You are on page 1of 57

1 Modul 5

TEORI GRAF

Pendahuluan
Permasalahan yang muncul di dunia nyata sering terkait dengan objek diskrit dan relasi antar
objek tersebut. Sebagai contoh: ada beberapa kota dalam suatu propinsi, dan ada jalan yang
menghubungkan dar suatu kota ke kota lain. Hal ini kota merupakan objek diskrit, sedangkan
jalan merelasikan antar satu objek ke objek lainnya. Contoh lainnya, dalam sistem jaringan
komputer terdiri dari objek-objek computer baik sebagai server maupun workstation. Disini kita
bisa mencari apakah satu komputer dapat terhubung ke komputer lainnya.

Permasalahan-permasalahan seperti ini dapat dimodelkan secara baik dengan menggunakan


konsep, graf, graf berarah, pohon, maupun pohon biner. Dalam bab ini kita akan membahas
tentang konsep dasar graf, contoh-contoh pemakaian dalam kehidupan sehari-hari, dan
bagaimana mengimplementasikan graf dalam pemrograman komputer.

Tujuan Instruksional Umum


Mahasiswa mengerti konsep graf, macam-macam graf, dan dapat menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Tujuan Instruksional Khusus


Mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami definisi graf tak berarah dan graf berarah, dan dapat mengaitkannya dalam
permasalahan sehari-hari.

2. Memahami pengertian lintasan dan sirkuit dalam graf tak berarah dan graf berarah.

3. Memahami pengertian Sikuit Euler Dan Hamilton dan penerapannya.

4. Mampu menyelesaikan Permasalahan Perjalanan Penjual.

5. Memahami definisi dan dapat mengenali Graf Isomophic.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 1


6. Memhami penertian Graf Planar dan dapat mengaitkannya dalam permasalahan sehari-
hari.

7. Dapat merepresentasikan Graf Dalam Program Komputer

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 2


5.1 Kegiatan Belajar I:

Definisi Graf Tak Berarah Dan Graf Berarah

Suatu graf adalah himpunan benda-benda yang disebut verteks (atau node) yang terhubung
oleh edge-edge (atau arc). Biasanya graf digambarkan sebagai kumpulan titik-titik
(melambangkan verteks) yang dihubungkan oleh garis-garis (melambangkan edge). Secara
fataumal, definisi dari graf sebagaimana yang terlihat pada definisi dibawah ini.

Definisi 5.1.1. Suatu graf tak berarah (Undirected graf) G adalah suatu pasangan terurut (V,
E) dengan V merupakan himpunan verteks (node) dan E adalah himpunan dari multiset yang
terdiri dari dua elemen di V, elemen dari E dinamakan edge atau arc. Graf tak berarah ini
biasa disimbolkan dengan G=(V,E).

Himpunan verteks V biasa dituliskan dengan V {v1 , v 2 ,..., v n } , dalam hal ini V mempunyai n

buah elemen yaitu v1 , v 2 ,..., dan v n . Begitu juga himpunan E biasa dituliskan juga dengan

E {e1 , e2 ,..., em } dimana ei {v j , v k } e jk .

Verteks u dan v dikatakan adjacent jika ada sebuah edge e = {u, v }. Dalam hal ini, verteks u
dan v disebut titik ujung dari e, dan e dikatakan menghubungkan verteks u dan v. Atau edge e
dikatakan incident dengan vertek u dan v.

Untuk bisa memahami definisi graf tak berarah diatas, akan diberikan beberapa contoh berikut
ini.

Contoh 5.1.1:

G=({a, b, c, d}, {{a,b}, {a,d}, {b,b}, {b,c}, {c,d}}) merupakan graf tak berarah. Pada graf G
ini mempunyai himpunan verteks V={a, b, c, d}, jadi himpunan V terdiri dari verteks – verteks
a, b, c, dan d. Sedangkan himpunan edge E adalah {{a,b}, {a,d}, {b,b}, {b,c}, {c,d}}, terlihat
bahwa setiap elemen dari E merupakan multiset yang terdiri dari dua verteks di V. Jadi sesuai
dengan definisi diatas G merupakan graf tak berarah. Verteks a dan b dikatakan adjacent karena
ada edge {a,b} yang menghubungkan antara verteks a dan b.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 3


Penggambaran Graf Tak Berarah

Suatu graf tak berarah G=(V,E) dapat dinyatakan dalam bentuk gambar dengan aturan
penggambaran sebagai berikut:

1. Untuk setiap verteks vi V digambarkan dengan lingkaran kecil atau titik berlabel vi.

2. Untuk setiap edge eij E atau eij {vi , v j } digambarkan dengan garis yang

menghubungkan dari verteks vi ke verteks vj .

Contoh 5.1.2:

Untuk graf tak berarah pada Contoh 5.1.1. dapat dinyatakan dalam bentuk Gambar 5.1.1 (a)
atau Gambar 5.1.1. (b).

a b a b

d c
d c

(a) (b)

Gambar 5.1.1.

Contoh 5.1.3:

Graf tak berarah pada Gambar 5.1.2. merupakan graf dengan verteks adalah sub-sub program
p1, p2, p3, p4, dan p5. Dan edge {pi, pj} menyatakan dua sub program pi dan pj yang
menggunakan data yang bersama.

p1

p2 p3

p4 p5

Gambar 5.1.2.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 4


Definisi 5.1.2. Suatu graf berarah (Directed graf) G adalah suatu pasangan terurut (V, E)
dengan V merupakan himpunan verteks (node) dan E adalah relasi biner pada V atau E:V→V.
Elemen dari E dinamakan edge atau arc (busur). Graf berarah ini biasa disimbolkan dengan
G=(V,E).

Sebagaimana pada graf tak berarah, himpunan verteks V biasa dituliskan dengan
V {v1 , v 2 ,..., v n } , dalam hal ini V mempunyai n buah elemen yaitu v1 , v 2 ,..., dan v n . Begitu

juga himpunan E biasa dituliskan juga dengan E {e1 , e2 ,..., em } dimana

ei (v j , v k ) merupakan pasangan terurut verteks. Ingat bahwa (v j , v k ) (v k , v j ) .

Verteks u dan v dikatakan adjacent jika ada sebuah edge e = (u, v) atau e = (v, u). Dalam hal e =
(u, v), verteks u disebut verteks awal dari e dan verteks v disebut verteks akhir dari e, dan e
dikatakan menghubungkan dari (incident from) verteks u dan menghubungkan ke (incedent
to) verteks v.

Untuk bisa memahami definisi graf tak berarah diatas, akan diberikan beberapa contoh berikut
ini.

Contoh 5.1.4:

G=({a, b, c, d}, {(a,b), (a,d), (b,b), (b,c), (c,d)} merupakan graf tak berarah. Pada graf G ini
mempunyai himpunan verteks V={a, b, c, d}, jadi himpunan V terdiri dari verteks – verteks a,
b, c, dan d. Sedangkan himpunan edge E adalah {(a,b), (a,d), (b,b), (b,c), (c,d)}, terlihat bahwa
setiap elemen dari E merupakan himpunan dari pasangan terurut dari dua verteks di V. Jadi
sesuai dengan definisi diatas G merupakan graf berarah. Verteks a dan b dikatakan adjacent
karena ada edge (a,b) yang menghubungkan antara verteks a dan b.

Penggambaran Graf Berarah

Suatu graf berarah G=(V,E) dapat dinyatakan dalam bentuk gambar dengan aturan
penggambaran sebagai berikut:

1. Untuk setiap verteks vi V digambarkan dengan lingkaran kecil atau titik berlabel vi.

2. Untuk setiap edge eij E atau eij (vi , v j ) digambarkan dengan garis berarah yang

menghubungkan dari verteks vi berarah ke verteks vj .

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 5


Contoh 5.1.5:

Untuk graf berarah pada Contoh 5.1.4. dapat dinyatakan dalam bentuk Gambar 5.1.3 (a) atau
Gambar 5.1.3. (b).

a b a b

d c
d c

(a) (b)

Gambar 5.1.3.

Contoh 5.1.6:

Graf berarah pada Gambar 5.1.4. merupakan graf dengan verteks adalah gardu
transfataumatatau aliran listrik g1, g2, g3, g4, dan g5. Dan edge (gi, gj) menyatakan aliran listrik
mengalir dari gardu pi ke gardu pj.

g1

g2 g3

g4 g5

Gambar 5.1.4.

Contoh 5.1.7:

Dalam suatu kompetisi catur yang menggunakan aturan permainan setengah kompetisi, setiap
pasang pemain hanya bertdaning satu kali. Ada empat pemain yaitu: Anang, Badu, Cecep,
dan Deny. Hasil dari kompetisi tersebut disajikan dalam graf berarah pada Gambar 5.1.4.
Setiap pemain dinyatakan dengan verteks dan edge (u,v) menyatakan bahwa pemain u
mengalahkan pemain v.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 6


Gambar 5.1.4.

Untuk selanjutnya istilah graf mempunyai makna graf berarah atau graf tak berarah.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 7


5.2 Kegiatan Belajar II:

Multigraf Dan Graf Berbobot

Lihat graf pada Gambar 5.2.1, edge e5 dan e6 menghubungkan veteks yang sama, dua edge yang
mengubungkan vertek yang sama dinamakan edge yang sejajar/paralel atau biasa dinamakan
juga dengan multiedge. Sedangkan edge e3 incedent pada satu verteks b, suatu edge yang
incident pada sebuah verteks dinmakan loop. Suatu graf G dapat memuat edge sejajar atau loop,
dan ini kan membawa kita pada definisi berikut ini.

e3
e1
a b
e2 e4
e5
d c
e6

Gambar 5.2.1.

Definisi 5.2.1.

Suatu Multigraf G=(V, E) adalah graf berarah atau tak berarah dengan V merupakan
himpunan verteks dan E berupa multiset dengan elemen:

i. berupa pasangan terurut verteks (u, v) jika graf G berarah, atau

ii. berupa himpunan dengan elemen dua verteks {u, v} jika graf G tak berarah.

Suatu Mutigraf yang tidak memuat edge paralel dan tidak memuat loop dinamakan graf
sederhana.

Dari definisi diatas, suatu multigraf dapat berupa graf berarah ataupun tak berarah. Perlu dilihat
lebih jauh, bahwa dengan didefinisikannya E merupakan multiset, mempunyai makna bahwa E
boleh mempunyai elemen kembar.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 8


Suatu multigraf dikatakan berhingga jika graf tersebut mempunyai jumlah verteks berhingga.
Sebagai akibat dari jumah verteks berhingga, maka banyaknya edge juga berhingga. Suatu graf
berhingga dengan banyaknya verteks hanya satu dinamakan graf trivial.

