You are on page 1of 12

RISET UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL

PENGEMBANGAN BUAH UNGGULAN INDONESIA

PROGRAM PENINGKATAN PRODUKSI DAN


KUALITAS KEBUN MANGGIS RAKYAT
CENGAL LEUWILIANG

PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA


LP2M-INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

0
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Manggis merupakan salah satu buah unggulan Indonesia
yang memiliki peluang ekspor cukup menjanjikan. Dari tahun ke
tahun permintaan manggis meningkat seiring dengan kebutuhan
konsumen terhadap buah yang mendapat julukan “Queen of Fruits”.
Ekspor manggis dari Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun
1999 volume ekspor 4.743.493 kg dengan nilai ekspor 3.887.816
US$ dan tahun 2000 volume ekspor mencapai 7.182.098 kg dengan
nilai ekspor 5.885.038 US$.
Kendala yang dihadapi petani adalah karena manggis
merupakan tanaman tropis basah yang berbuah tahunan, masa
juvenil yang relatif lama sampai menghasilkan buah. Pada saat ini
pohon manggis umumnya masih merupakan tanaman hutan yang
belum dibudidayakan secara baik atau hasil dari tanaman kebun
yang kurang dirawat. Oleh karena pertumbuhan dan produktivitas
tanaman manggis sangat tergantung pada teknik penanaman dan
pemeliharaan, maka sebagian besar buah manggis mutunya masih
rendah untuk itu perlu dilakukan upaya perbaikan.
Berkaitan dengan hal tersebut, mulai tahun 2001 Pusat
Kajian Buah-buahan Tropika, Lembaga Penelitian IPB melakukan
kaji tindak untuk menerapkan teknologi budidaya manggis. Output
yang diharapkan dari seluruh kegiatan ini adalah terciptanya suatu
model pengembangan usaha tanaman manggis berorientasi bisnis
yang memiliki produktivitas tinggi dengan mutu buah yang tinggi,
sehingga mampu bersaing di pasar bebas.
Tujuan jangka panjang dari kegiatan yang dilakukan adalah
untuk mengembangkan agribisnis manggis melalui inovasi teknik
budidaya antara lain : pemupukan, pemangkasan, perbaikan pola
atau jarak tanam, perbaikan media tumbuh dengan sistem teras,
pengendalian hama dan penyakit. Perbaikan cara panen dan
penanganan pasca panen serta pembinaan kebijakan tata niaga dan
pemasaran dalam bentuk kelembagaan dan permodalan yang akan
dikelola melalui suatu badan usaha kelembagaan yang berbasis
pertanian.

1.2. Sejarah
Lokasi yang menjadi lahan pertanaman manggis ini pada
awalnya merupakan lahan perkebunan teh. Pada waktu pabrik teh
didaerah tersebut tidak lagi beroperasi, hampir seluruh pohon teh di
daerah tersebut ditebang tetapi tidak diikuti dengan upaya
konservasi/reboisasi. Lahan yang dibiarkan gundul tanpa vegetasi
menyebabkan tingginya laju erosi dan pencucian hara tanah yang
mengakibatkan tanah menjadi miskin dan tidak produktif.

1
Upaya pemanfaatan kembali lahan tersebut dilakukan
dengan penanaman cengkeh, durian dan manggis. Pada masa
kejayaan cengkeh, tanaman buah-buahan kurang diperhatikan
sehingga tidak terpelihara. Selanjutnya setelah harga cengkeh
jatuh, petani mulai melirik tanaman durian dan tanaman manggis
dijadikan sebagai tanaman panjatan atau “tangga” untuk memanjat
pohon durian. Sejak tahun 90-an manggis mulai memberikan
pendapatan yang lebih baik sehingga melebihi nilai ekonomi durian.
Sejarah pemeliharaan manggis yang kurang baik menyebabkan nilai
ekonomi yang diperoleh petani lebih rendah daripada potensi yang
sebenarnya sehingga perbaikan tanaman manggis diharapkan akan
meningkatkan nilai ekonomi tanaman manggis.
Di samping tanaman manggis rakyat, terdapat juga
peternakan, khususnya peternakan domba dan ayam. Rata-rata
perekonomian masyarakat Kampung Cengal masih rendah, hal ini
disebabkan oleh kondisi tanah yang tidak bisa ditanami tanaman
musiman, dimana masih terdapat tanah merah di banyak tempat.

