You are on page 1of 6

BENUR UNGGUL JENIS VANAME HASIL PERKAWINAN SILANG BALIK

Kita ketahui bersama bahwa benur merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan produksi udang. Benur yang sehat dan berkualitas, tidak saja cepat
dalam pertumbuhannya tetapi juga angka kehidupannya (sintasan) tinggi,
sehingga produksinya tinggi dan konversi pakannya rendah. Disamping itu benur
yang sehat dan berkualitas, lebih tidak mudah terserang penyakit. Sehingga bila kita
menggunakan benur yang sehat dan berkualitas maka tingkat keberhasilannya
akan lebih tinggi.

Benur yang sehat dan berkualitas atau yang biasa disebut benur SPF (F1), harganya
relative masih mahal yaitu berkisar Rp 33 – 35 per ekor. Rata-rata biaya benur untuk
1 kg udang kurang lebih Rp 3000. Bila harga benur dapat ditekan lebih rendah
maka tingkat keuntungan yang diperoleh bagi petambak tentu akan meningkat.

Indonesia yang memiliki produksi udang nasional sekitar 350.000 – 400.000 ton per
tahun, membutuhkan benih 26 – 30 milyar ekor benur. Dengan asumsi, size 60
ekor/kg, sintasan 80%. Bila 1 ekor induk betina menghasilkan 200.000 – 250.000 ekor
benur dan induk betina ditelorkan sebanyak 8 kali, maka kebutuhan induk betina
berkisar 15.000 – 19.000 ekor induk betina. Bila harga induk betina USD 35 per ekor
maka untuk kebutuhan induk betina diperlukan USD 525.000 – 665.000. Sedangkan
untuk induk jantan (misalkan jumlahnya sama dengan induk betina dan harganya
USD 25) berkisar USD 375.000 – 475.000. Jadi untuk pemenuhan kebutuhan induk
dalam 1 tahun diperlukan berkisar USD 900.000 – 1.140.000. Bila 50% dari kebutuhan
induk tersebut dihasilkan sendiri maka kita dapat menghemat devisa sekitar USD
500.000. Lumayan.

Hasil Penelitian dan Karya Nyata BBAP Situbondo

Mulai tahun 2003 (sekitar 3 tahun setelah udang vaname masuk ke Indonesia), BBAP
Situbondo di bawah komando Bapak Slamet Subiakto, M.Si. telah mulai melakukan
penelitian terhadap kemungkinan dihasilkannya induk vaname yang unggul hasil
kawin silang balik antara vaname dari benur F1 SIS Florida dan F1 OI Hawaii. Selama
kurang lebih 4 – 5 tahun (4 generasi) dan akhirnya dihasilkan induk lokal. Lebih
lengkapnya skema silang balik yang dilakukan oleh BBAP Situbondo kurang lebih
adalah sebagai berikut.
Gambar – 1. Skema kawin silang balik dari induk yang berasal dari F1 SIS Florida dan
OI Hawaii.

Induk unggul lokal hasil produksi BBAP Situbondo kini telah dipakai oleh beberapa
hatchery di Jawa Timur antara lain Pantai Putih Makmur, Artha, keduanya berlokasi
di Banyuglugur, Besuki, Situbondo. Mutiara Blambangan Permai Banyuwangi, dll.
Sebentar lagi beberapa hatchery yang lain akan mengikuti.

Bersama Bapak DR. Made L. Nurjana, Dirjen Perikanan Budidaya, Bapak Ir. Feri (Dir.
Prasarana), Bpk Prof. DR. Ketut Sugama, Shrimp Club Indonesia (SCI) dan Aspakindo
melakukan road show kunjungan ke beberapa hatchery yang menggunakan induk
unggul produksi BBAP Situbondo dank e beberapa tambak yang menggunakan
benur hasil pemijahan induk unggul lokal.

Kunjungan ke hatchery

Hatchery yang dikunjungi oleh rombongan Dirjen Perikanan Budidaya bersama staf,
Shrimp Club Indonesia dan Aspekindo antara lain Hatchery Artha dan hatchery
Gelung yang dibawah BBAP Situbondo. Dari pengamatan secara sepintas,
performance benur yang dihasilkan dari pemijahan induk lokal, adalah sangat baik
dan rata serta tidak kalah dibanding dengan benur dari induk impor (F1). Benur
yang dihasilkan saat ini dijual dengan harga Rp 17. Jadi kita bisa menghemat 50%
disbanding kalau menggunakan benur dari induk impor. Dengan kata lain, kita
dapat menekan biaya produksi hingga Rp 1500 per kg, sehingga akan menambah
keuntungan petambak.

Selama proses produksi, hatchery yang menggunakan induk lokal (produksi BBAP
Situbondo) dibawah pengawasan ketat dan bimbingan BBAP Situbondo, termasuk
analisa laboratoriumnya baik (mikroskopis, maupun PCRnya). Sehingga petambak
tidak perlu ragu untuk menggunakan benur dari hasil pemijahan induk lokal yang
diproduksi oleh BBAP Situbondo karena benur yang dihasilkan dibawah
pengawasan ketat BBAP Situbondo.

