You are on page 1of 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Umum

Istilah industri kreatif telah mulai banyak dibicarakan oleh kalayak ramai,

tetapi pengertian industri ini masih samar-samar bagi kebanyakan orang. Banyak

pertanyaan yang tidak sempat terjawab sebab sudah muncul lagi istilah-istilah

lainnya. Pertumbuhan industri kreatif pada dasarnya tidak bisa dilepaskan dari

perkembangan peradaban umat manusia sendiri. Pada tahap awal perkembangan

peradaban manusia ditandai oleh sektor pertanian, yang kemudian disusul oleh

peradaban berbasis industri, teknologi dan kini gagasan (kreatifitas). Dalam bangun

ekonomi ini mereka yang memiliki gagasan yang unggul yang akan mampu

memperoleh keuntungan ekonomis yang besar.

Industri kreatif kerapkali dimaknai sebagai industri yang berfokus pada kreasi

dan eksploitasi produk yang memiliki hak kekayaan intelektual. Di samping itu,

aktivitas industri kreatif berkisar pada pendesainan, penciptaan dan pemasaran objek

atau karya seni di mana nilai dari objek tersebut bersumber pada orisinalitas

estetikanya.

Definisi industri kreatif yang paling banyak dirujuk, kita tahu, berasal dari

Departemen Budaya, Media dan Olah Raga pemerintah Inggris yang berbunyi

“industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, ketrampilan serta bakat individu

untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan


1
2

mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut”. Definisi ini memiliki

pengaruh yang luas, sehingga sejumlah negara, termasuk Indonesia, mengadopsinya.

Setidaknya ada empat belas sektor yang termasuk dalam industri kreatif itu, menurut

cetak biru ekonomi kreatif Departemen Perdagangan, antara lain:

a. Periklanan

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan produksi iklan, diantaranya

adalah riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi

material iklan, promosi, kampanye relasi publik dan tampilan iklan di media

cetak dan elektronik.

b. Arsitektur

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan cetak biru bangunan dan informasi

produksi diantaranya adalah arsitektur taman, perancangan kota, perencanaan

biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan dan dokumentasi lelang.

c. Pasar Seni dan Barang Antik

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi dan perdagangan produk antik

dan hiasan melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan internet.

d. Kerajinan

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan produksi dan distribusi pokok

kerajinan, antara lain kerajinan yang terbuat dari besi, tembaga, batu berharga,

batu mulia, kayu, porselin, marmer, kain dan kapur.


3

e. Desain

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kegiatan desain grafis, desain interior,

desain produk, desain industri, desain pengemasan dan konsultasi identitas

perusahaan.

f. Fesyen

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi desain pakaian, desain alas

kaki, desain asesoris mode, produksi pakaian mode dan asesorisnya, konsultan

lini produk fesyen serta distribusi produk fesyen.

g. Video, Film dan Fotografi

Kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film dan jasa

fotografi. Termasuk didalamnya penulisan naskah, alih suara, sinematografi,

sinetron dan eksibisi film.

h. Permainan Interaktif

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi

permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan dan

edukasi.

i. Musik

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan ritel rekaman

suara, hak cipta rekaman, promosi musik, penulisan lirik, penciptaan lagu dan

aransemen musik, pertunjukan musik dan komposisi musik.

j. Seni Pertunjukan

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perkembangan isi pertunjukan seni,

produksi pertunjukan, pertunjukan tari, pertunjukan drama, pertunjukan


4

musik, opera, desain dan pembuatan busana pertunjukan, tata panggung dan

tata pencahayaan.

k. Penerbitan dan Percetakan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan dan penerbitan buku, jurnal,

koran, majalah, tabloid, konten digital serta kegiatan kantor berita.

l. Layanan Komputer dan Piranti Lunak

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pengembangan teknologi informasi

termasuk jasa layanan computer, pengembangan piranti lunak, integrasi

sistem, desain dan analisa sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain

prasarana piranti lunak dan piranti keras serta desain portal.

m. Televisi dan Radio

Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kerasi, produksi dan

pengemasan, pernyiaran dan transmisi televisi dan radio.

n. Riset dan Pengembangan

Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan

penemuan ilmu pengetahuan serta penerapan ilmu pengetahuan tersebut dalam

perbaikan produk, kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru,

metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Pada saat informasi sudah menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan

sehari-hari dan diikuti dengan perkembangan teknologi yang semakin lama semakin

berkembang maka semakin besar pula kebutuhan manusia tehadap informasi yang

akurat, cepat dan praktis.


