You are on page 1of 25

BAB 2.

APROKSIMASI KESALAHAN 2 -1

Bab2
Aproksimasi Kesalahan
2.1. Menerapkan Konsep Kesalahan Pengukuran
2.2.1.Membilang dan Mengukur
Dalam keseharian, seseorang sering melakukan penghitungan banyaknya objek
atau benda. Seperti menghitung:
1. Banyaknya siswa laki-laki yang ada di SMK Negeri I.
2. Banyaknya transaksi penjualan dalam satu hari.
3. Banyaknya pelanggan yang berasal dari kota Bandung.
4. Banyaknya wisatawan asing yang mengunjungi Pulau Bali.
5. Besarnya pendapatan daerah yang berasal dari pajak Hotel dan Rumah
Makan.
Kegiatan menghitung di atas menghasilkan suatu bilangan yang pasti, dapat
dianggap tanpa ada suatu kesalahan. Suatu kegiatan yang menghasilkan suatu
besaran bilangan yang pasti seperti ini dinamakan membilang. Jadi hasil dari
kegiatan membilang adalah suatu bilangan yang pasti atau eksak, tanpa ada suatu
kesalahan.
Berikut ini adalah contoh – contoh bilangan hasil dari membilang.
1. Banyaknya siswa laki-laki yang ada di SMK Negeri I adalah 279 orang.
2. Transaksi penjualan Apotik Sehat hari ini adalah Rp. 1.000.000,00.
3. Ada 75 pelanggan yang berasal dari kota Bandung.
4. Wisatawan asing yang mengunjungi Pulau Bali di tahun 2007 sebanyak
2.500.000 orang.
5. Pendapatan daerah yang berasal dari pajak Hotel dan Rumah Makan di
Kota Jakarta adalah Rp. 2.700.000.000,00.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -2
Disisi lain, ada suatu kegiatan pengukuran terhadap keadaan dari suatu benda atau
objek. Seperti melakukan pengukuran:
1. Suhu dalam suatu ruangan.
2. Luas area persawahan di Propinsi Jawa Timur.
3. Berat kendaraan truk dalam keadaan kosong.
4. Ketinggian air sungai bengawan Solo.
Kegiatan di atas menghasilkan suatu bilangan yang tidak sama persis dengan
ukuran sebenarnya dari objek yang diukur, dapat dianggap ada suatu kesalahan.
Kegiatan semacam ini dinamakan mengukur. Jadi hasil dari kegiatan mengukur
adalah suatu bilangan yang tidak eksak, ada suatu kesalahan. Akan tetapi hasil
pengukuran ini mendekati nilai sebenarnya. Dengan kata lain, hasil pengukuran
adalah suatu bilangan pendekatan atau aproksimasi. Walaupun hasil pengukuran
berupa nilai pendekatan, ketelitian harus diperhatikan.
Berikut ini adalah contoh – contoh bilangan hasil dari mengukur.
1. Suhu dalam suatu Kamar Operasi di Rumah Sakit Cipto adalah 20,5 0 C.
2. Luas area persawahan di Propinsi Jawa Timur 5700 Ha.
3. Berat kendaraan truk dalam keadaan kosong 5,25 ton.
4. Ketinggian air sungai bengawan Solo pada tanggal 5 Oktober 2007 adalah
5,9 m.
5. Diameter dari kepingan uang logam Rp. 100 adalah 2,15 cm.
Bilangan pendekatan seperti contoh di atas biasanya didapat dari pengukuran
berdasarkan pembulatan.

2.2.2. Pembulatan
Ada tiga macam pembulatan, yaitu:

1. Pembulatan bilangan ke satuan ukuran terdekat.


Sebagai misal: diinginkan mengukur tinggi badan seseorang dengan
menggunakan satuan cm. Tinggi badan dari si Aldi adalah 172,5 cm. Hasil ini
dapat dibulatkan menjadi 173 cm.
Jika bilangan riil x=a1a2...am,b1b2...bn-1bn akan dibulatkan ke satuan ukuran
terdekat, maka aturan pembulatan sebagai berikut:
i. Jika angka bn < 5 maka bilangan x = a1a2...am,b1b2...bn-1 .
ii. Jika angka bn > 5 maka bilangan x = a1a2...am,b1b2...(bn-1+1) .
iii. Jika angka bn = 5 maka tergantung nilai bn-1
• Jika bn-1 merupakan angka genap maka bilangan x =
a1a2...am,b1b2...bn-1
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -3
• Jika bn-1 merupakan angka ganjil maka
bilangan x = a1a2...am,b1b2...(bn-1+1)

Contoh 1:
Pada suatu pengukuran didapat besaran bilangan 314,25 m, ekspresi bilangan
ini menyatakan pembulatan sampai dengan perseratus meter terdekat atau
sampai dengan 1 cm terdekat. Bilangan 314,25 m dapat juga dibulatkan
menjadi 314,3 m yang berarti pembulatan sampai dengan persepuluh meter
terdekat. Bilangan 314,3 m dapat juga dibulatkan menjadi 314 m yang berarti
pembulatan sampai dengan satuan meter terdekat.

Contoh 2:
Tabel berikut ini merupakan contoh pembulatan beberapa bilangan.

