Professional Documents
Culture Documents
Tentang
MAKALAH GANGUAN TINGKAH LAKU PADA ANAK DAN
REMAJA
Oleh
Kelompok 1
1. ADI SUDRAJAT
2. ISKAK
3. SLAMET MUJIONO
4. AGUS EKO WIDODO
5. NINIK SULISTIYANI
6. NANING AMBAR R
Dosen Pembimbing
SHANTI R LEKSONO, S.Kep Ns
I. Latar Belakang
Tak dimungkiri pula, kehadiran teknologi yang serba digital dewasa ini banyak
menjebak remaja kita untuk mengikuti perubahan ini. Hal ini perlu didukung dan disikapi
positif mengingat kemampuan memahami pengetahuan dan teknologi adalah kebutuhan
masa kini yang tidak bisa terelakkan. Namun, filterisasi atas merebaknya informasi dan
teknologi super canggih melalui berbagai media komunikasi seringkali terlepas dari
kontrol. Pola perilaku budaya luar (baca: pengaruh era global), sering kali dianggap
sebagai simbol kemajuan dan mendapat dukungan berarti di kalangan remaja. Kemajuan
informasi dan teknologi telah membawa ke arah perubahan konsep hidup dan perilaku
sosial. Pengenalan dan penerimaan informasi dan teknologi tumbuh pesat bahkan menjadi
kebutuhan hidup. Perlu kiranya menjadi keprihatinan bersama, sekaligus menaruh
perhatian lebih bila mengamati dan menjumpai sebagian dari remaja yang makin
menikmati dan menghabiskan masa remajanya dengan kegiatan yang kurang berfaedah
bahkan sama sekali tak berguna demi masa depannya. Masalahnya sejauh mana nilai
positif dari kemajuan tersebut mampu dipilih dan dipilah secara cermat dan
bertanggungjawab oleh remaja. Ini sangat urgen, karena persoalannya menyangkut masa
depan remaja itu sendiri dan bisa jadi negara tercinta ini, akan kehilangan satu mata rantai
generasi penerus (the loss generation).
Memang, sebagai bagian dari masalah sosial, kenakalan remaja merupakan masalah
yang serius karena akan mengancam kehidupan suatu bangsa. Penyakit remaja muncul
sebagai akibat melemahnya pengertian dan kewaspadaan terhadap kebutuhan dan
permasalahan usia remaja itu sendiri. Sifat-sifat sulit diatur, berontak, merajuk, kumpul-
kumpul, suka meniru, mulai jatuh cinta, hura-hura dan sebagainya, adalah rangkaian pola
perilaku yang selalu muncul membayangi sisi kehidupan remaja.
Jika tidak dikontrol dan diawasi, hal ini tentu dapat memicu timbulnya masalah sosial, di
mana tercipta situasi yang kurang atau tidak mengenakkan dalam masyarakat. Contoh
perilaku remaja yang mengindikasikan timbulnya permasalahan sosial bagi lingkungan
sekitarnya seperti: kebiasaan merusak fasilitas umum dan sosial, coret-coret dinding,
minum minuman beralkohol, tawuran antar remaja, kebut-kebutan di jalan raya dan bahkan
sampai pada perilaku seks bebas (free sex) dan pemakaian obat-obatan terlarang. Kondisi
ini ada bukan untuk dimusuhi atau dijauhi, tetapi mesti dipahami dan didekati karena
merupakan integritas remaja di dalam menemukan identitas diri dan pengakuan pribadinya.
Mengamati dan memahami pola-pola perilaku remaja yang memang sangat rumit dan
tinggi kompleksitasnya, maka sebelum terlambat, segenap potensi sosial yang tersedia
harus diarahkan dan diupayakan secara terpadu dan berkesinambungan untuk melibatkan
perannya. Penanganan permasalahan kenakalan remaja pun tidak hanya ditekankan pada
remaja itu sendiri, melainkan multi dimensi..
Gangguan jiwa pada anak-anak merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya
tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada
15% sampai 22% anak-anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya
kurang dari 20% (Keys, 1998). Karena gangguan ini sering tidak dianggap serius seperti
gangguanm yang bersidat fisik atau jasmaniah, karena kondisi sosial masyarakat sekarang
ini masih kurang memperhatikan maslah kejiwaan
II. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengindentifiksi gangguan perilaku pada anak
dan remaja serta memahami perawatan pada permasalahan tersebut
.