Definisi 5.2.2. Derajat dari suatu verteks pada graf G=(V, E)

i. Untuk graf tak berarah G, derajat dari verteks u, disimbolkan dengan deg(u), adalah
banyaknya edge yang incident dengan verteks u.

ii. Untuk graf berarah G, derajat masuk dari verteks u adalah banyaknya edge yang
terhubung ke verteks u. Sedangkan derajat keluar dari verteks u adalah banyaknya edge
yang terhubung dari verteks u. Derajat dari verteks u adalah derajat masuk + derajat
keluar.

Contoh 5.2.1:

Pada Gambar 5.2.2 merupakan multigraf tak berarah, yaitu ada lebih dari satu edge yang
menghubungkan verteks Jkt dan Bdg. Multigraf banyak dijumpai pada jalur transpatautasi yang
menghubungkan antar kota, biasanya dari kota / tempat satu ke kota / tempat lain ada lebih dari
satu jalur. Derajat dari verteks masing-masing verteks adalah:

deg(Jkt)=3, deg(Bdg)=3, deg(Smg)=3, deg(Jgy)=2, deg(Sby)=3, dan jumahan dari semua


derajat verteks ini adalah 14.

Gambar 5.2.2.

Teorema 5.2.1. Untuk suatu graf G=(V,E), jumlahan dari derajat verteks sama dengan dua
kali banyaknya edge pada G. Atau deg(v) 2| E |
v V

Bukti:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 9


Untuk setiap edge e E , memberikan kontribusi sebanyak 2 pada penghitungan derajat pada
verteks, dan dari definisi derajat dari verteks adalah banyaknya edge yang terhubung dengan
verteks tersebut, maka jumlahan derajat dari semua verteks adaah 2|E|. [Terbukti].

Contoh 5.2.2:

Pada Gambar 5.2.3 merupakan multigraf berarah, karena ada lebih dari satu edge yang
menghubungkan verteks 1 dan 3. Derajat pada setiap verteks adalah:

Verteks Derajat masuk Derajat keluar Jumlah


1 1 4 5
2 2 0 2
3 3 1 4
4 1 2 3
Jumlah 7 7 14

Terlihat bahwa jumlahan derajat (masuk dan keluar) adalah 14 dan banyaknya edge adalah 7.
Suatu verteks yang mempunyai derajat nol dikatakan verteks terisolasi (isolated vertex).

1 2

3 4

Gambar 5.2.3.

Jika kita memperhatikan kembali graf-graf pada contoh yang terdahulu, maka
banyaknya verteks yang berderajat ganjil adalah genap. Pada graf Gambar 5.2.2 bayaknya
verteks berderajat ganjil adalah 4, yaitu verteks Jkt, Bdg, Smg, dan Sby. Pada graf Gambar 5.2.3
banyaknya verteks berderajat ganjil adalah 2 yaitu verteks 1 dan 4. Hal ini kita nyatakan dalam
teorema berikut ini.

Teorema 5.2.2. Untuk suatu graf G=(V,E), banyaknya verteks yag berderajat ganjil adalah
genap.

Bukti:
Kebenaran dari Teorema 5.2.2 akan kita buktikan secara induksi. Misal banyaknya edge adalah
n.
Basis induksi:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 10


Untuk setiap n=0, banyaknya edge yang berderajat ganjil adalah 0 atau genap. Sebagai
gambaran lihat Gambar 5.2.4, verteks yang berwarna hitam berderajat ganjil, dan banyaknya
adalah genap .

(a) (b) (c)


Gambar 5.2.4.

Langkah asumsi:
Kita anggap bahwa untuk graf G=(V,E) dengan banyak edge n= k mempunyai banyak
verteks yang berderajat ganjil adalah genap. Jadi pernyataan benar untuk n=k.

Langkah induksi:
Selanjutnya akan ditunjukkan pernyataan benar untuk n=k+1, atau akan ditunjukkan bahwa
pernyataan benar apabila edge bertambah satu. Penambahan satu edge akan mengakibatkan
beberapa alternatif berikut ini:
i. Jika kedua verteks ujung dari edge yang baru keduanya berderajat ganjil (yang berarti
sebelum penambahan edge keduanya berderajat genap) maka terjadi penambahan dua
buah edge yang berderajat ganjil. Sehingga banyaknya edge yang berderajat ganjil
adalah tetap genap.
ii. Jika kedua verteks ujung dari edge yang baru keduanya berderajat genap (yang berarti
sebelum penambahan edge keduanya berderajat ganjil) maka terjadi pengurangan dua
buah edge yang berderajat ganjil. Sehingga banyaknya edge yang berderajat ganjil
adalah tetap genap.
iii. Jika satu verteks ujung dari edge yang baru berderajat ganjil dan satu ujung lain
berderajat genap maka tidak ada penambahan atau pengurangan verteks yang berderjat
ganjil. Sehingga banyaknya edge yang berderajat ganjil adalah tetap genap.
Dengan demikian kebenaran teorema di atas terbukti secara induksi. [Terbukti].

Sekarang kita akan menuju ke suatu graf yang setiap edgenya berlabel sebuah bilangan
riil seperti graf pada Gambar 5.2.4. Label pada setiap edge pada graf tersebut menyatakan jarak
antar kota dalam kilo meter. Label bilangan riil pada edge dinamakan bobot dari edge tersebut.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 11


Suatu graf (berarah atau tak berarah) yang setiap edgenya mempnyai bobot dinamakan graf
berbobot dan secara fataumal didefinisikan sebagai berikut.

Gambar 5.2.4.

Definisi 5.2.3. Graf berbobot (weighted graf) adalah suatu graf (berarah atau tak berarah)
yang setiap edge e E diberikan label bobot bilangan riil. Graf berbobot disimbolkan dengan
G=(V, E,W) degan (V,E) dapat berupa graf berarah atau tak berarah dan W merupakan suatu
fungsi yang memetakan himpunan edge ke himpunan bilangan riil R atau W:E→R. Untuk
edge e E dan r R , w(e)=r menyatakan label r pada edge e.

Contoh 5.2.3:

Dalam suatu kompetisi catur yang menggunakan aturan permainan sistem kompetisi penuh,
setiap pasang pemain hanya bertdaning dua kali. Ada empat pemain yaitu: Anang, Badu,
Cecep, dan Deny. Hasil dari kompetisi tersebut disajikan dalam graf berarah pada Gambar
5.2.5. Setiap pemain dinyatakan dengan verteks dan edge (u,v,r) menyatakan bahwa pemain u
mengalahkan pemain v dalam waktu r menit.

Gambar 5.2.5.

Edge dari Anang ke Badu berabel 100 artinya Anang mengalahkan Badu dalam waktu 100
menit. Ada juga edge dari Badu ke Anang berlabel 150 artinya bahwa dalam pertemuan yang
lain Badu mengalahkan Anang dalam waktu 150 menit. Ada dua edge dari Anang ke deny

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 12


masing-masing berabel 80 dan 75, artinya bahwa dalam dua pertemuan Anang mengalahkan
Badu dalam waktu 80 menit dan 70 menit.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 13


5.3 Kegiatan Belajar III:

Lintasan Dan Sirkuit


Dalam suatu graf G, jika verteks menyatakan kota dan edge menyatakan jalan yag
menghubugkan kota satu dengan kota lain, maka perjalanan dari suatu kota melewati beberapa
kota dan berkhir di kota yang lain melalui sederetan jalan. Sederetan jalan yang demikian ini
dinamakan suatu lintasan dari kota awal menuju kota akhir.

Definisi 5.3.1. Lintasan

Dalam suatu graf G=(V,E), Lintasan (path) dari vertek v0 menuju vn dengan panjang n
adalah sederetan berselang-seling antara (n+1) verteks dan n edge yang berawal dari verteks
v0 da berakhir dengan verteks vn atau dalam bentuk simbol sebagai berikut.

v0, e1, v1, e2,..., vn-1, en, vn

edge ei incident dengan verteks vi-1 dan vi untuk i=1, 2, ..., n.

Dalam suatu graf G=(V,E,W), Lintasan (path) dari vertek v0 menuju vt adalah sederetan
berselang-seling verteks dan edge yang berawal dari verteks v0 da berakhir dengan verteks vt
atau dalam bentuk simbol sebagai berikut.

v0, e1, v1, e2,..., vt-1, et, vt

edge ei incident dengan verteks vi-1 dan vi untuk i=1, 2, ..., t.


t
Panjang lintasan dalam graf berbobot G adalah w(ei ) atau jumlahan dari semua bobot
i 1

edge dalam lintasan tersebut.

Kalau kita perhatikan definisi lintasan diatas, panjang lintasan dalam graf berbobot dan tidak
berbobot ada perbedaan. Dalam graf berbobot panjang lintasan adalah jumlahan semua bobot
edge pada lintasan. Sedangkan dalam graf tidak berbobot panjang lintasan adalah banyaknya
edge pada lintasan tersebut. Untuk lebih jelasnya kita lihat contoh berikut ini.

Ingat bahwa verteks dan edge yang dilalui di dalam lintasan boleh diulang-ulang. Sebuah
lintasan dikatakan lintasan sederhana (simple path) jika lintasan tersebut tidak
memuat/melewati edge yang sama dua kali (setiap edge yang dilalui hanya satu kali). Sebuah

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 14


lintasan dikatakan lintasan dasar (elementary path) jika lintasan tersebut tidak
memuat/melewati verteks yang sama dua kali (setiap verteks yang dilalui hanya satu kali,
verteks awal dan akhir boleh sama).

Jika graf yang sedang kita tinjau merupakan graf sederhana, maka simbol – simbol edge pada
penuisan lintasan dapat kita hilangkan. Hal ini dikarenakan edge dari verteks u ke v dalam graf
sederhana tidak lebih dari satu. Sedangan pada multigraf, penulisan lintasan harus lengkap.

Definisi 5.3.2. Sirkuit

Dalam suatu graf G, Suatu Lintasan (path) yang mempunyai verteks awal dan verteks akhir
sama dinamakan Sirkuit (Circuit) atau Cycle.

Sebuah sirkuit dikatakan sirkuit sederhana (simple circuit) jika sirkuit tersebut tidak
memuat/melewati edge yang sama dua kali (setiap edge yang dilalui hanya satu kali). Sebuah
sirkuit dikatakan sirkuit dasar (elementary circuit) jika sirkuit tersebut tidak memuat/melewati
verteks yang sama dua kali (setiap verteks yang dilalui hanya satu kali, verteks awal dan akhir
boleh sama).

