You are on page 1of 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pada masa sekarang ini penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B
mudah kita ‘temui’ pada masyrakat luas. Sedikitnya 19.37% dari penyakit ini
mengalami kematian.

Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat terhadap ke-4 penyakit


ini yang diantaranya mempunyai faktor penyebab seperti kurangnya sosialisasi
terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B, gaya hidup masyarakat
yang kurang sehat serta keengganan masyarakat untuk bertanya dan mencari
informasi pada tempat-tempat pelayanan kesehatan.

Penyakit difteri, tetanus, pertusis dan penyakit hepatitis B merupakan


penyakit berbahaya yang sukar untuk disembuhkan karena umumnya penyakit-
penyakit ini merusak organ-organ pada tubuh manusia.

Penyakit difteri misalnya, penyakit ini menyebabkan kesulitan bernapas,


menyerang jantung dan saraf, menyebabkan kerusakan pada seluruh organ tubuh,
juga bisa menyebabkan kematian. Penyakit tetanus yang kerja penyakitnya
menyerang pada bagian saraf menyebabkan pembususkkan organ, kejang otot dan
kesulitan pada saat menelan. Penyakit pertusis dapat menginfeksi saluran
pernapasan, muntah-muntah hingga napas menjadi melengking karena batuk
panjang. Hepatitis B menyebabkan kerusakan,peregangan,pengerasan serta
kanker pada hati yang dapat berakibat pada kematian seseorang.

Dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, penulis akan


memaparkan mengenai ke-4 penyakit ini juga mengenai bahaya serta solusi

1
pencegahan melalui vaksin agar kita tidak terjangkit salah satu atau 4 penyakit
yang berbahaya ini dalam karya tulis ilmiah ini yang diberi judul “Mencegah 4
Penyakit Dalam 1 Vaksin”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka


beberapa hal yang dapat penulis dan yang selanjutnya akan dibahas dalam karya
tulis ilimiah ini adalah :
1. Akibat dari penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.
2. Cara mencegah penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B dengan vaksin
DTP- HB.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang


diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memenuhi wawasan dan
ilmu pengetahuan.
Secara terperinci tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :
1. Memberitahukan informasi dan bahaya penyakit difteri, tetanus, pertusis dan
hepatitisB.
2. Solusi untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B
dengan cara memberikan vaksin DTP-HB.

1.4 METODE PENULISAN


1. Studi Pustaka
Metode ini, penulis mencari informasi dibuku, brosur dari internet yang
berhubungan dengan penulisan karya ilmiah atau teknik penulisan karya ilmiah
yang berkaitan dengan DTP-HB sebagai tambahan informasi.
2. Teknik Wawancara
Tujuan dari teknik wawancara ini adalah agar diperoleh gambaran yang lebih

2
lengkap mengenai masalah vaksin dan serum yangmeliputi DTP-HB sebagai
tambahan informasi.
3. Pengamatan langsung
Pada teknik ini, penulis terjun langsung ke lapangan yaitu dengan
mengunjungi PT. Biofarma (persero) guna mencari informasi mengenai
kegunaan, cara kerja dan cara pemakaian vaksin DTP-HB.

1.5 HIPOTESIS
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan berankangkat dari keyakina penulis
setelah cukup melakukan pengenalan masalah. Adapun keyakinan atau hipoteis
tersebut adalah ‘penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B ini dapat
dicegah dengan vaksin DTP-HB dan pola hidup sehat sejak dalam kandungan
sampai dengan usia lanjut.”

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DIFTERI
Difteri merupakan penyakit menular yang sangat berbahaya yang banyak dialami
oleh anak-anak. Penyakit ini mudah menular dan menyerang terutama daerah
saluran pernafasan bagian atas.

penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium


diphtheriae (C. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas mukosa saluran
pernapasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit
tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membran kelabu yang
menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan.

Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor
alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan
dari kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri.
Tingkat kematian akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan
kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.

Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin
dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan
menghentikan pengeluaran toksin. Umumnya difteri dapat dicegah melalui
vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai
cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.

