You are on page 1of 19

1.

Apa yang anda ketahui tentang :


1) Pendidikan dan Pengajaran
2) Hakikat Manusia
3) Manusia dan Alam
4) Perkembangan Pemikiran Filsafat
5) Konsep tentang Anak
6) Konsep tentang Lingkungan
7) Konsep tentang Lembaga Pendidikan
8) Konsep tentang Orang Tua
9) Konsep Pendidiakan sebagai Kebutuhan
10) Konsep Filsafat Pendidikan Progresivisme
11) Konsep Filsafat Pendidikan Essensialisme
12) Konsep Filsafat Pendidikan Perennialisme
13) Konsep Filsafat Pendidikan Rekonstruksionalisme
14) Konsep Filsafat Pendidikan Eksistensialisme
15) Perkembangan Pendidikan Abad ke- 20
16) Konsep Pendidikan menurut Islam

PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN


1. Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mempengaruhi manusia, agar ia
bersedia dan mampu mewujudkan apa yang ia pandang sebagai makna eksistensi
manusia didunia ini.
Makna Eksestensi manusia di dunia ini adalah membina budi pekerti dan
turut membina kebudayaan sesamanya demi kebaikan pribadi sekeluarga, kebaikan
sesama bangsa dan sesama manusia.
Menurut Soegarda Poebakawatja dalam “Ensiklopedia Pendidikan”
menguraikan pengertian pendidikan dalam arti yang luas, sebagai “Semua perbuatan
dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapannya serta keterampilannya (orang menamakan hal ini juga “mengalihkan”
kebudayaan) kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohaniah.

Pendidikan1 adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan
juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan
adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Menurut Islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan
hidup seseorang. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan bahwa pendidikan
merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita dan
berlangsung seumur hidup. Semenjak dari buaian hingga liang lahat (Al – Hadis ) –
life long education.

b. Tujuan Pendidikan
Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak kearah tingkat
kedewasaan. Artinya, membawa anak didik agar dapat berdiri sendiri (mandiri)
didalam hidupnya di tengah – tengah masyarakat.
1). Tujuan Pendidikan Nasional
Yaitu membangun kualitas manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-Nya sebagai warga negara
yang berjiwa pancasila yang mempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi
pekerti yang luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil dapat
mengembangkan dan menyuburkan sikap demokrasi, dapat memelihara hubungan yag
baik antara sesama manusia dan dengan lingkungannya.
2). Tujuan Institusional
Yaitu perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuan yang harus
dimiliki oleh lulusan suatu lembaga pendidikan.

1
www.wikipedia.com
3). Tujuan Kurikuler
Yaitu untuk mencapai pola perilaku dan pola kemampuan serta keterampilan
yang harus dimiliki oleh lulusan suatu lembaga, yang sebenarnya merupakan tujuan
institusional dari lembaga pendidikan tersebut.
4). Tujuan Instruksional
Yaitu rumusan secara terperinci apa saja yang harus dikuasai oleh siswa atau
anak didik sesudah ia melewati kegiatan instruksional yang bersangkutan dengan
berhasil.

2. Pengajaran
Pengajaran merupakan perpaduan dari dua aktifitas, yaitu ; aktifitas mengajar
dan belajar. Aktifitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks
mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar dan belajar.
Jalinan komunikasi yang harmonis inilah yang menjadi indicator suatu aktifitas /
proses pengajaran itu akan berjalan dengan baik.
Kunci pokok pengajaran itu ada pada seorang guru (pengajar). Tetapi ini bukan
berarti dalam proses pengajaran hanya pada guru yang aktif, sedang peserta didik
pasif. Pengajaran menuntut keaktifan kedua pihak yang sama – sama menjadi subjek
pengajaran.
Pengajaran memang bukan konsep atau praktik yang sederhana. Ia bersifat
kompleks, menjadi tugas dan tanggung jawab guru yang seharusnya. Pengajaran
berkaitan erat dengan pengembangan potensi manusia (peserta didik), perubahan dan
pembinaan dimensi – dimensi kepribadian peserta didik.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dan pengajaran


merupakan satu kesinambungan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Karena itu
pendidikan dituntut semenjak kita dari buaian hingga ajal menjemput.

