadi secara REVOLUSIONER
ASUMSI DASAR TEORI KONFLIK
DIALEKTIKA

1. PERUBAHAN SOSIAL merupakan gejala yang


melekat di setiap masyarakat
2. KONFLIK dalah gejala yang melekat pada setiap
masyarakat
3. SETIAP UNSUR didalam suatu masyarakat
memberikan sumbangan bagi terjadinya
DISINTEGRASI dan PERUBAHAN-PERUBAHAN
SOSIAL
4. Setiap masyarakat terintegrasi diatas
PENGUASAAN atau DOMINASI oleh sejumlah
orang atas sejumlah orang-orang yang lain
UNSUR-UNSUR yang
BERTENTANGAN dalam
MASYARAKAT atau
KONTRADIKSI INTERN akibat
PEMBAGIAN
KEWENANGAN/OTORITAS
yang TIDAK MERATA dapat
menyebabkan terjadinya
PERUBAHAN SOSIAL

Contoh: REFORMASI DI INDONESIA


Menurut DAHRENDORF

Karena adanya ASSOSIASI


TERKOORDINASI secara IMPERATIV
(IMPETARATIVELY COORDINATED
ASSOCIATIONS/ICA) yang mewakili
ORGANISASI-ORGANISASI yang
berperan penting di dalam
MASYARAKAT
ICA
 Terbentukatas HUBUNGAN-HUBUNGAN
KEKUASAAN antara beberapa KELOMPOK
PEMERAN KEKUASAAN YANG ADA DALAM
masyarakat
 KEKUASAAN menunjukkan adanya faktor
“PAKSAAN” oleh suatu kelompok atas
kelompok yang lain. Dalam ICA hubungan
kekuasaan menjadi “TERSAHKAN” atau
TERLEGITIMASI
 Dalam ICA terdapat RULING dan RULED
(pemeran yang berkuasa dan pemeran yang
dikuasai)  yang berkuasa berusaha
mempertahankan STATUS QUO, yang
dikuasai berusaha mendapatkan STATUS
QUO
 Terdapat DIKOTOMI antara DOMINATOR dan
SUB DOMINATOR (DOMINATED GROUP
dengan SUBJUGATED GROUP)
Dalam pandangan teori KONFLIK
DIALEKTIKA:
KEKUASAAN (POWER) dan OTORITAS
(AUTHORITY) merupakan sumber yang
langka dan selalu DIPEREBUTKAN
dalam sebuah IMPERATIVELY
COORDINATED ASSOCIATIONS
DOMINATED

MENGUASAI
DIKUASAI

LEGITIMASI

SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED SUBJUGATED


TEORI KONFLIK DIALEKTIKA LEBIH SESUAI
DENGAN REALITAS SOSIAL

DAHRENDORF dengan teori KONFLIK


DIALEKTIKA berusaha
menyempurnakan pendapat KARL
MARX mengenai REALITAS SOSIAL
REALITAS SOSIAL
1. SISTEM SOSIAL selalu berada dalam
KONFLIK yang terus menerus (CONTINUAL
STATE OF CONFLICT)
2. Konflik tercipta karena KEPENTINGAN yang
saling BERTENTANGAN dalam struktur
sosial
3. Kepentingan yang saling bertentangan
merupakan refleksi dari perbedaan dalam
DISTRIBUSI KEKUASAAN antar kelompok
yang MENDOMINASI dan TERDOMINASI
4. Kepentingan cenderung mempolarisasi
kedalam dua kelompok kepentingan
REALITAS SOSIAL (lanjutan)
5. Konflik bersifat DIALEKTIKA (suatu konflik
menciptakan suatu kepentingan yang baru,
yang dibawah kondisi tertentu akan
menurunkan konflik yang berikutnya)
6. Perubahan sosial adalah ciri/karakter yang
selalu berada dimanapun (UBIQUITOUS
FEATURE) dalam setiap sistem sosial dan
akibat dari konflik.
7. Konflik dapat diatasi oleh kekuasaan yang
dihimpun di dalam ICA.  ICA yang
dominan dapat meredam konflik
Dalam tinjauan KONFLIK DIALEKTIKA, suatu
KEPENTINGAN bisa dinegoisasikan antar
kelompok dalam ICA jika sudah menjadi
KELOMPOK KEPENTINGAN yang bersifat
RIIL
Sehingga,
Bersatunya INDIVIDU yang memiliki
KEPENTINGAN yang SAMA dalam sebuah
kelompok yang TERORGANISIR menjadi hal
yang penting.
Kepentingan yang SAMA dari beberapa
INDIVIDU, jika tidak DIORGANISASI
secara FORMAL kedalam suatu
KELOMPOK, merupakan KEPENTINGAN
SEMU karena tidak ada yang bisa
mewakili/mengatasnamakan pemilik
kepentingan
Skematis proses kelompok semu menjadi kelompok
kepentingan