BAB II
TINJAUAN TEORI
DEFENISI
Juvenile delinquency ( kenakalan remaja ) ialah perilaku jahat/dursila, atau
kejahatan/kenakalan anak-anak muda; merupakan gejala sakit ( patologis ) secara sosial
pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga
mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Pengertian kenakalan remaja menurut Resolusi PBB 40/33 tentang UN Standard Minimum
Rules for the Administration of Juvenile Justice ( Beijing Rules ) khusus dalam rules 2.2
adalah salah seorang anak atau orang muda ( remaja ) yang melakukan perbuatan yang
‘dapat dipidana’ menurut sistem hukum yang berlaku dan diperlakukan secara berbeda
dengan orang dewasa(4)
BATASAN TENTANG REMAJA
Perkembangan usia anak hingga dewasa dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu :
a. Anak, seorang yang berusia di bawah 12 tahun
b. Remaja dini, seorang yang berusia 12 – 15 tahun
c. Remaja penuh, seorang yang berusia 15 – 17 tahun
d. Dewasa muda, seorang yang berusia 17-21 tahun
e. Dewasa, seorang berusia di atas 21 tahun.
Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli sependapat bahwa
remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18 tahun.
TEORI PERILAKU KENAKALAN REMAJA
Berikut ini adalah beberapa teori tentang penyebab kelakuan kenakalan remaja :
1. Teori Differential Asociation
Teori yang dikemukakan oleh E. Sutherland ini pada dasarnya melandaskan diri pada
proses belajar. Kejahatan seperti juga perilaku pada umumnya merupakan suatu yang
dipelajari.
2. Teori Anomie
Teori anomie yang diajukan Robert Merton merupakan teori yang berorientasi pada kelas.
Itilah anomie sendiri sebetulnya berasal dari seorang pakar sosiologi perancis, Emile
durkeim, yang berarti suatu keadaan tanpa norma. Konsep anomie ini kemudian oleh
Merton diformulasikan dalam rangka menjelaskan keterkaitan antara kelas-kelas sosial
dengan kecenderungan pengadaptasiannya dalam sikap dan perilaku kelompok. Merton
berusaha menunjukkan bahwa berbagai struktur sosial yang mungkin terdapat di
masyarakat dalam realitasnya telah mendorong orang-orang dengan kualitas tertentu
cenderung berperilaku menyimpang ketimbang mematuhi norma-norma kemasyarakatan.
3.Teori Sub-budaya Delinkuen
Teori ini dilontarkan oleh Albert K Cohen, yang menjelaskan terjadinya peningkatan
perilaku delinkuen di daerah kumuh. Fokus perhatiannya terarah pada satu pemahaman
bahwa perilaku delinkuen di kalangan usia muda, kelas bawah merupakan cerminan
ketidakpuasan mereka terhadap norma-norma dan nilai kelompok kelas menengah yang
mendominasi.
4. Teori Netralisasi
Pada dasarnya teori netralisasi ini beranggapan bahwa aktivitas manusia selalu
dikendalikan oleh pikirannya. Menurut teori ini orang-orang berperilaku jahat atau
menyimpang disebabkan adanya kecenderungan di kalangan mereka untuk merasionalkan
norma-norma dan nilai-nilai ( yang seharusnya berfungsi sebagai pencegah perilaku jahat )
menurut persepsi dan kepentingan mereka sendiri.
5. Teori Kontrol
Teori kontrol atau sering juga disebut teori kontrol sosial berangkat dari asumsi atau
anggapan bahwa individu di masyarakat mempunyai kecenderungan yang sama
kemungkinannya, menjadi ‘baik’ atau ‘jahat’. Baik jahatnya seseorang sepenuhnya
tergantung pada masyarakatnya membuatnya demikian, dan menjadi jahat apabila
masyarakatnya membuatnya demikian.
ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari kenakalan remaja meliputi gangguan-gangguan perilaku.
Penyebab gangguan perilaku mungkin berasal dari anak sendiri atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling mempengaruhi Anak sendiri
1. Penyebab yang diturunkan. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh dapat
diturunkan. Demikian juga beberapa sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari
orangtua kepada anaknya.
2. Penyebab yang diperoleh pada waktu anak berkembang. Telah lama diketahui bahwa
gangguan otak seperti trauma kepala, ensefalitis, neoplasma dan lain-lain dapat
mengakibatkan perubahan kepribadian. Anak dengan sindroma otak organik ini
mungkin menunjukkan hiperkinesia, kegelisahan, kecenderungan untuk merusak dan
kekejaman.