5

Scissors Apparel adalah suatu perusahaan yang termasuk dalam salah satu

kategori industri kreatif yaitu, fesyen. Dalam kegiatan penjualannya, Scissors Apparel

menggunakan sistem penjualan secara konsinyasi. Sebagai objek penelitian, penulis

memilih Scissors Apparel, karena secara umum tempat tersebut masih menggunakan

sistem manual dalam proses pengolahan data termasuk dalam sistem penjualan

konsinyasi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud penulis melakukan Kuliah Kerja Praktek (KKP) yaitu:

1. Sebagai pengalaman untuk menerapkan dan memperluas wawasan

pengetahuan di dalam kegiatan riset, membentuk pola pikir penulis untuk

menjadi pribadi yang memiliki wawasan pengetahuan yang konkrit.

2. Mengetahui sistem yang berjalan dalam kegiatan penjualan konsinyasi pada

perusahaan Scissors Apparel Sukabumi.

Sedangkan tujuan dari penulisan KKP ini adalah sebagai suatu konsekuensi

terhedap penerapan kurikulum pada program Diploma Tiga (D.III) jurusan

Komputerisasi Akuntansi di Akademi Manajemen Informatika dan Komputer

(AMIK) Bina Sarana Informatika (BSI) Sukabumi yang memiliki bobot 2 (dua) sks.
6

1.3 Metode Penelitian

Dalam penulisan laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini, penulis melakukan

beberapa metode dalam proses pengumpulan data, antara lain :

1. Metode Wawancara

Suatu bentuk metode riset dengan mengajukan beberapa pertanyaan terhadap

orang yang mempunyai peran penting pada objek penelitian penulis. Penulis

melakukan wawancara secara langsung kepada pihak-pihak yang berkaitan

dengan sistem penjualan secara konsinyasi di Scissors Apparel.

2. Observasi

Proses pengamatan objek penelitian secara langsung di lapangan pada saat

melakukan riset. Penulis melakukan pengamatan langsung ke perusahaan

tersebut untuk mendapatkan segala sesuatu yang ada kaitannya dengan

kegiatan penjualan konsinyasi untuk mengetahui masalah yang terjadi pada

sistem berjalan.

3. Studi Pustaka

Mencari data dan fakta dengan mengkaji sumber-sumber pustaka yang

berhubungan dengan objek penelitian. Dalam hal ini penulis memperoleh

buku-buku, dan artikel-artikel di internet .


7

1.4 Ruang Lingkup

Penulis disini mengambil judul “ANALISA SISTEM PENJUALAN

SECARA KONSINYASI PADA SCISSORS APPAREL SUKABUMI” yaitu untuk

mengetahui proses penjualan secara konsinyasi yang meliputi proses persiapan

barang, proses pengiriman barang dan proses pembuatan laporan penjualan.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan penjabaran dari setiap isi bab yang ditulis

didalam laporan secara global. Sistematika penulisannya sebaagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi pembahasan umum, maksud dan tujuan, metode

penelitian, ruang lingkup serta sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan penjelasan mengenai konsep dasar sistem dan peralatan

pendukung yang terdiri dari diagram arus data dan kamus data.

BAB III ANALISA SISTEM BERJALAN

Bab ini berisikan masalah umum, tinjauan organisasi, struktur organisasi,

tugas dan fungsi organisasi, prosedur sistem berjalan, diagram alir data,

spesifikasi sistem berjalan, bentuk dokumen masukan dan keluaran,

permasalahan pokok serta alternatif pemecahan masalah.

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.


8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem

Sistem menurut Steven A. Moscove yaitu “suatu kesatuan (entity) yang

terdiri dari bagian-bagian (subsistem) yang saling berkaitan, dengan tujuan untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Dan menurut Gordon B. Davis sistem adalah

“seperangkat unsur-unsur yang terdiri dari manusia, alat-alat, prosedur dan konsep

yang dihimpun untuk maksud dan tujuan bersama”.

Selain definisi diatas, terdapat dua kelompok pendekatan didalam

mendefinisikan sistem yaitu pendekatan sistem yang berorientasi terhadap prosedur

dan pendekatan sistem yang berorientasi pada elemen atau komponennya.