KONDISI TEKNIS

KONDISI POLITIS KELOMPOK


KEPENTINGAN

KONDISI SOSIAL
BENTUK PENGENDALIAN KONFLIK

KONSILIASI
(CONCILIATION)

MEDIASI
(MEDIATION)

PERWASITAN
(ARBITRATION)
KONSILIASI (CONCILIATION)

TERWUJUD MELALUI LEMBAGA-LEMBAGA


TERTENTU YANG MEMUNGKINKAN
TUMBUHNYA POLA DISKUSI DAN
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DIANTARA
FIHAK-FIHAK YANG BERKONFLIK

g a n
d e n
k a n m a i
k u d a
Dila -cara
c a ra
LEMBAGA-LEMBAGA berfungsi EFFEKTIF jika:

 BersifatOTONOM dengan WEWENANG


untuk MENGAMBIL KEPUTUSAN tanpa
CAMPUR TANGAN fihak lain
 Kedudukan lembaga tersebut dalam
masyarakt bersifat MONOPOLISTIS (hanya
lembaga tersebut yang berfungsi demikian)
 Peran lembaga harus mampu MENGIKAT
KELOMPOK KEPENTINGAN yang
BERLAWANAN. Termasuk KEPUTUSAN-
KEPUTUSAN yang di HASILKAN
 Harus bersifat DEMOKRATIS
PRASYARAT KELOMPOK
KEPENTINGAN UNTUK KONSILIASI

 Masing-masing kelompok SADAR


sedang BERKONFLIK
 Kelompok-kelompok yang berkonflik
TERORGANISIR secara JELAS
 Setiap kelompok yang berkonflik
harus PATUH pada RULE OF THE
GAMES
MEDIASI (MEDIATION)

Fihak yang berkonflik sepakat menunjuk fihak


KETIGA untuk memberi “nasehat-nasehat”
penyelesaian konflik

MENGURANGI IRASIONALITAS KELOMPOK


YANG BERKONFLIK
PERWASITAN (ARBITRATION)

Dilakukan/terjadi jika fihak yang


bersengketa bersepakat untuk menerima
atau “terpaksa” menerima hairnya fihak
ketiga yang akan memberikan “keputusan-
keputusan” tertentu untuk mengurangi
konflik
Jika pengendalian konflik efektif maka:

KONFLIK AKAN MENJADI KEKUATAN


PENDORONG TERJADINYA
PERUBAHAN-PERUBAHAN SOSIAL
YANG TERUS BERLANJUT
STRUKTUR MAJEMUK
MASYARAKAT INDONESIA
MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB
STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT
BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

MASING-MASING SUB STRUKTUR


BERJALAN DENGAN SISTEMNYA MASING-
MASING
Jadi:
 Dalam struktur sosial terdapat sistem
sosial
 Dalam sistem sosial terdapat seperangkat
kegiatan bersama yang memperlihatkan
hubungan timbal balik yang disebut
struktur

SISTEM SOSIAL DAN STRUKTUR


SOSIAL TIDAK BISA DI PISAHKAN
 STRUKTUR SOSIAL memperlihatkan suatu
HUBUNGAN yang KONSTAN sebagai suatu
kerangka
 SISTEM, memberikan SIFAT dan DINAMIKA pada
STRUKTUR secara KESELURUHAN

STRUKTUR SOSIAL

SISTEM
INDONESIA adalah MASYARAKAT
MAJEMUK yang ditandai oleh 2 ciri
unik:

 MAJEMUK secara HORIZONTAL


 MAJEMUK secara VERTIKAL
KONSEKWENSINYA adalah:
 Dalam mengamati SISTEM SOSIAL
DAN BUDAYA serta REALITAS
MASYARAKAT INDONESIA
diperlukan minimal penguasaan 2
teori, yaitu; KONFLIK DIALEKTIKA
dan STRUKTURAL FUNGSIONAL.
 KONFLIK dan KONSENSUS adalah
gejala yang melekat bersama-sama
di masyarakat (David Lockwood)
MASYARAKAT MAJEMUK INDONESIA
adalah:

 SUATU MASYARAKAT MAJEMUK


(PLURAL SOCIETIES) yang
masyarakatnya terdiri atas dua atau
lebih elemen yang hidup sendiri-
sendiri tanpa ada pembauran satu
sama lain dalan SATU KESATUAN
POLITIK (Furnival)
CIRI MASY. MAJEMUK INDONESIA

 Dalam KEHIDUPAN POLITIK,


tidak ada KEHENDAK BERSAMA
 Dalam KEHIDUPAN EKONOMI,
tidak ada PERMINTAAN SOSIAL
yang DIHAYATI BERSAMA oleh
seluruh elemen MASYARAKAT
(common social demand)
Tidak adanya PERMINTAAN SOSIAL yang
dihayati bersama, menyebabkan
KARAKTER EKONOMI YANG BERBEDA.
EKONOMI MAJEMUK  MASY. MAJEMUK
EKONOPMI TUNGGAL  MASY. HOMOGEN
Akibatnya:
 Anggota masyarakat kurang
memiliki loyalitas terhadap
masyarakat sebagai
KESELURUHAN, kurang memiliki
HOMOGENITAS KEBUDAYAAN
dan kurang memiliki DASAR-
DASAR untuk saling memahami
satu sama lain.
KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MAJEMUK (Pierre L. Van Den Berghe)
 Terjadi SEGMENTASI kedalam bentuk
KELOMPOK-KELOMPOK yang memiliki
kebudayaan yang berbeda
 Memiliki STRUKTUR SOSIAL yang terbagi-bagi
ke dalam LEMBAGA-LEMBAGA yang NON
KOMPLEMENTER
 Kurang mengembangkan KONSENSUS antar para
anggotanya terhadap nilai-nilai yang bersifat dasar
 Relatif sering terjadi KONFLIK
KARAKTERISTIK MASYARAKAT
MAJEMUK (lanjutan)
 Secara relatif, INTEGRASI SOSIAL tumbuh diatas
PAKSAAN dan saling SALING
KETERGANTUNGAN DALAM BIDANG
EKONOMI
 Adanya DOMINASI POLITIK oleh SUATU
KELOMPOK atas KELOMPOK YANG LAIN

KARAKTERISTIK MASYARAKAT MAJEMUK INI


TIDAK BISA DIGOLONGKAN KE DALAM DUA
GOLONGAN MASYARAKAT (MODERN DAN
TRADISIONAL) MENURUT EMILE DURKHEIM
Terkait dengan ciri masyarakat majemuk;
 Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan
masyarakat yang memiliki unit-unit kekerabatan yang
bersifat segmenter.
 Masyarakat majemuk tidak dapat disamakan dengan
masyarakat yang memiliki differensiasi atau spesialisasi
yang tinggi
MASYARAKAT YANG MEMILIKI UNIT KEKERABATAN
YANG BERSIFAT SEGMENTER

Adalah:
Suatu masyarakat yang
terbagi-bagi ke dalam
berbagai kelompok
berdasarkan garis
keturunan tunggal, tetapi
memiliki struktur
kelembagaan yang bersifat
homogen
MASYARAKAT YANG MEMILIKI
DIFERENSIASI/SPESIALISASI TINGGI
Adalah
Suatu masyarakat dengan
tingkat differensiasi
fungsional yang tinggi
dengan banyak lembaga-
lembaga kemasyarakatan
yang saling komplementer
dan saling tergantung
Menurut Van den Berghe;
SOLIDARITAS MEKANIS DAN
SOLIDARITAS ORGANIS sulit di
tumbuhkan dalam MASYARAKAT
MAJEMUK
Karena
Pengelompokan yang terjadi bersifat sesaat
atas dasar kepentingan praktis
FAKTOR YANG MENGINTEGRASIKAN
MASYARAKAT MAJEMUK
 Adanya KONSENSUS diantara sebagian
besar anggota masyarakat terhadap NILAI-
NILAI KEMASYARAKATAN yang bersifat
fundamental
 Adanya berbagai masyarakat yang berasal
dari BERBAGAI KESATUAN SOSIAL
(cross cutting affiliations) yang akan
menyebabkan terjadinya LOYALITAS
GANDA (cross cutting loyalities)
Cross cutting affiliations and cross
cutting loyalities