3. Lingkungan, Meskipun faktor-faktor yang diturunkan itu mempengaruhi perilaku anak,
akan tetapi faktor lingkungan sering lebih menentukan. Dan karena lingkungan itu dapat
diubah maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat dipengaruhi atau dapat
dicegah. Beberapa penyebab gangguan perilaku yang berasal dari lingkungan
ialah:Orangtua, Saudara-saudara, Orang lain di rumah, Hubungan di sekolahnya,
Keadaan ekonomi
Beberapa hal yang mempengaruhi gangguan perilaku pada anak dan remaja
Setelah dianalisis secara bivariat antara beberapa variabel, maka untuk melengkapinya
dianalisis secara statistik dengan rumus product moment guna melihat keeratan hubungan
tersebut. Kesimpulannya ada hubungan negative antara keberfungsian keluarga dengan
kenakalan remaja yang dilakukan. Artinya semakin tinggi tingkat berfungsi sosial
keluarga, akan semakin rendah tingkat kenakalan remajanya, demikian sebaliknya semakin
rendah keberfungsian sosial keluarga maka akan semakin tinggi tingkat kenakalan
remajanya.
Secara jenis kelamin terlihat remAja pria lebih cenderung melakukan kenakalan pada
tinglat khusus, walaupun demilikan juga remaja perempuan yang melakukan kenakalan
khusus. Dari sudut pekerjaan atau kegiatan sehari-hari remaja ternyata yang menganggur
mempunyai kecenderungan tinggi melakukan kenakalan khusus demikian juga mereka
yang berdagang dan menjadi buruh juga tinggi kecenderungannya untuk melakukan
kenakalan khusus. Pemenuhan kebutuhan keluarga juga berpengaruh pada tingkat
kenakalan remajanya, artinya bagi keluarga yang tiap hari hanya berpikir untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya seperti yang orang tuanya bekerja sebagai buruh, tukang, supir dan
sejenisnya ternyata anaknya kebanyakan melakukan kenakalan khusus.
Demikian juga bagi keluarga yang interaksi sosialnya kurang dan tidak serasi anak-
anaknya melakukan kenakalan khusus. Kehidupan beragama keluarga juga berpengaruh
kepada tingkat kenakalan remajanya, artinya dari keluarga yang taat menjalankan agama
anak-anaknya hanya melakukan kenakalan biasa, tetapi bagi keluarga yang kurang dan
tidak taat menjalankan ibadahnya anak-anak mereka pada umumnya melakukan kenakalan
khusus.Hal lain yang dapat dilihat bahwa sikap orang orang tua dalam sosialisasi terhadap
anaknya juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kenakalan yang dilakukan, dari data
yang diperoleh bagi keluarga yang kurang dan masa bodoh dalam pendidikan (baca
sosialisasi) terhadap anaknya maka umumnya anak mereka melakukan kenakalan khusus.
Dan akhirnya keserasian hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya juga
berpengaruh pada kenakalan anak-anak mereka. Mereka yang hubungan sosialnya dengan
lingkungan serasi anak-anaknya walaupun melakukan kenakalan tetapi pada tingkat
kenakalan biasa, tetapi mereka yang kurang dan tidak serasi hubungan sosialnya dengan
lingkungan anak-anaknya melakukan kenakalan khusus.
Peranan Lembaga Pendidikan Untuk tidak segera mengadili dan menuduh remaja sebagai
sumber segala masalah dalam kehidupan di masyarakat, barangkali baik kalau setiap
lembaga pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) mencoba merefleksikan peranan
masing-masing.
Pertama, lembaga keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama.
Kehidupan kelurga yang kering, terpecah-pecah (broken home), dan tidak harmonis akan
menyebebkan anak tidak kerasan tinggal di rumah. Anak tidak mersa aman dan tidak
mengalami perkembangan emosional yang seimbang. Akibatnya, anak mencari bentuk
ketentraman di luar keluarga, misalnya gabung dalam group gang, kelompok preman dan
lain-lain. Banyak keluarga yang tak mau tahu dengan perkembangan anak-anaknya dan
menyerahkan seluruh proses pendidikan anak kepada sekolah. Kiranya keliru jika ada
pendapat yang mengatakan bahwa tercukupnya kebutuhan-kebutuhan materiil menjadi
jaminan berlangsungnya perkembangan kepribadian yang optimal bagi para remaja.
Kedua, bagaimana pembinaan moral dalam lembaga keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Kontras tajam antara ajaran dan teladan nyata dari orang tua, guru di sekolah, dan tokoh-
tokoh panutan di masyarakat akan memberikan pengaruh yang besar kepada sikap,
perilaku, dan moralitas para remaja. Kurang adanya pembinaan moral yang nyata dan
pudarnya keteladanan para orangtua ataupun pendidik di sekolah menjadi faktor kunci
dalam proses perkembangan kepribadian remaja. Secara psikologis, kehidupan remaja
adalah kehidupan mencari idola. Mereka mendambakan sosok orang yang dapat dijadikan
panutan. Segi pembinaan moral menjadi terlupakan pada saat orang tua ataupun pendidik
hanya memperhatikan segi intelektual. Pendidikan disekolah terkadang terjerumus pada
formalitas pemenuhan kurikulum pendidikan, mengejar bahan ajaran, sehingga melupakan
segi pembinaan kepribadian penanaman nilai-nilai pendidikan moral dan pembentukan
sikap.
