Professional Documents
Culture Documents
A. Sejarah Singkat
Balai Penelitian Tanaman Sayuran atau lebih dikenal dengan sebutan Balitsa,
merupakan salah satu lembaga pemerintah dan unit pelaksana teknis Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian yang berada dibawah serta
bertanggung jawab langsung kepada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Hortikultura. Lembaga tersebut terletak dikaki Gunung Tangkuban
Perahu, Lembang, Bandung. Dengan ketinggian 1250 diatas permukaan laut
(Dpl). Dilihat dari segi geologisnya, jenis tanah dikawasan tersebut
merupakan tanah andosol yang dipengaruhi oleh tipe iklim B dengan suhu
rata-rata harian berkisar antara 19-24° C serta curah hujan 2.207,5 mm/tahun.
Lembaga ini didirikan pada tahun 1939 oleh Pemerintah Belanda dengan
tujuan untuk mendukung dibidang Pertanian dan Perkebunan. Nama lembaga
ini adalah Prust Trein sebagai Kebun Percobaan Tanaman Serta Pemberantasan
Hama Penyakit (Institut Voor Plants Richten) yang berpusat di Bogor. Sejak
awal, lembaga ini sudah melakukan banyak penelitian untuk meningkatkan
kualitas dan kwantitas berbagai jenis tanaman. Namanya pada saat itu adalah
Balai Penelitian Tehnik Pertanian ( Culture Institute) yang kemudian pada
tahun 1942-1945 berubah menjadi Culture Technish Institute ( Burten Norg
Bogor) atau Kebun Percobaan Margahayu yang menjadi Prust Trein
Margahayu.
Pada sekitar tahun 1945-1950 pemerintah sedang berada dalam keadaan
vakum sehingga menyebabkan kevakuman juga terhadap lembaga ini.
Kemudian pada tahun 1950-1960 lembaga ini berganti nama kembali menjadi
Kebun Percobaan Margahayu yang berpusat di pasar Minggu Jakarta Selatan
dan mulai melakukan kegiatannya kembali. Pada sekitar tahun 1967-1980
lembaga ini dijadikan sebagai salah satu cabang Lembaga Penelitian Hortikultura
sehingga pada tanggal 20 Maret 1981 namanya kembali berubah menjadi Lembaga
Penelitian Tanaman Pangan ( BPTP).
Pada tanggal 31 Juli 1982 Menteri Pertanian RI yaitu, Prof. Ir. Sudarsono
Hadisaputra meresmikan BPTP menjadi Balai Penelitian Hortikultura (BPHL) di
Lembang Bandung. BPHL pada saat itu terdiri dari satu Sub bagian Tata Usaha,
satu Sub bagian Penelitian Hortikultura Segunung dan Kelompok Peneliti ( Kelti)
disamping itu juga membawahi langsung Instalasi-instalasi Kebun Percobaan
Lembang, Cikole, Pangragajian dan Margahayu Kabupaten Bandung dan
kabupaten Subang, Laboratorium dan Bengkel Peralatan.
Berdasarkan keputusan Menteri No. 769 Kep/OT.210/XII/ 90 pada tanggal 13
Desember 1994 Balai Penelitian Hortikultura Lembang berubah menjadi Balai
Penelitian Tanaman Sayuran ( Balitsa) yang mengalami perubahan tugas lebih
khusus
ditujukan untuk meneliti Tanaman Sayuran. Dan terakhir pada tahun 2002
mendapat perubahan mandat sesuai Keputusan Menteri Pertanian No.74
Kep/OT.240/I/2002, tentang organisasi dan Tata Kerja Balitsa yang terdiri dari Sub
bagian Tata Usaha, Seleksi Pelayanan Teknis, Seksi Jasa Penelitian, Satu Kebun
Percobaan Subang.
Misinya adalah:
1. Pengembangan tanaman Sayuran berbasis pengelolaan Sumber Daya Manusia
(SDM)
2. Membangun sinergi dengan masyarakat dalam pengembangan Agribisnis.
Pendidikan
Kendati objek wisata ilmiah sayuran dan buah-buahan ini belum jadi seluruhnya,
Kepala Balitsa Dr Agus Muharam mengakui bisnis tersebut memiliki potensi yang
sangat bagus. “Terutama dari sisi manfaat, akan banyak siswa atau orang awam
yang bisa belajar dan mengetahui berbagai jenis tanaman sayuran. Ini sifatnya
pendidikan,” katanya.