HAKIKAT MANUSIA
Pandangan Filsafat Tentang Hakikat Manusia
Ilmu yang mempelajari tentang hakikat manusia disebut Antropologi Filsafat.
Hakikat berarti adanya berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran yang
dikemukakan yaitu : Aliran serba zat, aliran serba ruh, aliran dualisme, aliran
eksistensialisme.
a). Aliran Serba Zat
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh – sungguh ada itu hanyalah zat
materi, alam ini adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari
itu manusia adalah zat atau materi.
b). Aliran Serba Ruh
Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu yang ada didunia ini ialah
ruh, juga hakikat manusia itu adalah ruh. Adapun zat itu adalah manifestasi daripada
ruh diatas didunia ini. Fiche mengemukakan bahwa segala sesuatu yang lain (selain
ruh) yang rupanya ada dan hidup hanyalah suatu jenis perumpamaan perubahan atau
penjelmaan dari ruh itu lebih berharga, lebih tinggi nilainya daripada materi. Hal ini
mereka buktikan dalam kehidupan sehari-hari, yang mana betapapun kita mencintai
seseorang jika ruhnya pisah dengan badannya maka materi/jasadnya tidak ada artinya.
Dengan demikian, aliran ini menganggap ruh itu ialah hakikat, sedangkan
badan ialah penjelmaan atau bayangan.
c). Aliran Dualisme
Aliran ini beranggapan bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua
substansi, yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari
ruh, dan ruh tidak berasal dari badan. Antara badan dan ruh terjadi sebab akibat yang
mana keduanya saling mempengaruhi.
d). Aliran Eksistensialisme
Aliran filsafat modern berfikir tentang hakikat manusia merupakan eksistensi
atau perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu yaitu
apa yang menguasai manusia secara menyeluruh. Di sini manusia dipandang tidak dari
sudut serba zat atau serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya
dari segi eksistensi itu sendiri di dunia ini.
Pendirian Islam bahwa manusia terdiri dari substansi, yaitu materi dari ilmu
dan ruh yang berasal dari Tuhan, maka hakikat pada manusia adalah ruh sedangkan
jasadnya hanyalah alat yang dipergunakan oleh ruh saja, tanpa kedua substansi tersebut
tidak dapat dikatakan manusia.

KONSEP TENTANG ANAK


Sebagai orang tua, perlu kita ketahui ada dua gagasan yang harus kita ingat,
yaitu:
Pertama, apaka anak-anak itu berpaling dari orang tua pada masa remaja atau
tetap mematuhinya.
Kedua, mengenai konsep tiga mekanisme tindak rasional yang umumnya
diperlihatkan oleh anak-anak, yaitu:
a. Narsisme (kecintaan pada diri sendiri)
b. Negativisme
c. Penolakan terhadap kesalahan
Maka dari itu sebagai seorang ibu haruslah memiliki wawasan dan keilmuan
yang tinggi, ibu harus terus memperkaya dirinya untuk memahami perkembangan
kondisi anaknya (baik aspek fisik, pikiran dan nalurinya), ia juga harus mengetahui
konsep pendidikan anak sesuai dengan tahapan perkembangan dan program-program
yang wajib ia jalankan untuk memenuhi seluruh hak-hak anak-anaknya.
Konsep-konsep pendidikan yang perlu dipahami oleh ibu dalam mendidik
anak-anaknya sesuai dengan tahapan perkembangannya antara lain:
a) Bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda, sehingga perlakuan
atau metode pendekatan yang dipakai untuk masing-masing anak dalam proses
pembelajarannya bisa menjadi berbeda.
b) Anak yang mengalami perubahan dengan pendidikan yang diberikan dan
perubahan yang terjadi pada masing-masing anak tidak sama dan Islam tetapi
bertahap, maka di sini diperlukan kesabaran dan tidak boleh membandingkan
kemampuan anak.
c) Anak usia dini merupakan masa emas yang akan dengan cepat menyerap info.
Di sinilah diperlukan pengajaran yang Islami sejak dini tanpa anak merasa
terbebani (bermain sambil belajar) dan berupaya mengaitkan antara informasi
yang satu dengan yang lain, merangsang proses berpikirnya. Semua aspek
perkembangan saling berhubungan sehingga ibu harus memiliki pengetahuan
yang menyeluruh tentang faktor-faktor yanng dapat mempengaruhi anak, baik
fisik, mental, maupun spiritualnya.