Contoh 5.3.1:

Untuk graf tak berarah dan tak berbobot pada Gambar 5.3.1, carilah:

a. Lintasan dari a ke d yang panjangnya masing-masing 1, 2, 3, dan 6?

b. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 4?

c. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 5?

e3
e1
a b
e2 e4
e5
d c
e6

Gambar 5.3.1.

Penyelesaian:

a. Lintasan dari a ke d:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 15


Yang panjangnya 1: a-e2-d merupakan lintasan sederhana dan juga lintasan dasar.

Yang panjangnya 2: tidak ada

Yang panjangnya 3: a-e2-d-e5-c-e5-d bukan lintasan sederhana, juga bukan litasan


dasar.
a-e2-d-e5-c-e6-d merupakan lintasan sederhana, bukan lintasan
dasar.
a-e1-b-e4-c-e6-d merupakan lintasan sederhana.
dan yang lainnya, silahkan dicoba cari yang lainnya.

Yang panjangnya 6: a-e1-b-e3-b-e4-c-e5-d-e6-c-e5-d bukan lintasan sederhana.


Dan masih ada satu lagi, silahkan dicoba untuk dicari.

b. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 4 adalah a-e5-d-e6-c-e4-b-e3-b.

Dan masih ada satu lagi, silahkan dicoba untuk dicari.

c. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 5: a-e2-d-e6-c-e4-b-e3-b-e1-a.

Dan silahkan dicoba untuk mencari yang lainnya.

Contoh 5.3.2:

Untuk graf berarah dan tak berbobot pada Gambar 5.3.2, carilah lintasan dari a ke d yang
panjangnya masing-masing 1, dan 4?

a b

d c

Gambar 5.3.2.

Penyelesaian:

Graf pada Gambar 5.3.2, himpunan edge E tidak memuat memuat elemen kembar. Oleh karena
itu lintasannya dapat dituliskan dengan meggunakan sederatan verteks-verteks saja.

Lintasan dari a ke d yang panjangnya 1 adalah a-d, merupakan lintasan sederhana dan
lintasan dasar.

Lintasan dari a ke d yang panjangnya 4 adalah a-b-b-c-d, merupakan lintasan sederhana dan
bukan lintasan dasar.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 16


Contoh 5.3.3:

Untuk graf tak berarah dan berbobot pada Gambar 5.3.3, carilah beberapa lintasan dari a ke z
dan tentukan panjangnya?

b 7 d
1 2
a f
2 5 3
4 6
c 1 e

Gambar 5.3.3.

Penyelesaian:

No Lintasan dari a ke z Panjang lintasan

1 a-c-e-f 11

2 a-b-d-f 10

3 a-b-e-f 12

4 a-b-c-e-f 10

5 a-b-c-e-d-f 8

...

Selanjutnya kita akan melihat keterhubungan suatu graf. Keterhubungan dua buah verteks
dalam suatu graf adalah penting. Dua buah verteks u dan verteks v dikatakan terhubung jika
terdapat lintasan dari u ke v. Jika verteks u terhubung dengan verteks v maka pasti verteks v
dapat dicapai dari verteks u. Misal suatu graf menggambarkan suatu jaringan komputer, maka
dua komputer akan dapat berkomunikasi apabila kedua komputer tersbut terhubung dalam
jaringan. Secara fataumal, definisi graf terhubung adalah sebagai berikut:

Definisi 5.3.3. Graf Tak Berarah Terhubung

Dalam suatu graf tak berarah G, G disebut graf terhubung (connected graf) jika untuk setiap
pasang verteks u dan v di dalam himpunan V terdapat lintasan dari u ke. Jika tidak demikian
maka graf G disebut graf tak-terhubung (disconnected graf).

Contoh 5.3.4:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 17


Untuk graf tak berarah pada Gambar 5.3.4 (a) merupakan graf terhubung, karena jika kita ambil
dua verteks sembarang u dan v pada graf tersebut, maka ada lintasan dari u ke v. Sedangkan
untuk graf tak berarah pada Gambar 5.3.4 (b) merupakan graf tak terhubung, karena ada
sepasang verteks yang tidak ada lintasan yang menghuungkannya, yaitu tidak ada lintasan dari
verteks a dan f.

(a) (b)
Gambar 5.3.4.

Definisi 5.3.3. Graf Berarah Terhubung

Suatu graf berarah G disebut graf terhubung (connected graf) jika arah pada setiap edge
pada G dihilangkan, akan didapat graf tak berarah terhubung. Jika tidak demikian maka graf
berarah G disebut graf tak-terhubung (disconnected graf).

Dalam graf berarah terhubung, dua verteks u dan v dikatakan terhubung kuat (strongly
connected) jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan terdapat lintasan berarah dari v ke u.
Dan dua verteks u dan v dikatakan terhubung lemah (weakly connected) jika terdapat lintasan
berarah dari u ke v tetapi tida ada lintasan dari v ke u.

Definisi 5.3.4. Graf Berarah Terhubung Kuat

Suatu graf berarah G disebut graf terhubung kuat (strongly connected graf) jika setiap
pasang verteks pada G terhubung kuat. Jika ada sepasang verteks di G yang tidak terhubung
kuat, maka graf G dikatakan terhubung lemah (weakly connected graf) dihilangkan, akan
didapat graf tak berarah terhubung. Jika tidak demikian maka graf berarah G disebut graf tak-
terhubung (disconnected graf).

Contoh 5.3.5:

Untuk graf tak berarah pada Gambar 5.3.5 (a) merupakan graf terhubung kuat, karena untuk
setiap pasang verteks u dan v di dalam graf tersebut terdapat lintasan dari u ke v dan lintasan

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 18


dari v ke u. Sedangkan graf pada Gambar 5.3.5 (b) merupakan graf terhubung lemah, karena
tidak semua pasangan verteks mempunyai lintasan dari dua arah. Contohnya: untuk verteks a
dan verteks d, ada lintasan dari a ke d, akan tetapi tidakada lintasan dari d ke a.

(a) (b)
Gambar 5.3.4.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 19


5.4 Kegiatan Belajar IV:

Lintasan Euler Dan Hamilton


Tulisan pertama tentang tentang graf adalah karya Leonhard Euler pada 1736. Tulisan tersebut
menyajikan sebuah permasalahan umum yang menyertakan sebuah solusi yang sekarang
disebut masalah jembatan Königsberg. Dua pulau terhampar di Sungai Pregel yang terletak di
kota Königsberg (saat ini Kaliningrad di Rusia) saling terhubung oleh jembatan-jembatan,
seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 5.4.1 (a). Permasalahannya adalah untuk memulai
berjalan dari sembarang lokasi A, B, C, atau D menyeberangi setiap jembatan satu kali,
kemudian kembali lagi pada tempat semula. Ini yang dinamakan dengan permasalahan sirkuit
Euler. Permasalahan Euler pada jembatan Königsberg dapat disederhanakan dalam bentuk graf
seperti yang terlihat pada Gambar 5.4.1 (b).

(a) (b)
Gambar 5.4.1 Jembatan Kőnigsberg dan grafnya

Definisi 5.4.1. Lintasan Euler dan Sirkuit Euler

Lintasan Euler pada suatu graf G adalah suatu lintasan yang melewati setiap edge pada graf
G tepat satu kali.

Sirkuit Euler pada suatu graf G adalah suatu sirkuit yang melewati setiap edge pada graf G
tepat satu kali.

Lintasan Euler melewati setiap edge dari graf tepat satu kali. Bila lintasan Euler tersebut
kembali ke verteks asal maka lintasan tertutup tersebut dinamakan sirkuit Euler. Graf yang
mempunyai sirkuit Euler disebut graf Euler (Eulerian graf). Sedangkan graf G hanya memiliki
lintasan Euler dinamakan graf semi-Euler (semi-Eulerian graf).

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 20


Contoh 5.4.1:

Perhatikan Gambar 5.4.2. Setiap graf yang berada pada gambar tersebut merupakan graf semi
Euler, yaitu hanya terdapat lintasan Euler.

b d b d
a a f

c e c e

(a) (b)

Gambar 5.4.2 Graf semi Euler

Untuk graf pada Gambar 5.4.2 (a), salah satu lintasan Eulernya adalah: c-a-b-c-e-b-d-e. Dan
graf ini tidak memiliki sirkuit Euler. Sedangkan untuk graf pada Gambar 5.4.2 (b), salah satu
lintasan Eulernya adalah: c-a-b-c-e-b-d-e-f-d. Dan graf ini tidak memiliki sirkuit Euler.

Contoh 5.4.2:

Perhatikan Gambar 5.4.3. Setiap graf yang berada pada gambar tersebut merupakan graf Euler,
yaitu terdapat sirkuit Euler.

b b d
d f
a a

e
c c e

(a) (b)

Gambar 5.4.3 Graf Euler

Untuk graf pada Gambar 5.4.3 (a), salah satu sirkuit Eulernya adalah: a-b-c-d-e-c-a. Sedangkan
untuk graf pada Gambar 5.4.3 (b), salah satu lintasan Eulernya adalah: a-b-c-e-b-d-e-f-d-c-a.

Contoh 5.4.2:

Perhatikan graf Gambar 5.4.1. Graf permasalahan jembatan Königsberg tersebut tidak
mempunyai lintasan maupun sirkuit Euler.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 21


b b d
d f
a a

e
c c e

(a) (b)

Gambar 5.4.3 Graf Euler

Untuk graf pada Gambar 5.4.3 (a), salah satu sirkuit Eulernya adalah: a-b-c-d-e-c-a. Sedangkan
untuk graf pada Gambar 5.4.3 (b), salah satu lintasan Eulernya adalah: a-b-c-e-b-d-e-f-d-c-a.

Syarat cukup dan perlu keberadaan lintasan Euler maupun sirkuit Euler dalam suatu graf
ternyata sangat sederhana. Euler menemukan syarat tersebut untuk memecahkan masalah
jembatan Konigsberg, yang dinyatakan di dalam Teorema 5.4.1 sampai dengan teorema 5.4.3.

Teorema 5.4.1. Jika suatu graf tak berarah terhubung G terdapat sirkuit Euler maka setiap
verteks di dalam graf G tersebut berderajat genap.