2.1.1 Penemu Difteri


Adalah Emil Von Behring (1854-1817) seorang Dokter berkebangsaan
Jerman peraih nobel kesehatan dan kedokteran pada tahun 1901 yang
menemukan penyakit difteri yang banyak menelan korban jiwa di Jerman,

4
terutama anak-anak.
Emil Von Behring belajar ilmu kedokteran di Royal Medical-Surgical
Friedrich-Wilhelm – Institute pada tahun 1874 dan lulus pada tahun 1978.
Selain menemukan penyakit difteri Emil pun menemukan serum yang bisa
menguatkan tubuh dari penyakit diferi. Saat itu Emil menjadi asisten Robert
Koch di Universitas Berlin pada tahun 1888. Emil mencoba berbagai senyawa
golongan antiseptik seperti iodoform, merkuri dan asetilen untuk membunuh
baketeri penyebab difteri.
Emil berhasil menemukan serum difteri dengan membuat kultur bakteri difteri
dengan iodine triklorida. Kultur ini kemudian di suntikan ke babi guinea.
Hasilnya, babi guinea tersebut menjadi kebal terhadap difteri. Serum darah
dari babi guinea tersebut disuntikan kembali kepada ke babi guinea yang
kedua dan hasilnya bagi guinea kedua itu pun kebal terhadap difteri. Atas
penemuaannya ini Emil kemudian dikenal sebagai pelopor/penemu terapi
serum. (klipingut.wordpress.com).

2.1.2 Penyebab Difteri


Penyakit difteri adalah infeksi saluran pernasfasan yang disebabkan oleh
kuman Corynebacterium Diphteriae, suatu bakteri yang tidak bergerak dan
tidak membentuk spora. Gejala difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran
yang merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri
merupakan lapisan tipis berwarna putih keabu-abuan yang timbul terutama di
daerah mukosa hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan
pseudomembran, kuman ini juga menghasilkan sebuah racun yang disebut
eksotoxin yang sangat berbahaya karena menyerang otot jantung, ginjal dan
jaringan syaraf. (www.blogdokter.com)

2.1.3 Cara Penularan


Penyakit difteri disebabkan disebarkan orang melalui pernafasan, terutama
droplet tenggorokan yang disebabkan batuk dan bersin. Difteri pun bisa
tersebar melalui percikan ludah dari orang yang membawa kuman kepada

5
orang lain yang sehat. Selain itu penyakit ini juga bisa ditularkan melalui
benda atau makanan yang terkontaminasi.

2.1.4 Bahaya Difteri


Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit yang berbahaya. Penyakit ini
menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menerang anak-anak yang
belum di imunisasi. Pada tahun 2000, diseluruh Negara dilaporkan ada 30.000
kasus dan 3000 diantaranya meninggal karena penyakit ini. (www.who.int)

2.1.5 Pencegahan & Pengobatan


Di negara berkembang difteri acap menjadi penyebab kematian pada anak-
anak. Untungnya dekade terakhir telah dikembangkan vaksin difteri (DPT)
yang menjadi imunisasi wajib pada anak. Sayangnya kekebalan hanya
diiperoleh selama 10 tahun setelah imunisasi, sehingga orang dewasa
sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali.

Penderita difteri sebaiknya dirawat di rumah sakit, di unit perawatan intensif.


Ia akan diberi suntikan antitoksin dan mendapatkan pemantauan ketat
terhadap sistem pernafasan dan jantung. Untuk melenyapkan bakteri diberikan
antibiotik.

Pemulihan difteri yang berat akan berlangsung perlahan. Biasanya anak tidak
boleh terlalu banyak bergerak, karena kelelahan bisa melukai jantung yang
meradang.

2.2 TETANUS
Tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu Tetanos dari kata Titan yang berarti
menegang. Penyakit ini adaah penyakit infeksi dimana spasme otot tonik dan
hiperrefeksia menyebabkan trismus (lockjaw/kejang mulut), spasme otot umum,
melengkungnya punggung (opistotunus), kejang dan paralis pernafasan.
(Wikipedia.co.id)

6
2.2.1 Penemu Tetanus
Sejarah ditemukannya penyakit Tetanus sangatlah panjang dan berbagai
literatur tidak menyebutkan secara khusus siapa yang menemukan tetanus ini.
Para ilmuwan telah mengetahui virus ini sejak tahun 1889 oleh Kitasato,
Nocard dan akhirnya Descombey namun tidak menyebabkan ditemukannya
penyakit tetanus yang kita kenal selama ini. (Epidemiology and Prevention of
Vaccine-Preventable Diseases:2000)

2.2.2 Penyebab Tetanus


Penyakit tetanus disebabkan oleh Clostridium Tetani yang berasal ditanah,
kotoran hewan, debu dan sebagainya. Bakteri Clostridium Tetani ini
menghasilkan larutan exotoxin kuat yang berperan terhadap munculnya
manifestasi pada tetanus.
Tetanus atau lockjaw merupakan suatu toxemia akut yang ditandai dengan
adanya spasme tonik dari otot volunteer dan memiliki angka kematian yang
tinggi. (Krugman’s Infections Diseases of Children: 2003)
Untuk hidupnya kuman Clostridium Tetani tidak memerlukan oksigen dan
akan mati apabila diudara bebas. Kuman tetanus dapat membentuk spora yang
tetap hidup apabila direbus, tetapi mudah mati jika dipanaskan atau terkena
bahan pencuci hama.