LEMBAGA PENDIDIKAN
Lembaga pendidikan (baik formal, non formal atau informal) adalah tempat
transfer ilmu pengetahuan dan budaya (peradaban). Sebagai sistem sosial, lembaga
pendidikan harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke
arah perbaikan dalam segala hal.
Lembaga pendidikan Indonesia dalan UU bisa diklasifikasikan menjadi dua
kelompok, yaitu sekolah dan luar sekolah. Selanjutnya pembagian ini lebih rincinya
dibagi menjadi tiga bentuk.
a. Informal atau Keluarga
Yaitu lembaga yang lebih banyak diarahkan dalam pembentukan karakter atau
keyakinan dan norma. Pendidikan informal adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
b. Nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah
Yaitu lembaga yang peran besarnya lebih banyak diarahkan pengembangan
penalaran murid. Pendidikan non formal meliputi pendidikan kecakapan hidup,
pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan
perempuan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan murid.
c. Jalur Formal atau Sekolah
Yaitu lembaga pendidikan yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi dengan jenis pendidikan: Umum, Kejuruan,
Akademik, Profesi, Advokasi, dan Keagamaan. Pendidikan formal coraknya dapat
diwujudkan dalam bentuk satuan pendidkan yang diselenggarakan oleh pemerintah
pusat, pemerintah, dan masyarakat.
Konsep Lembaga Pendidikan
1. Konsep Dasar Formal
Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan, berikut ini dikemukakan
sejumlah batasan pendidikan, yaitu:
a) Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
b) Dalam pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses
perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
c) Pendidikan ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala
lingkungan dan sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai
pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan
formal maupun non formal.
d) Dalam pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga memperoleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkahlaku sesuai dengan kebutuhan.
e) Pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah
dan madrasah) yang dipergunakan untuk penyempurnaan perkembangan
individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya.
f) Dalam arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi
tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar
dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohaniah.

Konsep Dasar Non Formal


Adapun konsep dasar non formal adalah:
a) Pendidikan dipandang sebagai proses belajar sepanjang hayat manusia.
b) Pendidikan hendaknya lebih dari sekedar masalah akademik atau perolehan
pengetahuan, skill, dan mata pelajaran secara konvensional.

Fungsi Lembaga Pendidikan


Fungsi lembaga pendidikan secara tersembunyi yaitu menciptakan atau
melahirkan kedewasaan peserta didik. Adapun fungsi pendidikan yang berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifest) di anataranya adalah sebagai berikut.
1) Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
2) Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi
kepentingan masyarakat.
3) Melestarikan kebudayaan.
4) Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
5) Mengurangi pengendalian orangtua, melalui pendidikan sekolah orangtua
melimpahkan tugas dan tanggungjawab dalam mendidik anak kepada sekolah.

