Professional Documents
Culture Documents
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti
merugi.Grahita berarti pikiran. Retardasi Mental berarti terbelakang mental. Tunagrahita sering
disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
Pandir (Imbecile)
Tolol (Moron)
Oligofrenia (Oligophrenia)
Mental Subnormal
Defisit Mental
Defisit Kognitif
Cacat Mental
Defisiensi Mental
Gangguan Intelektual
Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali
pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam
MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini
dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang
menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder.
Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti
yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada
hubungannya dengan Autisme.
Tunagrahita
Tunagrahita merupakan kata lain dari Retardasi Mental (mental retardation). Tuna berarti
merugi. dan rahita berarti pikiran. Retardasi Mental (Mental Retardation/Mentally Retarded)
berarti terbelakang mental.
Tunagrahita sering disepadankan dengan istilah-istilah, sebagai berikut:
• Lemah fikiran ( feeble-minded)
• Terbelakang mental (Mentally Retarded)
• Bodoh atau dungu (Idiot)
• Pandir (Imbecile)
• Tolol (moron)
• Oligofrenia (Oligophrenia)
• Mampu Didik (Educable)
• Mampu Latih (Trainable)
• Ketergantungan penuh (Totally Dependent) atau Butuh Rawat
• Mental Subnormal
• Defisit Mental
• Defisit Kognitif
• Cacat Mental
• Defisiensi Mental
• Gangguan Intelektual
American Asociation on Mental Deficiency/AAMD dalam B3PTKSM, (p. 20), mendefinisian
Tunagrahita sebagai kelainan: yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-
rata (Sub-average), yaitu IQ 84 ke bawah berdasarkan tes, yang muncul sebelum usia 16 tahun,
yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif.
Sedangkan pengertian Tunagrahita menurut Japan League for Mentally Retarded (1992: p.22)
dalam B3PTKSM (p. 20-22) sebagai berikut: Fungsi intelektualnya lamban, yaitu IQ 70
kebawah berdasarkan tes inteligensi baku. Kekurangan dalam perilaku adaptif. Terjadi pada
masa perkembangan, yaitu anatara masa konsepsi hingga usia 18 tahun.
Pengklasifikasian/penggolongan Anak Tunagrahita untuk keperluan pembelajaran menurut
American Association on Mental Retardation dalam Special Education in Ontario Schools (p.
100) sebagai berikut: EDUCABLE Anak pada kelompok ini masih mempunyai kemampuan
dalam akademik setara dengan anak reguler pada kelas 5 Sekolah dasar.
Untuk terapi autis, dikenal ada 4 metode terapi:
• Terapi Perilaku
• Terapi Wicara
• Terapi Biomedik
• Terapi Integrasi sensoris
SEKITAR 4000 lebih penderita tuna grahita di Bali. Mereka baru terserap 5% di Sekolah Luar
Biasa (SLB) C dan SD Luar Biasa di Bali. Kebanyakan orangtua yang memiliki anak tuna
grahita merasa malu dan tertekan oleh stigma dari lingkungan. Ironisnya, mereka
memperlakukan anak dengan tidak baik, bahkan menyembunyikannya. Sikap ini justru akan
membuat anak tuna grahita tidak mampu mengembangkan diri. “Penyandang tuna grahita masih
dapat diberi bekal keterampilan demi masa depannya. Dengan syarat, anak tersebut terdeteksi
sejak dini sehingga dapat segera dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa dan dikem-bangkan
bakatnya,” ujar Made Gintil Muliartha, Kepala Sekolah SLB C Denpasar.
Ia mengatakan, keterbatasan yang dimiliki penyandang tuna grahita sering menimbulkan
kekhawatiran orangtua dan masyarakat. Program SLB C diharapkan dapat mengurangi
ketergantungan penyandang tuna grahita pada orang lain. Salah satu tujuan pendidikan
penyandang tuna grahita adalah menyiapkan peserta didik untuk memperoleh pekerjaan sesuai
kemampuan dan minatnya.
Ia menyatakan, spirit pertama yang harus diterima penyandang tuna grahita dari orang terdekat,
terutama orangtua. “Tiap orang dapat memberi kepercayaan bahwa mereka juga memiliki
kemampuan seperti orang lain untuk berkarya,” ujarnya.
Tiga Kategori
Penyandang tuna grahita adalah individu yang diidentifikasikan psikolog memiliki kelambanan
dalam berpikir dan belajar serta kesulitan dalam berbicara. Hal itu diukur dengan level IQ di
bawah 70, dan semua gejala itu muncul sebelum usia 18 tahun.
Menurut Gintil, kategori penyandang tuna grahita yang mampu diterima di SLB kategori C IQ
50-70 disebut mampu didik . Mereka ini dapat menerima materi pelajaran dalam bentuk
sederhana. Kategori C1 IQ 25-50 disebut mampu latih. Walaupun mereka sudah diklasifikasikan
siswa SMA Luar Biasa mereka tetap tidak bisa membaca. Kategori IQ di bawah 25 (idiot), tidak
dapat diterima di SLB C. Mereka tidak mampu menerima rangsangan. Mereka hanya duduk atau
terlentang.