Bilangan Pembulatan dari


x x
0,2342 0,234
3,148 3,15
25,45 25,4
25,35 25,4

2. Pembulatan bilangan ke dalam banyaknya desimal yang dikehendaki.


Pembulatan sampai dengan sekian tempat desimal dibelakang koma. Sebagai
misal: diinginkan mengukur lamanya (running time) suatu program dijalankan
oleh suatu komputer dalam menit. Hasil yang dikehendaki adalah tiga angka
(digit) dibelakang koma atau tiga tempat desimal. Misal dalam percobaan
didapat hasil 1,351 menit, iini berarti dibulatkan sampai dengan 3 tempat
desimal.

Contoh 3:
Pada suatu pengukuran didapat besaran bilangan 314,25 m, ekspresi bilangan
ini menyatakan pembulatan sampai dengan dua tempat desimal. Bilangan
314,25 m dapat juga dibulatkan menjadi 314,3 m yang berarti pembulatan
sampai dengan satu tempat desimal.

Contoh 4:
Pada suatu pengukuran didapat besaran bilangan 314,25785 m, ekspresi
bilangan ini menyatakan pembulatan sampai dengan lima tempat desimal.
Bilangan tersebut juga dapat dibulatkan kedalam:
• Empat tempat desimal, menjadi 314,2578 m
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -4
• Tiga tempat desimal, menjadi 314,258 m
• Dua tempat desimal, menjadi 314,26 m.

Angka Signifikan
Angka – angka dalam suatu bilangan selain deretan angka 0 yang ada diposisi
depan dinamakan angka signifikan (significant digit) atau angka penting.
Banyaknya angka signifikan pada bilangan hasil pengukuran 1,351 adalah 4.
Banyaknya angka signifikan pada bilangan 1,300 adalah 4. Sedangkan bilangan
0,030 mempunyai 2 angka signifikan, yaitu 30 sedangkan deretan 0,0 didepan
tidak dihitung.

Contoh 5:
Banyaknya angka signifikan pada beberapa bilangan.

Bilangan Banyaknya angka signifikan


10.003 5
0.1003 4
0.0103 3
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -5

Latihan
1. Manakah kegiatan dibawah ini yang merupakan kegiatan membilang dan
mana yang merupakan mengukur.
a. Banyaknya penduduk usia sekolah di Jakarta.
b. Gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta
mempunyai kekuatan 6,5 skala richter.
c. Nilai tertinggi Ujian Akhir Nasional tingkat
SMK pada tahun 2007 adalah 45,71.
d. Perolehan medali emas kontingen DKI Jakarta
di Olimpiade Sains Nasional 2006.
e. Jarak tempuh suatu kendaran motor per liter.
f. Nilai total penjualan dalam satu tahun pada
suatu departemen store.
g. Personel TNI disyaratkan mempunyai tinggi
badan minimal 160 cm.
h. Pesawat Boeing A300 terbang pada ketinggian
3000 kaki di atas permukaan air laut.
i. Banyaknya siswa SMK yang mengikuti seleksi
penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri.
2. Lakukan pembulatan bilangan berikut ini kedalam 3 dan 2 tempat desimal.
a. 72,45329.
b. 0,7447
c. 0,0195
3. Berapa banyaknya angka signifikan dari bilangan
berikut ini.
a. 85632
b. 13000
c. 007
d. 0,02003
e. 2,0300500
4. Lakukan pembulatan bilangan:
a. 856,0908 hingga mempunyai 5 angka signifikan.
b. 0,00908 hingga mempunyai 2 angka signifikan.
c. 856,0908000 hingga mempunyai 4 angka signifikan.
d. 0,90897978 hingga mempunyai 5 angka signifikan.
e. 856,0908 hingga mempunyai 4 angka signifikan.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -6

2.2.3. Kesalahan
Seseorang sedang melakukan pengukuran terhadap panjang suatu ruas jalan tol
dan panjang kertas A4. Hasil pengukurannya untuk jalan tol didapat 9.950 m dan
hasil pengukuran untuk panjang kertas adalah 29 cm. Padahal panjang sebenarnya
untuk jalan tol adalah 10.000 m dan panjang sebenarnya untuk kertas A4 adalah
29,7 cm. Disini terjadi kesalahan pengukuran untuk jalan tol sebesar 50 m atau
5.000 cm. Dan kesalahan pengukuran untuk panjang kertas A4 adalah 0,7 cm.
Pengukuran yang manakah yang lebih teliti?.

Definisi 1:
Kesalahan (error) didefinisikan sebagai selisih antara nilai sebenarnya dan nilai
hasil pengukuran, atau
kesalahan = nilai sebenarnya − nilai pengukuran
Secara simbolik dinyatakan dengan:
et = xt − xa
Dengan et merupakan kesalahan pengukuran, xs adalah nilai sebenarnya (true
value) dan xa adalah nilai pengukuran atau nilai pendekatan (aproksimasi).

Dengan definisi pada persamaan , kesalahan dapat bernilai positif dan dapat pula
bernilai negatif. Kesalahan akan bernilai negatif apabila nilai pengukuran lebih
besar dari nilai sebenarnya.
Untuk memperjelas pengertian dan pemahaman terhadap definisi di atas, lihat
contoh berikut ini.

Contoh 1:
Pada kasus pengukuran jalan tol dan panjang kertas A4 di atas, kesalahan dapat
ditabelkan seperti berikut ini.