2
II. PROFIL PERTANAMAN DAN KEADAAN UMUM LOKASI

2.1. Kondisi Umum


Potensi tanaman manggis untuk desa Karacak, Kecamatan
Leuwiliang cukup tinggi dengan jumlah pohon yang ada saat ini
sekitar 10000 pohon, akan tetapi tanaman tersebut belum dikelola
dengan baik. Dalam upaya untuk mengatasi masalah tersebut diatas
perlu dilakukan pembinaan dan pengembangan secara terpadu dan
berkesinambungan mengenai seluruh aspek agribisnis kepada
petani.
Dalam rangka perbaikan sistem budidaya ini maka dibentuk
kelompok tani manggis “Karya Mekar” pada tanggal 27 Februari
2001, di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang
Bogor. Jumlah anggota kelompok terdiri dari 31 orang. Kelompok
tani ini sebelumnya merupakan kelompok tani cengkeh yang
kemudian beralih menjadi kelompok tani manggis karena pada
umumnya anggota kelompok tersebut juga memiliki pohon manggis.
Upaya pemberdayaan secara terpadu kelompok tani manggis
dilaksanakan di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang antara
lembaga penelitian IPB (Pusat Kajian Buah Tropika) dan dunia
usaha nasional maupun asing. Melalui pembinaan yang kontinyu
diharapkan tercipta wadah kelembagaan sebagai wahana untuk
meningkatkan daya saing, produktivitas yang akhirnya dapat
meningkatkan posisi tawar hasil produksi kelompok tani.
Peran dan upaya yang telah dilakukan oleh pihak Lembaga
Penelitian Pusat Kajian Buah-buahan Tropika (PKBT-IPB) dalam
membantu dan memberdayakan kelompok tani ‘Karya Mekar’ adalah
dengan membina kelompok tani untuk mendukung kelancaran
kegiatan pengelolaan tanaman manggis, membantu petani dalam
membuat proposal kegiatan kelompok, membina petani dalam upaya
meningkatkan pendapatan usaha manggis serta membina
kelembagaan dalam kaitannya dengan pembangunan masyarakat.

2.2. Keadaan Lokasi


Lokasi kebun petani yang menjadi kebun percontohan/dem
area terletak di Kampung Cengal, Desa karacak, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi kebun
percontohan berjarak lebih kurang 30 km dari kota Bogor. Sebelah
Timur berbatasan langsung dengan Desa Dahu/Barengkok, sebelah
Selatan Kampung Nanggung, sebelah Barat berbatasan langsung
dengan Kampung Kidul dan sebelah Utara berbatasan langsung
dengan Dusun Ciputih.
Jenis tanah kebun percontohan adalah Latosol berlempung
liat, struktur teguh dengan drainase agak baik. Topografi areal
perkebunan manggis relatif bergelombang dengan kemiringan 6-30
%. Berdasarkan tingkat kesuburannya (unsur N, P, K, dan pH

3
tanah), tingkat kesuburan di wilayah tersebut tergolong rendah
sampai sedang, serta derajat kemasaman tergolong rendah sampai
sedang sekitar 4,5–6,5. Curah hujan rata- rata bulanan cukup tinggi,
kisaran 322–510 mm/bulan.
Tanaman manggis di Leuwiliang di dominasi oleh tanaman
yang sudah menghasilkan/produktif (20 tahun ke atas). Kebun
berasal dari hutan sekunder dengan tanaman manggis yang sudah
ada secara turun temurun. Tanaman manggis di Leuwiliang
umumnya merupakan tanaman yang tumbuh sembarang dan
berkembang begitu saja tanpa perawatan/pemeliharaan dari petani.
Kebanyakan petani beranggapan manggis hanya sebagai tanaman
sampingan.
Produktivitas buah manggis sebelum dilakukan kegiatan ini
masih relatif rendah yaitu 10–25 kg/pohon, begitu pula dengan
kualitas buah yang dihasilkan masih rendah terutama untuk buah
kualitas ekspor kurang dari 1%.