Pendekatan sistem yang berorientasi terhadap prosedur merupakan suatu

jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling terintegrasi, berkumpul bersama-

sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran

tertentu. Prosedur itu sendiri menurut Mulyadi adalah “suatu urutan kegiatan klerikal,

biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang dibuat

untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi

berulang-ulang”. Jadi sistem adalah serangkaian jaringan prosedur yang dibuat

menurut pola yang terpadu dan dikoordinasikan untuk melaksanakan kegiatan pokok

perusahaan sehingga tercapai tujuan perusahaan. Sedangkan prosedur adalah suatu

urutan kegiatan klerikal yang membentuk sistem. Sedangkan pendekatan sistem yang
9

berorientasi pada elemen atau komponen merupakan kumpulan dari elemen-elemen

yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2.1.1 Karakteristik Sistem

a. Komponen Sistem ( Components )

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, bekerja

sama membentuk satu kesatuan. Komponen sistem dapat berupa suatu

subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak perduli

betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistem-

subsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem untuk

menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara

keseluruhan. Suatu sistem dapat mempunyai suatu sistem yang lebih besar

yang disebut supra sistem. misalnya suatu perusahaan dapat disebut dengan

suatu sistem dan industri yang merupakan sistem yang lebih besar dapat

disebut dengan supra sistem. Demikian juga bila perusahaan dipandang

sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya.

b. Batasan Sistem ( Boundary )

Batasan sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan

sistem yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini

memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai suatu kesatuan. Batas suatu

sistem menunjukkan ruang lingkup dari sistem tersebut.


10

c. Lingkungan Luar Sistem ( Environment )

Lingkungan luar sistem adalah apapun di luar batas dari sistem yang

mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat

menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.

Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi bagi sistem tersebut,

dengan demikian lingkungan luar tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara.

Sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus dikendalikan, kalau tidak

maka akan mengganggu kelangsungan hidup dari sistem tersebut.

d. Penghubung Sistem ( Interface )

Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem yang

lainnya. Bentuk keluaran dari suatu subsistem akan menjadi masukan untuk

subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung tersebut. Dengan

demikian dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.

e. Masukan Sistem ( Input )

Energi yang dimasukkan kedalam sistem disebut masukan sistem yang dapat

berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input). Sebagai

contoh didalam suatu unit sistem komputer. Program adalah maintenance

input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah

signal input untuk diolah menjadi informasi.

f. Keluaran Sistem ( Output )

Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang

berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsistem yang lain. Seperti

contoh sistem informasi, keluaran yang dihasilkan adalah informasi yang


11

mana informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan

keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsistem yang lainnya.

g. Pengolah Sistem ( Process )

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan merubah masukan

menjadi keluaran, sebagai contoh sistem akuntansi. Sistem ini akan mengolah

data transaksi menjadi laporan-laporan yang dibutuhkan oleh pihak

manajemen.

h. Sasaran Sistem ( Objective )

Yaitu segala sesuatu yang harus dicapai dalam pelaksanaan sebuah sistem.

Sasaran sangat menentukan kebutuhan akan masukan dan keluaran yang

diharapkan. Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat

deterministik. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran, maka operasi sistem

tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau

tujuan yang telah direncanakan.

2.1.2 Klasifikasi Sistem

1. Sistem Abstrak

Sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik

misalnya sistem teologika (ketuhanan).

2. Sistem Fisik

Merupakan sistem yang ada secara fisik seperti sistem komputer, sistem

akuntansi dan sistem produksi.


12

3. Sistem Alamiah

Sistem yang terjadi melalui proses alam. Contohnya sistem matahari, sistem

luar angkasa dan sistem reproduksi.

4. Sistem Buatan Manusia

Sistem yang dirancang oleh manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan

interaksi manusia dengan mesin disebut human machine system. Misalnya

sistem informasi.

5. Sistem Tertentu (deterministic system)

Sistem beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Interaksi

bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti sehingga keluaran dari sistem

dapat diramalkan. Contohnya sistem komputer.

6. Sistem Tak Tentu (probabilistic system)

Sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena

mengandung unsur probabilitas.

7. Sistem Tertutup (close system)

Sistem yang tidak berhubungan dan tidak terpengaruh dengan sistem luarnya.

Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari

pihak luarnya. Secara teoritis sistem tersebut ada, tetapi kenyataannya tidak

ada sistem yang benar-benar tertutup, yang ada hanyalah relatively closed

system (secara relatif tertutup, tidak benar-benar tertutup).

8. Sistem Terbuka (open system)

Sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya

melalui arus sumber daya.


13

2.1.3 Daur Hidup Sistem

Siklus hidup sistem (life cycle of system) adalah proses evolusioner yang

diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informasi berbasis komputer. Siklus

hidup sistem terdiri dari serangkaian tugas yang erat mengikuti langkah-langkah

pendekatan sistem, karena tugas-tugas tersebut mengikuti pola yang teratur dan

dilakukan secara top down. Siklus hidup sistem sering disebut sebagai pendekatan air

terjun (waterfall approach) bagi pembangunan dan pengembangan sistem.

Pembangunan sistem hanyalah salah satu dari rangkaian daur hidup suatu

sistem. Meskipun demikian proses ini merupakan aspek yang sangat penting. Di

samping itu terdapat beberapa fase/tahapan dari daur hidup suatu sistem, antara lain :

a. Mengenali Adanya Kebutuhan

Sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan atau problem yang

harus dapat dikenali sebagaimana adanya. Kebutuhan dapat terjadi sebagai

hasil perkembangan dari organisasi dan volume yang mengikat melebihi

kapasitas dari sistem yang ada.

b. Pembangunan Sistem

Suatu proses atau seperangkat prosedur yang harus diikuti untuk menganalisa

kebutuhan yang timbul dan membangun suatu sistem untuk dapat memenuhi

kebutuhan tersebut.

c. Pemasangan Sistem

Pemasangan sistem merupakan tahap yang penting pula dalam daur hidup

sistem, dimana peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional


14

terjadi pemasangan sistem yang sebenarnya, yang merupakan langkah akhir

dari suatu pembangunan sistem.

d. Pengoperasian Sistem

Program-program komputer dan prosedur-prosedur pengoperasian yang

membentuk suatu sistem informasi semuanya bersifat statis, sedangkan

organisasi-organisasi yang ditunjang dengan sistem informasi tadi akan selalu

mengalami perubahan-perubahan dan itu dapat disebabkan oleh pertumbuhan

kegiatan bisnis, perubahan aturan dan kebijaksanaan ataupun kemajuan

teknologi. Untuk mengatasi perubahan-perubahan tersebut, maka sistem harus

diperbaharui.

e. Sistem menjadi usang

Kadang-kadang perubahan yang terjadi begitu drastis, sehingga tidak dapat

diatasi hanya dengan melakukan perbaikan-perbaikan pada sistem yang

berjalan. Tibalah saatnya dimana secara ekonomis dan teknis sistem yang ada

sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan dan sistem yang baru perlu

dibangun untuk menggantikannya.

2.2 Peralatan Pendukung ( Tools System )

Pada penulisan Laporan Kerja Praktek (KKP) ini penulis juga menggunakan

peralatan pendukung dalam mendeskripsikan sistem yang sedang berjalan, yaitu

Diagram Arus Data ( DAD ), dan Kamus Data.


15

2.2.1 Diagram Alir Data ( DAD )

Diagram alir data merupakan rangkaian simbol-simbol yang mengatur suatu

prosedur yang menunjukkan arus data atau dokumen pada suatu sistem yang telah ada

atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan

lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir atau dimana data tersebut tersimpan.

Diagram Alur Data (DAD) mempunyai beberapa tingkatan (levelisasi) yaitu :

1. Diagram Konteks

Diagram konteks dibuat untuk menggambarkan sumber serta tujuan data yang

akan diproses atau dengan kata lain diagram tersebut menggambarkan sistem

secara global dari keseluruhan sistem yang ada.

2. Diagram Nol

Diagram nol dibuat untuk menggambarkan tahapan-tahapan proses yang ada

didalam diagram konteks yaitu penjabaran secara rinci.

3. Diagram Detail

Diagram detail ini dibuat untuk menggambarkan arus data secara lebih detail

dan terperinci lagi dari tahapan-tahapan yang ada didalam diagram nol.

Dalam membuat Diagram Arus Data terdapat peraturan yang harus diikuti,

diantaranya :

1. Setiap external entity tidak boleh dihubungkan secara langsung dengan

external entity lainnya.

2. Tidak boleh menghubungkan data storage secara langsung dengan data

storage lainnya.
16

3. Dalam Diagram Arus Data tidak boleh menghubungkan data storage dengan

external entity secara langsung.