Induk yang dihasilkan oleh BBAP Situbondo berukuran 43 – 43 gram per ekor yang
dicapai dalam pemeliharaan 90 hari. Pada awalnya nauplii calon induk ditebar
dengan kepadatan 210 ekor per meter persegi selanjutnya dilakukan seleksi individu.
Udang yang akan dijadikan calon induk dipilih yang memiliki performa bagus,
pertumbuhan bagus. Dari stok udang yang ada hanya diambil 10% saja yang
dijadikan calon induk. Selanjutnya udang yang dijadikan calon induk ditebar
dengan kepadatan 10 ekor per meter persegi. Menurut keterangan Bapak Slamet
Subyakto (Totok) kepala BBAP Situbondo, untuk mencapai ukuran 40 gram, dulu
dicapai dalam waktu 12 bulan. Tetapi saat ini umur 9 bulan calon induk sudah
mencapai 43 – 45 gram per ekor. Sungguh kemajuan yang luar biasa. Stok Induk
yang siap dijual saat ini mencapai 35.000 ekor.

Gambar – 2. Induk yang siap jual

Gambar – 3. Calon induk dipelihara di tambak


Gambar – 4. Fasilitas pembenihan di hatchery gelung yang menggunakan kolam
race way

Gambar – 5. Benur unggul yang dihasilkan dari induk lokal

Kunjungan ke beberapa tambak

Tambak yang dikunjungi antara lain tambak (calon induk) di BBAP Situbondo, PT.
Bumi Asri Lestari (BAL ) Situbondo, Tambak Bapak H. Pitoyo dan salah satu tambak
anggota SCI yang terletak di Banyuwangi.

Dari pengamatan scara langsung udang yang berasal dari benur (hasil pemijahan
induk lokal) memiliki pertumbuhan yang cukup bagus dan rata. Pada umur 70 hari,
berat udang rata-rata mencapai 9,5 gram per ekor (di kolam BBAP Situbondo),
sedangkan pada usia 60 hari berat rata-rata udang mencapai 7,3 gram. Bila dilihat
dari keragaman ukuran, udang yang berasal dari induk lokal (produksi BBAP
Situbondo) jauh lebih rata.
Gambar – 6. Udang yang menggunakan induk lokal

Broodstock Centre di Karang Asem Bali

Broodstock Centre di Karang Asem Bali terletak di Pantai Bali sebelah Timur.
Lokasinya sangat indah dengan kondisi air laut yang sangat jernih. Bila dipandang
dari arah laut maka lokasi BSC ini di apit oleh 2 gunung kecil, dan Gunung Agung
sebagai latar belakangnya. Pembangunan BSC, bertujuan untuk menghasilkan
induk yang berkualitas serta mengurangi ketergantungan dengan induk impor yang
semakin hari semakin sulit dan semakin tidak bisa dijamin kualitasnya. Disamping itu,
juga untuk mengurangi resiko masuknya penyakit (virus) baru yang terbawa oleh
induk impor. Sehingga hatchery akan mudah mencari induk karena tidak lagi perlu
impor jauh-jauh, dan petambak juga akan mudah untuk mendapatkan benur yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tersedia setiap saat. Dengan demikian,
maka tidak aka nada lagi yang mensyaratkan pembelian benur harus disertai
dengan penggunaan pakan.

Dalam kurun waktu sekitar 9 bulan lagi, BSC Karang Asem akan mengeluarkan induk
lokal yang pertama. Saat ini pembangunan BSC Karang Asem tahap pertama telah
selesai dan akan digunakan untuk produksi induk. Disamping itu, BSC Karang Asem
juga akan digunakan sebagai Nauplii center. Sumber benur yang digunakan untuk
produksi induk di BSC Karang Asem, saat ini masih dipenuhi dari BBAP Situbondo.

Suatu pekerjaan yang tidak mungkin dikerjakan oleh pihak swasta, adalah
pengambilan sumber air laut. Air laut yang digunakan untuk produksi nauplii dan
induk di BSC, menggunakan air dalam yang jaraknya mencapai 1 km dari garis
pantai. Tentu tidak sedikit biaya yang digunakan untuk penggambilan air laut
tersebut. Setidaknya menelan dana 3 milyar untuk pemasangan pipa airnya.

Sungguh suatu prestasi yang luar biasa yang dicapai oleh Pemerintah dalam
menyediakan induk dan benih berkualitas dengan harga yang lebih murah. Selamat
buat P. Made dan jajarannya , P. Totok beserta staf. Semoga kesuksesan akan
berlanjut pada program selanjutnya. Amin.
Gambar – 7. BSC Karang Asem

You might also like