Pencemaran udara merupakan salah satu dari berbagai
permasalahan yang dihadapi oleh daerah perkotaan. Laju urbanisasi
yang tinggi, motorisasi dan industrialisasi telah menyebabkan permasalahan pencemaran udara yang serius di kota-kota besar, sehingga menyebabkan pencemaran udara menjadi salah satu ancaman yang serius terhadap kesehatan masyarakat, masyarakat miskin perkotaan, dan produktifitas nasional. Biaya ekonomi yang harus ditanggung Indonesia saat ini diperkirakan sekitar US$400 juta per tahun dalam bentuk kehilangan produktifitas dan biaya kesehatan. Sebagai contoh, di Jakarta sumber pencemaran udara yang utama adalah kendaraan bermotor dan industri, yang mana ), 15% kendaraan bermotor menyumbang sekitar 71% pencemar oksida nitrogen (NO X ), dan 70% pencemar partikulat (PM ) terhadap beban emisi pencemar oksida sulfur (SO2 10 total. Biaya ekonomi setiap tahunnya terkait dengan permasalahan kesehatan yang berasal dari pencemaran udara tersebut diperkirakan akan mencapai US$450 juta pada 2015 apabila tidak ada tindakan- tindakan pencegahan yang dilakukan. Untuk mengendalikan pencemaran udara dan melaksanakan mitigasi terhadap dampak yang ditimbulkannya pemerintah melalui berbagai sektor telah menetapkan berbagai undang-undang dan peraturan yang terkait dengan pencemaran udara, misalnya di sektor transportasi, sektor industri, sektor minyak dan gas, maupun di sektor lainnya. Lebih jauh lagi, penerapan undang-undang tentang otonomi daerah memberikan peluang-peluang yang lebih besar bagi pemerintah daerah di tingkat provinsi dan kota/kabupaten untuk mengambil inisiatif dan mengemban tanggunjawab yang lebih besar untuk mengupayakan pengendalian pencemaran udara di daerah masing-masing. Namun demikian, rendahnya kapasitas dalam mengembangkan program pengelolaan kualitas udara yang komprehensif serta kecenderungan untuk menggunakan peluang ini untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) menyebabkan kurang optimalnya penerapan peraturan-peraturan tersebut, sehingga hingga saat ini tidak mampu menurunkan pencemaran udara di perkotaan. Analisis pencemaran udara ini merupakan kesimpulan dari (i) hasil pengkajian ulang tentang kondisi pencemaran udara saat ini, kecenderungan serta faktor-faktor yang menjadi penyebab pencemaran udara tersebut, dan (ii) hasil dari lokakarya (One-to-one SWOT Workshops) yang dilaksanakan dengan berbagai kementerian. Analisis ini mengintegrasikan kesimpulan dari berbagai sektor yang dibagi dalam 5 bagian, yaitu:
1. Penyebab pencemaran udara (faktor-faktor yang secara
tidak langsung menyebabkan penurunan kualitas udara perkotaan); 2. Sumber pencemaran udara (kegiatan manusia yang menghasilkan emisi yang berbahaya); 3. Tingkat pencemaran udara (kontaminasi udara ambien); 4. Dampak pencemaran udara (konsekuensi dari kontaminasi); 5. Kerangka institusi (organisasi pemerintah terkait dengan pencemaran udara perkotaan)