4. Setiap proses harus ada data yang masuk dan keluar.

Fungsi dari DAD yaitu :

1. DAD membantu para analis sitem meringkas informasi tentang sistem,

mengetahui hubungan antar sub-sub sistem, membantu perkembangan aplikasi secara

efektif.

2. DAD berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik antara pemakai dan analis

sistem.

3. DAD dapat menggambarkan sejumlah batasan otomasi untuk pengembangan

alternatif sistem fisik.

2.2.2 Kamus Data ( Data Dictionary )

Kamus data adalah suatu daftar data elemen yang terorganisir dengan definisi

yang tetap dan sesuai dengan sistem, sehingga user dan analis sistem mempunyai

pengertian yang sama tentang input, output, dan komponen data store. Kamus data

atau data dictionary dapat juga disebut dengan istilah system data dictionary, yaitu

suatu data katalog fakta tentang data dan kebutuhan-kebutuhan informasi dari suatu

sistem informasi.

Kamus data ini sangat membantu analis sistem dalam mendefinisikan data

yang mengalir di dalam sistem, sehingga pendefinisian data itu dapat dilakukan

dengan lengkap dan terstruktur. Pembentukan kamus data dilaksanakan dalam tahap

analisis dan perancangan suatu sistem.


17

Pada tahap analisis, kamus data merupakan alat komunikasi antara user dan

analis sistem tentang data yang mengalir di dalam sistem, yaitu tentang data yang

masuk ke sistem dan tentang informasi yang dibutuhkan oleh user. Sementara itu,

pada tahap perancangan sistem kamus data digunakan untuk merancang input,

laporan dan database.

Pembentukan kamus data didasarkan atas alur data yang terdapat pada DAD.

Alur data pada DAD ini bersifat global, dalam arti hanya menunjukan nama alur

datanya tanpa menunjukan struktur dari alur data itu. Untuk menunjukan struktur dari

alur data secara terinci maka dibentuklah kamus data yang didasarkan pada alur data

di dalam DAD. Kamus data atau data dictionary harus dapat mencerminkan

keterangan yang jelas tentang data yang dicatatnya.

Untuk maksud keperluan ini, maka kamus data memuat hal-hal sebagai

berikut :

1. Arus Data

Arus data menunjukkan darimana data mengalir dan kemana data akan

menuju. Keterangan arus data ini perlu dicatat di kamus data supaya

memudahkan mencari arus data didalam DAD.

2. Nama Arus Data

Karena arus data dibuat berdasarkan arus data yang mengalir di DAD, maka

nama dari arus data juga harus dicatat di kamus data, sehingga mereka yang

membaca DAD dan memerlukan penjelasan lebih lanjut tentang suatu arus

data tertentu di DAD dapat langsung mencarinya dengan mudah di kamus

data.
18

3. Bentuk Data

Telah diketahui bahwa arus data dapat mengalir dari suatu proses ke proses

lainnya. Data yang mengalir ini biasanya dalam bentuk laporan serta dokumen

hasil cetakan komputer. Dengan demikian bentuk dari data yang mengalir

dapat berupa dokumen dasar atau formulir, dokumen hasil cetakan komputer,

laporan tercetak, tampilan layar di monitor, variabel, parameter dan field-field.

Bentuk data seperti ini perlu dicatat di kamus data.

4. Struktur Data

Struktur data menunjukkan arus data yang dicatat pada kamus data yang

terdiri dari item-item atau elemen-elemen data.

5. Alias

Alias atau nama lain dari data yang harus dituliskan karena data yang sama

mempunyai nama yang berbeda untuk orang atau departemen yang satu

dengan yang lainnya.

6. Volume

Volume yang perlu dicatat di dalam kamus data adalah tentang volume rata-

rata dan volume puncak dari arus data. Volume rata-rata menunjukkan

banyaknya arus data yang mengalir dalam suatu periode tertentu. Sedangkan

volume puncak menunjukkan volume terbanyak.

7. Periode

Periode perlu dicatat di dalam kamus data, karena menunjukkan kapan

terjadinya arus data ini. Periode dapat digunakan untuk mengidentifikasi


19

kapan input data harus dimasukkan ke dalam sistem, kapan proses program

harus dilakukan dan kapan laporan-laporan harus dihasilkan.