Karena namanya wisata ilmiah, maka yang masuk lokasi ini juga berniat untuk
belajar dan mengetahui secara mendalam tentang jenis sayuran dan buah-buahan.
Jangan dibayangkan Anda berwisata di dalam laboratorium yang banyak preparat
dan mikroskupnya. Di sini, kita disajikan berjenis-jenis tanaman yang telah diatur
sedemikian rupa, dan pengaturannya juga mempertimbangkan aspek fungsi,
kenyamanan, keindahan dan perawatan.
Lokasi wisata ilmiah ini juga akan menjadi area wisata, area hijau, daerah resapan
air dan dapat menjadi pengendali lingkungan. “Kita berupaya untuk meningkatkan
Balai Penelitian sebagai area yang multifungsi, sehingga memiliki nilai tambah,”
kata Agus.
Dilihat dari aspek sosial budaya, wisata ilmiah akan banyak membantu. Seperti
diketahui, masyarakat Indonesia telah mulai meninggalkan cara-cara
bertani/berkebun yang sebenarnya dahulu merupakan mata pencaharian yang
utama. Di kebun percobaan ini nantinya akan dipelajari bagaimana
membudidayakan tanaman dengan baik dan benar. Bisnis ini juga akan
mengangkat citra masyarakat dan lingkungan sekitarnya, karena ada interaksi
antara keduanya.
Kebun percobaan Margahayu yang akan dijadikan sebagai areal wisata ilmiah
sayuran memiliki luas sekitar 30 hektare dengan tanah yang subur berjenis
andosol, dan berada pada ketinggian 1.250 meter dari permukaan laut. Di lokasi
wisata ini nantinya akan ada air terjun dan lokasi dilewati sungai yang berbatu-batu
dengan banyak mata air. Karena berada di dekat Gunung Tangkuban Perahu, maka
objek wisata ini akan menghidangkan pemandangan yang indah.
Dengan kondisi topografi yang ada, maka selain sebagai lokasi wisata ilmiah,
lokasi ini juga dipersiapkan untuk outbound, hiking dan jogging track. Wisata
ilmiah ini mempunyai tema taman wisata yang membuat program dalam cara
bertani yang baik dan memberikan penyuluhan-penyuluhan serta berekreasi
dengan suasana pedesaan.
Wisatawan yang akan mengunjungi objek wisata ilmiah akan disambut pintu
gerbang yang mempunyai karakter khusus. Gerbang ini tidak terlalu tinggi
sehingga tidak mengganggu pemandangan keindahan taman wisata dari luar.
Taman ini dilengkapi dengan plaza, yaitu ruang terbuka yang dibuat sebagai pusat
lokasi dan bisa berfungsi untuk pertemuan. Bentuk plaza bulat yang dibuat seperti
sebuah teater terbuka dengan arena pusat berada di bawah, sedangkan tempat
duduk melingkar berbentuk teras-teras berurutan dari atas ke bawah.
Selain itu juga disediakan tempat parkir yang bisa menampung 30 buah kendaraan
dan terletak di dalam sehingga tidak mengundang pedagang kaki lima untuk
masuk. Untuk makanan dan minuman, akan disediakan kafetaria yang lokasinya
berdekatan dengan air terjun, sehingga makanan dan minuman bisa dinikmati
sambil menyaksikan air terjun.
Objek wisata juga dilengkapi dengan kios yang menjual cendera mata, mushola,
gazebo atau pendopo yang bisa menampung 300 orang. Juga disediakan gazebo
kecil untuk beristirahat dengan ukuran 2×2 meter persegi. Area outbound dan
hiking dengan memanfaatkan potensi alam berupa kontur terjal, air terjun dan
pohon besar dan pohon-pohon tua.
Sebagai pusat objek adalah area pertanian. Di lokasi inilah para pengunjung dapat
mempraktekkan cara bercocok tanam yang baik dan benar. Mereka juga bisa
menanam dan memetik tanaman sayuran serta mempelajari tanaman sayuran itu.