Gambar 1. Kondisi Pertanaman sebelum Program Pendampingan

4
III. PELAKSANAAN PROGRAM DAN PENCAPAIAN HASIL

3.1. Pelatihan Petani Peserta


Berdasarkan hasil penelitian terdahulu diketahui bahwa
penerapan beberapa teknik budidaya seperti pemupukan dan
pemangkasan menunjukkan pengaruh nyata terhadap peningkatan
produksi dan kualitas buah. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan
perbaikan pola budidaya manggis rakyat telah dilakukan.
Kegiatan pelatihan dilakukan untuk membina petani agar
mampu mengetahui dan melaksanakan perbaikan budidaya
tanaman manggis sesuai dengan teknologi budidaya untuk
menghasilkan produktivitas yang optimum.

Gambar 2. Program Pelatihan Anggota Kelompok Tani

3.2. Tahapan kegiatan teknis yang dilakukan


Kegiatan teknis yang dilakukan untuk peningkatan produk-
tivitas dan kualitas maksimal buah manggis yang optimum ada enam
kegiatan, yaitu :

3.2.1. Perbaikan Teras/ Pembuatan teras individu


Mengingat bentuk dan pola jarak tanam serta topografi lahan
yang tidak teratur maka pembentukan teras individu ini perlu
dilakukan. Tujuannya adalah untuk memperbaiki sistem perakaran
dan mempermudah pemupukan. Pembinaan kegiatan ini masih terus
dilakukan seiring kegiatan arisan para anggota kelompok tani.

5
Berdasarkan hasil penelitian dan pencatatan rutin yang
dilakukan (sejak tahun 2001) di desa Karacak kecamatan Leuwiliang
dapat diketahui bahwa perbaikan pengelolaan tanaman manggis
(pemupukan, pemangkasan dan penterasan) dapat meningkatkan
produksi dan kualitas manggis Cengal-Leuwiliang.
Peningkatan kuantitas dan kualitas manggis dapat
meningkatkan pendapatan petani, terutama disebabkan karena
adanya peningkatan posisi tawar terhadap harga manggis petani
dan manggis layak ekspor. Hasil pembinaan ini dapat terlihat dari
hasil panen bulan November 2003-April 2004 dimana buah manggis
yang mencapai kualitas ekspor meningkat dari 1% menjadi 40% dan
produksi per pohon meningkat menjadi 50-70 kg per pohon.

Gambar 3. Perbaikan Teras oleh Anggota Kelompok Tani

3.2.2. Penjarangan / pengaturan jarak tanam


Kondisi kebun percontohan yang ada di Desa Karacak Kec.
Leuwiliang belum teratur dan memiliki jarak tanam yang sangat
rapat. Akibat kondisi ini dapat menurunkan produktivitas dan mutu
buah. Untuk mengatur jarak tanam, perlu dilakukan pembinaan
untuk menyakinkan petani bahwa dengan melakukan penjarangan
(dengan cara menebang pohon) dapat meningkatkan hasil. Hasil
dari pembinaan ini terlihat dengan munculnya kesadaran petani di
sekitar lokasi percontohan dengan melakukan penjarangan dan
penebangan pohon.

6
Gambar 4. Pengaturan Jarak Tanam dengan Penebangan Pohon
Bukan Manggis, atau Pohon Manggis yang Tidak Teratur

3.2.3. Rawat Gawangan


Tanaman perdu dan
rumput–rumputan lainnya yang
tumbuh disekitar tanaman
mangis dapat menganggu
pertumbuhan tanaman manggis,
oleh karena itu perlu dilakukan
rawat gawangan.
Pemeliharaan gawangan
merupakan bagian dari
pengendalian gulma dengan
membabat semua gulma liar
yang ada di sekitar piringan pohon. Kegiatan ini diharapkan dapat
dilakukan secara periodik dengan rotasi 4 kali/tahun sehingga
mampu menopang pertumbuhan tanaman manggis. Kesadaran
petani manggis meningkat ditunjukkan dengan semakin giatnya
petani untuk melakukan pengendalian gulma di lokasi
pertanamannya.

7
3.2.4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik
berupa pupuk kandang domba sebanyak 40 kg per tanaman yang
diaplikasikan. Pupuk diletakkan pada lubang tanam yang telah
disiapkan dan dicampur dengan kompos yang berasal dari ranting
dan daun manggis yang gugur. Kotoran domba diperoleh dari
domba yang dipelihara oleh penduduk setempat. Sampai saat ini
domba Garut berjumlah 64 ekor (7 Jantan dan 57 Betina) telah
diberikan kepada 31 orang anggota kelompok tani. Jumlah tersebut
telah berkembang menjadi dua kali lipat, dengan rincian 68 ekor
induk dan 65 ekor anak. Perguliran domba dari anggota kelompok
tani dilakukan setiap pertengahan tahun.
Pupuk anorganik berupa Urea, TSP/SP-36 dan KCl.
Pemupukan anorganik seperti Urea, TSP serta KCl telah dilakukan
yaitu dengan mengaplikasikan ½ dosis pertama sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan yaitu 1.5 kg Urea/pohon/tahun, 2.5 kg
TSP/pohon/tahun dan 1.5 kg KCl/pohon/tahun. Waktu pemupukan
dilakukan pada saat tanaman sebelum pembungaan pada akhir
musim kemarau.