2.2.3 Cara Penularan


Didalam buku Krugman’s Infections Diseases of Children disebutkan bahwa
seseorang terinfeksi C.Tetani biasanya bermula pada suatu luka pada kulit,
dimana dapat tidak disadari atau dianggap, namun infeksi dapat terjadi pada
luka bakar, infeksi persalinan, dan infeksi tali pusar.
Penderita tetanus tetap sadar walaupun sakit berat meskipun racun
tetanospanin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani penyebab kelumpuhan
otot selutuh tubuh yang bersifat kaku. Infeksi bakteri ini terjadi diluka yang
dalam, kotor dan tak tersentuh oleh udara.

7
2.2.4 Bahaya Tetanus
The Word Health Organization memperkirakan bahwa pada tahun 1999
terdapat setidaknya 377.000 kematian akibat tetanus dan kebanyakan terjadi
pada masa acteria (Neonatal tetanus [NT]). NT merupakan salah satu dari
pemunuh bayi paling utama didunia. Lebih dari setengah kematian bayi
diakibatkan oleh NT di Asia Selatan.

Pada tahun 2002 penyakit tetanus membunuh tidak kurang dari 180.000 jiwa
bayi yang ada didunia. Grafik diatas adalah grafik angka dari orang yang
terkena penyakit tetanus dari tahun 1980-2007. Setiap tahun orang yang
terkena penyakit tetanus meningkat dari tahun sebelumnya.

2.2.5 Pengobatan

Untuk menetralisir racun, diberikan immunoglobulin tetanus.


Antibiotik tetrasiklin dan penisilin diberikan untuk mencegah pembentukan
racun lebih lanjut.

Obat lainnya bisa diberikan untuk menenangkan penderita,


mengendalikan kejang dan mengendurkan otot-otot. Penderita biasanya
dirawat di rumah sakit dan ditempatkan dalam ruangan yang tenang. Untuk
infeksi menengah sampai berat, mungkin perlu dipasang ventilator untuk
membantu pernafasan.

Makanan diberikan melalui infus atau selang nasogastrik. Untuk


membuang kotoran, dipasang kateter. Penderita sebaiknya berbaring
bergantian miring ke kiri atau ke kanan dan dipaksa untuk batuk guna
mencegah terjadinya pneumonia.

Untuk mengurangi nyeri diberikan kodein. Obat lainnya bisa diberikan


untuk mengendalikan tekanan darah dan denyut jantung. Setelah sembuh,

8
harus diberikan vaksinasi lengkap karena infeksi tetanus tidak memberikan
kekebalan terhadap infeksi berikutnya.

2.3 PERTUSIS
Pertusis adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernafasan
sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah. Pertusis disebut juga batuk
rejan atau batuk 100 hari kerena lama sakitnya dapat mencapai 3 bulan lebih (100
hari).

2.3.1 Penemu Pertusis


Penyakit pertusis adalah salah satu penyakit yang tidak disebutkan penemunya
oleh berbagai literatur. Hal ini terjadi karena perkembangan ilmu dalam
bidang kimia, kedokteran sangat pesat sekali. Hampir setiap hari pertanyaan-
pertanyaan terjawab oleh berbagai ilmuwan diberbagai Negara.
Yang paling dikenal dari penyakit pertusis adalah Jules Burdet seorang
fisikawan, bakteriawan dan peneliti kekebalan tubuh asalm Belgia penemu
dari bakteri yang menyebabkan pertusis ini. Namun Burdet tidak mengetahui
bakteri bordetella dapat mengakibatkan pertusis. Yang burdet temukan adalah
baketeri yang berbentuk gram negatif berukuran kecil. (Encyclopedia of
Britannica)

2.3.2 Penyebab Pertusis


Pertusis disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang bersarang disaluran
pernafasan dan sangat mudah tertular. (www.warmasif.co.id)
Bordetella Pertusis hidup di mulut, hidung dan tenggorokan sehingga
mengakibatkan batuk yang berkanjangan sekitar 3 bulan atau lebih.