Pengukuran Panjang Hasil Pengukuran Kesalahan


Sebenarnya xa et
xt
Panjang Jalan Tol 10.000 m 9.950 m 5.000 cm
Panjang Kertas A4 29,7 cm 29 cm 0,7 cm

Kesalahan pada pengukuran jalan tol (5.000 cm) jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan kesalahan pada pengukuran panjang kertas A4 (0,7 cm).
Namun demikian kesalahan pengukuran pada jalan tol tersebut lebih bisa
diterima, karena kalau dibandingkan dengan nilai sebenarnya kesalahan tersebut
hanya sebesar 10.000 m dibagi 50 m atau sebesar 0,005. Sedangkan kesalahan
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -7
pengukuran panjang kertas A4 dibandingkan dengan nilai sebenarnya adalah 29,7
cm dibagi 0,7 cm adalah 0,02357.

Oleh karena itu, dibuat suatu definisi tentang kesalahan relatif dan prosentase
kesalahan relatif seperti berikut ini.

Definisi 2:
Kealahan relatif (relatif error) didefinisikan sebagai kesalahan dibagi dengan
nilai sebenarnya, atau
Kesalahan
Kesalahan relatif =
Nilai Sebenarnya
Secara simbolik dinyatakan dengan:
et
er =
xt
Dengan er merupakan kesalahan relatif, et adalah nilai kesalahan dan xt adalah
nilai sebenarnya.

Definisi 3:
Prosentase kesalahan relatif didefinisikan sebagai kesalahan relatif dikalikan
100%, atau
et
per = ×100%
xt
Dengan per merupakan prosentase kesalahan relatif, et adalah nilai kesalahan dan
xt adalah nilai sebenarnya.

Contoh 2:
Pada kasus pengukuran jalan tol dan panjang kertas A4 di atas, kesalahan dapat
ditabelkan seperti berikut ini.

Pengukuran xt xa et er per
Panjang Jalan Tol 10.000 9.950 5.000 0,005 0,5%
m m cm
Panjang Kertas A4 29,7 cm 29 cm 0,7 cm 0,0235 2%
7

Jadi kesalahan relatif pada pengukuran panjang jalan tol lebih kecil dari kesalahan
relatif pada pengukuran panjang kertas A4.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -8
Pada pembahasan kesalahan di atas, nilai sebenarnya telah diketahui. Namun
demikian pada sebagian besar permasalahan pengukuran nilai sebenarnya ini
belum diketahui. Jika nilai sebenarnya tidak atau belum diketahui, maka rumusan
persamaan sampai dengan persamaan tidak dapat digunakan. Untuk itu
diperlukan adanya suatu rumusan lain yang dapat dipakai untuk memperkirakan
seberapa besar kesalahan dari suatu pengukuran.

Misal seseorang melakukan pengukuran terhadap lebar dari meja, lebar meja yang
sebenarnya tidak diketahui. Pada saat melakukan pengukuran terbaca 75 cm. Ini
bukan berarti lebar meja yang sebenarnya adalah 75 cm. Hanya pada alat ukur
terbaca lebih dekat ke 75 cm dari pada ke 74 cm atau ke 76 cm. Bisa dikatakan
bahwa lebar meja tersebut diantara 74.5 cm dan 76.5 cm. Artinya kesalahan
pengukuran yang masih dapat diterima adalah 0,5 cm. Secara tidak formal, nilai
76,5 cm dikatakan sebagai batas atas pengukuran (nilai ukuran terbesar), nilai
74,5 cm merupakan batas bawah pengukuran (nilai ukuran terkecil), dan nilai 0,5
cm sebagai kesalahan mutlak pengukuran. Rentang batas atas dan batas bawah ini
dinamakan sebagai satuan pengukuran terkecil.

Selanjutnya akan dibahas beberapa definisi kesalahan yang terkait dengan


pengukuran terhadap objek yang nilai sebenarnya tidak diketahui.

Definisi 4:

Satuan pengukuran terkecil adalah tingkat ketelitian dalam pengukuran.

Contoh 3:

Dalam pengukuran lebar meja, digunakan satuan pengukuran cm. Hasil


pengukuran lebar meja adalah 75 cm. Dalam pengukuran ini mempunyai satuan
pengukuran terkecil 1 cm.

Contoh 4:

Dalam pengukuran lebar jalan, digunakan satuan pengukuran m. Hasil


pengukuran lebar jalan adalah 7,5 m. Dalam pengukuran ini mempunyai satuan
pengukuran terkecil 0,1 m.

Contoh 5:

Dalam pengukuran luas dasar kolam bentuk persegi panjang, digunakan satuan
pengukuran m2. Hasil pengukuran luas tersebut adalah adalah 45,50 m2. Dalam
pengukuran ini mempunyai satuan pengukuran terkecil 0,01 m2.

Contoh 6:
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -9
Dalam pengukuran volume air di dalam tandon bentuk tabung, digunakan satuan
pengukuran m3. Hasil pengukuran volume air tersebut adalah adalah 1,5 m3.
Dalam pengukuran ini mempunyai satuan pengukuran terkecil 0,1 m3.
Definisi 5:

Salah mutlak dalam suatu pengukuran adalah setengah kali satuan pengukuran
terkecil, atau
1
salah mutlak = × satuan ukuran terkecil
2
Secara simbolik dinyatakan dengan:
1
SM = × u
2
Dengan SM merupakan salah mutlak, u adalah satuan ukuran terkecil.

