You are on page 1of 5

LATAR BELAKANG PS

Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of Trustees
mengidentifikasikan bahwa keselamatan dan keamanan pasien (patient safety) merupakan
sebuah prioritas strategik. Mereka juga menetapkan capaian-capaian peningkatan yang
terukur untuk medication safety sebagai target utamanya. Tahun 2000, Institute of
Medicine, Amerika Serikat dalam “TO ERR IS HUMAN, Building a Safer Health
System” melaporkan bahwa dalam pelayanan pasien rawat inap di rumah sakit ada sekitar
3-16% Kejadian Tidak Diharapkan (KTD/Adverse Event). Menindaklanjuti penemuan
ini, tahun 2004, WHO mencanangkan World Alliance for Patient Safety, program
bersama dengan berbagai negara untuk meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit.

Di Indonesia, telah dikeluarkan pula Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005 tentang


Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya adalah untuk tercapainya
pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh dari medical error dan memberikan
keselamatan bagi pasien. Perkembangan ini diikuti oleh Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia(PERSI) yang berinisiatif melakukan pertemuan dan mengajak semua
stakeholder rumah sakit untuk lebih memperhatian keselamatan pasien di rumah sakit.

Mempertimbangkan betapa pentingnya misi rumah sakit untuk mampu memberikan


pelayanan kesehatan yang terbaik terhadap pasien mengharuskan rumah sakit untuk
berusaha mengurangi medical error sebagai bagian dari penghargaannya terhadap
kemanusiaan. Untuk itu, pelatihan ini menjadi sangat penting sebagai langkah strategik
rumah sakit dalam menempatkan patient safety sebagai upaya peningkatan pelayanan
kesehatan yang berkualitas di rumah sakit.

Tujuan

1. Memahami pentingnya patient safety di rumah sakit dan mengembangkan budaya


safety tersebut
2. Mampu mengidentifikasi dan memanaj high-alert medications dan
menghindarkan diri dari medication error.
3. Memahami sistem yang mendukung patient safety dan mampu menerapkan
langkah-langkah penyelamatan pasien di rumah sakit

Materi Pelatihan

1. Patient Safety: Pendekatan Sistematik Mutu Pelayanan Kesehatan di


Rumah Sakit
Keselamatan pasien (patien-safety) merupakan salah satu dimensi mutu
yang saat ini menjadi perhatian para praktisi pelayanan kesehatan, baik
dalam skala nasional maupun global. Untuk menjamin keselamatan pasien
dalam pelayanan kesehatan, patient safety tidak hanya berhenti sebagai
jargon atau wacana, tetapi harus diangkat dalam agenda kebijakan
lembaga pelayanan kesehatan dan diwujudkan dengan penerapan secara
praktis pada lembaga pelayanan kesehatan. sesi ini akan menjadi overview
awal mengenai pasient safety dan perkembangannya selama ini
2. Clinical Pathway: sebagai salah satu kunci menuju patient safety
A clinical pathway is a patient-focused tool, which describes the
timeframe and sequencing of routine, predictable multidisciplinary
interventions and expected patient outcomes, for a group of patients with
similar needs. Clinical pathways juga digunakan untuk mendeskrisikan
dan mnegimplementasikan standar klinik sehingga dapat mendukung
peningkatan kualitas keselamatan pasien.

3. Membangun budaya ‘safety’ di Rumah Sakit


Implementasi pasien safety tak bisa dipisahkan dari budaya safety yang
mendukung dilingkungan lembaga pelayanan kesehatan. oleh karena itu,
perlu ada peningkatkan budaya safety dan sistem yang mendukung
pelaksanaan budaya itu untuk pelayanan berkualitas terhadap pasien.

4. Medication Safety
Mengapa medication safety itu penting bagi setiap rumah sakit? Ada dua
alasan yang dapat dikemukakan. Pertama, penggunaan obat-obatan secara
aman mensyaratkan adanya perencanaan yang sangat hati-hati dan hal itu
tidak mungkin dicapai jika semua sumber daya organisasi hanya diarahkan
pada pencapaian orientasi jangka pendek semata. Kedua, kesalahan yang
berkaitan dengan obat-obatan menempati posisi terbesar dalam medical
error di rumah sakit.

5. Audit Medis dan Patient Safety


Di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen nomor 496/Menkes/SK/IV/2005
tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit, yang tujuan utamanya
adalah untuk tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit yang jauh
dari medical error dan memberikan keselamatan bagi pasien.

6. Komunikasi dalam Patient Safety


Komunikasi memegang peran penting dalam patient safety.
Pengembangan pola komunikasi yang terbuka dengan pasien dan
keluarganya adalah hal yang harus dilakukan oleh dokter maupun staf
medis lainnya. Dari proses ini pasien akan mandapatkan informasi dan
penjelasan yang detail sejak awal akan kemungkinan-kemungkinan bila
terjadi insiden. Proses ini secara tidak langsung juga memberikan
pendidikan yang baik untuk pasien dan keluarganya untuk bisa menerima
akan kemungkinan insiden dan menempuh-menempuh prosedur yang
sebagaimana mestinya jika terjadi ketidak puasan terjadap tindakan
dokter.
Pola komunikasi ini akan membantu dokter melakukan analisis akar
masalah dan untuk belajar bagaimana & mengapa suatu kejadian itu
timbul.
7. Sistem Informasi Pencatat dan Pelaporan insiden
Salah satu dari 7 langkah penerapan keselamatan pasien adalah
mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan insiden. Bagaimana
implementasi dari sistem ini? Sesi ini akan mengkaji secara mendalam
bagaimana penyusunan dan penerapan dari sistem informasi pencatat dan
pelaporan insiden ini.