Bukti:
Dipunyai bahwa dalam suatu graf G yang terdapat sirkuit Euler yang berawal dari suatu
verteks, misal a, dan akan berakhir di a. Ini berarti bahwa ada edge awal dan edge akhir dari
sirkuit yang memberikan kontribusi pada jumlahan derajat dari a sebanyak dua. Sedangkan
untuk verteks lain b, yang bukan verteks awal atau akhir dari sirkuit, yang dilalui sirkuit,
ada edge menuju b dan edge keluar b. Ini mengakibatkan derajat dari verteks tersebut
bertambah dua (genap). Karena setiap edge pada graf G harus dilalui oleh sirkuit Euler dan
setiap edge yang dilalui derajatnya bertambah dua (genap), maka setiapverteks akan
berderajat genap.

Teorema 5.4.2. Jika setiap verteks di dalam suatu graf tak berarah terhubung G berderajat
genap maka pada graf G terdapat sirkuit Euler.

Bukti:
Pembuktin teorema ini akan dilakukan secara induksi. Misal banyaknya edge adalah n.
Basis induksi:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 22


Untuk n=0, graf G terhubung dan tidak mempunyai edge, berarti graf G hanya terdiri dari
sebuah verteks. Oleh karena itu pada G ada sirkuit Euler yang terdiri dari verteks tunggal
dan tanpa edge.

Langkah asumsi dan induksi:


Danaikan G mempunyai n edge, n > 0, dan bahwa sembarang graf terhubung dengan k edge,
k < n, setiap verteks mempunyai derajat genap maka G mempunyai sebuah sirkuit Euler. Ini
merupakan cara langsung untuk membuktikan bahwa sebuah graf terhubung dengan verteks
atau lebih, masing-masing mempunyai derajat genap, mempunyai sebuah sirkuit, sehingga
kita asumsikan bahwa graf tersebut mempunyai paling sedikit tiga verteks.
Karena G terhubung, terdapat verteks v1, v2, dan v3 di G dengan edge e1 insident pada v1 dan
v2, serta edge e2 insiden pada v2 dan v3. Jika kita hapus edge e1, dan e2, tetapi kita biarkan
verteks-verteksnya, dan kita tambahkan sebuah edge e yang insiden pada v1 dan v3 untuk
memperoleh graf G' seperti terlihat pada Gambar 5.4.4(a). Perhatikan bahwa setiap
komponen dari graf G' mempunyai edge lebih sedikit dari n edge. Dan dalam setiap
komponen dari graf G' setiap verteks mempunyai derajat genap. Kita tunjukkan bahwa G'
mempunyai satu atau pun dua komponen.

(a) (b) (c)

Gambar 5.4.3 Pembuktian teorema 5.4.2

Misalkan v adalah sebuah verteks di G. Karena G terhubung, terdapat sebuah lintasan P di G


dari v ke v1. Misalkan P' adalah bagian dari lintasan P yang berawal dari v yang edge-
edgenya juga di G'. Selanjutnya P' berakhir baik pada v1, v2, ataupun v3 karena satu-satunya
cara P gagal sebagai sebuah lintasan di V' adalah P mengdanung satu dari edge-edge
terhapus e1 atau e2. Jika P' berakhir di v1, maka v berada di komponen yang sama seperti v1
di G, Jika P' berakhir di v3 [lihat Gambar 5.4.3 (b)], maka v berada di komponen yang sama

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 23


dengan v3 di G’, yang berada dalam komponen yang sama dengan v1 di G' (karena edge e di
G' insiden pada v1 dan v3). Jika P' berakhir di v2, maka v2 berada dalam komponen yang
sama dengan v. Oleh karena itu, sembarang verteks di G' berada dalam komponen yang
sama dengan baik v1 maupun v2. Sehingga G' mempunyai satu atau dua komponen.
Jika G' mempunyai satu komponen, yakni, jika G' terhubung, kita dapat menerapkan
hipotesis induktif untuk menyimpulkan bahwa G' mempunyai sebuah sirkuit Euler C'.
Sirkuit Euler ini dapat dimodifikasi untuk menghasilkan sebuah sirkuit Euler di G, kita
hanya mengganti kemunculan edge e di C' dengan edge-edge e1 dan e2.
Danaikan bahwa G' mempunyai dua komponen [lihat Gambar 5.4.3 (c)]. Menurut hipotesis
induktif, komponen yang mengdanung v1 mempunyai sebuah sirkuit Euler C' dan komponen
yang mengdanung v2 mempunyai sebuah sirkuit Euler C" yang berawal dan berakhir di v2.
Sebuah sirkuit Euler di G diperoleh dengan memodifikasi C' dengan menggantikan (v1, v3)
di C' dengan (v1, v2) yang diikuti oleh (v2, v3) atau dengan menggantikan (v3, v1) di C'
dengan (v3, v2) yang diikuti oleh C" yang diikuti oleh (v2, v1). Langkah Induktif telah
lengkap dan G mempunyai sebuah sirkuit Euler. [Terbukti]

Teorema 5.4.3. Untuk suatu graf tak berarah terhubung G merupakan graf semi Euler
(terdapat lintasan Euler) jika dan hanya jika di dalam graf G tersebut terdapat tepat dua
verteks berderajat ganjil.

Bukti:
Bukti dari teorema ini dibiarkan untuk latihan.

Pembahasan lintasan dan sirkuit Euler di atas untul graf tak berarah terhubung. Bagaimana
dengan graf yang berarah terhubung. Untuk graf berarah, keberaaan lintasan dan sirkuit
Euler lang disajikan pada teorema 5.4.4 yang tidak sertai dengan bukti.

Teorema 5.4.4. Graf berarah terhubung G memiliki sirkuit Euler jika dan hanya jika G
terhubung dan setiap verteks memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama. G
memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika G terhubung dan setiap verteks memiliki
derajat masuk dan derajat-keluar sama kecuali dua verteks, yang pertama memiliki
derajat keluar satu lebih besar derajat-masuknya, dan yang kedua memiliki derajat
masuk satu lebih besar dari derajat-keluarnya.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 24


Jika pada pembahasan lintasan dan sirkuit Euler melewati setiap edge dari graf tepat sekali,
maka selanjutnya kita akan mengkaji permasalahan suatu lintasan yang melewati setiap verteks
pada graf tepat satu kali.

Definisi 5.4.2. Lintasan dan Sirkuit Hamilton

Lintasan Hamilton pada suatu graf G adalah suatu lintasan yang melewati setiap verteks graf
G tepat satu kali.

Sirkuit Hamilton pada suatu graf G adalah suatu sirkuit yang melewati setiap edge pada graf
G tepat satu kali.

Dari definisi di atas, apabila dalam lintasan Hamilton verteks awal sama dengan verteks akhir,
lintasan tersebut menjadi tertutup dan dinamakan sikuit Hamilton. Graf yang memiliki sirkuit
Hamilton dinamakan graf Hamilton, sedangkan graf yang hanya memiliki lintasan Hamilton
disebut graf semi-Hamilton.

Nama sirkuit Hamilton muncul ketika Sir William Hamilton membuat permainan
dodecahedron. Pada tahun 1859 Sir William Hamilton menawarkan mainan teka-teki ke pabrik
alat mainan Dublin. Mainan itu terdiri dari dodecahedron (yaitu benda yang disusun oleh 12
buah pentagonal dan di sini ada 20 buah titik sudut) dan tiap titik sudut diberi nama ibukota
negara seperti terlihat pada Gambar 5.4.4 (a). Permainan yang dapat dilakukan adalah
membentuk perjalanan keliling dunia, yang mengunjungi 1 ibukota tepat satu kali dan kembali
lagi ke kota asal. Persoalan ini dinamakan mencari sirkuit Hamilton. Gambar 5.4.4 (b) adalah
graf yang memodelkan proyeksi dodecahedron dengan sebuah sirkuit Hamilton yang bergaris
tebal.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 25


(a) (b)
Gambar 5.4.4 Sirkuit Hamilton pada dodecahedron

Selanjutnya akan dibahas beberapa teorema yang menunjukkan keberadaan lintasan atau sirkuit
Hamilton, yaitu Teorema Dirac dan Teorema Ataue.

Teorema 5.4.5. Dirac

Jika graf G merupakan graf sederhana dengan n buah verteks, n ≥ 3, sedemikian sehingga
derajat tiap verteks paling sedikit n/2 maka graf merupakan graf Hamilton.

Teorema 5.4.6. Ataue

Jika graf G merupakan graf sederhana dengan n buah verteks, n ≥ 3, sedemikian sehingga
jumlah derajat tiap pasang verteks u dan v di G yang tidak adjacent paling sedikit n atau d(u)
+d(v) ≥ n maka graf merupakan graf Hamilton.

Teorema 5.4.7. Jika graf G adalah graf lengkap maka G merupakan graf Hamilton.

Teorema 5.4.6. Jika graf G merupakan graf lengkap dengan n buah verteks, n ≥ 3, maka
terdapat (n - 1)!/2 buah sirkuit Hamilton.

Teorema 5.4.7.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 26


Jika graf G merupakan graf lengkap dengan n buah verteks, n ≥ 3 dan n ganjil, maka terdapat
(n - 1)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas (tidak ada edge yang beririsan).

Jika graf G merupakan graf lengkap dengan n buah verteks, n ≥ 3 dan n genap, maka terdapat
(n - 2)/2 buah sirkuit Hamilton yang saling lepas.

Contoh 5.4.3:

Persoalan pengaturan tempat duduk: Sembilan anggota sebuah klub bertemu tiap hari untuk
makan siang pada sebuah meja bundar. Mereka memutuskan duduk sedemikian sehingga setiap
anggota mempunyai tetangga duduk berbeda pada setiap makan siang. Berapa hari pengaturan
tersebut dapat dilaksanakan?.

Penyelesaian:

Persoalan di atas dapat direpresentasikan oleh sebuah graf dengan sembilan buah verteks
sedemikian sehingga setiap verteks menyatakan anggota klub, dan edge yang menghubungkan
dua buah verteks menyatakan kedua verteks tersebut bertetangga dalam tempat duduk, lihat
Gambar 5.5.5.

1
9 2

8 3

7 4

6 5

Gambar 5.5.5

Sirkuit Hamilton: 1, 2, 3, 4, 5, G, 7, 8, 9, 1 edge dengan garis tebal, menyatakan salah satu cara
pengaturan tempat duduk. Pada fataumasi ini atauang 1 bertetangga kiri dengan 2 dan
bertetangga kanan dengan atauang 9. Atauang 2 bertetangga kiri dengan 3 dan bertetangga
kanan dengan atauang 1, dan seterusnya.

