You are on page 1of 8

A.

PENDAHULUAN

Di era globalisasi, dunia pendidikan telah mengalami berbagai kemajuan yang


pesat dan mengesankan. Pendidikan anak usia 0 – 8 tahun mendapat perhatian
yang besar karena masa keemasan perkembangan otak terjadi pada usia anak
tersebut (Golden Age). Berbagai aspek pendidikan untuk mengoptimalkan
potensi usia ini sudah dan terus digali oleh praktisi dan pengamat pendidikan.
Mulai dari mengenali fase perkembangan hingga menemukan pembelajaran
yang sesuai dan efektif bagi mereka. Di usia 0 – 8 tahun instruksi yang diberikan
seharusnya menekankan kesempatan. Selama diberi kesempatan, anak-anak
dapat menemukan sesuatu dari minat dan kemempuan mereka sendiri.Peserta
didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga (kelas awal SD)
berada pada rentangan dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan
tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik)
serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses
pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek kongkrit dan pengalaman
yang dialami secara langsung. Sedangkan karakteristik perkembangan anak
kelas satu, dua, dan tiga (kelas awal SD) biasanya pertumbuhan fisiknya telah
mencapai kematangan, mereka telah mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangannya.Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-
tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula semakin banyak orang tua yang
merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini.
Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka ”cepat menjadi pandai”.
Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik was-was jika melihat
adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak
seusianya. Misanya saja anak berumur tiga tahun yang sudah dapat membaca
lancar seperti layaknya anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur
lima tahun tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat
terjadi bahwa gejala-gejala dan ”perilaku aneh” dari anak itu merupakan tanda
bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu kiranya perlu peran
guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya kemampuan
istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan
istimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.Secara
garis besar di Propinsi Sumatera Barat khususnya di Kota Padang belum ada
dilakukan pendidikan/penanganan khusus bagi anak-anak istimewa atau anak-
anak berbakat. Apalagi anak berbakat yang usianya 6 – 8 tahun, seperti kelas
satu, dua, dan tiga (kelas awal sekolah dasar). Pendidikan/penangan khusus
bagi anak-anak berbagak ini perlu sekali mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah ataupun lembaga pendidikan seperti yang telah diungkapkan di
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal anak-anak berbakat
tersebut tak bisa dipungkiri bahwa mereka merupakan aset yang sangat
menentukan masa depan pendidikan dan masa depan bangsa ini.

B. KAJIAN TEORI
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa
”warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus” (Pasal 5, ayat 4). Disamping itu juga dikatakan
bahwa ”setiap perserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan
kemampuannya” (Pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang
menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat
kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-
baiknya.Sebelum membahas masalah anak berbakat, ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan kerancuan dan salah pengertian,
istilah-istilah tersebut antara lain: bakat, kemampuan dan kapasitas. Bakat:
kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih (Yufiarti1999:70)Berbakat menurut Renzulki :
Keterkaitan antara 3 kemampuan, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, kratifitas
dan pengikatan diri terhadap tugas atau motivsi intrinsik. Motivasi intrinsik
(berbakat berprestasi atau anak berbakat tapi berprestasi kurang).Sedangkan
untuk melengkapi pengertian di atas menurut Seminar Nasional tentang
”Alternatif Program Pendidikan Anak Berbakat” tahun 1981 di Jakarta adalah
anak yang mampu mencapai prestasi menonjol karena mempunyai kemampuan-
kemampuan yang unggul. Kemampuan yang unggul tersebut adalah
kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemempuan
berfikir kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan dalam salah satu
bidang seni, dan kemampuan psikomotor. Sejalan dengan pengertian di atas
bahwa perkembangan bakat anak kelas awal SD bergantung kepada bagaimana
bakat yang sudah ada tersebut diarahkan kepada hal-hal yang lebih
meningkatkan kemampuan, kreativitas dan tanggung jawab. Hal ini akan lebih
jelas perkembangannya dalam hal ciri-ciri atau karakteristik perkembangan bakat
anak kelas awal SD di bawah ini.Parker dalam Munandar (1982) mengemukakan
bahwa anak-anak berbakat sejak kecil lebih aktif dan lebih menaruh perhatian
terhadap lingkungannya. Walaupun ada beberapa pengecualian, misalnya
lambat dalam perkembangan motorik. Tapi dalam perkembangan bicaranya
secara umum lebih cepat dari rata-rata anak normal.Banyak referensi yang
menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10-15% anak berbakat dalam pengertian
memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan
anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah
satu atau lebih tanda-tanda berikut:

• Kemampuan intelegensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan


dengan perolehan tes intelegensi yang sangat tinggi, misal IQ di atas 120.
• Bakat istimewa dalam bidang tertantu, misalnya bidang bahasa,
matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan
prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
• Kreativitas yang tinggi dalam berfikir, yaitu kemampuan untuk
menemukan ide-ide baru.
• Kemampuan memimpin yang menonjol, yaitu kemampuan untuk
mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai
dengan harapan kelompok.

Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni
musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.Anak usia sekolah dasar berada pada
tahapan operasi kongkrit. Pada rentangan usia tersebut anak mulai menunjukkan
perilaku belajar sebagai berikut: (1) mulai memandang dunia secara objektif,
bergeser dari satu aspek situasi ke aspek situasi lain secara reflektif dan
memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir operasional, (3)
Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-
benda, (4) Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan,
prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab-akibat, dan (5)
Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas dan
berat.Menurut pakar psikologi pendidikan Prof. Dr. S. C. Utami Munandar, anak
berbakat berbeda dengan anak pintar. ”Bakat berarti potensi”. Sedangkan pintar
didapatkan dari tekun mempelajari sesuatu. Tapi meski tekun namun tak
berpotensi, seseorang tak akan bisa optimal seperti halnya anak berbakat.
”Kalau anak tak berbakat musikal misalnya. Biar dikursuskan musik sehebat
apapun, ya, kemampuannya sebegitu-begitu saja. Tak akan berkembang”.
Sebalikanya jika anak berbakat tapi lingkungannya tak menunjang, iapun tak
akan berkembang. ”Soal bakat musik tadi, misalnya. Jika di rumah tak ada alat-
alat musik, bakatnya akan terpendam”, jelas guru besar tetap Fakultas Psikologi
UI ini.Bakat anak lanjut Utami, berkaitan dengan kerja belahan otak kiri dan
kanan. Belahan otak kanan berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, intuisi.
Sedangkan belahan otak kiri untuk kecerdasan. Anak berbakat umumnya
menunjukkan IQ di atas rata-rata, yaitu minimal 130. Namun bukan berarti anak-
anak yang mempunyai IQ rata-rata, yaitu 90-110, tak akan berbakat”, tukas
Utami. Anggapan orang bahwa IQ menetap seumur hidup, menurutnya sama
sekali tidak benar.Stratergi untuk mendeteksi peserta didik yang berbakat dalam
bidang seni musik khususnya bernyanyi dengan cara mengamati ”Kecerdasan
Musikal”, kemampuan berbagai bentuk musikal, membedakan, menggubah, dan
mengekspresikannya. Kecerdasan ini juga meliputi kepekaan terhadap irama,
pola nada atau melodi, dan warna nada atau warna suara suatu lagu. Adapun
ciri-ciri orang yang memiliki kecerdasan musikal seperti yang dikemukakan oleh
Robinson Situmorang (dalam Dewi Salma Prawiradilaga dan Eveline Siregar,
2004:64) adalah:

• Suka memainkan alat musik di rumah atau di sekolah

• Mudah mengingat melodi suatu lagu

• Lebih bisa belajar dengan iringan musik

• Suka mengoleksi kaset-kaset atau CD lagu-lagu


• Bernyanyi atau bersenandung untuk diri sendiri atau untuk orang lain

• Mudah mengikuti irama musik

• Mempunyai suara yang bagus untuk bernyanyi

• Peka terhadap suara-suara atau bunyi-bunyian di lingkungannya

• Memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik

• Berprestasi sangat bagus dalam mata pelajaran musik

C. PEMBAHASAN

Dalam rangka ikut mensukseskan tujuan pendidikan Nasional, yaitu


mencerdaskan kehidupan bangsa, banyak hal yang harus dilakukan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan tersebut. Salah satu diantaranya dengan
memberikan perhatian yang serius, pendidikan yang tepat dan penanganan yang
khusus terhadap anak-anak yang mempunyai kemampuan, inteligensi, dan
potensi yang istimewa (di atas rata anak normal). Anak berbakat yang tidak bisa
dipungkiri adalah sebagai aset negara yang akan melanjutkan atau yang sangat
menentukan masa depan bangsa Indonesia. Arah dan usaha apa yang akan
diambil oleh pemerintah untuk mensukseskan tujuan pendidikan nasional
tersebut, hal ini juga ditentukan oleh pendidikan apa yang akan mereka berikan
kepada anak-anak bangsa yang kaya dengan potensinya, kemampuannya,
inteligensinya, dan berbagai aspek-aspek perkembangan mereka yang dikatakan
”Brillian”. Akankah ini menjadi suatu yang akan menyebabkan anak-anak
berbakat ini akan menjadi terhambat perkembangannya, dan menjadikan mereka
anak-anak yang ”tumpul”.

1. Karakteristik

Beberapa hal yang dapat dideteksi dari peserta didik yang mempunyai bakat seperti: (a)
Perkembangan Lebih Cepat, dari segi perkembangan kognitif, afektif dan motorik anak
berbakat terlihat lebih cepat dibandingkan anak-anak seuasinya. Untuk mendeteksi
apakah seorang anak berbakat atau tidak, menurut Utami, bisa di lihat dari perkembangan
motoriknya. Anak berbakat, perkembangan motoriknya lebih cepat dibanding dengan
anak biasa. Dalam berbicara, berjalan, maupun membaca. Selain itu juga cepat dalam
memegang sesuatu dan membedakan bentuk serta warna. Untuk kemampuan membaca,
kadang anak berbakat memperolehnya dari belajar sendiri, yaitu mengamati dan
menghubung-hubungkan. Misalnya dari memperhatikan lalu-lintas, teve atau buku, (b)
Senang Mengeksplorasi, anak berbakat juga senang mengekplorasi atau mejajaki. ”Kalau
ia mempreteli barang-barang, bukan karena dia nakal tapi karena rasa ingin tahunya”.
Tentang rasa ingin tahu yang tinggi ini dapat dibedakan dari anak-anak yang biasa, anak
berbakat dalam cara pengamatannya lebih kental dibanding anak-anak biasa, (c)
Mempunyai kelebihan yang luar biasa, (d) Hal lain yang menjadi karakteristik anak
berbakat adalah bicaranya bisa sangat serius. Pertanyaannya sering menggelitik dan tak
terduga. Kadang ia tak puas dengan jawaban yang diberikan, sehingga terus berusaha
mencari jawaban-jawaban lain.

2. Peran Guru

Untuk lebih tersalurkan dan terperhatikan anak-anak berbakat ini , ada beberapa
hal yang harus diperhatikan oleh guru untuk membantu dalam mendeteksi dan
menyalurkan keberbakatan peserta didik dalam proses pembelajaran di
sekolah.

Dalam lingkungan sekolah guru mempunyai peranan yang sangat besar dalam
merangsang anak atau sisiwa untuk belajar. Secara umum dapat dikatakan
bahwa setiap guru memiliki tiga peran dalam proses belajar mengajar, yaitu (1)
peran sebagai komunikator: dalam mengajarkan bahan-bahan ilmu pengetahuan
guru mengalihkan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa dan
membuat mereka mampu menyerap, menilai, dan mengembangkan secara
madiri ilmu yang dipelajari, (2) peran sebagai motivator: guru menimbulkan minat
dan semangat pada siswa untuk secara terus- menerus mempelajari dan
mendalami ilmunya. Guru terus berupaya merangsang siswanya agar mau dan
senang belajar, (3) peran sebagai fasilitator: guru berupaya untuk mempermudah
dan memperlancar proses belajar mengajar bagi siswanya. Dalam
memainkan peran sebagai komunikator, motivator, dan fasilitator, guru dapat
menggunakan berbagai macam teknik pendidikan dan pengajaran, terutama
sekali dalam mendeteksi para peserta didiknya yang mempunyai bakat disatu
budang tertentu, misalnya, seni musik. Teknik pendidikan dan pengajaran yang
efektif adalah jika guru menggunakan teknik-teknik yang berorientasi pada siswa,
yang bertitik-tolak dari kebutuhan siswa dan dikembangkan sesuai tujuan-tujuan
pendidikan.