8. Monitoring dan evaluasi


Untuk mengimplementasikan standar keselamatan pasien, maka rumah
sakit harus merancang proses baru atau memperbaiki proses yang ada,
memonitor dan mengevaluasi kinerja melaui pengumpulan data,
menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan, dan melakukan
perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.

Model umum analisa kualiatas pelayanan memiliki dua dimensi penting. Dimensi
pertama adalah domain proses pelayanan, yang terdiri dari 3 aspek pokok: a) keselamatan
perawatan (safe-care), b) pelayanan yang sesuai dengan pengetahuan kedokteran terkini,
dan c) pelayanan sesuai dengan harapan klien.
Patient safety adalah komponen pertama dan utama dalam praktek kedokteran yang
sangat menentukan keselamatan perawatan (safe-care). Lebih dari itu, proses pelayanan
yang berkualitas harus sesuai dengan pengetahuan terbaru dibidang pelayanan kesehatan;
dan pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan harapan klein.
Dimensi kedua kualitas pelayanan adalah faktor lingkungan luar, atau disebut domain
lingkungan luar, yang mempangaruhi langsung atau tidak langsung terhadap kualitas
pelayanan. Faktor lingkungan luar ini terdiri dari dua faktor penting, yaitu: a) faktor
hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan b) sosial-ekonomi serta
insentif-insentif lain yang menguntungkan klien atau provider (Kohn, Corrigan, and
Donaldson, 2000 Deputi KB dan Kesehatan Reproduksi BKKBN dan Ketua Minat S2
MKIA-KR, Fakultas Kedokteran UGM ).
Hampir sebagian besar masyarakat yang berobat ke rumah sakit belum begitu memahami
arti dan makna penting pasien safety di rumah sakit, hal ini dapat kita lihat belum
tersosialisikan penting pasien safety di rumah sakit, oleh sebab itu langkah-langkah yang
strategis dan sistem serta pembentukan image atau opini pentingnya keselamatan pasien
di rumah sakit merupakan tanggung jawab moral bagi pemberi jasa pelayanan kesehatan
dimana pun berada.
Dengan terbentuknya image dan budaya pasien dalam ruang lingkup sistem pelayanan
kesehatan kita, setidak-tidaknya akan mampu memberikan citra dan peningkatan mutu
pelayanan kesehatan, yang akan dapat mengurangi jumlah orang Indonesia berobat keluar
negeri.
Pola pikir dan semangat untuk membudayakan pasien safety sangat penting sehingga
terjadi perubahan-perubahan yang signifikan dalam mengembangkan pasien safety di
semua pelayanan kesehatan.
Tentu saja persoalan dia atas tidak semudah membolak-balik telapak tangan tetapi
membutuhkan waktu, proses dan langkah-langkah yang bersifat strategis, sehingga
pemahaman tentang penting pasien safety dapat dipahami dan tersosialisasi dengan baik.
Dalam rangka menuju rumah sakit yang yang peduli dan peka pada keselamatan RSUP
Dr M Djamil mau tidak mau pasien safety merupakan keharusan bahkan wajib di
implementasikan sebagai sebuah sistem yang dimulai dari perencanaan, implementasi,
monitoring evaluasi secara terus-menerus, sehingga mempunyai dampak yang postif
dalam persaingan global.
Kesiapan SDM dan sarana yang dibarengi dengan sistem yang profesional serta semangat
dalam tata kelola pasien safety, secara bertahap akan membentuk paradigma baru bagi
semua orang tentang penting nya pasien safety di rumah sakit.
Adapun tujuan keselamatan pasien sebagai berikut :
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakitϖ
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakatϖ
Menurunnya kejadian yang tak diinginkan di RSϖ
ϖ Terlaksananya program program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian yang tidak dinginkan.(Sumber : Manajemen & Risiko klinik sebagai, dasar
pasien safety, Panduan Nasional Depkes RI 2006 tentang Keselamatan Pasien)
Proses keselamatan pasien dimulai dari pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang ,
sehingga setiap langkah dan tindakan, perawatan, pengobatan yang diberikan mengacu
pada sistem dan prosedur yang diawasi secara ketat dan terpadu, oleh sebab itu sistem
yang teradu dan profesional dalam penerapan pasien safety ini akan mengurangi
terjadinya kejadian yang tidak diinginkan.
Persoalan yang sangat penting bagi petugas rumah sakit dari semua profesi, adalah
apabila ada kejadian yang tidak diinginkan terjadi yang berdampak merugikan pasien
maka diwajibkan membuat laporan, sehingga kejadian tersebut tidak terulang lagi, hal ini
akan mempunyai nilai yang sangat positif bagi pihak-pihak yang terkait untuk membuat
prosedur tetap atau kebijakan yang strategis untuk masa depan yang lebih baik.
Membudayakan pasien safety tidak cukup hanya himbauan tetapi membutuhkan
komitmen semua pihak.

HAK N KEWAJIBAN DOKTER N PASIEN


Paragraf 6
Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi
Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan
standar
profesi dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur
operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa.
Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau
kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan
atau
pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah
pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin
ada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.
Paragraf 7
Hak dan Kewajiban Pasien
Pasal 52
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai hak:
a. mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana
dimaksud
dalam Pasal 45 ayat (3);
b. meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain;
c. mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis;
d. menolak tindakan medis; dan
e. mendapatkan isi rekam medis.
Pasal 53
Pasien, dalam menerima pelayanan pada praktik kedokteran, mempunyai
kewajiban :
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi;
c. mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan; dan
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima

You might also like