Tanaman Asli
Selain mengenal jenis-jenis tanaman sayuran yang saat ini sudah banyak beredar di
pasar, pengunjung juga bisa menyaksikan jenis tanaman asli Indonesia (indigenous
vegetables) yang ternyata mempunyai khasiat khusus untuk kesehatan manusia.
Berbagai jenis tanaman asli itu sekarang sedang diupayakan untuk dikumpulkan di
Balitsa, dan kemudian akan dilakukan penelitian jenis-jenis tanaman yang bisa
menyembuhkan penyakit.
Negara-negara ASEAN bersepakat untuk melestarian tanaman-tanaman aslinya.
Balitbang Pertanian di negara-negara ASEAN saat ini telah membikin kebun untuk
menanam, melestarikan tanaman asli tersebut. Selanjutnya dilakukan penelitian
manfaat tanaman tersebut untuk kesehatan manusia. Untuk Indonesia lokasinya di
Lembang.
Saat ini Balitsa sudah mendata, terdapat 87 jenis tanaman (spesies) dari 29 famili
yang ada di Indonesia. Menurut Dr Anggoro, peneliti khusus tanaman sayuran dan
buah-buahan asli Indonesia, dari jumlah itu memang ada beberapa tanaman yang
belum bisa didatangkan ke Balitsa. Koleksi tanaman itu berasal dari berbagai
daerah di Indonesia, untuk selanjutnya akan dikembangkan sehingga bermanfaat
bagi manusia.
Beberapa spesies tanaman itu adalah handeuleum (Grapthophyllum pictum),
sambiloto (Andrographis paniculata), kedondong (Spondias pinnata), adas
(Foeniculum vulgare), antanan (Centella asiatica), sladri (Apium graveolens).
Kemudian mangkokan (Nothopanax scutellarium), beluntas (Pluchea indica),
jotang (Spilanthes acmella), Legetan (Spilanthes iabadiensis), sembung (Blumea
balsamifera).
Jenis tanaman lainnya adalah genjer (Limnocharis flava), pepaya (Carica papaya),
godobos (Enydra fluctuans), kemandilan/jonge (Emilia sonchifolia), kenikir
(Cosmos caudatus), sintrong (Erechtites valerinaefolia), selada air (Nasturtium
officinale), baligo (Benincasa hibrida), blewah (Cucumis melo), gambas/oyong
(Luffa acutangula), kemarongan (Coccinia cordifolia), labu kuning (Cucurbita
moschata), labu mie (Cucurbita), labu parang (Lagenaria sicerana), labu siem
(Sechium edule), paria (Momordica charantia), paria belut (Trichosanthes
anguina).
Kemudian kemangi (Ocimum americanum), keresmen (Mentha arvensis var
javanica), selasih (Ocimum basilicum), gude (Cajanus cajan), koro (Phaseolus
lunatus), krokot (Portulaca grandiflora), kelor (Moringa oleifera), cincau (Cyclea
Barbara), simbukan (Nearotis hirsute), takokan (Solanum torvum), dan kangkung
(Ipomoea aquatic/reptans).
Dengan wisata ilmiah itu, maka sebuah terobosan telah dilakukan oleh Balitsa
yang mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan penelitian tanaman sayuran.
Seperti mandat yang diberikan, Balitsa mempunyai visi sebagai institusi yang
responsif, antisipatif, dan partisipatif dalam menciptakan, merekayasa dan
mengembangkan Iptek untuk mewujudkan sistem dan usaha agribisnis sayuran
yang berdaya saing, berkerakyatan dan berkelanjutan, serta terdesentralisasi.
Arah dan strategi program penelitian sayuran adalah menghasilkan teknologi
efektif dan dapat diterapkan, berorientasi agribisnis, dan mampu menjawab,
mengantisipasi serta menciptakan kebutuhan pengguna. Balitsa juga diarahkan
untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal, memanfaatkan peta
informasi global, dan mengakomodasi semua potensi internal untuk mengantisipasi
persaingan global.
Ke depan, berkembangnya wisata ilmiah akan semakin mendukung sosialisasi
produk-produk yang dihasilkan Balitsa kepada masyarakat. Lembaga ini pada
akhirnya juga akan memberikan jasa yang cukup besar bagi warga negara
Indonesia untuk mengenal dan mencintai tanaman sayuran yang diproduksi
alamnya sendiri.