(a) (b)
Gambar 5. Domba Sebagai Sumber Pupuk Organik (a) dan
Pengapuran dengan Dolomit (b)

3.2.5. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan sebelum
pembungaan dan setelah panen.
Kegiatan pemangkasan yang dilakukan
berupa pembuangan tunas-tunas yang
tumbuh abnormal, ranting-ranting yang
tidak produktif dan terserang hama-
penyakit. Selain itu dilakukan
pemangkasan pada ranting-cabang yang
tumbuh tidak beraturan saling tumpang tindih.

8
3.2.6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pegendalian hama dan penyakit secara kimia dilakukan
hanya apabila terjadi serangan hama dan penyakit. Hama yang
sering dijumpai di lapang adalah jenis penggerek daun muda yaitu
Phillocnistis citrella. Disamping itu ulat Sceloptera signiafera juga
sering dijumpai meskipun masih dalam batas yang dapat ditolerir di
bawah batas ambang. Artinya organisme pengganggu tanaman
manggis yang ada masih belum membahayakan bagi tanaman
namun perlu diwaspadai.
Usaha pengendalian ulat ini dilakukan dengan cara kimia.
Pengendalian kimia dilakukan dengan menggunakan insektisida
seperti Supracide EC dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Disamping
pengendalian secara kimia dapat juga dilakukan dengan teknik
manual dengan cara membuang ranting-ranting yang terserang dan
kemudian membakarnya. Kegiatan ini berlangsung pada bulan
September selama 2 minggu dengan menggunakan sprayer.

9
IV. Hasil Kegiatan Sampai Dengan Tahun 2004

Kegiatan yang dilakukan secara terpadu ini telah


menunjukkan hasil yang signifikan. Teknologi budidaya yang
diterapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas buah
manggis layak ekspor. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.

Tabel. Perbandingan Kondisi Usahatani Manggis Sebelum dan


Sesudah Pendampingan

Setelah Pendampingan
Sebelum Pendampingan (2001) (April 2004)

1. Produktivitas Pohon
Produktivitas buah manggis yang Terjadi peningkatan produktivitas
dihasilkan masih relatif rendah yaitu sampai dengan kisaran 45 – 80
5 – 20 kg/pohon. kg/pohon.

2. Pemenuhan Kualitas Ekspor


Kualitas buah yang dihasilkan masih Kualitas buah ekspor yang
rendah terutama yang memenuhi dihasilkan meningkat mencapai
kualitas ekspor baru 1% 40%

3. Teknologi
Belum ada penerapan teknologi Petani mampu menerapkan
produksi. Bila ada hanya berupa teknologi budidaya spesifik lokasi
pengetahuan teknis konvensional sehingga produktivitas dan kualitas
sederhana. Belum ada penerapan manggis yang dihasilkan meningkat,
standar produksi yang sesuai sesuai dengan tujuan pasar dan
berdasarkan tujuan pasar tertentu. standar mutu yang ditetapkan.
4. Sumber Daya Manusia Kemampuan dan pola pikir SDM
Pengetahuan dan keterampilan meningkat, baik di bidang teknis
hanya diperoleh secara turun maupun manajerial yang dilakukan
temurun. melalui pelatihan dan workshop
secara rutin dan berkelanjutan.
5. Lingkungan
Pemeliharaan tanaman yang masih Kelestarian lingkungan dapat terjaga
sederhana menyebabkan kesadaran melalui pembinaan tentang
masyarakat terhadap kelestarian penerapan teknologi spesifik lokasi
lingkungan masih kurang. yang didalamnya terdapat muatan
konservasi lingkungan untuk
mendukung pertanian berkelanjutan.

10
Gambar 6. Larikan Tempat Serasah

Gambar 7. Kondisi Kebun Manggis Hasil Program

11

You might also like