Ketiga, bagaimana kehidupan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat apakah mendukung
optimalisasi perkembangan remaja atau tidak.
Saat ini, banyak anak-anak di kota-kota besar seperti Jakarta sudah merasakan kemewahan
yang berlebihan. Segala keinginannya dapat dipenuhi oleh orangtuanya. Kondisi semacam
ini sering melupakan unsur-unsur yang berkaitan dengan kedewasaan anak. Pemenuhan
kebutuhan materiil selalu tidak disesuaikan dengan kondisi dan usia perkembangan anak.
Akibatnya, anak cenderung menjadi sok malas, sombong, dan suka meremehkan orang
lain.
Keempat, bagaimana lembaga pendidikan di sekolah dalam memberikan bobot yang
proposional antara perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak. Akhir-akhir ini
banyak dirasakan beban tuntutan sekolah yang terlampau berat kepada para peserta didik.
Siswa tidak hanya belajar di sekolah, tetapi juga dipaksa oleh orangtua untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan mengikuti les tambahan di luar sekolah. Faktor
kelelahan, kemampuan fisik dan kemampuan inteligensi yang terbatas pada seorang anak
sering tidak diperhitungkan oleh orangtua. Akibatnya, anak-anak menjadi kecapaian dan
over acting, dan mengalami pelampiasan kegembiraan yang berlebihan pada saat mereka
selesai menghadapi suasana yang menegangkan dan menekan dalam kehidupan di sekolah.
Kelima, bagaimana pengaruh tayangan media massa baik media cetak maupun elektronik
yang acapkali menonjolkan unsur kekerasan dan diwarnai oleh berbagai kebrutalan.
Pengaruh-pengaruh tersebut maka munculah kelompok-kelompok remaja, gang-gang yang
berpakaian serem dan bertingkah laku menakutkan yang hampir pasti membuat masyarakat
prihatin dan ngeri terhadap tindakan-tindakan mereka. Para remaja tidak dipersatukan oleh
suatu identitas yang ideal. Mereka hanya himpunan anak-anak remaja atau pemuda-
pemudi, yang malahan memperjuangkan sesuatu yang tidak berharga (hura-hura),
kelompok yang hanya mengisi kekosongan emosional tanpa tujuan jelas.
Berdasarkan analisis di atas, ditemukan bahwa remaja yang memiliki waktu luang banyak
seperti mereka yang tidak bekerja atau menganggur dan masih pelajar kemungkinannya
lebih besar untuk melakukan kenakalan atau perilaku menyimpang. Demikian juga dari
keluarga yang tingkat keberfungsian sosialnya rendah maka kemungkinan besar anaknya
akan melakukan kenakalan pada tingkat yang lebih berat.Sebaliknya bagi keluarga yang
tingkat keberfungsian sosialnya tinggi maka kemungkinan anak-anaknya melakukan
kenakalan sangat kecil, apalagi kenakalan khusus. Dari analisis statistik (kuantitatif)
maupun kualitatif dapat ditarik kesimpulan umum bahwa ada hubungan negatif antara
keberfungsian sosial keluarga dengan kenakalan remaja, artinya bahwa semakin tinggi
keberfungsian social keluarga akan semakin rendah kenakalan yang dilakukan oleh remaja.
Sebaliknya semakin ketidak berfungsian sosial suatu keluarga maka semakin tinggi tingkat
kenakalan remajanya (perilaku menyimpang yang dilakukanoleh remaja.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka untuk memperkecil tingkat kenakalan remaja ada dua
hal yang perlu diperhatikan yaitu meningkatkan keberfungsian sosial keluarga melalui
program-program kesejahteraan sosial yang berorientasi pada keluarga dan pembangunan
social yang programnya sangat berguna bagi pengembangan masyarakat secara
keseluuruhan Di samping itu untuk memperkecil perilaku menyimpang remaja dengan
memberikan program-program untuk mengisi waktu luang, dengan meningkatkan program
di tiap karang taruna. Program ini terutama diarahkan pada peningkatan sumber daya
manusianya yaitu program pelatihan yang mampu bersaing dalam pekerjaan yang sesuai
dengan kebutuhan.
DAFTAR PUSTAKA