KONSEP TENTANG ORANGTUA


Anak-anak memiliki orangtua yang baik dan orangtua yang buruk di kepala
kecilnya. Adapun konsep-konsep orangtua yang “baik” menurut anak adalah sebagai
berikut.
1. Melakkan berbagai hal untuk anak.
2. Anak dapat bergantung pada orangtua.
3. Bersifat cukup permisif dan luwes.
4. Adil dalam disiplin.
5. Menghargai individualitas anak.
6. Menciptakan suasana yang hangat bukan susasana penuh ketakutan.
7. Memberi contoh yang baik.
8. Menjadi kawan baik dan menemani anak dalam berbagai kegiatan.
9. Bersikap baik untuk sebagian besar waktu.
10. Menunjukkan kasih sayang terhadap anak.
11. Menaruh simpati bila anak sedih atau mengalami kesulitan.
12. Mendorong anak untuk membawa kawannya ke rumah.
13. Berusaha untuk membuat suasana rumah bahagia.
14. Memberika kemandirian yang sesuai dengan usia anak.
15. Tidak mengharapkan prestasi yang tidak masuk akal.
Hal yang Harus Diperhatikan Orangtua
Ada 4 kecakapan mendengar, yaitu mendengar pasif (diam), tanggapan
mengiyakan, pembuka pintu atau ajakan (untuk bercerita), dan mendengar aktif.
Teknik yang paling efektif adalah mendengar aktif. Di sini, tanggapan verbal dari si
pendengar merupakan pantulan-pantulan dari pesan anak yang sebelumnya.
Mendengar aktif berarti tidak diam (mendengar pasif) melainkan memberika
tanggapan yang merupakan pantulan balik pesan si pencerita (anak). Dengan
didengarkan secara aktif, anak dapat mengungkapkan perasaan atau emosinya
sehingga ia merasa ringan. Selain itu, anak-anak akan belajar dari reaksi orangtua
bahwa perasaan sungguh ramah, tidak jahat, atau menakutkan. Merasa didengar dan
dipahami orang lain adalah sesuatu yang membahagiakan sehingga pada waktu anak
mengungkapkan perasaannya, anak merasakan bahwa orangtua menyayanginya.
Dengan mendengar secara empati, seseorang dapat memahami orang lain dan
menghayati keunikannya.
Pandangan Kita sebagai Orangtua
Sebagai orangtua, kita ingin memberikan yang terbaik kepada putra-putri kita.
Untuk memilih yang terbaik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Setiap individu itu unik, sehingga yang terbaik untuk tiap individu itu berbeda.
2. Duniaa anak berbeda dengan dunia orang dewasa.
Penanaman Nilai Spiritual untuk Anak
Istilah spiritual tidak selalu identik dengan agama, namun memiliki kedekatan.
Intinya adalah nilai-nilai luhur non-materi yang muncul dari suara hati yang jernih,
polos, dan spontan. Nilai-nilai ini justru lebih mudah ditemukan pada anka-anak kecil
yang hatinya belum terkontaminasi.
Di samping hatinya bersih, anak-anak memiliki daya imajinasi bebas yang
belum terpengaruh oleh ilmu pengetahuan. Imajinasi mereka lebih akrab dengan dunia
hewan, tumbuh-tumbuhan, dan keindahan alam semesta.
Orangtua wajib menanamkan nilai-nilai luhur pada anak. Namun sesungguhnya
di sisis lain justru orangtua yang harus belajar mengenal kembali nilai-nilai luhur yang
melekat pada anak yang bagi orangtua telah banyak dilupakan atau setidaknya
terkontaminasi.

PENDIDIKAN SEBAGAI KEBUTUHAN


Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.
Sejak kecil ia sudah dididik oleh orangtuanya, kemudian manusia mulai mengenal hal-
hal yang semula belum dikenalnya. Selanjutnya proses pendidikan berangsung di jalur
formal seperti sekolah, dari sekolah inilah menusia mendapatkan pengetahuan yang
lebih luas. Pendidikan yang dibutuhkan sebagai suatu upaya untuk memberikan
pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu pada individu guna
mengembangkan bakat serta kepribadian mereka, di mana pendidikan menjadikan
individu yang tidak hanya bisa berendapat, tetapi di dalam pendapatnya terdapat dasar
yang kuat dan dapat bertanggungjawab.
Pendidikan tentunya tidak hanya untuk mengembangkan wawasan dan
intelektual, tetapi pendidikan merupakan upaya untuk pembebasan dari macam-macam
keterbelengguan. Terbelenggu oleh kemiskinan, keterbelakangan, kebodohan,
kesengsaraan, maupun penindasan. Sehingga individu bisa menjadi:
• Pribadi yang memiliki kesadaran diri, tahu akan martabat dan penentuan
tempatnya, yaitu di mana hak dan kewajiban bisa sejalan beriringan tanpa ada
yang lebih didahulukan.
• Bertanggungjawab susila, serta mampu mandiri.
Dalam bukunya, Koestoer Parto Wisastro menjelaska beberapa teori yang
berkaitan dengan pendidikan, yaitu:
 Teori belajar adalah permanen
“Apabila bahan-bahan dipelajari dengan baik (yang berarti yang mengajarnya
juga harus baik), maka yang dipelajari tidak akan dapat dilupakan, bahwa belajar
merupakan semacam keadaan yang sudah tentu atau tetap”.
 Teori additive
“Jiwa merupakan suatu gudang di mana terkumpul fakta-fakta, karena itu
belajar merupakan proses pengumpulan fakta”.
Begitu pentingnya pendidikan bagi setiap individu karena dengan pendidikan
kehidupan manusia akan lebih terarah, baik itu dari segi sikap masing-masing individu
maupun dari segi keterampilan dan kemampuan yang dimilikinya, yang nantinya akan
sangat berguna bagi kesejahteraannya.
Pada dasarnya, pendidikan dibutuhkan dalam mengembangkan:
1. Keterampilan Intelektual, yaitu kecakapan yang membuat seseorang
berkompeten, yang memungkinkannya untuk menanggapi konseptualisasi
lingkungannya.
2. Strategi Kognitif, yaitu kecakapan khusus yang amat penting yang
memungkinkan seseorang dapat belajar dan menentukan sesuatu dengan cara
sendiri.
3. Kecakapan Motorik, yaitu keterampilan yang berkaitan dengan gerakan otot
seperti berolahraga, berlari, melompat, dan sebagainya.
4. Sikap, yaitu kemampuan yang sering dihubungkan dengan nilai-nilai dan juga
merupakan hasil dari keluaran pendidikan itu sendiri, seperti toleransi, cinta
tanah air, kesediaan bertanggungjawab, dan sebagainya.