Dalam pengajaran di SLB C, para guru memegang peranan penting. Mereka dituntut kesabaran
tinggi dengan tingkat emosi anak yang berbeda-beda. Namun, kata Gintil, para orangtua di
Denpasar tampaknya makin sadar tentang pentingnya memberikan keterampilan kepada para
penyandang tuna grahita.
Saat ini jumlah siswa SLB C di Denpasar 240 orang, dengan jumlah guru negeri 27 orang dan
guru honorer 7 orang. Perbandingan jumlah guru dan siswa itu, kata Gintil, belum berimbang.
Namun, tidak mudah mencari guru yang mau mengabdi di sekolah luar biasa. “Selain memiliki
keterampilan mengajar khusus, mereka harus memiliki kesabaran yang tinggi,” ujar Gintil.
Special Olympics Indonesia
Dalam upaya memberdayakan para penyandang tuna grahita, kini telah dibentuk special
olympics yakni sebuah gerakan global yang memberdayakan penyandang tuna grahita melalui
pelatihan dan kompetisi olahraga. Disebut special olympics karena kekhususannya telah diakui
international olympics committee (IOC) sebagai satu-satunya organisasi olahraga khususnya
tuna grahita. Special olympics didirikan tahun 1966 oleh Eunice Kennedy Shriver. Program
special olympics telah menyebar ke seluruh dunia dan memberdayakan banyak penyandang tuna
grahita hingga menjadi manusia yang lebih produktif di masyarakat. Indonesia bergabung
menjadi anggota tahun 1989, dan tahun 1999 masuk ke Bali.
Menurut Ketua SO Ina Bali A.A. Gde Oka, B.Sw, dalam pelantikan pengurus SO Ina Bali
Periode 2009-2013 di Aula Kantor Disdikpora Bali, Selasa (28/10), program utama SO Ina;
pelatihan dan kompetisi olahraga sepanjang tahun. Ada tujuh cabang olahraga yang telah dibina
yakni atletik, bulu tangkis, tenis meja, sepak bola, bola basket, renang, dan bocce. Bagi atlet tuna
grahita kategori low ability yang tidak dapat mengikuti kegiatan olahraga seperti biasa, dapat
mengikuti motor activites training program. Kompetisi diadakan mulai tingkat kabupaten/kota
hingga nasional. Program pendukung SO Ina di antaranya, pemeriksaan kesehatan atlet meliputi
kesehatan mata, kesehatan gigi dan mulut, telinga, fisoterapi, kesehatan kaki dan tulang. serta
pendidikan kesehatan, dan pelatihan kepemimpinan.
Ia mengatakan Bali cukup berbangga, karena prestasinya termasuk 5 besar nasional. Tahun 2004
atlet Bali meraih juara I loncat jauh dan lari 100 meter, yang diwakili SLB Tabanan. Tahun
2007 siswa SLB Karangasem menjuarai tenis meja tingkat nasional dan memperkuat tim
nasional ke Shanghai dan berhasil meraih juara harapan II tingkat dunia.
Ketua Umum SO Ina dr. Pudji Hastuti M.Sc. mengungkapkan istilah mental retardation (cacat
mental) saat ini tidak boleh digunakan karena dinilai akan makin merendahkan mental anak.
Untuk itu dipakai istilah baru yakni keterbatasan intelektual. Ia mengatakan, anak-anak tuna
grahita memunyai potensi besar jika dibina. Pendidikan olahraga adalah media utama bagi
mereka. “Kegiatan ini jangan dipandang kegiatan pelengkap,” tegas Dokter Pudji. Ia berharap
pengurus baru lebih solid dan para pengurusnya mementingkan jiwa kesukarelawanan yang
berbasis kekeluargaan.
Prgram unified sports adalah kombinasi atlet special olympics dengan atlet bukan tuna grahita
dalam teman seregu untuk pelatihan dan kompetisi. “Ini akan membuat dampak positif dan
memperbaiki pemahaman tuna grahita di kalangan masyarakat,” jelasnya. Ia menegaskan,
orangtua adalah alat bantu seumur hidup sehingga keterlibatan orangtua sangat penting.
YKI Peduli
Yayasan Kemanusiaan Indonesia (YKI) sebagai salah satu lembaga sosial yang gencar
memberikan pelayanan kesehatan mata gratis turut mendukung program SO Ina. Pilot Project
manager YKI Drs I Wayan Sukajaya yang juga salah seorang pengurus SO Ina Bali
mengatakan, selain dalam pelayanan kesehatan, YKI bekerja sama dengan para relasi turut
dalam penggalian dana. Program kesehatan YKI juga akan menyasar para penyandang tuna
grahita. Hal ini, kata Sukajaya, merupakan komitmen dan kepedulian YKI kepada para
penyandang cacat, agar mereka dapat eksis bersosialisasi di masyarakat. –ast