Sirkuit Hamilton: 1, 5, 9, 4, 8, 3, 7, 2, 6, 1 edge dengan garis tipis, menyatakan salah satu cara
lain pengaturan tempat duduk. Pada fataumasi ini atauang 1 bertetangga kiri dengan 5 dan

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 27


bertetangga kanan dengan atauang 6. Atauang 2 bertetangga kiri dengan 6 dan bertetangga
kanan dengan atauang 7, dan seterusnya.

Kalau kita lihat sirkuit Hamilton garis tebal dan garis tipis tidak beririsan edge dengan sirkuit
Hamilton yang bergaris tipis, atau kedua sirkuit tersebut saling asing.

Jumlah pengaturan tempat duduk yang berbeda ada (9-1)/2 = 4. Oleh karena itu atauang dalam
klub tersebut dapat bertemu dalam 4 hari dengan selalu berganti tetangga duduk.

Suatu graf dapat berupa graf Hamilton dan sekaligus berupa graf Euler, seperti graf pada
Gambar 5.5.6.

b d
a f

c e

Gambar 5.5.6 Graf Hamilton sekaligus graf Euler

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 28


5.5 Kegiatan Belajar V:

Lintasan Terpendek

Dalam suatu graf berbobot G=(V,E,W), panjang lintasan dari verteks awal s ke verteks akhir t
t
adalah w(ei ) dengan w(ei) adalah bobot pada edge ei yang berada pada lintasan tersebut,
i 1

atau jumlahan dari semua bobot edge dalam lintasan tersebut. Sebagaimana kita ketahui
sebelumnya bahwa lintasan dari satu verteks ke verteks lain tidak tunggal, sehingga panjang
lintasan dari verteks s ke verteks t bisa lebih dari satu nilai. Dari sini, muncul suatu
permasalahan bagaimana mencari lintasan terpendek dari vertek s ke verteks t.

Definisi 5.5.1. Lintasan Terpendek

Lintasan terpendek dari verteks s ke verteks t pada suatu graf berbobot G=(V,E,W) adalah
minimal dari semua panjang lintasan yang dapat dibentuk dari verteks s menuju verteks v.

Contoh 5.5.1:

Perhatikan graf tak berarah berbobot dan terhubung pada Gambar 5.5.1.
b
3 5

a 1 d

7 3
c
Gambar 5.5.1.

Tabel berikut ini menampilkan beberapa lintasan terpendek dari suatu verteks ke satu verteks
yang lain.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 29


Vertek awal Vertek tujuan Lintasan dari s ke t Panjang Lintasan terpendek dan
s t lintasan dan panjangnya
a b a-b 3 a-b
a-c-b 8 Panjang = 3
a-c-d-b 15
Dan lainnya
a d a-b-d 8 a-b-c-d
a-b-c-d 7 Panjang = 7
a-c-d 10
Dan lainnya
d b d-b 5 d-c-b
d-c-b 4 Panjang = 4
d-c-a-b 13
Dan lainnya
Dan yang lainnya

Contoh 5.5.2:

Perhatikan graf berarah berbobot dan terhubung pada Gambar 5.5.2.


b
3 5
1
a -2 d
7 3
c
Gambar 5.5.2.

Tabel berikut ini menampilkan beberapa lintasan terpendek dari suatu verteks ke satu verteks
yang lain.

Vertek awal Vertek tujuan Lintasan dari s ke t Panjang Lintasan terpendek dan
s t lintasan dan panjangnya
a d a-b-d 8 a-b-d
a-c-b-d 13 Panjang = 8
a-c-d 10
a-c-d-a-b-d 16
Dan lainnya
a c a-c 7 a-c
a-b-d-a-c 13 Panjang = 7
Dan lainnya
Dan yang lainnya

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 30


Langkah-langkah untuk mencari lintasan terpendek dari satu verteks ke satu verteks lain
ditemukan oleh E. W. Dijkstra, lahir 5 Mei 1930 di Rotterdam Beldana. Oleh karena itu,
langkah-langkah untuk mencari lintasan terpendek ini dikenal sebagai algoritma Dijkstra.
Karena dedikasinya pada pemograman maka pada saat pernikahannya di tahun 1957, ia
mencantumkan prdariesinya sebagai seatauang programmer. Akan tetapi pemerintah Beldana
menyatakan bahwa prdariesi semacam itu tidak ada dan dia harus mengubah prdariesi menjadi
"fisikawan teatauitis:" Ia memenangkan Turing Award dari Association fatau Computing
Machinery pada tahun 1972. Ia juga terpilih sebagai Schlumbleger Centennial Chair in
Computer Science di Universitas Texas, Austin tahun 1984.

Ingat bahwa dalam pembahasan pencarian lintasan terpendek ini, graf G=(V,E,W) menyatakan
sebuah graf berbobot tersambung dan tidak memuat sirkuit (cycle) dengan panjang negatif.
Algatauitma Dijkstra melibatkan pemasangan label pada setiap verteks v V. Anggaplah kita
akan mencari lintasan terpendek dari verteks s ke verteks lainnya. Dua langkah utama dalam
algatauitma Dijkstra adalah:
1. Pemberian label pada vertek
2. Pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek

1. Langkah Pemberian label pada verteks

Pada setiap vertek v V diberikan label [p(v), d(v), m(v)] dimana:


p(v) : predecessatau v (verteks sebelum v di dalam lintasan)
d(v) : Panjang (distance) lintasan dari verteks awal s menuju verteks v.
m(v) : suatu tdana yang nilainya permanen (’*’) atau sementara (’-’).

Urutan langkah-langkah pencarian pemebrian label dalam algatauitma Dijkstra sebagai berikut:

i. Langkah inisialisasi:

Untuk verteks awal s diberikan label p(s)=s, d(s)=0, dan m(s)=’*’ atau [s,0,*].
Untuk setiap verteks v V selain s diberikan label p(v)=v, d(v)= , dan m(s)=’-‘ atau
[v, , -].
t = verteks terakhir yang diberikan tdana permanen (*), pada awal ini t=s.

ii. Untuk setiap verteks v V yang adjacent dengan t dan tidak berlabel permanen, lakukan:
Penghitugan label d(v)=min {d(v), d(t)+ w(t,v)}, w(t,v) adalah bobot edge (t,v).

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 31


tetap, jika d (v) d (t ) w(t , )
Label p(v)
t, jika d (v) d (t ) w(t , )

iii. Untuk verteks v V yang belum berlabel permanen, kita cari verteks u yang mempunyai
label jarak p(u) paling kecil dan
beri tdana permanen pada u atau m(u)=* dan p(u)=.
t= verteks terakhir yang diberikan tdana permanen (*), atau t=u.

iv. Jika ada verteks v V yang adjacent dengan t maka ulangi dari langkah ii, jika-tidak-
maka selesai.

2. Langkah pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek

Dari hasil pelabelan (graf yang sudah berlabel) langah sebelumnya, dilakukan:

i. Pencarian panjang lintasan terpendek dari verteks s ke verteks v V.


Panjang litasan terpendek dari s ke v adalah d(v).

ii. Pencarian lintasan terpendek dari verteks s ke verteks v V.


Berawal dari v, atau t=v. Dan Litasan Terpendek =’v’;
Selama t s lakukan:
Lintasan terpendek = p(t) digabung dengan Lintasan terpendek;
t=p(t);

Contoh 5.5.3:

Untuk graf pada Gambar 5.5.3, dapatkan lintasan terpendek dari a ke d dan dari a ke c.
b
3 5

a 1 d

7 3
c
Gambar 5.5.3.

Penyelesaian:
Langkah Pemberian label pada verteks.
Verteks awal adalah verteks a, dan beri label pada verteks a dengan [a,0,*]
Label untuk verteks lainnya dapat dilihat langsung pada gambar graf, label ada disebelah
verteks.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 32


[b,¥,-]
b
3 5
[a,0,*]
a 1 d [d,¥,-]

7 3
c
[c,¥,-]
Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan a, yaitu vertek b dan
c lakukan:
d(b)=min {d(b), d(a)+ w(a,b)}={ , 0+3} = 3 dan label p(b)=a
d(c)=min {d(c), d(a)+ w(a,c)}={ , 0+7} = 7 dan label p(c)=a

Label graf tampak seperti gambar berikut ini.


[a,,-]
b
3 5
[a,0,*]
a 1 d [d,¥,-]

7 3
c
[a,,-]

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks b.
Verteks b kita beri label permanen, atau m(b)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks b, dan graf menjadi:
[a,,*]
b
3 5
[a,0,*]
a 1 d [d,¥,-]

7 3
c
[a,,-]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan b, yaitu vertek c dan
d lakukan:
d(c)=min {d(c), d(b)+ w(b,c)}={7, 3+1} = 4 dan label p(c)=b
d(d)=min {d(d), d(b)+ w(b,d)}={ , 3+5} = 8 dan label p(d)=b

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks c.
Verteks c kita beri label permanen, atau m(c)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks c, dan graf menjadi:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 33


[a,,*]
b
3 5
[a,0,*]
a 1 d [b,,-]

7 3
c
[b,,*]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan c, yaitu verteks d,
lakukan:
d(d)=min {d(d), d(c)+ w(c,d)}={8, 4+3} = 7 dan label p(d)=c

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks d.
Verteks d kita beri label permanen, atau m(d)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks d, dan graf menjadi:
[a,,*]
b
3 5

a 1 d [c,,*]

7 3
c
[b,,*]
Dan sudah tidak ada lagi vertek yang berlabel tidak permanen, langkah pelabelan selesai.

Langkah pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek


Lintasan terpendek dari a ke d:
Panjang lintasan terpendeknya adalah d(d) = 7.
Lintasan terpendeknya adalah:
o Dari vertek d buat lintasan: d
o Gabung p(d)=c dengan lintasan sebelumnya, didapat: c-d
o Gabung p(c)=b dengan lintasan sebelumnya, didapat: b-c-d
o Gabung p(b)=a dengan lintasan sebelumnya, didapat: a-b-c-d
Jadi lintasan terpendeknya adalah: a-b-c-d.

Lintasan terpendek dari a ke c:


Panjang lintasan terpendeknya adalah d(c) = 4.
Lintasan terpendeknya adalah:
o Dari vertek c buat lintasan: c
o Gabung p(c)=b dengan lintasan sebelumnya, didapat: b-c
o Gabung p(b)=a dengan lintasan sebelumnya, didapat: a-b-c
Jadi lintasan terpendeknya adalah: a-b-c.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 34


Contoh 5.5.4:

Untuk graf pada Gambar 5.5.4, dapatkan lintasan terpendek dari s ke t.


b 12 d
2 2

s 3 -5 t
3
6 6
cc d
14
Gambar 5.5.4.