FILSAFAT PENDIDIKAN PROGRESIVISME


Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai
reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-
centered) dan bahan pelajaran (subject-centered).
Ada beberapa metode pendidikan yang digunakan dalam Pendidikan
Progresivisme, yaitu:
1. Metode belajar aktif.
2. Metode memonitor kegiatan belajar.
3. Metode penelitian ilmiah.
4. Pemerintahan belajar.
5. Kerjasama sekolah dengan keluarga.
6. Sekolah sebagai laboratorium pembaharuan pendidikan.
Pelajar
Pendidikan progresif menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak
merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Menurut Parker,
mengajar yang bermutu beraktivitas siswa, pengembangan kepribadian siswa, studi
ilmiah tentang pendidikan dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.

Pengajar
Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktik pendidikan berpusat pada anak
yang mempunyai peranan-peranan sebagai:
1. Fasilitator, atau orang yang menyediakan dirinya untuk memberikan jalan bagi
kelancaran proses pendidikan siswa.
2. Motivator, atau orang yang mampu membangkitkan minat siswa untuk terus
giat belajar sendiri menggunakan semua alat dirinya.
3. Konselor, atau orang yang dapat membantu siswa menemukan dan mengatasi
sendiri masalah-masalah yang dihadapi setiap siswa dalam kegiatannya sendiri.

Asas Belajar menurut Progresivisme


1. Anak dan Lingkungannya
Anak adalah organisme yang mengalami suatu proses pengalaman. Untuk
mengerti anak, kita harus menganggap anak itu sebagai “satu makhluk alami,
yang berhubungan dengan makhluk-makhluk alami lain dan seperti juga obyek
alamiah yang lain, ia merupakan bahan analisa ilmiah dan sekaligus sebagai
satu perkembangan diri”.
2. Living as Learning (Kehidupan yang riil sebagai proses belajar)

Kurikulum Progresivisme
Tokoh progresivisme menyatakan bahwa kurikulum yang tepat adalah
kurikulum yang mempunyai nilai edukatif. Dan Dewe menyatakan bahwa “Sekolah
yang baik adalah yang memperhatikan dengan sungguh-sungguh semua jenis belajar
(dan bahan-bahannya) yang membantu murid, pemuda, dan orang dewasa untuk
berkembang”.
Kurikulum progresivisme bergerak dinamis di atas prinsip “liberal road to
culture”.
Penilaian Kebudayaan menurut Progresivisme
Aliran progresivisme menyusun prinsip-prinsipnya atas empat pokok, di mana
keempat asa itu merupakan perwujudan kebudayaan: (1). Revolusi Industri, (2). Ilmu
Pengetahuan Modern, (3). Perkembangan Demokrasi, dan (4). Lingkungan Hidup. Dan
sebenarnya keempat asas ini bersifat interdependensi, dalam perkembangannya saling
mempengaruhi.
Ciri utama yang menjadi identitas Progresivisme dalam missien filsafat dan
pendidikan tercermin dalam: (1). Pendidikan dalam kebidayaan liberal, (2).
Progresivisme menjadi pelopor pembaharuan ide-ide lama menuju asas baru
menyongsong kebudayaan dan zaman baru, dan (3). Progresivisme mempunyai watak
peralihan, menuju kebudayaan baru.
Konsep Progresivisme
Filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempunyai akal
dan kecerdasan. Akal dan kecerdasan merupakan potensi kelebihan manusia
dibandingkan dengan makhluk lain. Dengan potensi tersebut anak didik berkembang
menjadi individu yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam mengahadapi lingkungannya.