Dengan definisi pada persamaan , salah mutlak selalu bernilai positif. Untuk
memperjelas pengertian dan pemahaman terhadap definisi di atas, lihat contoh
berikut ini.

Contoh 7:

Seseorang melakukan pengukuran lebar sungai. Hasil pengukuran tercatat 3,5 m.


Tentukan salah mutlak dari pengukuran tersebut.

Penyelesaian:

Satuan pengukuran terkecil dari hasil pengukuran tersebut adalah u=0,1 m.

Dengan menggunakan definisi , salah mutlak pengukuran adalah


1
SM = × u = 0,5 × 0.1 m = 0, 05 m
2

Contoh 8:

Suatu produk air minum kemasan dalam botol, tertulis isi 0,75 liter. Tentukan
salah mutlak dari isi kemasan air minum tersebut.

Penyelesaian:

Satuan pengukuran terkecil dari hasil pengukuran tersebut adalah u=0,01 liter.

Dengan menggunakan definisi , salah mutlak pengukuran adalah


1
SM = × u = 0,5 × 0.01liter = 0, 005 liter .
2
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -10

Contoh 9:

Wijaya melakukan pengukuran luas ruangan dan hasil pengukuran tercatat 20,25
m2. Alex si tukang keramik mengatakan luas keramik ini adalah 400,00 cm2.
Tentukan salah mutlak dari pengukuran yang dilakukan Wijaya dan Alex tersebut.

Penyelesaian:

• Hasil pengukuran Wijaya adalah 20,25 m2. Dengan menggunakan definisi ,


salah mutlak pengukuran Wijaya adalah
1
SM = × u = 0,5 × 0.01 m 2 = 0, 005 m2 . Atau dalam ukuran cm2 menjadi
2
SM = 0, 005 m 2

• Hasil pengukuran Alex adalah 400,00 cm2. Dengan menggunakan definisi ,


1
salah mutlak pengukuran Alex adalah SM = × u = 0,5 × 0.01cm = 0, 005 cm
2 2

2
.

Dengan hanya menggunakan definisi salah mutlak, perbandingan kesalahan dari


dua pengukuran sulit untuk dibandingkan. Oleh karena itu, dibuat suatu definisi
kesalahan yang merujuk pada nilai pengukurannya. Selanjutnya akan
didefinisikan salah relatif dan prosentase salah relatif.

Definisi 6:
Salah relatif didefinisikan sebagai salah mutlak dibagi dengan nilai pengukuran,
atau
Salah Mutlak
Salah relatif =
Nilai Pengukuran
Secara simbolik dinyatakan dengan:
SM
SR =
xa
Dengan SR merupakan salah relatif, SM adalah salah mutlak nilai dan xa adalah
nilai pengukuran.

Definisi 7:
Prosentase salah relatif didefinisikan sebagai salah relatif dikalikan 100%, atau
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -11
PSR = SR ×100%
Dengan per merupakan prosentase salah relatif, et adalah salah mutlak nilai dan
xt adalah nilai sebenarnya.

Contoh 10:

Seseorang melakukan pengukuran lebar sungai pada contoh 7. Hasil pengukuran


tercatat 3,5 m. Tentukan salah relatif dan prosentase salah relatif dari pengukuran
tersebut.

Penyelesaian:

Dari contoh 7, didapat salah mutlak SM = 0, 05 m .

• Salah Relatif

Dengan menggunakan persamaan , didapat salah relatif sebagai berikut

SM 0, 05 m
SR = = = 0,0014285
xa 3,5 m

• Prosentase Salah Relatif

Dengan menggunakan persamaan , didapat prosentase salah relatif sebagai


berikut

PSR = SR ×100% = 0,0014285 ×100%=0,14285%

Contoh 11:

Kembali ke contoh 10, Wijaya melakukan pengukuran luas ruangan dan hasil
pengukuran tercatat 20,25 m2. Alex si tukang keramik mengatakan luas keramik
ini adalah 400,00 cm2. Tentukan salah relatif dan prosentase salah relatif dari
pengukuran yang dilakukan Wijaya dan Alex tersebut. Dari hasil perhitungan
kesalahan tersebut, manakah yang lebih teliti ?, Wijaya atau Alex?.

Penyelesaian:

• Hasil pengukuran Wijaya adalah 20,25 m2. Dengan menggunakan definisi ,


, dan , didapat:

o Salah mutlak SM = 0, 005 m 2

SM 0, 005 m 2
o Salah relatif SR = = = 0,0002469
xa 20, 25 m 2
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -12
o Prosentase salah relatif PSR = SR ×100% = 0,02469%

• Hasil pengukuran Alex adalah 400,00 cm2. Dengan menggunakan definisi ,


, dan , didapat:

o Salah mutlak SM = 0, 005 cm 2

SM 0, 005 m 2
o Salah relatif SR = = = 0,0000125
xa 400, 00 m 2

o Prosentase salah relatif PSR = SR ×100% = 0,00125%

Perbandingan kesalahan dari dua pengukuran Wijaya dan Alex, secara prosentase
kesalahan relatifnya, pengukuran Alex mempunyai kesalahan yang jauh lebih
kecil dibandingkan dengan yang dilakukan oleh wijaya.