8. Penjelasan

Untuk lebih memperjelas lagi tentang makna dari arus data yang dicatat di

kamus data, maka bagian penjelasan dapat diisi keterangan-keterangan

tentang arus data tersebut.

Di dalam kamus data terdapat beberapa notasi yang dapat digunakan sebagai

penjelasan informasi-informasi tambahan yaitu :

1. Notasi Tipe Data

Notasi ini digunakan untuk membuat spesifikasi format masukan dan keluaran

suatu data

Tabel II.1 Notasi Tipe Data

NOTASI KETERANGAN
X Setiap karakter
9 Angka numerik
A Karakter alphabet
Z Angka nol ditampilkan sebagai spasi kosong
. Titik, sebagai pemisah ribuan
, Koma, sebagai pemisah pecahan

~ Hypen, sebagai tanda penghubung

/ Slash, sebagai tanda pembagi


20

2. Notasi Struktur Data

Notasi ini digunakan untuk membuat spesifikasi elemen data.

Tabel II.2 Notasi Struktur Data

NOTASI KETERANGAN

= Terdiri dari
+ And (dan)
() Pilihan (Ya atau Tidak)
{} Iterasi/Pengulangan Proses
Pilih salah satu pilihan
[]
Pemisah pilihan di dalam tanda [ ]
* Keterangan atau catatan

@ Petunjuk (Key Field)


21

BAB III

ANALISA SISTEM BERJALAN

3.1 Penjualan Konsinyasi

Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan, pihak yang

menyarankan barang (pemilik) disebut konsinyor (consignor) atau pengamanat,

sedangkan pihak yang menerima titipan barang tersebut disebut consignee atau

komisioner. Adapun pengertian penjualan menurut Hadori Yunus Harnanto adalah

“konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki barang

menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan

memberikan komisi”.

Pada dasarnya semua penjualan konsinyasi tersebut mengandung unsur

perjanjian, pemilik barang, pihak yang dititipi barang, barang yang dititipkan,

penjualan dan komisi. Mengabaikan salah satu unsur tersebut akan membuat transaksi

tidak dapat disebut penjualan konsinyasi, oleh karena itu seluruh unsur tersebut harus

ada pada saat penjualan konsinyasi.

3.1.1 Perbedaan Penjualan Reguler dan Penjualan Konsinyasi

Pengertian penjualan reguler menurut M. Ichwan dan Arifin adalah

“peningkatan jumlah aktiva atau penurunan jumlah utang suatu badan usaha yang

timbul dalam penyerahan barang atau jasa atau aktiva usaha lainnya dalam suatu

periode”. Penjualan konsinyasi mempunyai perbedaan yang khusus dengan penjualan


22

reguler. Hadori Yunus Harnanto memberikan kriteria yang merupakan perbedaan

perlakuan akuntansi konsinyasi dengan transaksi penjualan reguler. Keempat kriteria

itu adalah sebagai berikut:

1. Barang-barang masih menjadi hak milik konsinyor dan harus dilaporkan

sebagai persediaan konsinyor boleh mengakui barang-barang konsinyasi sebagai

persediaannya.

2. Pendapatan diakui konsinyor pada saat barang-barang konsinyasi dapat dijual

pada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik tetap bertanggung jawab

sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang

konsinyasi. Sejak pengiriman barang sampai dengan saat komisioner berhasil menjual

barang kepada pihak ketiga. Kecuali jika ditentukan lain dalam perjanjian diantara

kedua pihak yang bersangkutan.

4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban menjaga

keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterimanya. Oleh karena itu

administrasi yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil

menjual barang-barang tersebut kepada pihak ketiga.

Jadi perbedaan prinsip antara transaksi penjualan reguler dengan penjualan

konsinyasi adalah:

1. Perpindahan hak milik atas barang yang bersangkutan

Dalam transaksi penjualan reguler hak milik barang berpindah kepada

pembeli pada saat barang diserahkan, kemudian keadaan demikian dipakai

sebagai dasar pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Sedangkan


23

penjualan pada penjualan konsinyasi tidak berarti adanya penyerahan hak

milik atas barang yang bersangkutan.

2. Pengakuan pendapatan

Perbedaan pengakuan pendapatan antara penjualan reguler dan penjualan

konsinyasi akan berdampak pada laporan rugi laba. Menurut Ikatan Akuntansi

Indonesia dalam bukunya yang berjudul Standar Akuntansi Keuangan

Pengertian pendapatan adalah “arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang

timbul dari aktivitas normal perusahaan selama periode bila arus masuk itu

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari konstribusi modal”.