3. Peran Orang Tua

Mengenai keberbakatan anak bermanfaat bagi orang tua agar mereka dapat
memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak, baik kebutuhan kognitif,
afektif, maupun psikomotor anak. Setelah para orang tua mengetahui bahwa
anak-anak mereka mempunyai bakat yang cukup tinggi, maka selaku orang tua
harus jeli dalam menyikapi keberbakatan anak. Langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh para orang tua adalah, (1) mengetahui bakat anak secara tepat.
Anak yang berbakat akan memperlihatkan kemampuannya pada satu bidang
tertentu, dan ia terus mengeksplorasi bidang keberbakatannya tersebut, (2) tidak
memaksakan kehendak. Di lain pihak, harus diakui bahwa sering orang tua
cenderung mengamati dan menafsirkan perilaku anaknya sesuai dengan
harapan dan keinginan orang tua. Mereka mempunyai aspirasi pendidikan yang
sangat tinggi dan hal ini dapat menyebabkan mereka tidak objektif dalam
pengamatan perilaku anaknya, (3) berusaha untuk menyalurkan bakat khusus
anak. Tentu saja orang tua perlu membina agar anak mau berprestasi secara
optimal, karena kalau tidak akan berarti suatu penyianyiaan terhadap bakat-
bakatnya, (4) berusaha untuk tidak membatasi perkembangan anak, tetapi tetap
dalam jalur yang semestinya, (5) menyediakan pendidikan yang sesuai dengan
bidang keberbakatan anak. Mereka dapat membantu anak memahami dirinya
agar tidak melihat keberbakatannya sebagai suatu beban, tetap sebagai suatu
anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

a) Hereditas, faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif
produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan kemampuan
psikomotor. Dalam diri seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang
ada pada setiap orang, dan bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap
orangnya. b) LingkunganHal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak
berbakat ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam mempengaruhi
keberbakatan seorang anak. Walaupun seorang anak mempunyai bakat yang
tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya dukungan dan perhatian dari
lingkungan seperti, masyarakat tempat dia bersosialisasi, keluarga tempat ia
menjalani kehidupan berkeluarga, dan sekolah sekolah sebagai tempat dia
menimba ilmu pengetahuan dan sekaligus mengembangkan bakatnya, tidak
akan mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain, bagaimana lingkungan,
tempat dia menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatannya itu
dapat membantunya dalam mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya
tersebut.Perkembangan anak berbakat ini akan tersalurkan atau terhambat erat
sekali kaitannya dengan kegiatan ataupun aktivitas dari orang tua, guru dan
masyarakat yang mendukung/menyalurkan bakat anak tersebut atau mereka
akan menghambat perkembangan bakat anak tersebut.

