Professional Documents
Culture Documents
0
I. PENDAHULUAN
1.2. Sejarah
Lokasi yang menjadi lahan pertanaman manggis ini pada
awalnya merupakan lahan perkebunan teh. Pada waktu pabrik teh
didaerah tersebut tidak lagi beroperasi, hampir seluruh pohon teh di
daerah tersebut ditebang tetapi tidak diikuti dengan upaya
konservasi/reboisasi. Lahan yang dibiarkan gundul tanpa vegetasi
menyebabkan tingginya laju erosi dan pencucian hara tanah yang
mengakibatkan tanah menjadi miskin dan tidak produktif.
1
Upaya pemanfaatan kembali lahan tersebut dilakukan
dengan penanaman cengkeh, durian dan manggis. Pada masa
kejayaan cengkeh, tanaman buah-buahan kurang diperhatikan
sehingga tidak terpelihara. Selanjutnya setelah harga cengkeh
jatuh, petani mulai melirik tanaman durian dan tanaman manggis
dijadikan sebagai tanaman panjatan atau “tangga” untuk memanjat
pohon durian. Sejak tahun 90-an manggis mulai memberikan
pendapatan yang lebih baik sehingga melebihi nilai ekonomi durian.
Sejarah pemeliharaan manggis yang kurang baik menyebabkan nilai
ekonomi yang diperoleh petani lebih rendah daripada potensi yang
sebenarnya sehingga perbaikan tanaman manggis diharapkan akan
meningkatkan nilai ekonomi tanaman manggis.
Di samping tanaman manggis rakyat, terdapat juga
peternakan, khususnya peternakan domba dan ayam. Rata-rata
perekonomian masyarakat Kampung Cengal masih rendah, hal ini
disebabkan oleh kondisi tanah yang tidak bisa ditanami tanaman
musiman, dimana masih terdapat tanah merah di banyak tempat.
2
II. PROFIL PERTANAMAN DAN KEADAAN UMUM LOKASI
3
tanah), tingkat kesuburan di wilayah tersebut tergolong rendah
sampai sedang, serta derajat kemasaman tergolong rendah sampai
sedang sekitar 4,5–6,5. Curah hujan rata- rata bulanan cukup tinggi,
kisaran 322–510 mm/bulan.
Tanaman manggis di Leuwiliang di dominasi oleh tanaman
yang sudah menghasilkan/produktif (20 tahun ke atas). Kebun
berasal dari hutan sekunder dengan tanaman manggis yang sudah
ada secara turun temurun. Tanaman manggis di Leuwiliang
umumnya merupakan tanaman yang tumbuh sembarang dan
berkembang begitu saja tanpa perawatan/pemeliharaan dari petani.
Kebanyakan petani beranggapan manggis hanya sebagai tanaman
sampingan.
Produktivitas buah manggis sebelum dilakukan kegiatan ini
masih relatif rendah yaitu 10–25 kg/pohon, begitu pula dengan
kualitas buah yang dihasilkan masih rendah terutama untuk buah
kualitas ekspor kurang dari 1%.
4
III. PELAKSANAAN PROGRAM DAN PENCAPAIAN HASIL
5
Berdasarkan hasil penelitian dan pencatatan rutin yang
dilakukan (sejak tahun 2001) di desa Karacak kecamatan Leuwiliang
dapat diketahui bahwa perbaikan pengelolaan tanaman manggis
(pemupukan, pemangkasan dan penterasan) dapat meningkatkan
produksi dan kualitas manggis Cengal-Leuwiliang.
Peningkatan kuantitas dan kualitas manggis dapat
meningkatkan pendapatan petani, terutama disebabkan karena
adanya peningkatan posisi tawar terhadap harga manggis petani
dan manggis layak ekspor. Hasil pembinaan ini dapat terlihat dari
hasil panen bulan November 2003-April 2004 dimana buah manggis
yang mencapai kualitas ekspor meningkat dari 1% menjadi 40% dan
produksi per pohon meningkat menjadi 50-70 kg per pohon.