KESATUAN SOSIAL

MASYARAKAT
TERINTEGRASI
KEMUNGKINAN YANG TERJADI
PADA MASYARAKAT MAJEMUK
minimal ada 2 (dua) tingkatan konflik yang
mungkin terjadi;
KONFLIK BERSIFAT IDEOLOGIS
KONFLIK BERSIFAT POLITIS
KONFLIK BERSIFAT IDEOLOGIS
 Terwujud dalam bentuk konflik antara
SISTEM NILAI yang DIANUT OLEH serta
menjadi IDEOLOGI dari BERBAGAI
KESATUAN SOSIAL
KONFLIK BERSIFAT POLITIS
 Terjadi dalam bentuk PERTENTANGAN di
dalam PEMBAGIAN STATUS
KEKUASAAN dan SUMBER-SUMBER
EKONOMI yang terbatas, diantara anggota
masyarakat
Dalam situasi “KONFLIK”, masyarakat yang
berselisih berusaha MENGABAIKAN DIRI
dengan MEMPERKOKOH SOLIDARITAS
ANGGOTA, MEMBENTUK ORGANISASI
KEMASYARAKATAN untuk
KESEJAHTERAAN dan PERTAHANAN
BERSAMA
Faktor tersebut DIPERKUAT oleh ADANYA
PAKSAAN dari SUATU KELOMPOK atau
KESATUAN SOSIAL yang DOMINAN atas
KELOMPOK yang LAIN
KELOMPOK
PERTAHANAN
SUATU INTEGRASI SOSIAL YANG TANGGUH
DAPAT BERKEMBANG APABILA
 SEBAGIAN BESAR ANGGOTA MASYARAKAT
BANGSA BERSEPAKAT TENTANG BATAS-
BATAS TERITORIAL DARI NEGARA SEBAGAI
SUATU KEHIDUPAN POLITIK
 SEBAGIAN BESAR ANGGOTA MASYARAKAT
BERSEPAKAT MENGENAI STRUKTUR
PEMERINTAHAN DAN ATURAN-ATURAN
DALAM PROSES POLITIK YANG BERLAKU
BAGI SELURUH MASYARAKAT (William
Liddle)
KONSEP STATUS DAN PERANAN UNTUK
MELIHAT HUBUNGAN INDIVIDU DENGAN
SISTEM SOSIAL
 STATUS adalah suatu posisi dalam struktur
sosial yang menentukan dimana seseorang
menempatkan dirinya dalam suatu komunitas
dan bagaimana ia diharapkan bersikap dan
berhubungan dengan orang lain.
 PERANAN adalah pola perilaku yang
diharapka dari seseorang yang mempunyai
status atau posisi tertentu dalam suatu
organisasi atau masyarakat
Dalam suatu SISTEM SOSIAL, individu
menduduki suatu tempat (status) dan
bertindak (berperan) sesuai dengan norma-
norma atau aturan-aturan yang dibuat oleh
sistem
DIFERENSIASI SOSIAL
 Kalau kita memperhatikan masyarakat di sekitar kita, ada
banyak sekali perbedaan-perbedaan yang kita jumpai.
Perbedaan-perbedaan itu antara lain dalam agama, ras,
etnis, clan (klen), pekerjaan, budaya, maupun jenis
kelamin.
 Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan
secara bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan
dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan tinggi, lapisan
menengah dan lapisan rendah.
 Perbedaan itu hanya secara horisontal. Perbedaan seperti
ini dalam sosiologi dikenal dengan istilah Diferensiasi
Sosial.
DIFERENSIASI SOSIAL
 Diferensiasi adalah klasifikasi terhadap perbedaan-
perbedaan yang biasanya sama.
 Pengertian sama disini menunjukkan pada penggolongan
atau klasifikasi masyarakat secara horisontal, mendatar, atau
sejajar. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari
pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan
lainnya.
 Pengelompokan horisontal yang didasarkan pada perbedaan
ras, etnis (suku bangsa), klen dan agama disebut
kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berasarkan
perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas
sosial.
DIFERENSIASI SOSIAL
 Bagan:
Pengelom pokan Sosial