Penyelesaian:
Langkah Pemberian label pada verteks.
Verteks awal adalah verteks s, dan beri label pada verteks s dengan [s,0,*]
Label untuk verteks lainnya dapat dilihat langsung pada gambar graf, label ada disebelah
verteks.
[b,¥,-] [d,¥,-]
b 12 d
2
[s,0,*] 2
[t,¥,-]
s 3 -5 t
3
6 6
cc e
14
[c,¥,-] [e,¥,-]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan s, yaitu vertek b dan
c lakukan:
d(b)=min {d(b), d(s)+ w(s,b)}={ , 0+2} = 2 dan label p(b)=s
d(c)=min {d(c), d(s)+ w(s,c)}={ , 0+6} = 6 dan label p(c)=s

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks b.
Verteks b kita beri label permanen, atau m(b)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks b, dan graf menjadi:
[s,,*] [d,¥,-]
b 12 d
2
[s,0,*] 2
[t,¥,-]
s 3 -5 t
3
6 6
cc e
14
[s,,-] [e,¥,-]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan b, yaitu vertek c dan
d lakukan:
d(c)=min {d(c), d(b)+ w(b,c)}={6, 2+3} = 5 dan label p(c)=b
d(d)=min {d(d), d(b)+ w(b,d)}={ , 2+12 = 14 dan label p(d)=b

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks c.
Verteks c kita beri label permanen, atau m(c)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks c, dan graf menjadi:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 35


[s,,*] [b,,-]
b 12 d
2
[s,0,*] 2
[t,¥,-]
s 3 -5 t
3
6 6
cc e
14
[b,,*] [e,¥,-]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan c, yaitu verteks e,
lakukan:
d(e)=min {d(e), d(c)+ w(c,e)}={∞, 5+14}= 19 dan label p(e)=c

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks d.
Verteks d kita beri label permanen, atau m(d)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks d, dan graf menjadi:
[s,,*] [b,,*]
b 12 d
13
[s,0,*] 2
[t,¥,-]
s 3 -5 t
3
6 6
cc e
14
[b,,*] [c,,-]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan d, yaitu verteks e
dan t, lakukan:
d(e)=min {d(e), d(d)+ w(d,e)}={19, 14+3}= 17 dan label p(e)=d
d(t)=min {d(t), d(d)+ w(d,t)}={∞, 14+13}= 27 dan label p(t)=d

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks e.
Verteks e kita beri label permanen, atau m(e)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks e, dan graf menjadi:
[s,,*] [b,,*]
b 12 d
13
[s,0,*] 2
[d,27,-]
s 3 -5 t
3
6 6
cc e
14
[b,,*] [d,,*]

Untuk semua vertek yang tidak berlabel permanen dan adjacent dengan e, yaitu verteks t,
lakukan:
d(t)=min {d(t), d(e)+ w(e,t)}={27, 17+6}= 23 dan label p(t)=e

Untuk verteks yang belum berlabel permanen, kita cari sebuah verteks yang mempunyai
label jarak paling kecil dan didapatkan verteks t.
Verteks e kita beri label permanen, atau m(t)=*. Verteks terakhir yang berlabel permanen
adalah verteks t, dan graf menjadi:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 36


[s,,*] [b,,*]
b 12 d
13
[s,0,*] 2
[e,23,*]
s 3 -5 t
3
6 6
cc e
14
[b,,*] [d,,*]

Dan sudah tidak ada lagi vertek yang berlabel tidak permanen, langkah pelabelan selesai.

Langkah pencarian lintasan dan penghitungan panjang lintasan terpendek


Lintasan terpendek dari s ke t:
Panjang lintasan terpendeknya adalah d(t) = 23.
Lintasan terpendeknya adalah:
o Dari vertek t buat lintasan: t
o Gabung p(t)=e dengan lintasan sebelumnya, didapat: e-t
o Gabung p(e)=d dengan lintasan sebelumnya, didapat: d-e-t
o Gabung p(d)=b dengan lintasan sebelumnya, didapat: b-d-e-t
o Gabung p(b)=s dengan lintasan sebelumnya, didapat: s-b-d-e-t

Jadi lintasan terpendeknya adalah: s-b-d-e-t.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 37


5.6 Kegiatan Belajar VI:

Subgraf, Graf Isomorpik, Dan

Pada bagian ini kita akan membahas tentang suatu graf yang merupakan bagian dari graf lain. Konsep dasar
subgraf ini sangat penting dalam pengembangan teataui graf dan penerapannya. Secara fataumal subgraf
didefinisikan seperti berikut ini.

Definisi 5.6.1. Subgraf

Pandang graf G = G( V, E). Suatu graf H = H( V’, E’) dikatakan sebagai suatu subgraf dari graf G jika
semua verteks dan edge dari H termuat dalam himpunan verteks dan edge dari G, atau

jika V’ X V dan E‘ X E.

Secara khusus:

i. Jika verteks v di G, maka G - v merupakan subgraf dari G yang diperoleh dengan cara menghapus v dari
G dan menghapus semua edge di G yang incedent dengan v.

ii. Jika edge e di G, maka G - e merupakan subgraf dari G yang diperoleh dengan cara menghapus e dari G.

Contoh 5.6.1:

Untuk graf pada Gambar 5.6.1 (b) dan Gambar 5.6.1 (c) merupakan subgraf dari graf pada
Gambar 5.6.1 (a).

(a) (b) (c)

Gambar 5.6.1.

Selanjutnya kita akan melihat dua graf yang serupa akan tetapi keuda graf tersebut tidak sama. Seperti
yang graf G1=({a,b,c,d},{{a,b},{a,d},{b,c},{c,d}) pada Gambar 5.6.2 (a) dan graf
G2=({1,2,3,4},{{1,2},{1,4},{2,3},{3,4}) Gambar 5.6.2 (b) berikut ini.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 38


e1 e1
a b 1 2
e2 e3 e2 e3

d e4 c 3 e4 4
G1 G2
(a) (b)
Gambar 5.6.2 Dua graf yang serupa tapi tak sama

Walaupun secara gambar sama, hanya berbeda penamaan saja, akan tetapi secara definisi graf keduanya
berbeda karena {a,b,c,d} ≠ {1,2,3,4}. Perhatikan juga graf pada Gambar 5.6.3 (a) dan graf pada Gambar
5.6.3 (b). Secara gambar geometrik graf keduanya kelihatan berbeda, akan tetapi kedua graf tersebut
sama.
b b

a d a d

c c
(a) (b)
Gambar 5.6.3 Dua graf yang sama

Dari paparan di atas, akan membawa kita pada keserupaan dua buah graf yang disebut dengan
isomorpik.

Definisi 5.6.2. Isomorpik

Graf G=(V,E) dan G*=(V*,E*) dikatakan isomorpik (isomorphic) jika ada korespondensi satu-satu
f:VY V* sedemikian sehingga jika edge {u,v} di G maka edge {f(u),f(v)} juga di G*.

Contoh 5.6.2:

Untuk graf pada Gambar 5.6.4, ada 10 graf yang bentuknya diserupakan huruf. Dapatkan
pasangan graf yang saling isomorpik.

Gambar 5.6.4.

Perhatikan bahwa:
Graf bentuk huruf A dan R adalah isomorpik.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 39


Graf bentuk huruf F dan T adalah isomorpik.
Graf bentuk huruf K dan X adalah isomorpik.
Graf bentuk huruf M, S, V dan Z adalah isomorpik.

Suatu graf dapat diperoleh dari graf lain dengan cara menambahkan verteks ditengah dari suatu
edge pada graf tersebut. Graf yang didapat dengan cara demikian ini dinamakan graf
homeomorpik, dan didefinisikan seperti berikut ini.

Definisi 5.5.3. Homeomorpik

Dua graf G dan G* dikatakan homeomorpik (homeomorphic) jika keduanya diperoleh dari
suatu graf yang sama (atau graf yang isomorpik) dengan cara menambahkan beberapa vertek
pada suatu edge dari graf asalnya.

Contoh 5.6.3:

Untuk graf pada Gambar 5.6.5 (b) dan graf Gambar 5.6.5 (c) adalah homeomorpik karena
keduanya didapat dari graf pada Gambar 5.6.5 (a) dengan cara menambahkan beberapa vertek
pada suatu edge yang sama di graf pada Gambar 5.6.5 (a).

(a) (b) (c)


Gambar 5.6.5

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 40


5.7 Kegiatan Belajar VII:

Graf Planar
Pada sub bab ini, kita akan belajar tentang suatu gambar graf yang digamabar dalam suatu
bidang dengan edge satu dengan lainnya tidak saling memotong. Sebagaimana telah disinggung
pada sub bab sebelumnya bahwa suatu graf dapat digambarkan dalam beberapa macam bentuk,
seperti Gambar 5.7.1 berikut ini.

Graf pada Gambar 5.7.1 (a) dan graf pada Gambar 5.7.1 (b) adalah graf yang sama. Pada
Gambar 5.7.1 (a) tidak ada edge yang saling memotong, sedang graf pada Gambar 5.7.1 (b) ada
edge yang saling potong. Hal ini akan membawa kita pada definisi berikut ini.

b b

a d a d

c c
(a) (b)
Gambar 5.7.1 Dua graf yang sama, beda representasi

Definisi 5.7.1. Graf Planar

Suatu Graf G dikatakan graf planar jika graf tersebut dapat digambar dalam bidang tanpa ada edge-
edge yang saling memotong.

Gambar graf yang tidak memuat edge-edge yang saling berpotongan dinamakan representasi planar
(planar representation) dari graf planar, atau sering dinamakan juga dengan graf bidang (plane graf).

Suatu graf planar dapat juga mempunyai gambar graf yang memuat edge-edge yang saling
berpotongan. Akan tetapi grafnya tetap planar. Untuk menunjukkan bahwa suatu graf planar,
cukup ditunjukkan representasi planar dari graf tersebut.

Contoh 5.7.1:

Tunjukkan bahwa graf G=({a, b, c, d, e, f, g, h}, E) merupakan graf planar? Dimana hinpunan
edge E = {{a,b}, {a,d}, {a,e}, {b,c}, {b,f}, {c,d},{c,g}, {d,h}{e,f},{e,h},{f,g},{g,h}}.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 41


Graf G di atas dapat dinyatakan dalam bentuk Gambar 5.7.2 (a) dan Gambar 5.7.2 (b). Dalam
representasi pada Gambar 5.7.2 (b) tidak ada edge-edge yang saling berpotongan. Oleh karena
itu, graf G merupakan graf planar.
h g
e f
f
e
h g

d c
d c

a b
a b

(a) (b)
Gambar 5.7.2 Dua graf untuk graf G contoh 5.7.1.