Definisi 8:

Ukuran terbesar dari suatu pengukuran adalah nilai hasil pengukuran ditambah
dengan salah mutlak dari pengukuran.

Atau
Ukuran terbesar = xa + SM
Dengan xa adalah nilai hasil pengukuran dan SM adalah salah mutlak dari
pengukuran.

Definisi 9:

Ukuran terkecil dari suatu pengukuran adalah nilai hasil pengukuran dikurangi
dengan salah mutlak dari pengukuran.

Atau
Ukuran terkecil = xa − SM
Dengan xa adalah nilai hasil pengukuran dan SM adalah salah mutlak dari
pengukuran.

Contoh 12:
Panjang dari lapangan sepak bola adalah 100 m. Tentukan ukuran terbesar dan
ukuran terkecil dari pengukuran tersebut.
Penyelesaian:
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -13
• Satuan pengukuran terkecil dari pengukuran adalah u = 1 m.

• Salah mutlak dari pengukuran isi air adalah

1
SM = × u = 0,5 × 1 m = 0,5 liter
2

• Ukuran terbesar pengukuran adalah

Ukuran terbesar = xa + SM = 100 m + 0,5 m = 100,5 m

• Ukuran terkecil pengukuran adalah

Ukuran terkecil = xa − SM = 100 m − 0,5 liter = 99,5 m

Contoh 13:
Misal nilai hasil pengukuran isi air dalam botol adalah 1,5 liter. Tentukan ukuran
terbesar dan ukuran terkecil dari pengukuran tersebut.
Penyelesaian:

• Satuan pengukuran terkecil dari pengukuran adalah u = 0,1 liter.

• Salah mutlak dari pengukuran isi air adalah

1
SM = × u = 0,5 × 0,1liter = 0,05 liter
2

• Ukuran terbesar pengukuran adalah

Ukuran terbesar = xa + SM = 1,5 liter + 0, 05 liter = 1,55 liter

• Ukuran terkecil pengukuran adalah

Ukuran terkecil = xa − SM = 1,5 liter − 0, 05 liter = 1, 45 liter

Definisi 10:
Toleransi kesalahan pengukuran adalah selisih antara ukuran terbesar dengan
ukuran terkecil dari pengukuran.
Atau
Toleransi kesalahan = Ukuran terbesar − Ukuran terkecil
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -14
Teorema 1:
Tolerasi kesalahan sama dengan dua kali salah mutlak.

Bukti:
Berdasarkan Definisi 8, Definisi 9, dan Definisi10 dapat diturunkan :
Toleransi kesalahan = Ukuran terbesar − Ukuran terkecil
= xa + SM − ( xa − SM )
= 2 SM

Jadi toleransi kesalahan dapat dicari dengan mengalikan salah mutlak dengan 2.

Contoh 14:
Misal nilai hasil pengukuran isi air dalam botol adalah 1,5 liter. Tentukan
toleransi kesalahan pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Dari contoh 13 didapat:

• Salah mutlak dari pengukuran isi air adalah SM = 0,05 liter

• Ukuran terbesar pengukuran adalah Ukuran terbesar = 1,55 liter

• Ukuran terkecil pengukuran adalah Ukuran terkecil = 1, 45 liter

Dengan menggunakan persamaan , didapat nilai toleransi kesalahan:

Toleransi kesalahan = Ukuran terbesar − Ukuran terkecil


=1,55 liter −1, 45 liter
= 0,1liter

Atau dengan menggunakan persamaan , didapat nilai toleransi kesalahan:

Toleransi kesalahan = 2 SM = 2 (0,05 liter)= 0,1 liter.

Teorema 2:
Jika xa menyatakan nilai hasil pengukuran, maka ukuran terbesar dari pengukuran
tersebut sama dengan nilai hasil pengukuran ditambah setengah kali toleransi
kesalahan.

Bukti:
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -15
Berdasarkan persamaan dan didapat :
Toleransi kesalahan = 2 SM
= 2 (Ukuran terbesar − xa )

Toleransi kesalahan
Ukuran terbesar = xa +
2

Teorema 3:
Jika xa menyatakan nilai hasil pengukuran, maka ukuran terkecil dari pengukuran
tersebut sama dengan nilai hasil pengukuran dikurangi dua kali toleransi
kesalahan.

Bukti:
Berdasarkan persamaan dan didapat :
Toleransi kesalahan = 2 SM
= 2 (Ukuran terkecil + xa )

Toleransi kesalahan
Ukuran terkecil = xa −
2

Dalam pernyataan ukuran sebagai ukuran standarisasi, penulisan ukuran standar


tersebut biasa dinyatakan dalam bentuk:
toleransi kesalahan
(ukuran ± )
2

Contoh 15:

Pada suatu pengukuran, didapat ukuran terbesar yang dapat diterima 12,4 mm dan
ukuran terkecil yang dapat diterima adalah 11,8 mm. Tentukan toleransi kesalahan
pengukuran.

Penyelesaian:

Toleransi kesalahan = Ukuran terbesar – ukuran terkecil

= 12,4 mm – 11,8 mm

= 0,6 mm

Contoh 16:
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -16
Ukuran standar baut diameter 10 mm mempunyai tolerasi kesalahan 0,2 mm.
Ukuran standar diameter baut tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk (10 + 0,1)
mm. Jika ada suatu perusahaan yang akan memproduksi baut yang memenuhi
ukuran standar tersebut, maka berapakah ukuran terbesar dan ukuran terkecil yang
diperbolehkan agar memenuhi standar tersebut?