2.3.3 Cara Penularan


Pertusis ditularkan kepada orang lain melalui tetesan dari batuk atau bersin.
Tanpa perawatan, penderita pertusis dapat menularkannya kepada orang lain
sampai tiga minggu setelah batuk mulai terjadi.

9
Waktu antara eksposur dan jatuh sakit biasanya tujuh sampai sepuluh hari,
tetapi mungkin juga hingga tiga minggu. Anak-anak yang terkena bibit
penyakit ini akan terinfeksi. Di banyak Negara, penyakit ini terjadi secara
teratur terjadi setiap 3 atau 5 kali setahun.

2.3.4 Bahaya Pertusis


Pertusis dapat menyerang semua umur, 60% menyerang pada anak-anak yang
berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang
bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir
keadaannya menjadi lebih parah.
Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000 kematian
terjadi di dunia yang diakibatkan oleh pertusis.

2.3.5 Pengobatan

Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka


ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan
bisa merangsang serangan batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari
tenggorokan. Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru
melalui selang yang dimasukkan ke trakea. Untuk menggantikan cairan yang
hilang karena muntah dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat
batuk, maka diberikan cairan melalui infus. Gizi yang baik sangat penting,
dan sebaiknya makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk
membasmi bakteri, biasanya diberikan antibiotik eritromycin.

2.4 HEPATITIS B
Istilah “Hepatitis” di pakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver).
Penyebabnya dapat bergabagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-
obatan, termasuk juga obat tradisional.
Penyakit hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang berbahaya di dunia.
Penyakit ini menyerang pada hati dan menyebabkan peradangan hati. Walaupun

10
terdapat 7 macam virus hepatitis B yaitu A, B, C, D , E, F dan G hanya hepatitis
B lah yang bebahaya karena dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker
hati dan selanjutnya bisa mengakibatkan kematian.

2.4.1 Penemu Hepatitis B


Penemu dari Hepatitis B tidak disebutkan didalam berbagai literatur. Hal ini
terjadi disebabkan karena pesatnya ilmu dalam bidang kedokteran dan kimia.
Indonesia memiliki warga Negara yang menemukan varian virus Hepatitis B
yang bernama Neny Nurainy. (www.indonessian community.multiply.com)

Neny Nureiny adalah wanita kelahiran Bandung yang belajar di Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Dia berhasil menemukan varian
virus Hepatitis B khas Indonesia setelah memeriksa darah pasien yang positif
mengandung HbsAg, yakni antigen pada selubung terluar Hepadna viridae
(nama ilmiah virus hepatitis B). (Majalah Tarbawi)

2.4.2 Penyebab Hepatitis B


Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) suatu anggota
famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau
menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosi hati
atau kanker hati.
Penyakit hepatitis ternyata tidak semata-mata karena virus. Keracunan obat
dan paparan berbagai macam zat kimia seperti tetraklorida, arsen, fosfor dan
zat-zat lain yang digunakan sebagai obat dalam industri modern bisa juga
menyebabkan hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau
diserap melalui kulit penderita. Menetralkan suatu racun yang beredar di
dalam darah adalah perjaan hati. Jika banyak sekali zat kimia beracun yang
masuk dalam tubuh, hati bisa saja rusak sehingga tidak dapat menetralkan
racun-racun lain. (Wikipedia.co.id)

11
2.4.3 Cara Penularan
Penularan Hapatitis B dilakukan melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak
dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.Penularan biasanya
terjadi melalui beberapa cara, antara lain penularan dari ibu ke bayi saat
melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik maupun
penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama.

2.4.4 Bahaya Hepatitis B


Organisasi kesehatan dunia (WHO) dalam situsnya menyebutkan fakta yang
mengenai Hepatitis B. Berikut adalah datanya.
- About 2 billion people worldwide have been infected with the virus and
about 350 live with chronic infection. An estimated 600.000 persons die each
year due to the acute or chronic consequence of Hepatitis B. (Ada 2 juta orang
didunia yang terinfeksi dengan virus Hepatitis B dan 350 orang hidup dengan
infeksi yang kronis. Ada 600.000 orang yang meninggal setiap tahun
disebabkan Hepatitis yang kronis ataupun tidak).
- About 25% of adults who become chronically infected during childhood
later die from liver cancer or cirrhosis (scarring of the liver) caused by the
chronic infection. (Ada 25% orang yang anaknya meninggal disebabkan oleh
orangtuanya terinfeksi kanker hati atau Hepatitis B yang kronis)
- The Hepatitis B virus is 50 to 100 times more occupational hazard for health
workers. (Hepatitis B yang berbahaya menjangkit 50-100 kali kepada petugas
kesehatan)
- Hepatitis B is preventable with a safe and effective vaccine. (Hepatitis B
dapat dicegah melalui vaksin yang aman dan efektif