Theodoras M. Tuana Kotta menyebutkan kriteria yang lebih tepat bagi

pengakuan pendapatan adalah:

1. Adanya bukti yang kuat bahwa pembeli mempunyai maksud membeli dan

penjual bermaksud menjual.

2. Penentuan mengenai barang tertentu yang akan dijual dan sudah dalam

keadaan siap untuk dijual.

3. Perjanjian antara pembeli dan penjual mengenai barang jual formula untuk

mencapai harga jual.


24

3.1.2 Karakteristik Konsinyasi

Penjualan konsinyasi memiliki karakteristik-karekteristik tertentu yang

membedakan dengan penjualan regular. Karakteristik tersebut adalah :

1. Barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh

pengamanat, sedangkan barang-barang konsinyasi tidak boleh

diperhitungkan sebagai persediaan oleh komisioner.

2. Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan

dan tidak boleh dipakai sebagai kriteria untuk mengakui pendapatan, baik

bagi pengamanat maupun komisioner, sampai dengan saat barang dapat

dijual kepada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat sebagai pemilik, tetap bertanggung jawab terhadap semua

biaya yang berhubungan dgn barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai

dengan komisioner berjasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga,

kecuali ada perjanjian lain.

4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk

menjaga keamanan keselamatan barang komisi yang diterimanya.

3.1.3 Alasan Pengamanat untuk Mengadakan Perjanjian Konsinyasi

Pengamanat mempunyai beberapa alasan untuk melakukan penjualan secara

konsinyasi. Alasan tersebut yaitu :

1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran

yang dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor.

2. Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat.


25

3. Pengamanat mungkin ingin mendapatkan penjual khusus.

4. Pengamanat dapat mengontrol harga eceran barang-barang yang

bersangkutan.

3.1.4 Alasan Komisioner Menerima Perjanjian Konsinyasi

Pihak komisioner menerima perjanjian untuk menerima barang konsinyasi

dengan pertimbangan sebagai berikut :

1. Komisoner dilindungi dari kemungkinan resiko gagal untuk memasarkan

barangnya atau keharusan menjual dengan rugi .

2. Menghindarkan resiko kerusakan barang dan adanya fluktuasi harga.

3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi.

3.1.5 Hak dan Kewajiban Komisioner

Hak Komisioner antara lain :

1. Berhak mendapatkan komisi dan penggantian biaya yang dikeluarkan

untuk menjual barang titipan tersebut sesuai dengan jumlah yang diatur dlm

perjanjian antara ke dua belah pihak.

2. Diberikan hak untuk memberikan jaminan terhadap kualitas barang

yang dijual.

3. Berhak untuk memberikan syarat-syarat pembayaran kepada

langganan.

Kewajiban Komisioner antara lain :


26

1. Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima

dari pihak pengamanat.

2. Mematuhi dan berusaha untuk menjual barang-barang pengamanat

sesuai ketentuan yang diatur dalam perjanjian.

3. Mengelola secara terpisah (fisik atau administrasi) terhadap barang

milik pengamanat.

4. Membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, dijual

dan barang yang masih dalam persediaan.

3.1.6 Metode Pencatatan Penjualan Konsinyasi

Dalam prinsipnya pendapatan pada konsinyasi diakui saat penjualan terhadap

barang-barang konsinyasi dilakukan oleh konsinyi kepada pihak ketiga. Jika

konsinyor membutuhkan laporan penjualan atau rugi atas penjualan barang-barang

konsinyasi, maka pencatatannya harus diselenggarakan terpisah dari transaksi

penjualan reguler.

Sedangkan untuk metode administrasi barang dagangan, terdapat dua

alternatif, yaitu metode perpektual dan fisik. Apabila transaksi konsinyasi dicatat

secara terpisah dari transaksi lain, maka metode apapun yang dipakai, pihak

konsinyor harus menyelenggarakan rekening “barang-barang konsinyasi”. Apabila

transaksi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi lain, maka pengiriman barang-

barang konsinyasi dicatat dalam “memorandum”.