Penyelesaian:

• Ukuran terbesar diameter baut yang diperbolehkan adalah:

Toleransi kesalahan
Ukuran terbesar = xa + = 10mm + 0, 2mm = 10, 2mm
2

• Ukuran terkecil diameter baut yang diperbolehkan adalah:

Toleransi kesalahan
Ukuran terkecil = xa − = 10mm − 0, 2mm = 9,8mm
2
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -17

Latihan
1. Suatu produk kertas ukuran F4, tertulis berat dari kertas adalah 80 gsm.
Setelah dilakukan penimbangan didapat hasil 79,75 gsm. Tentukan kesalahan,
kesalahan relatif, dan prosentase kesalahan relatif dari berat kertas tersebut.
2. Diketahui bahwa lebar dari kertas A4 adalah 21 cm dan panjangnya adalah
29,7 cm. Atau diketahui ukuran kertas A4 adalah 21 x 29,7 cm. Andi
mengambil selembar kertas A4 dari sebuah produk dan melakukan
pengukuran lebar kertas tersebut adalah 20,8 cm dan pengukuran panjangnya
didapat 29,5 cm. Tentukan kesalahan, kesalahan relatif, dan prosentase
kesalahan relatif dari
a. Ukuran lebar dari kertas A4 yang diukur oleh Andi tersebut.
b. Ukuran panjang dari kertas A4 yang diukur oleh Andi tersebut.
c. Ukuran luas dari kertas A4 yang diukur oleh Andi tersebut.
3. Seperti pada contoh nomor 2, cobalah anda lakukan pengukuran sendiri dan
kemudian tentukan kesalahan, kesahan relatif, dan prosentase kesalahan relatif
dari hasil pengukuran anda.
4. Sebuah produk rokok menginginkan produknya mempunyai kandungan 14
MG Tar dan 1,0 MG Nicotine. Nilai kandungan ini dituliskan pada bungkus
rokok. Bagian uji kualitas dari perusahan tersebut mengambil sebuah sample
produk dan melakukan pengujian kandungan Tar dan Nicotine. Hasil
pengujian didapat 14,5 MG Tar dan 1,45 MG Nicotine. Berapakah nilai
kesalahan, kesalahan relatif, dan prosentase kesalahan relatif dari produk
tersebut.
5. Sebuah produk minuman ringan dalam kaleng mencantukan isi bersih dari
minumannya adalah 330 ml. Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM)
melakukan pengujian, mengambil sebuah produk dan menuangkan dalam
sebuah gelas ukur. Hasil pengukuran isi dari minuman kaleng tersebut adalah
315 ml. Tentukan kesalahan, kesalahan relatif, dan prosentase kesalahan
relatif dari ukuran isi tersebut.
6. Seorang pramuniaga dari mini market, menimbang anggur yang dipilih oleh
seorang pembeli. Hasil dari penimbangan tersebut adalah 0,75 Kg. Tentukan
satuan ukuran terkecil, salah mutlak, salah relatif, prosentase salah relatif dari
hasil penimbangan yang dilakukan oleh pramuniaga tersebut.
7. Dalam laga formula satu (F1), Michael Schummacer memasuki pitch. Timnya
melakukan penggantian roda dengan catatan waktu 6,9 detik. Tentukan satuan
ukuran terkecil, salah mutlak, salah relatif, prosentase salah relatif dari waktu
pencatatan penggantian roda oleh Tim tersebut.
8. Besaran bilangan – bilangan berikut ini didapatkan dari hasil pengukuran.
a. 176 Ha
b. 19,5 gallon
c. 6,95 detik
d. 5,751 ton
e. 10.000 m3/hari
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -18
Tentukan satuan ukuran terkecil, salah mutlak, salah relatif, prosentase salah
relatif dari pengukuran di atas.

9. Besaran bilangan – bilangan berikut ini didapatkan dari hasil pengukuran.


a. 176 Ha
b. 19,5 gallon
c. 6,95 detik
d. 5,751 ton
e. 10.000 m3/hari
Tentukan ukuran terbesar dan ukuran terkecil dari pengukuran di atas.

10. Berikut ini merupakan pernyatan standar pengukuran. Tentukan nilai


pengukuran terbesar dan nilai pengukuran terkecil yang dapat diterima, dan
tentukan juga toleransi kesalahannya.
a. (6,22 + 0,12) cm.
b. (4,1 + 0,5) detik.
c. (50,0 + 0,1) gr.
d. (100,536 + 0,123) mm.
e. (2,5 + 0,01) ton.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -19

2.2. Operasi Hasil Pengukuran


Pada bagian sebelumnya telah dibahas tentang pengukuran, kesalahan, dan
toleransi kesalahan. Sebuah objek hasil pengukuran dapat dinyatakan sebagai
kesatuan hasil pengukuran dan toleransinya. Pada bagian ini, akan dibahas tentang
bagaimana kita mengoperasikan objek hasil pengukuran tersebut. Operasi yang
akan dibahas disini adalah operasi penjumlahan, penjumlhan maksimal, selisih
minimal, dan perkalian.