Pengelom pokan H orisontalPengelom pokan Vertikal

H eterogenitas sosial K em ajem ukan sosial,


profesi (pekerjaan), gender ras, etnis dan agam a
Ciri-ciri yang Mendasari
Diferensiasi Sosial
 Ciri Fisik. Diferensiasi ini terjadi karena
perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya : warna
kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dsb.
 Ciri Sosia. Muncul karena perbedaan pekerjaan
yang menimbulkan cara pandang dan pola
perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk
didalam kategori ini adalah perbedaan peranan,
prestise dan kekuasaan. Contohnya : pola perilaku
seorang perawat akan berbeda dengan seorang
karyawan kantor.
Ciri-ciri yang Mendasari
Diferensiasi Sosial
 Ciri Budaya. Berhubungan erat dengan pandangan
hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai
yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan,
sistem kekeluargaan, keuletan dan ketangguhan
(etos). Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu
masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian,
arsitektur, pakaian adat, agama, dsb.
Bentuk-bentuk Diferensiasi
Sosial
 Diferensiasi Ras. Ras adalah suatu kelompok manusia yang
memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti
pengelompokan masyarakat berdasarkan ciri- ciri fisiknya,
bukan budayanya.
 Diferensiasi Suku Bangsa (Etnis). Menurut Hassan Shadily
MA, suku bangsa atau etnis adalah segolongan rakyat yang
masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Diferensiasi
suku bangsa merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-
ciri biologis yang sama, seperti ras.
 Namun suku bangsa memiliki ciri-ciri paling mendasar yang
lain, yaitu adanya kesamaan budaya. Suku bangsa memiliki
kesamaan berikut : - ciri fisik - kesenian - bahasa daerah - adat
istiadat
Diferensiasi Klen (Clan)
 Klen (Clan) sering juga disebut kerabat luas atau
keluarga besar. Klen merupakan kesatuan
keturunan (genealogis), kesatuan kepercayaan
(religiomagis) dan kesatuan adat (tradisi). Klen
adalah sistem sosial yang berdasarkan ikatan darah
atau keturunan yang sama umumnya terjadi pada
masyarakat unilateral baik melalui garis ayah
(patrilineal) maupun garis ibu (matrilineal).
Diferensiasi Klen (Clan)- lanjutan
 Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal)
antara lain terdapat pada:
 Masyarakat Batak (dengan sebutan Marga)
 Masyarakat Minahasa (klennya disebut Fam),
 Masyarakat Ambon (klennya disebut Fam)
 Masyarakat Flores (klennya disebut Fam)
 Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal)
antara lain terdapat pada masyarakat Minangkabau,
Klennya disebut suku yang merupakan gabungan
dari kampuang-kampuang.
Diferensiasi Agama
 Diferensiasi agama merupakan pengelompokan masyarakat
berdasarkan agama/kepercayaannya.
Komponen-komponen Agama:
・ Emosi keagamaan, yaitu suatu sikap yang tidak rasional yang mampu
menggetarkan jiwa, misalnya sikap takut bercampur percaya.
・ Sistem keyakinan, terwujud dalam bentuk pikiran/gagasan manusia seperti
keyakinan akan sifat-sifat Tuhan, wujud alam gaib, kosmologi, masa akhirat,
cincin sakti, roh nenek moyang, dewa-dewa, dan sebagainya.
・ Upacara keagamaan, yang berupa bentuk ibadah kepada Tuhan, Dewa-dewa
dan Roh Nenek Moyang.
・ Tempat ibadah, seperti Mesjid, Gereja, Pura, Wihara, Kuil, Klenteng.
・ Umat, yakni anggota salah satu agama yang merupakan kesatuan sosial.
Diferensiasi Agama (lanjutan)
 Agama dan Masyarakat. Dalam perkembangannya
agama mempengaruhi masyarakat dan demikian juga
masyarakat mempengaruhi agama atau terjadi interaksi
yang dinamis. Di Indonesia, kita mengenal agama Islam,
Katolik, Protestan, Budha dan Hindu. Disamping itu
berkembang pula agama atau kepercayaan lain, seperti
Khong Hu Chu, Aliran Kepercayaan, Kaharingan dan
Kepercayaan-kepercayaan asli lainnya.
Diferensiasi Profesi (pekerjaan)
 Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat
yang didasarkan pada jenis pekerjaan atau profesinya.
 Profesi biasanya berkaitan dengan suatu ketrampilan khusus.
Misalnya profesi dosen memerlukan ketrampilan khusus,
seperti : pandai berbicara, suka membimbing, sabar, dsb.
 Berdasarkan perbedaan profesi kita mengenal kelompok
masyarakat berprofesi seperti guru, dokter, pedagang, buruh,
pegawai negeri, tentara, dan sebagainya.
 Perbedaan profesi biasanya juga akan berpengaruh pada perilaku
sosialnya. Contohnya, perilaku seorang guru akan berbeda
dengan seorang dokter ketika keduanya melaksanakan
pekerjaannya.
Diferensiasi Jenis Kelamin
 Jenis kelamin merupakan kategori dalam
masyarakat yang didasarkan pada perbedaan seks
atau jenis kelamin (perbedaan biologis).
 Perbedaan biologis ini dapat kita lihat dari
struktur organ reproduksi, bentuk tubuh, suara,
dan sebagainya.
 Atas dasar itu, terdapat kelompok masyarakat laki-
laki atau pria dan kelompok perempuan atau
wanita.
Diferensiasi Asal Daerah
 Diferensiasi ini merupakan pengelompokan manusia
berdasarkan asal daerah atau tempat tinggalnya,
desa atau kota.
 Terbagi menjadi:
- masyarakat desa : kelompok orang yang tinggal di
pedesaan atau berasal dari desa;
- masyarakat kota : kelompok orang yang tinggal di
perkotaan atau berasal dari kota.
Perbedaan orang desa dengan orang kota dapat kita
temukan dalam hal-hal berikut ini : perilaku,tutur kata,
cara berpakaian, cara menghias rumah, dsb.
Diferensiasi Partai
 Demi menampung aspirasi masyarakat untuk
turut serta mengatur negara/ berkuasa, maka
bermunculan banyak sekali partai.
 Diferensiasi partai adalah perbedaan
masyarakat dalam kegiatannya mengatur
kekuasaan negara, yang berupa kesatuan-
kesatuan sosial, seazas, seideologi dan
sealiran.
Industrialisasi
 Industrialisasi yang terjadi saat ini telah membawa
pengaruh dan dampak yang sangat besar bagi kehidupan
manusia. Industri memberi mata pencaharian kepada
berjuta-juta rakyat dalam bidang-bidang yang berbeda.
Industri membuka peluang bagi banyak orang untuk
mengembangkan kemampuannya.
 Industri mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak
langsung. Misalnya secara industri telah membentuk
perilaku, sikap, gaya hidup dan bahkan nilai-nilai dalam
masyarakat.
Revolusi Industri dan Munculnya
Kapitalisme Industri
 Revolusi Industri adalah perubahan teknologi,
sosioekonomi, dan budaya pada akhir abad ke-18 dan
awal abad ke-19 yang terjadi dengan penggantian
ekonomi yang berdasarkan pekerja menjadi yang
didominasi oleh industri dan diproduksi mesin.
 Revolusi ini dimulai di Inggris dengan perkenalan mesin
uap (dengan menggunakan batu bara sebagai bahan
bakar) dan ditenagai oleh mesin (terutama dalam
produksi tekstil).
 Perkembangan peralatan mesin logam-keseluruhan pada
dua dekade pertama dari abad ke-19 membuat produk
mesin produksi untuk digunakan di industri lainnya.
Revolusi Industri dan Munculnya
Kapitalisme Industri
 Awal mulai Revolusi Industri tidak jelas tetapi
T.S. Ashton menulisnya kira-kira 1760-1830.
 Tidak ada titik pemisah dengan Revolusi
Industri II pada sekitar tahun 1850, ketika
kemajuan teknologi dan ekonomi
mendapatkan momentum dengan
perkembangan kapal tenaga-uap, rel, dan
kemudian di akhir abad tersebut
perkembangan mesin bakar dalam dan
perkembangan pembangkit tenaga listrik.
Dampak Revolusi Industri
 Efek budayanya menyebar ke seluruh Eropa Barat
dan Amerika Utara, kemudian mempengaruhi seluruh
dunia. Efek dari perubahan ini di masyarakat sangat
besar dan seringkali dibandingkan dengan revolusi
kebudayaan pada masa Neolitikum ketika pertanian
mulai dilakukan dan membentuk peradaban,
menggantikan kehidupan nomadik.
 Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh
Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui di
pertengahan abad ke-19.
Industrialisasi Di Indonesia
ERA INDUSTRIALISASI DI
INDONESIA
 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Pendudukan Belanda