6
Gambar 4. Pengaturan Jarak Tanam dengan Penebangan Pohon
Bukan Manggis, atau Pohon Manggis yang Tidak Teratur
7
3.2.4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik
berupa pupuk kandang domba sebanyak 40 kg per tanaman yang
diaplikasikan. Pupuk diletakkan pada lubang tanam yang telah
disiapkan dan dicampur dengan kompos yang berasal dari ranting
dan daun manggis yang gugur. Kotoran domba diperoleh dari
domba yang dipelihara oleh penduduk setempat. Sampai saat ini
domba Garut berjumlah 64 ekor (7 Jantan dan 57 Betina) telah
diberikan kepada 31 orang anggota kelompok tani. Jumlah tersebut
telah berkembang menjadi dua kali lipat, dengan rincian 68 ekor
induk dan 65 ekor anak. Perguliran domba dari anggota kelompok
tani dilakukan setiap pertengahan tahun.
Pupuk anorganik berupa Urea, TSP/SP-36 dan KCl.
Pemupukan anorganik seperti Urea, TSP serta KCl telah dilakukan
yaitu dengan mengaplikasikan ½ dosis pertama sesuai dengan
rekomendasi yang diberikan yaitu 1.5 kg Urea/pohon/tahun, 2.5 kg
TSP/pohon/tahun dan 1.5 kg KCl/pohon/tahun. Waktu pemupukan
dilakukan pada saat tanaman sebelum pembungaan pada akhir
musim kemarau.
(a) (b)
Gambar 5. Domba Sebagai Sumber Pupuk Organik (a) dan
Pengapuran dengan Dolomit (b)
3.2.5. Pemangkasan
Pemangkasan dilakukan sebelum
pembungaan dan setelah panen.
Kegiatan pemangkasan yang dilakukan
berupa pembuangan tunas-tunas yang
tumbuh abnormal, ranting-ranting yang
tidak produktif dan terserang hama-
penyakit. Selain itu dilakukan
pemangkasan pada ranting-cabang yang
tumbuh tidak beraturan saling tumpang tindih.
8
3.2.6. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pegendalian hama dan penyakit secara kimia dilakukan
hanya apabila terjadi serangan hama dan penyakit. Hama yang
sering dijumpai di lapang adalah jenis penggerek daun muda yaitu
Phillocnistis citrella. Disamping itu ulat Sceloptera signiafera juga
sering dijumpai meskipun masih dalam batas yang dapat ditolerir di
bawah batas ambang. Artinya organisme pengganggu tanaman
manggis yang ada masih belum membahayakan bagi tanaman
namun perlu diwaspadai.
Usaha pengendalian ulat ini dilakukan dengan cara kimia.
Pengendalian kimia dilakukan dengan menggunakan insektisida
seperti Supracide EC dengan konsentrasi 2 cc/liter air. Disamping
pengendalian secara kimia dapat juga dilakukan dengan teknik
manual dengan cara membuang ranting-ranting yang terserang dan
kemudian membakarnya. Kegiatan ini berlangsung pada bulan
September selama 2 minggu dengan menggunakan sprayer.
9
IV. Hasil Kegiatan Sampai Dengan Tahun 2004
Setelah Pendampingan
Sebelum Pendampingan (2001) (April 2004)
1. Produktivitas Pohon
Produktivitas buah manggis yang Terjadi peningkatan produktivitas
dihasilkan masih relatif rendah yaitu sampai dengan kisaran 45 – 80
5 – 20 kg/pohon. kg/pohon.
3. Teknologi
Belum ada penerapan teknologi Petani mampu menerapkan
produksi. Bila ada hanya berupa teknologi budidaya spesifik lokasi
pengetahuan teknis konvensional sehingga produktivitas dan kualitas
sederhana. Belum ada penerapan manggis yang dihasilkan meningkat,
standar produksi yang sesuai sesuai dengan tujuan pasar dan
berdasarkan tujuan pasar tertentu. standar mutu yang ditetapkan.
4. Sumber Daya Manusia Kemampuan dan pola pikir SDM
Pengetahuan dan keterampilan meningkat, baik di bidang teknis
hanya diperoleh secara turun maupun manajerial yang dilakukan
temurun. melalui pelatihan dan workshop
secara rutin dan berkelanjutan.
5. Lingkungan
Pemeliharaan tanaman yang masih Kelestarian lingkungan dapat terjaga
sederhana menyebabkan kesadaran melalui pembinaan tentang
masyarakat terhadap kelestarian penerapan teknologi spesifik lokasi
lingkungan masih kurang. yang didalamnya terdapat muatan
konservasi lingkungan untuk
mendukung pertanian berkelanjutan.
10
Gambar 6. Larikan Tempat Serasah
11