Contoh 5.7.2:

Graf lengkap Kn adalah suatu graf sederhana dengan n verteks dan setiap pasang verteks
dihubungkan dengan sebuah edge. Derajat pada setiap verteks adalah n-1.

K1 K2 K3 K4 K5

(a) (b) (c) (d) (e)


Gambar 5.7.3 Graf lengkap K1, K2, K3, K4, K5

Perisalah apakah graf lengkap (complete graph) K1, K2, K3, K4, K5 seperti pada Gambar 5.7.3
merupakan graf planar?.

Penyelesaian:

Terlihat pada Gambar 5.7.3 (a), (b), dan (c) bahwa pada graf lengkap K1, K2, K3 merupakan graf
planar karena tidak ada edge-edge yang berpotongan pada ketiga graf tersebut.

Sedangkan untuk graf lengkap K4 dapat dirubah menjadi gambar graf untuk K4 seperti Gambar
4.7.4 berikut ini.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 42


Gambar 5.7.4 Representasi planar untuk graf lengkap K4.

Untuk graf lengkap K5 bukan merupakan graf planar, ketidak-planaran suatu graf akan dibahas
dibelakang melalui beberapa teorema. Sekarang kita coba untuk menghindarkan perpotongan
antar edge-edge. Untuk memudahkan pembahasan edge-edge pada graf tersebut kita berilabel
seperti Gambar 5.7.5 (a).
e2 e2 e2
e1 e5 e7 e1 e7 e6 e1 e7 e6
e1 e5 e7 e6 e5 e5
e6
e2
e8 e8 e8
e3 e8
e4 e4 e9 e4
e9 e9 e4 e9
e3
e10 e3 e3
e10 e10 e10

(a) (b) (c) (d)


Gambar 5.7.5 Dua bentuk graf lengkap K5.

Edge e2 kita coba hindarkan dari berpotongan dengan edge e5 dan edge e6. Begitu juga untuk
edge e3 kita coba hindarkan dari berpotongan dengan edge e5 dan edge e8, menghasilkan suatu
gambar graf K5 Gambar 5.7.5 (b). Masih ada dua edge yang berpotongan, yaitu edge e6 dan
edge e8. Kita coba edge e6 dilewatkan keluar segmen garis edge e8, bisa keluar dari segmen
garis edge e8, akan tetapi akan memotong edge lain e2 atau e4, lihat gambar 5.7.5 (c) dan (d).
Oleh karena itu graf lengkap K5 tidak planar, begitu juga untuk graf lengkap Kn ( dengan n ≥ 5 )
bukan merupakan graf planar.

Definisi 5.7.2 Peta Dan Wilayah

Suatu Peta (map) adalah suatu representasi planar dari suatu multigraf. Jika multigraf dari peta
tersebut terhubung, maka peta tersebut dikatakan terhubung.

Sebuah peta membagi bidang menjadi beberapa wilayah (region). Wilayah satu dengan yang
lainnya dipisahkan oleh sederetan edge-edge yang mebentuk sirkuit/cycle dalam graf tersebut.
Derajat dari suatu wilayah r, deg(r), adalah panjang sirkuit yang membatasi wilayah r.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 43


Representasi planar untuk graf lengkap K4 pada Gambar 5.7.6 (a) dan (b) membagi bidang
menjadi 4 wilayah. Wilayah r1, r2, dan r3 adalah terbatas atau dibatasi oleh edge sekumpulan
edge-edge yang membentuk sikuit/cycle, sedangkan wilayah f4 adalah tak terbatas. Panjang
sirkuit r1, r2, r3, dan r4 masing-masing adalah 3, 3, 3, dan 3.

r1
r1 r2 r4
r2 r4
r3 r3

(a) (b)
Gambar 5.7.6 Representasi planar K4 membagi bidang menjadi 4 wilayah.

Teorema 5.7.1. Jumlahan dari derajat semua wilayah dari suatu peta sama dengan dua kali
banyaknya edge pada peta tersebut.

Contoh 5.7.3:

Perhatikan peta pada Gambar 5.7.7. Graf tersebut memiliki edge sebanyak 9 buah edge dan
verteks sebanyak 6 buah verteks.

a
r1 c
e f
r2 r4
r3
b d r5

Gambar 5.7.7.

Peta tersebut terbagi kedalam wilayah dan batas wilayah berikut ini.
Wilayah Sirkuit Batas wilayah Panjang sirkuit = der (r)
r1 a-b-c-e-a 4
R2 b-c-d-b 3
R3 a-b-d-a 3
R4 c-d-e-c 3
R5 a-d-e-f-e-a 5
18

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 44


Teorema 5.7.2. Persamaan Euler

Jika e menyatakan banyaknya edge, dan n menyatakan banyaknya verteks pada suatu map,
maka banyaknya wilayah (r) adalah r=e-n+2.

Contoh 5.7.4:

Perhatikan peta pada Gambar 5.7.6, banyaknya verteks n=4, dan e=6, maka banyaknya wilayah
adalah r=6-4+2=4. Dan pada peta Gambar 5.7.7, banyaknya wilayah adalah r=9-6+2=5.

Jika G merupakan multigraf terhubung planar yang memiliki 3 verteks atau lebih, dan
representasi planar dari G adalah H, maka:

i. Suatu wilayah di H mempunyai derajat 1 jika dan hanya jika batas wilayah tersebut adalah
sebuah loop. Lihat wilayah r3 pada Gambar 5.7.8.

r3

r1

r2 r5

r4

Gambar 5.7.8 Wilayah dengan derajat 1 dan 2.

ii. Suatu wilayah di H mempunyai derajat 2 jika dan hanya jika batas wilayah tersebut adalah
dua multiple edge. Lihat wilayah r5 pada Gambar 5.7.8.

Selanjutnya jika G adalah suatu graf, bukan merupakan multigraf, maka setiap wilayah ri di G mempunyai
derajat 3 atau lebih.

Teorema 5.7.3. Pertidaksamaan Euler

Jika G merupakan graf terhubung planar tidak punya loop dengan banyaknya verteks adalah n
dan banyaknya edge e adalah dua atau lebih, maka e ≤ 3n-6.

Bukti:

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 45


Karena graf (bukan multigraf) terhubung planar dan tidak punya loop, setiap wilayah ri mempunyai
batas wilayah paling sedikit 3 edge, deg(ri)≥3, dengan i=1,2, …,r. Dan r menyatakan banyaknya wilayah
pada graf tersebut. Atau dengan kata lain jumlahan derajat dari semua wilayah paling sedikit adalah 3r,
sehingga didapat pertidaksamaan berikut ini.
r
deg(ri ) 3r
i 1

Brdasarkan teorema sebulumnya bahwa jumlahan derajat semua wilayah sama dengan 2 kali banyaknya
edge. Oleh karena itu didapt:
2e ≥3r

Substitusikan persamaan Euler r=e-n+2, didapat:


2e ≥3(e-n+2)
atau
e ≤3n-6
[Terbukti]

Untuk graf yang terhubung planar dan tidak punya loop, berlaku pertidaksamaan Euler. Sebagai
kontraposisi dari kalimat ini bahwa: untuk suatu graf terhubung, tidak punya loop, yang tidak
memenuhi pertidaksamaan Euler maka graf tersebut tidak planar. Ini bisa dipakai untuk
menentukan ketidak-planaran suatu graf yang terhubung dan tidak punya loop.

Contoh 5.7.5:

Perhatikan graf lengkap K5. Akan kita tunjukkan bahwa K5 tidak planar. Graf ini memenuhi
kriteria pada teorema 5.7.3. Banyaknya verteks n=5 dan banyaknya edge e=10, kalau kita
masukkan ke pertidaksamaan Euler didapat:
10 ≤3(5)-6 atau 10 ≤9

Hal ini tidak mungkin, oleh karena itu graf K5 tidak planar.

Teorema 5.7.4.

Jika G merupakan graf terhubung planar tidak punya loop dengan banyaknya verteks adalah n,
banyaknya edge e, dan tidak memuat sirkuit dengan panjang 3 maka e ≤ 2n-4.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 46


Bukti dari teorema ini mirp dengan bukti pada teorema sebelumnya, dan dipakai untuk latihan.

Contoh 5.7.6:

Perhatikan permasalahan tiga rumah (r1, r2, dan r3) dengan tiga utilitas sambungan listrik(l),
air (a), dan gas (g). Apa mungkin jalur sambungan dari 3 utilitas tersebut tidak saling
berpotongan?. Karena kalau saling berpotongan bisa membahayakan. Lihat Gambar 5.7.9 (a).

r1 r2 r3

g a l

(a) Tiga rumah dan tiga utilitas (b) Graf untuk tiga rumah tiga utilitas

Gambar 5.7.9.

Permasalahan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk graf Gambar 5.7.9 (b), apakah graf
tersebut planar?

Penyelesaian:

Dalam graf 5.7.9 (b) terdapat verteks sebanyak n=6, edge sebanyak e=9, dan tidak memuat
sirkuit dengan panjang 3. Oleh karena itu, graf ini memenuhi kriteria pada teorema 5.7.4. Kalau
kita masukkan ke dalam pertidaksamaan pada teorema 5.7.4 e ≤ 2n-4, didapat:

9 ≤ 2(6)-4 atau 9 ≤ 8

Hal ini tidak mungkin, oleh karena itu graf tersebut tidak planar.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 47


Soal Latihan
Graf Tak Berarah, Graf Berarah, Multigraf dan Graf Berbobot

1. Gambarkan graf tak berarah G=(V, E) dengan himpunan V dan E adalah:


a. V={1, 2, 3, 4, 5} dan E={{1,2}, {1,4}, {2,3}, {2,5}, {3,4}}
b. V={a, b, c, d, e, f} dan E={{a,b}, {a,e}, {a,f}, {b,c}, {b,d}}

2. Gambarkan graf berarah G=(V, E) dengan himpunan V dan E adalah:


a. V={1, 2, 3, 4, 5} dan E={(1,2), (1,4), (2,1), (2,2), (2,5), (3,4), (4,5), (5,4)}
b. V={a, b, c, d, e, f} dan E={(a,b), (a,e), (a,f), (a,e), (b,a), (b,d), (e,f)}
c. V={Cengkareng, Juanda, Polonia, Hasanudin, NgurahRai, Panarung}
E={(Cengkareng,Juanda), (Juanda,Cengkareng), (Cengkareng, Polonia),
(Polonia, Cengkareng), (Juanda, NgurahRai), (NgurahRai, Juanda),
(Juanda, Hasanuddin), (Hasanuddin, Juanda), (NhurahRai, Hasanuddin),
(Hasanuddin, NgurahRai), (Hasanuddin, Panarung), (Panarung, Hasanuddin)}

3. Perhatikan gambar graf berikut ini

e3
e1 e7
a b c
a b
e2 e4 e8 e9
e5
e
d e f
d c e6

(a) (b)

Tuliskan graf tersebut dalam bentuk G=(V, E).