FILSAFAT PENDIDIKAN ESSENSIALISME


Aliran essensialisme bersumber dari filsafat idealisme dan realisme.
Sumbangan yang diberikan keduanya bersifat elektik. Artinya, dua aliran tersebut
bertemu sebagai pendukung Essensialisme yang berpendapat bahwa pendidikan harus
bersendikan nilai-nilai yang dapat mendatangkan kestabilan. Artinya, nilai-nilai itu
menjadi sebuah tatanan yang menjadi pedoman hidup, sehingga dapat mencapai
kebahagiaan. Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan
dan filsafat yang korelatif selama empat abad lalu, yaitu zaman Renaisans.
Essensialisme merupakan paduan ide-ide filsafat idealisme dan realisme.
Praktik filsafat pendidikan essesialisme dengan demikian menjadi lebh kaya
dibandingkan jika hanya mengambil posisi sepihak dari salah satu aliran yang ia
sintesiskan.
Pandangan Ontologi Essensialisme
Sintesa idealisme dan realisme tentang hakikat realita berarti essensisalime
mengakui adanya realita obyaktif di samping pre-determinasi, supernatural, dan
transcendal.
Pola Dasar Pendidikan Essensialisme
1. Analisa dan Penafsiran bahwa tidak semua teori pendidikan essensialisme
selalu berasal dari filsafat essensialisme. Meskipun secara umum prinsip-
prinsip utama filsafat konsisten dengan teori pendidikannya, namun essensialis
percaya bahwa dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan modifikasi,
pelengkap, bahkan penyimpangan (deviasi) dari ajaran-ajaran filosof tokoh
dadar teori yang murni, tatapi prakteknya memerlukan adaptasi dengan kondisi
tertentu. Tidak semua idealis dan realis dapat digolongkan essensialis dalam
prinsip pendidikan. Namun essensialis merupakan pemahaman yang bersumber
dari pendekatan idealis dan realis atau kombinasi kedua aliran itu.
2. Pola Dasar Pendidikan Essensialisme hanyalah berhubungan dengan teori
dasar pendidikan. Sebab, soal-soal praktik pendidikannya adalah masalah
praktis yang disesuaikan dengan kondisi yang incidental.
3. Pendidikan, Esssensialis mempunyai tinjauan mengenai pendidikan yang
berbeda dengan progresivisme. Essensialisme menekankan pentingnya
pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta
didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Pada prinsipnya, proses belajar menurut Essensialisme adalah melatih daya
jiwa potensial yang sudah ada dan proses belajar sebagai proses absorbtion (menyerap)
apa yang berasal dari luar. Yaitu warisan-warisan sosial yang disusun dalam kurikulum
tradisional, dan guru berfungsi sebagai perantara.
Kurikulum Essensialisme
Menurut Essensialisme:
“Kurikulum yang kaya, yang berurutan dan sistematis yang didasarkan pada
target yang tidak dapat dikurangi sebagai suatu kesatuan pengetahuan, kecakapan-
kacakapan dan sikap yang berlaku di dalam kebudayaaan yang demokratis.
Kurikulum dibuat memang sudah didasarkan pada urgensi yang ada di dalam
kebudayaan tempat hidup si anak”.
Peranan Sekolah menurut Essensialisme
Sekolah berfungsi sebagai pendidik warganegara supaya hidup sesuai dengan
prinsip-prinsip dan lembaga-lembaga sosial yang ada di dalam masyarakatnya serta
membina kembali tipe dan mengoperkan kebudayaan, warisan sosial, dan membina
kemampuan penyesuaian diri individu kepada masyarakatnya dengan menanamkan
pengertian tentang fakta-fakta, kecakapan-kecakapan dan ilmu pengetahuan.
Penilaian Kebudayaan menurut Essensialisme
Essensialisme sebagai teori pendidikan dan kebudayaan melihat kenyataan
bahwa lembaga-lembaga dan praktik-praktik kebudayaan modern telah gagal dalam
banyak hal untuk memenuhi harapan zaman modern. Maka untuk menyelamatkan
manusia dan kebudayaannya, harus diusahakan melalui pendidikan.
Pendidikan Essensialisme
Nilai dalam essensialisme adalah membantu peserta didik berpikir rasional,
tidak terlalu berakar pada masa lalu, memperhatikan hal-hal yang kontemporer,
memuatkan keunggulan, bukan kecukupan pemilikan nilai-nilai tradisional. Teori ini
mementingkan mata pelajaran dari pada proses.