2.2.1.Jumlah hasil pengukuran


Pada sub bagian ini akan membahas beberapa operator jumlah terhadap nilai hasil
pengukuran. Operator jumlah ini terdiri dari jumlah maksimum, jumlah minimum,
selisih maksimum, dan selisih minimum.

Definisi 1:
Untuk hasil pengukuran a dan b, Jika c = a+b maka salah mutlak dari c
didefinisikan sebagai jumlahan antara salah mutlak dari a dan salah mutlak dari b.
Atau:
Salah mutlak c = Salah mutlak a + Salah mutlak b

Untuk memperjelas definisi diatas, perhatikan beberapa contoh berikut ini.

Contoh 1:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 38,7 m. Tentukan salah mutlak dari jumlah hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Hasil pengukuran pertama adalah a= 22,5 m, salah mutlak dari a adalah 0,05 m.
Hasil pengukuran kedua adalah b= 38,7 m, salah mutlak dari b adalah 0,05 m.

Misal jumlah dari a dan b adalah c, maka:


Salah mutlak c = Salah mutlak a + Salah mutlak b
= 0,05 m + 0,05 m
= 0,1 m

Definisi 2:
Untuk hasil pengukuran a dan b, Jika c = a-b maka salah mutlak dari c
didefinisikan sebagai jumlahan antara salah mutlak dari a dan salah mutlak dari b.
Atau:
Salah mutlak c = Salah mutlak a + Salah mutlak b
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -20

Untuk memperjelas definisi diatas, perhatikan beberapa contoh berikut ini.

Contoh 2:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan salah mutlak dari selisih hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Hasil pengukuran pertama adalah a= 22,5 m, salah mutlak dari a adalah 0,05 m.
Hasil pengukuran kedua adalah b= 48,7 m, salah mutlak dari b adalah 0,05 m.

Misal selisih dari a dan b adalah c, maka:


Salah mutlak c = Salah mutlak a + Salah mutlak b
= 0,05 m + 0,05 m
= 0,1 m

Definisi 3:
Jumlah maksimum dua buah pengukuran a dan b didefinisikan sebagai jumlah
dari jumlah antara pengukuran a dengan pengukuran b dengan salah mutlak
jumlah pengukuran a dengan pengukuran b.
Atau:
c = a + b + Salah mutlak c
Dengan c adalah jumlah maksimum dua buah pengukuran a dan b.

Contoh 3:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan jumlah maksimum dari hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Dari Contoh 1, salah mutlak dari jumlah dua pengukuran 22,5 m dan 48,7 m
adalah 0,1 m.
Misal c adalah jumlah maksimum dua buah pengukuran a dan b, maka hasil
jumlah maksimum antara a dan b adalah:

c = (22,5 m + 48,7 m) + Salah mutlak c


= 71,2 m + 0,1 m
= 71,3 m
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -21
Definisi 4:
Jumlah minimum dua buah pengukuran a dan b didefinisikan sebagai selisih
jumlah dari jumlah antara pengukuran a dengan pengukuran b dengan salah
mutlak dari jumlah pengukuran a dengan pengukuran b.
Atau:
c = a + b - Salah mutlak c
Dengan c adalah jumlah maksimum dua buah pengukuran a dan b.

Contoh 4:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan jumlah minimum dari hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Dari Contoh 1, salah mutlak dari jumlah dua pengukuran 22,5 m dan 48,7 m
adalah 0,1 m.
Misal c adalah jumlah maksimum dua buah pengukuran a dan b, maka hasil
jumlah maksimum antara a dan b adalah:

c = (22,5 m + 48,7 m) - Salah mutlak c


= 71,2 m - 0,1 m
= 71,1 m

Definisi 4:
Selisih maksimum dua buah pengukuran a dan b didefinisikan sebagai jumlah
dari selisih antara pengukuran a dengan pengukuran b dengan salah mutlak
jumlah pengukuran a dengan pengukuran b.
Atau:
c = a - b + Salah mutlak c
Dengan c adalah selisih maksimum dua buah pengukuran a dan b.

Contoh 5:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan selisih maksimum dari hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Dari Contoh 1, salah mutlak dari jumlah dua pengukuran 22,5 m dan 48,7 m
adalah 0,1 m.
Misal c adalah jumlah maksimum dua buah pengukuran a dan b, maka hasil
jumlah maksimum antara a dan b adalah:

c = (22,5 m - 48,7 m) + Salah mutlak c


= -26,2 m + 0,1 m = -26,1 m
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -22

Definisi 4:
Selisih minimum dua buah pengukuran a dan b didefinisikan sebagai selisih dari
selisih antara pengukuran a dengan pengukuran b dengan salah mutlak dari
jumlah pengukuran a dengan pengukuran b.
Atau:
c = a - b - Salah mutlak c
Dengan c adalah selisih minimum dua buah pengukuran a dan b.

Contoh 6:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan selisih minimum dari hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Dari Contoh 1, salah mutlak dari jumlah dua pengukuran 22,5 m dan 48,7 m
adalah 0,1 m.
Misal c adalah selisih minimum dua buah pengukuran a dan b, maka hasil selisih
minimum antara a dan b adalah:

c = (22,5 m - 48,7 m) - Salah mutlak c


= -26,2 m - 0,1 m
= -26,3 m

2.2.2. Perkalian hasil pengukuran


Pada sub bagian ini akan membahas beberapa operator perkalian terhadap nilai
hasil pengukuran. Operator perkalian ini terdiri dari perkalian maksimum dan
perkalian minimum.