4. Untuk graf pada soal nomor 3 (a), apakah


a. Verteks a adjacent dengan verteks b ?.
b. Verteks a adjacent dengan verteks c ?.
c. Verteks a adjacent dengan verteks d ?.
d. Verteks a adjacent dengan verteks e ?.
Jeslakan alasannya!.

5. Untuk graf pada soal nomor 3 (b), apakah


a. Edge e1 incident dengan verteks a dan b ?.
b. Edge e1 incident dengan verteks b dan a ?.
c. Verteks a incident dengan verteks c ?.
d. Edge e1 incident dengan Edge e2 ?.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 48


e. Verteks a adjacent dengan edge e1 ?.
Jelaskan alasannya !.

6. Untuk graf pada soal nomor 3, hitunglah derajat setiap verteks dan bagaimana hubungan
jumlahan derajat verteks dan banyaknya verteks.

7. Perhatikan gambar graf berbobot berikut ini


2
3 1 5
a b a b c
5 4 2 3 4
2
4 4
d c d e f
5 3
(a) (b)

Tuliskan graf tersebut dalam bentuk G=(V,E).

8. Tentukan derajat masuk, derajat keluar, dan derajat dari setiap verteks pada graf berikut ini.

a b

d c

9. Dalam suatu seleksi bulu tangkis tunggal putra menggunakan sistem setengah kompetisi,
Agus mengalahkan Bedu dalam dua set langsung, Bedu mengalahkan Candra dalam 3 set,
Agus mengalahkan Candra dalam 2 set, Candra mengalahkan Deni dalam 2 set, Deni
mengalahkan Agus dalam 3 set, dan Deni mengalahkan Bedu dalam 3 set. Gambarkan
pertandingan ini dengan menggunakan graf berarah berbobot.

10. Buatlah gambaran dalam bentuk graf dari hubungan antar Kota/Kabupaten di Propinsi
tempat anda berada, hubungan antar kota/kabupaten diberikan bobot yang menyatakan:
a. Jarak dari kedua kota/kabupaten.
b. Lamanya perjalanan dari kota/kabupaten ke kota/kabupaten lain.
c. Biaya perjalanan antar kota/kabupaten.

Lintasan dan Sirkuit

11. Untuk graf tak berarah dan tak berbobot pada gambar berikut ini

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 49


e3
e1 e7
a b c
e2 e4 e8 e9
e5
d e f
e6

Carilah:
a. Lintasan dari a ke d yang panjangnya masing-masing 1, 2, 3, dan 6?
b. Lintasan dasar dari c ke b yang panjangnya 3?
c. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 3?
d. Sirkuit dasar dari a ke a yang panjangnya 4 ?.
e. Sirkuit dasar dari a ke a yang panjangnya 7?.
f. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 4 ?.
g. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 7?.

12. Untuk graf tak berarah dan tak berbobot pada gambar berikut ini

a b

e
d c

Carilah:
a. Lintasan dari a ke d yang panjangnya masing-masing 1, 2, 3, dan 6?
b. Lintasan dasar dari c ke b yang panjangnya 4?
c. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 4?
d. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 5?
e. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 3?

13. Untuk graf berarah dan tak berbobot pada gambar berikut ini

a b

d c

Carilah:
a. Lintasan dari a ke d yang panjangnya masing-masing 1, 2, 3, dan 6?

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 50


b. Lintasan dasar dari c ke b yang panjangnya 3?
c. Lintasan sederhana dari c ke b yang panjangnya 3?
d. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 4?
e. Sirkuit sederhana dari a ke a yang panjangnya 4?

14. Perhatikan gambar graf berbobot berikut ini


1 5
a b c
2 3 4
2
4
d e f
3
Carilah beberapa:
a. Lintasan dari a ke d dan tentukan panjangnya?
b. Lintasan dasar dari c ke b dan tentukan panjangnya?
c. Lintasan sederhana dari c ke b dan tentukan panjangnya?
d. Sirkuit sederhana dari a ke a dan tentukan panjangnya?
e. Sirkuit sederhana dari a ke a dan tentukan panjangnya?

15. Perhatikan gambar graf berarah dan berbobot berikut ini


a 2 b
7 3
4
3
d c
6
Carilah beberapa:
a. Lintasan dari a ke d dan tentukan panjangnya ?.
b. Sirkuit dari a ke a dan tentukan panjangnya ?.
c. Apakah vertek u dan d terhubung kuat ?.
d. Apakah graf di atas terhubung kuat ?.

Lintasan Euler dan Hamilton

16. Perhatikan graf berikut ini


b a. Dapatkan lintasan Euler ?
d b. Dapatkan sirkuit Euler ?
a
c. Apakah merupakan Eulerian atau Semi Eulerian graf ?.
e
c

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 51


17. Carilah lintasan dan sirkuit Euler pada graf berikut ini.

b d
a f

c e

18. Tunjukkan bahwa graf berikut ini mempunyai Sirkuit Hamilton.

19. Graf pada soal nomor 17, apakah mempunyai Sirkuit Hamilton?.

20. Buatlah suatu graf yang mempunyai sifat:

a. Mempunyai Sirkuit Euler dan Sirkuit Hamilton.


b. Mempunyai Sirkuit Euler dan tidak mempuyai Sirkuit Hamilton.
c. Tidak mempunyai Sirkuit Euler dan mempunyai Sirkuit Hamilton.
d. Tidak mempunyai Sirkuit Euler dan Sirkuit Hamilton.

Lintasan Terpendek

21. Gambar graf berikut ini mewakili hubungan antar komputer dalam suatu jaringan komputer
di devisi Marketing dari sebuah perusahaan.
a
2 5
Verteks mewakili sebuah komputer dan edge menyatakan
6
jalur komunikasi, sedangkan bobot pada edge menyetakan
b d lamanya (dalam detik) tranfer data per 1 Kbyte. Pada setiap
3
sore hari komputer a mengirim sebuah file ke semua
c komputer yang lain. Dapatkan waktu tercepat pada setiap
2 4 komputer.
3

7 e 3
f g
7
5 3
h

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 52


22. Gunakan algoritma Dikjstra untuk mendapatkan lintasan terpendek dari verteks a ke vertek
f pada graf berikut ini.
1 5
a b c
2 3 4
2
4
d e f
3

23. Gunakan algoritma Dikjstra untuk mendapatkan lintasan terpendek dari verteks a ke vertek
z pada graf berikut ini.

1 5
b f j
2 1
2 3 4
3
3
4 2
c g k
1 1
3 3
a 2 2 3 z
2 2
d 2 h 3 l
3 3
3 2 1 2 3

3 2
e i m

24. Gunakan algoritma Dikjstra untuk mendapatkan lintasan terpendek dari verteks a ke setiap
verteks pada graf nomor 2.

25. Gunakan algoritma Dikjstra untuk mendapatkan lintasan terpendek dari verteks a ke vertek
z pada graf berikut ini.
2
b d
2 4

a -1 -5 z
3
5 6
c d
8

Subgraf, Graf Isomorpik

26. Tuliskan dua buah subgraf dari graf G=({a,b,c,d},{{a,b},{a,d},{b,c},{c,d}) ?.

27. Dapatkan dua buah subgraf yang mempunyai verteks {1,2,3,4} dari graf
G=({1,2,3,4},{{1,2},{1,4},{2,3},{3,4}) ?.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 53


28. Dapatkan 4 subgraf yang memuat 10 verteks dari graf berikut ini.

29. Apakah graf G1 dan G2 berikut ini isomorpik ?. Berikan alasan.


a. G1=({a,b,c,d},{{a,b},{a,d},{b,c},{c,d}}) dan G2=({1,2,3,4},{{1,2},{1,4},{2,3},{3,4}}) ?
b. G1=({a,b,c,d,e},{{a,b},{a,d},{b,c},{c,d},{e,a}) dan
G2=({1,2,3,4,5},{{1,5},{2,3},{2,5},{3,4},{4,5}}) ?

30. Apakah graf G1 dan G2 berikut ini isomorpik ?. Berikan alasan.


a.

3
G1 G2
a b
1 4

d c
2
b.
G1 B G2
a b

A C
d c
D

c.

G1 G2

d.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 54


G1 G2

Graf Planar

31. Tunjukkan bahwa graf G=({a,b,c,d},{{a,b},{a,d},{b,c},{c,d}) merupakan graf planar?

32. Tunjukkan bahwa graf G=({a, b, c, d, e, f, g}, E) merupakan graf planar? Dimana
himpunan edge E = {{a,b}, {a,d}, {a,e}, {b,c}, {b,f}, {c,d}, {c,g}, {e,f}, {f,g}}.

33. Apakah graf berikut ini merupakan graf planar?. Berikan alasan.

34. Apakah setiap graf planar merupakan suatu peta ?.

35. Suatu graf yang bukan multigraf biasa disebut juga graf linear. Tunjukkan bahwa graf
planar linear mempunyai verteks yang berderajat tidak lebih dari 4.

36. Tunjukkan bahwa pada graf planar linear dan terhubung yang mempunyai 6 verteks dan 12
edge, wilayahnya dibatasi oleh 3 edge.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 55


DAFTAR PUSTAKA:

1. GRIMALDI, R.P., “Discrete and Combinatorial Mathematics - An Applied


Introduction”, Addison-Wesley Publishing Co., 1989.
2. Liu, C.L., “Elements Of Discrete Mathemathics”, McGraw-Hill, 1986.
3. ROBERT, F.S., “Applied Combinatorics”, Prentice-Hall Inc., 1984.
4. ROSEN, K.H., “Discrete Mathematics and Its Applications”, McGraw-Hill, 2003.
5. Seymour L., Marc L.L., “Schaum’s Outline of Theory and Problems of Discrete
Mathematics”, Second Edition. McGraw-Hill, 1997.

Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 56


Oleh: Bandung Arry Sanjoyo 57

You might also like