 Perkembangan industrialisasi di Indonesia, terbagi dalam empat periode,


mulai dari tanam paksa hingga berakhirnya Pemerintahan Hindia
Belanda, pendudukan Jepang hingga akhir Perang Dunia II, proklamasi
hingga berakhirnya Orde Lama, serta masa Orde Baru hingga
berakhirnya pembangunan Jangka Panjang I.

 Industrialisasi di Indonesia, berawal pada perkembangan industri di


sektor perubahan, dan baru menjelang tahun 1900, pemerintahan Hindia
Belanda saat itu mengalihkan kesektor lain. Perkembangan industrialisasi
juga tidak terlepas dari peristiwa dunia, seperti ekspansi Jerman ke
negara-negara Eropa, Perang Dunia I, serta Perang Asia Timur Raya.
 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Pendudukan Jepang

 Kebijakan industri pada masa pendudukan Jepang beralih ke


keperluan perang. Dalam masa ini dikembangkan satu kebijakan
yaitu kebijakan Ekonomi Wilayah Selatan yang meliputi 2
wilayah, yaitu Hindia Belanda, Malaya, Baruto dan Filipina yang
termasuk wilayah pertama, dan Indochina, dan Muangthai
termasuk wilayah dua.

 Pada masa ini pula terjadi perubahan struktur industri, dimana pola
industri dengan menghasilkan bahan baku untuk ekspor,
berkembang menjadi industri pengolahan bahan baku menjadi
bahan jadi untuk kosumsi sendiri.
 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode 20 Tahun Indonesia Merdeka

 Perkembangan industri di Indonesia, penggal waktu ketiga ditandai


dengan trial dan error dalam pengembangan industri. Hal ini karena
bangsa Indonesia memang belum memiliki pengalaman sendiri dalam
mengelola industri.

 Pada penggal waktu ini ditandai dengan silih bergantinya pemerintahan,


sehingga industri tidak berkembang kemudian dibuat Rencana
Pembangunan Lima Tahun, yang disahkan DPR pada tahun 1958 dan
berlaku surut hingga 1 Januari 1956.

 Tahun 1957 terjadi nasionalisasi pengusaha asing yang secara tidak


langsung dimulainya militer masuk dalam dunia bisnis.
 Era Industrialisasi di Indonesia: Periode Orde Baru

 Repelita sebagai ganti dari PNSB dimulai dengan target


ambisius yaitu meningkatkan hingga 50% produksi dalam
waktu 5 tahun. Repelita menekankan pada industri
pertanian.

 Masa ini terjadi dalam tahap stabilisasi dan reformasi,


bimbingan dan penyuluhan, konsulidasi industri kecil,
Broad Spektrum, serta pembinaan terbesar.
 Repelita ini dibagi dalam Pembanguan Lima Tahun I hingga ke V.

 Pelita I ditandai dengan probahan proyek pembinaan industri kecil kerajinan


rakyat.

 Pelita II ditandai dengan pemberian fasilitas kredit.

 Pelita III ditandai dengan keterkaitan industri kecil pada perekonomian


nasional.

 Pelita IV ditandai dengan program bapak angkat dalam pemberian bahan baku.

 Pelita V peningkatan fungsi bapak angkat dalam pemasaran.

You might also like