Definisi 5:
Perkalian maksimum dua buah pengukuran a dan b didefinisikan sebagai hasil
kali dari ukuran terbesar a dengan ukuran terbesar b.
Atau:
c = (ukuran terbesar a) x (ukuran terbesar b)
Dengan c adalah perkalian maksimum antara dua buah pengukuran a dan b.

Contoh 7:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan perkalian maksimum dari hasil dua pengukuran tersebut.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -23
Penyelesaian:
Hasil pengukuran pertama adalah a= 22,5 m, salah mutlak dari a adalah 0,05 m.
Hasil pengukuran kedua adalah b= 38,7 m, salah mutlak dari b adalah 0,05 m.
Ukuran terbesar a = 22,5 m + 0,05 m = 22,55 m.
Ukuran terbesar b = 48,7 m + 0,05 m = 48,75 m.
Misal c adalah perkalian maksimum dua buah pengukuran a dan b, maka hasil
perkalian maksimum antara a dan b adalah:
c = (ukuran terbesar a) x (ukuran terbesar b)
= 22,55 m x 48,75 m
= 1099,313 m2.

Definisi 6:
Perkalian minimum dua buah pengukuran a dan b didefinisikan sebagai hasil
kali dari ukuran terkecil a dengan ukuran terkecil b.
Atau:
c = (ukuran terkecil a) x (ukuran tekecil b)
Dengan c adalah perkalian minimum antara dua buah pengukuran a dan b.

Contoh 7:
Dalam suatu pengukuran panjang dua buah benda, hasil pengukuran didapat 22,5
m dan 48,7 m. Tentukan perkalian minimum dari hasil dua pengukuran tersebut.

Penyelesaian:
Hasil pengukuran pertama adalah a= 22,5 m, salah mutlak dari a adalah 0,05 m.
Hasil pengukuran kedua adalah b= 38,7 m, salah mutlak dari b adalah 0,05 m.
Ukuran terkecil a = 22,5 m - 0,05 m = 22,45 m.
Ukuran terkecil b = 48,7 m - 0,05 m = 48,65 m.
Misal c adalah perkalian minimum dua buah pengukuran a dan b, maka hasil
perkalian minimum antara a dan b adalah:
c = (ukuran terkecil a) x (ukuran terkecil b)
= 22,45 m x 48,65 m
= 1092,193 m2.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -24

Latihan
1. Hasil dua penimbangan berat Anggur masing-masing adalah 2,50 kg dan
3,25 kg. Tentukan:
a. Jumlah maksimum dari dua pengukuran tersebut.
b. Jumlah minimum dari dua pengukuran tersebut.
c. Selisih maksimum dari dua pengukuran tersebut.
d. Selisih minimum dari dua pengukuran tersebut.
e. Perkalian maksimum dari pengukuran tersebut.
f. Perkalian minimum dari dua pengukuran tersebut.
2. Andi mengambil selembar kertas A4 dari sebuah produk dan melakukan
pengukuran lebar kertas tersebut adalah 20,8 cm dan pengukuran panjangnya
didapat 29,5 cm. Tentukan panjang setengah keliling maksimum dan Tentukan
panjang setengah keliling minimum dari kertas tersebut.
3. Andi mengambil selembar kertas A4 dari sebuah produk dan melakukan
pengukuran lebar kertas tersebut adalah 20,8 cm dan pengukuran panjangnya
didapat 29,5 cm. Tentukan luas maksimum dan luas minimum dari kertas
tersebut.
4. Sebuah produk minuman ringan dalam kaleng yang berbentuk tabung.
Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) melakukan pengujiann tinggi
kaleng. volume, mengambil sebuah produk dan mengukur diameter kaleng
tinggi kaleng. Tentukan volume maksimum dan volume minimum dari kaleng
tersebut.
5. Seorang pramuniaga dari mini market, menimbang anggur yang dipilih
oleh seorang pembeli. Hasil dari penimbangan tersebut adalah 0,75 Kg.
Kemudian pembeli tersebut mengambil anggur lagi dan pramuniaga
melakukan penimbangan yang ke dua di dapat hasil 2,50 Kg. Tentukan:
a. Jumlah maksimum dari bobot anggur yang dibeli tersebut.
b. Jumlah minimum dari bobot anggur yang dibeli tersebut.
c. Selisih maksimum dari bobot anggur yang dibeli tersebut.
d. Selisih minimum dari bobot anggur yang dibeli tersebut.
6. Dalam laga formula satu (F1), Michael Schummacer memasuki pitch
sebanyak tiga kali. Timnya melakukan penggantian roda dengan catatan waktu
6,9 detik pada pitch pertama, 7,0 detik pada pitch kedua, dan 6,5 detik pada
pitch ke tiga. Tentukan:
a. Jumlah maksimum dari waktu yang dipakai oleh Schummacer
untuk memasuki pitch.
b. Jumlah minimum dari waktu yang dipakai oleh Schummacer untuk
memasuki pitch.
BAB 2. APROKSIMASI KESALAHAN 2 -25
c. Selisih maksimum dari waktu yang dipakai oleh Schummacer
untuk memasuki pitch.
d. Selisih minimum dari waktu yang dipakai oleh Schummacer untuk
memasuki pitch.

You might also like