5. Masalah yang Mungkin Muncul

a) Anak berbakat tetapi tidak berprestasi.Hal ini disebabkan oleh rasa harga diri
yang lebih rendah, anak tidak mempunyai motivasi intrinsik untuk
mengembangkan abakat yang mereka miliki dan kurangnya motivasi ekstrinsik
dan lingkungan, keluarga dan sekolah.b) Anak berbakat rentan terhadap
terjadinya ketegangan emosional dan konflik sosial. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan anak berbakat rentan terhadap ketegangan emosional dan konflik
sosial antara lain, kepribadian yang bersifat perfeksionisme, program dalam diri
untuk mencapai kesempurnaan anak berbakat tidak puas dengan prestasinya,
tidak dapat memenuhi tujuan-tujuan (target yang hendak dicapai) pribadinya
sehingga anak berbakat tersebut hanya mau memilih kegiatan-kegiatan tertentu
yang diyakini akan berhasil.c) Kepekaan yang berlebihanSistem saraf yang
super sensitif membuat anak berbakat lebih peka dan kritis dalam mengamati
dan menanggapi diri dan lingkungannya.d) Kurang keterampilan sosialAda anak
berbakat yang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga lebih
banyak menyendiri (individual), dan ada pula anak berbakat yang ingin populer
sehingga mendominasi orang lain. e) Isolasi sosialPengaruh kurang memahami
ciri-ciri dan kebutuhan anak berbakat, orang dewasa dalam sikap dan perilaku
mereka dapat menunjukkan sentimen atau penolakan terhadap anak
berbakat.f) Harapan yang tidak realistisHarapan yang tidak realistis dari pihak
orang tua dan guru terhadap anak berbakat yang mengharapkan mereka selalu
menonjol dalam berbagai bidang.g) Pelayanan pendidikan yang tidak
sesuaiPelayanan pendidikan yang tidak sesuai dengan perkembangan anak
berbakat dapat menimbulkan dampak negatif terhadap moral dan
perkembangannya secara menyeluruh.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Anak berbakat merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anak-anak yang istimewa yang akan menjalankan dan mengembangkan negara
ini pada masa yang akan datang. Selaku generasi penerus tentulah harus
dipersiapkan mulai dari mereka usia dini, usia kelas awal sekolah dasar, kelas
tinggi sekolah dasar, sekolah menengah, di bangku perkuliahan sampai mereka
terjun kembali ke masyarakat untuk mengabdi pada nusa dan bangsa.Kita
sebagai guru, orang tua, serta lingkungan masyarakat harus memberikan suatu
bentuk pengembangan, perangsangan, dan menyediakan segala fasilitas agar
tercapai, tersalurkan keberbakatan anak secara optimal. Kita harus memahami
segala tindak-tanduk, perilaku dan budaya yang mereka lakukan, yang pada
umumnya mempunyai suatu kekhasan dan keistimewaan dari anak-anak
lainnya. Kita berusaha untuk memberikan pendidikan yang tepat untuk
pengayaan keberbakatan anak dan memberikan iklim yang kreatif kepada anak-
anak tersebut.

2. Saran

Dengan melakukan pembahasan mengenai keberbakatan anak, baik mengenai


deteksi anak berbakat, karakteristik anak berbakat, peranan guru, peranan orang
tua, faktor yang mempengaruhi, serta masalah yang mungkin muncul diharapkan
agar:

• Pemerintah selaku pembuat kebijakan tentang pendidikan harusnya lebih


memperhatikan program pendidikan yang cocok untuk anak berbakat,
karena anak berbakat yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata atau
anak yang istimewa merupakan aset negara, yang akan melanjutkan
perjalanan bangsa menuju bangsa yang cerdas dan sejahtera dan dapat
bersaing dengan dunia luar.
• Guru selalu memperhatikan perkembangan peserta didik yang
mempunyai keberbakatan yang tinggi dan berusaha menciptakan
pendidikan yang mendukung dan iklim yang kreatif dalam proses
pembelajaran, dengan fungsi guru sebagai komunikator, motivator, dan
fasilitator.
• Guru memberikan konseling/bimbingan khusus terhadap permasalahan
yang dihadapi anak berbakat.
• Menyediakan program mentor bagi anak-anak yang berbakat
• Orang tua dapat memberikan suatu pendidikan tambahan atau pendidikan
khusus kepada anak-anak mereka yang mempunyai bakat terhadap suatu
bidang tertentu dan berusaha untuk menciptakan dan membentuk
keluarga yang harmonis. Dan orang tua harus memberikan dorongan
yang positif kepada anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada
anak.

Ditulis dalam Uncategorized

You might also like