2.4.5 Perawatan

Hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus menyebabkan sel-sel hati


mengalami kerusakan sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Pada umumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit

12
kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan-bulan dengan
diet dan istirahat yang baik.

Hepatitis B akut umumnya sembuh, hanya 10% menjadi Hepatitis B kronik


(menahun) dan dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati. Saat ini
ada beberapa perawatan yang dapat dilakukan untuk Hepatitis B kronis yang
dapat meningkatkan kesempatan bagi seorang penderita penyakit ini.
Perawatannya tersedia dalam bentuk antiviral seperti lamivudine dan adefovir
dan modulator sistem kebal seperti Interferon Alfa ( Uniferon).

Selain itu, ada juga pengobatan tradisional yang dapat dilakukan. Tumbuhan
obat atau herbal yang dapat digunakan untuk mencegah dan membantu
pengobatan Hepatitis diantaranya mempunyai efek sebagai hepatoprotektor,
yaitu melindungi hati dari pengaruh zat toksik yang dapat merusak sel hati,
juga bersifat anti radang, kolagogum dan khloretik, yaitu meningkatkan
produksi empedu oleh hati. Beberapa jenis tumbuhan obat yang dapat
digunakan untuk pengobatan Hepatitis, antara lain yaitu temulawak (Curcuma
xanthorrhiza), kunyit (Curcuma longa), sambiloto (Andrographis paniculata),
meniran (Phyllanthus urinaria), daun serut/mirten, jamur kayu/lingzhi
(Ganoderma lucidum), akar alang-alang (Imperata cyllindrica), rumput
mutiara (Hedyotis corymbosa), pegagan (Centella asiatica), buah kacapiring
(Gardenia augusta), buah mengkudu (Morinda citrifolia), jombang
(Taraxacum officinale).

13
BAB III
MENCEGAH DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS DAN HEPATITIS B
DENGAN 1 VAKSIN

3.1. PENGERTIAN VAKSIN


Dalam Wikipedia vaksin berasal dari kata vaccinia penyebab penyakit infeksi
cacar sapi yang ketika diberikan kepada manusia akan menimbulkan kekebalan
terhadap cacar. Vaksin terbuat dari bahan antigenik yang digunakan untuk
menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah
atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”.
Yang pertama kali menemukan vaksin adalah Louis Pasteur seorang profesor
dari Strasbourg University. Pada tahun 1857 Louis Pasteur berhasil memecahkan
misteri penyebab fermentasi dan orang pertama yang memahami proses
fermentasi. Berbagai zat dapat mengalami proses karena adanya mikroba. Karena
keberhasilannya dia mendapatkan penghargaan Salib Utama Legion D’Honour.
Dan pada tahun 1873 Louis Pasteur menemukan vaksin kolera antraks dan rabies.
(greenforze.blogspot.com)

3.2. PENEMUAN VAKSIN PENCEGAH DIFTERI, TETANUS, PERTUSIS,


dan HEPATITIS B
PT Biofarma (persero) telah berhasil menemukan vaksin kombinasi yang bisa
mencegah penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B yang diberi nama
DTP-HB.
DTP-HB mengandung DTP berupa toksoid difteri dan toksoid tetanus yang
dimurnikan dan pertusis (batuk rejan) yang di inaktivasi serta vaksin hepatitis B
yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HBsAg murni dan
bersifat non-infection.
Vaksin ini telah menerima prakualifikasi Organisasi Kesehatan Dunia atau
WHO. Prakualifikasi DTP HB itu menjadikan PT Bio Farma sebagai produsen