FILSAFAT PENDIDIKAN PERENNIALISME


Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan pendidikan
progresivisme yang mengingkari supernatural. Penennialisme adalah gerakan
pendidikan yang mempertahankan nilai-nilai universal itu ada dan bahwa pendidikan
hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran nilai
tersebut.
Tokoh Filsafat
1. Plato
Menurut Plato “dunia ideal” berasal dari ide mutlak yaitu Tuhan. Kebenaran,
pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum manusia lahir yang semuanya bersumber
dari ide mutlak tadi yaitu Tuhan. Manusia tidak mengusahakan dalam arti menciptakan
kebenaran, pengetahuan, dan niai moral, melainkan bagaimana manusia menemukan
semuanya itu.
2. Aristoteles
Menurut Aristoteles manusia adalah makhluk materi dan sekaligus makhluk
rohani. Sebagai makhluk materi ia menyadari bahwa manusia dalam hidupnya berada
dalam kondisi alam materi dan alam. Dan sebagai makhluk rohani manusia sadar ia
akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju pada manusia ideal, mausia
sempurna.
3. Thomas Aquina
Dalam pandangannya mengenai realitas, Thomas Aquina mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang ada itu karena diciptakan oleh Tuhan. Ia mempertahnkan bahwa
Tuhan bebas dalam menciptakan dunia. Dunia tidak mengalir dari Tuhan bagaikan air
mengalir dari sumbernya.
Dalam masalah penetahuan, Thomas Aquina mengemukakan bahwa pengetahuan
itu diperoleh sebagai persentuhan dunia luar dan oleh akal budi menjadi pengetahuan.
Pandangan-pandangan Thomas Aquina di atas berpengaruh besar dalam
lingkungan gereja Katholik.
Pandangan Perennialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perennialisme,
karena ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang bersifat
analisa.
Epistemologi dari perennialisme adalah harus memiliki pengetahuan tentang
pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan dengan
kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggun akan tenaga pada logika melalui
hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan
kebenaran hakiki. Tujuan dari epistemologi perennialisme dalam premis mayor dan
metode induktifnya sesuai dengan ontologi tentang realita khusus.
Menurut perennialisme, penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip
pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan.
Perennialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau
perenial. Tujuan dari pendidikan ini adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh
pengetahuan tentang prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.
Pandangan mengenai Nilai
Perennialisme berpandangan bahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual,
sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sedangkan perbuatan manusia merupakan
pancaran isi jiwanya yang berasal dari dan dipimpin oleh Tuhan.
Menurut Aristoteles, kebajikan dapat dibedakan yaitu yang moral dan yang
intelektual.
Pandangan mengenai Pengetahuan
Kepercayaan adalah pangkal tolak perennialisme mengenai kenyataan dan
pengetahuan. Artinya sesuatu itu ada kesesuaian antara piker (kepercayaan) dengan
benda-benda. Sedang yang dimaksud benda adalah hal-hal yang adanya bersendikan
atas prinsip keabadian.

FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME


Filsafat adalah hasil pemikiran ahli-ahli filsafat atau filosof-filosof sepanjang
zaman di seluruh dunia. Ajaran filsafat pada dasrnya adalah hasil pemikiran seseorang
atau beberapa orang ahi filsafat tentang sesuatu secara fundamental.
Kata rekonstruksionalisme berasal dari bahsa Inggris “reconstruc” yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks pendidikan aliran rekonstruksionalisme merupakan
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dengan membangun tata
susuna baru yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionalisme pada dasarnya
sepaham dengan aliran perennialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan
modern. Kedua aliran tersebut memandang bahwa keadaan sekarang merupakan
zaman yang memiliki kebudayaan yang teranggu oleh kehancuran, kebingungan, dan
kesimpangsiuran.
Rekonstruksionalisme berusaha mencari kesepakatan semua orang tentang
tujuan utama yang mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan dan susunan
baru seluruh lingkungannya. Dengan kata lain, aliran rekonstruksionalisme ingin
merombak tata susunan lama, dan ingin membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang sama sekali baru, melalui lembaga pendidikan.
Tokoh-tokoh Rekonstruksionalisme
Rekonstryksionalisme dipelopori oleh George Count dan rugg pada tahun
1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Tokoh lain
dalam aliran ini yaitu Caroline Patt.
Caroline Patt menyatakan bahwa nilai terbesar suatu sekolah harus
menghasilkan manusia yang dapat berpikir secara efektif dan bekerja secara
konstruktif, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik
dibandingkan sengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya.
Pandangan rekonstruksionalisme dan Penerapannya dalam Bidang
Pendidikan
Adapun pandangan-pandangan tantang aliran rekonnstruksionalisme, yaitu:
1. Pandangan secara Ontology
Dengan ontology menerangkan bagaimana hakikat dari segala sesuatu. Aliran
rekonstruksionalisme memandang realita bersifat universal, yang mana realita itu ada
di mana-mana dan sama di setiap tempat.
2. Pandangan Ontologism
Dalam proses interaksi sesama manusia diperlukan nilai-nilai. Begitu juga halnya
dalam kehidupan manusia dengan sesamanya dan alam sesama tidak mungkin
melakukan sikap netral, akan tetapi manusia sadar atau tidak sadar telah melakukan
proses penilaian, yang merupakan kecenderungan manusia.
3. Pandanngan Epistemology
Kajian epistemologi aliran ini lebih merujuk kepada pendapat aliran pragmatisme
dan perennialisme.
Dalam rekonstruksionalisme, tugas guru yaitu memberikan kesadaran kepada
peserta didik terhadap masalah yang dihadapi, membantu peserta didik agar dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan baik.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap
keseluruhan kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan
dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara
sembarangan. Menyusun kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang
didasarkan pada hasil-hasil penelitian dan pemikiran yang mendalam.

FILSAFAT PENDIDIKAN MENURUT ISLAM


Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat pendidikan pad khususnya,
adalah baian dari ilmu filsafat. Maka dalam mempelajari filsafat ini perlu memahami
lebih dahulu tentang pengertian filsafat terutama dalam hubungannya dengan masalah
pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Secara harfiah, filsafat berarti “cinta kepada
ilmu”. Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Shopos yang artinya
ilmu/hikmah. Secara historis, filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang
berkembang sejak zaman Yunani Kuno sampai zaman modern sekarang.
Pengertian Filsafat Pendidikan
Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalan kaitannya dengan pendidikan
pada umumnya dari beberapa ahli pikir sebagai berikut.
1. John Dewey
John Dewey memandang pendidikan sebagi suatu proses pembentukan
kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual),
maupun daya perasaan (emosional). Dari itu filsafat pendidikan dapat dikatakan
sebagai teori umum pendidikan.
John Dewey juga memandang adanya hubungan yang erat antara filsafat dan
pendidikan. Oleh karena itu, tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring, yaitu
sama-sama memajukan hidup manusia.
2. Thomson
Menurut Thomson, filsafat berarti “melihat seluruh masalah tanpa ada batasan
atau implikasinya. Ia melihat tujuan-tujuannya, tidak hanya melihat metodenya
atau alat-alat serta meneliti dengan seksama hal-hal yang disebut kemudian dalam
kaitan arti dengan yang dahulu. Hal itu mengandung arti bahwa perlu bersikap ragu
terhadap sesuatu yang diterima oleh kebanyakan orang sebagai hal yang tak perlu
dipermasalahkan dan perlu menanggguhkan dalam pemberian penilaian sampai
seluruh persoalan telah dipikirkan masak-masak. Hal itu memerlukan usaha untuk
berpikir secara konsisten dalam pribadinya (self consistenly) serta tentang hal-hal
yang dipikirkaannya itu tidak mengenal kompromi.
3. Van Cleve Morris
Ia menyatakan, “secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan adalah studi
filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara
hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen
(lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari
depan yang lebih baik”.
4. Brubacher
Ahli filsafat pendidikan Amerika ini berpendapat bahwa, “Ada pendapat yang
menyatakan bahwa filsafat pendidikan sama sekali”. Menganggap filsafat yang
berpredikat pendidikan, sebenarnya seperti menaruh kereta di depan seekor kuda.
Filsafat dianggap sebagai bunga, bukan akar tunggang pendidikan. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa filsafat pendidikan itu dapat berdiri sendiri secara
bebas.

You might also like