14
vaksin dengan jenis produk terbanyak yang diakui WHO setelah Serum Institute
of India.
Dalam harian Kompas disebutkan terdapat lebih kurang 200 produsen vaksin
dan hanya 23 produsen terdaftar di WHO. Melalui prakualifikasi itu, sudah
sembilan produk vaksin PT Bio Farma yang diakui (WHO Recognition), di
antaranya difteri tetanus (DT), difteri tetanus pertusis (DTP), tetanus toxoid (TT),
TT uniject, campak 10 dosis, campak 20 dosis, oral polio 10 dan 20 dosis, dan
yang terakhir difteri tetanus pertusis hepatitis B (DTP HB).
Menurut Tedi di Bandung kepala bagian Humas PT. Biofarma (persero),
vaksin DTP HB diresmikan penggunaannya pada November 2004 di Yogyakarta
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Vaksin itu ditujukan untuk mencegah
empat penyakit sekaligus, yaitu difteri, tetanus, pertusis atau batuk rejan, dan
hepatitis B. Penyakit-penyakit itu menjadi masalah kesehatan di banyak negara.
Angka kasusnya masih tinggi di berbagai belahan dunia.

4.3 MANFAAT VAKSIN DTP-HB


Vaksin ini merupakan kombinasi dari berbagai vaksin yang dapat mencegah
penyakit difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B menjadi satu vaksin dengan cara
toksoid difteri dan toksoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis (batuk rejan)
yang di inaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus
yang mengandung HBsAg murni dan bersifat non-infection.
Vaksin DTP-HB ini bisa memberikan kekebalan/imunitas aktif terhadap difteri,
tetanus, pertusis dan hepatitis B. Cara kerja dari vaksin ini adalah merangsang
tubuh untuk membentuk antibodi terhadap keempat penyakit ini.

Selain itu vaksin DTP-HB memiliki manfaat sebagai berikut :


1. Sekali suntik terlindung dari empat penyakit (difteri, tetanus, pertusis dan
hepatitis B)
2. Menghemat biaya vaksinasi sebanyak 25%.
3. Mengurangi pemakaian syringe 50%.
4. Menghemat tempat menyimpanan.

15
5. Mengurangi angka ketidakhadiran bayi (drop out) pada vaksinasi DTP-3 dan
HB-3.
6. Efektif menimbulkan kekebalan
Anti Hbs : 96.99%
Anti Difteria : 96.24%
Anti Tetanus : 100%
Anti Pertusis : 85.29%

16
BAB IV
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam karya ilmiah ini, kesimpulan penulis adalah sebagai
berikut :
1. Penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B merupakan penyakit
mematikan yang dapat merusak organ tubuh manusia.
2. Kurangnya perhatian terhadap ke-4 penyakit tersebut menyebabkan tingginya
angka kematian pada masyarakat setiap tahunnya.
3. Vaksin DTP-HB merupakan vaksin kombinasi dari berbagai vaksin yang dapat
mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus, dan hepatitis B.

4.2. SARAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi yang lebih gencar kepada masyarakat
agar masyarakat lebih mengetahui dan mengenal bahaya penyakit difteri, pertusis,
tetanus dan hepatitis B.
2. Perlu adanya vaksinasi sejak dini sebagai upaya pencegahan terhadap ke-4
penyakit ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Hakiki,Azhar.2007.”Penemu Hebat Asal Indonesia”.Majalah Tarbawi edisi 107 tahun


VII.
Hidayah,Syarif.2008.Difteri.
[online].Tersedia:http://www.blogdokter.net/2007/09/30/difteri-difteria/[21 juni
2009].
Humaidi,Akhmaad.2001.Semangat Berkarya Para Penemu Indonesia.
[online].tersedia:http://indonesiancommunity.multiply.com/journal/item/3326/SEMA
NGAT_BERKARYA_PARA_PENEMU_INDONESIA.[20 juni 2009].
Nuraeny,Neni.2008.Para Penemu Indonesia.
[online].Tersedia:http://www.jaist.ac.jp/~rac/pub/kanigara/id/Home/nurainy.htm.[21
juni 2009].
Pramono,Aji.2007.penemu Bakteri difteri.
[online].Tersedia:http://klipingut.wordpress.com/2008/01/02/emil-von-behring-1854-
1917-penakluk-bakteri-difteri-gagal-taklukkan-tbc/.[20 juni 2009].

Ryadi,Fahmi.2008.Bahayanya Tetanus.[online].Tersedia:http://artikel-kesehatan
online.blogspot.com/2008/06/bahayanya-tetanus.html: Penyakit tetanus merupakan
salah satu infeksi yan berbahaya karena mempengaruhi sistim urat syaraf dan otot.[21
juni 2009].

18

You might also like