Untuk setiap perjanjian dalam transaksi konsinyasi rekening barang-barang

yang dititipkan pada konsinyi pada dasarnya adalah rekening barang-barang


27

konsinyasi yang merupakan persediaan bagi konsinyor. Rekening tersebut dibuat

sebagai rekening kontrol untuk tiap-tiap konsinyi atau satu rekening kontra dibuat

untuk transaksi konsinyasi dengan semua konsinyi. Apabila konsinyor memerlukan

rekening pembantu maka diselenggarakan rekening pembantu untuk tiap-tiap

konsinyi. Apabila pihak konsinyor menghendaki laba atas penjualan konsinyasi harus

ditetapkan tersendiri, maka rekening barang-barang konsinyasi untuk masing-masing

konsinyi dibebani harga pokok barang yang dikirimkan kepada konsinyi dan semua

biaya yang berkaitan dengan konsinyasi. Jika penjualan telah dilakukan oleh konsinyi

maka rekening ini dikredit. Laba atau rugi atas penjualan konsinyasi akhirnya

dipindah bukukan dari perkiraan laba atau rugi konsinyasi ke perkiraan laba rugi

biaya yang mengikhtisarkan hasil netto dari semua aktifitas. Sedangkan apabila pihak

konsinyor menghendaki transaksi konsinyasi harus disatukan dengan transaksi biasa

lainnya dan laba rugi usaha juga harga dihitung. Maka pendapatan dan biaya

penjualan konsinyasi dibukukan dalam perkiraan yang mengikhtisarkan kegiatan

usaha bersama.

3.2 Tinjauan Perusahaan

Scissors Apparel yang beralamat di Jl.Pelabuan II Km 4.2 No.59, Sindangsari,

Sukabumi, 43167 merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan

penjualan produk fesyen dan asesorisnya. Target pasar Scissors Apparel adalah tujuh

puluh persen laki-laki dan tiga puluh persen perempuan. Kisaran umur segmentasi

pasarnya adalah dari umur sepuluh tahun sampai dua puluh lima tahun. Sistem

Penjualan yang berlaku di Scissors Apparel adalah sistem penjualan langsung direct
28

selling) dan sistem penjualan konsinyasi yaitu, produk dititip edar ke outlet atau

distro (distribution store) tertentu yang nantinya setiap periode akuntansi, perusahan

mendapatkan laporan penjualan dari distro yang bersangkutan. Scissors Apparel

sendiri memiliki distro bernama “Blackhouse” yang beralamat di Jl. Baldes No.13,

Sukabumi, 43111.

Selain di Blackhouse, Scissors Apparel melakukan konsinyasi dibeberapa

distro di pulau Jawa. Seperti di distro “Mignon” (Cibadak, Sukabumi), “Harmony”

(Cianjur), “Premium Nation” (Jakarta) dan “Vocuz Absolute” (Bandung).

Sebagai strategi promosi, Scissors Apparel menggunakan artis, dalam hal ini

musisi atau band sebagai media promosi, yang dikenal dengan nama Artist

Endorsement. Artis yang bersangkutan melakukan perjanjian dengan Scissors

Apparel untuk menggunakan produknya dalam suatu acara (event) publik dan dalam

sesi foto yang berkaitan dengan media massa.

3.2.1 Sejarah Perusahaan

Scissors Apparel berdiri sekitar tahun 2002. Pendirinya yaitu Agus Juan

Irawanda, S.Sn yang menjadi pemilik perusahaan hingga sekarang ini. Perusahaan ini

berawal dari sebuah idealisme memperkuat eksistensi sebuah komunitas, yang

diturunkan dalam bentuk gaya berpakaian serta meningkatnya kebutuhan manusia

akan kebutuhan sandang dan berkembangnya zaman yang selalu ingin tampil trendi

menjadikan banyak orang sekarang ingin selalu tampil sesuai tren saat ini, terutama

pada kalangan remaja. Dengan berbekal modal seadanya, ditambah dengan hubungan

pertemanan dan sedikit kemampuan untuk membuat dan memasarkan produk sendiri,
29

Scissors Apparel menawarkan desain-desain yang menarik dan umumnya tidak

memproduksi dalam jumlah massal.

Pada awalnya dengan kemampuan distribusi yang masih sedikit, produk-

produk yang dihasilkan dan didistibusikanpun masih terbatas dan itupun masih dijual

secara perorangan (hand to hand). Lalu seiring dengan berjalannya waktu dan

ketekunan sang pemilik akhirnya Scissors Apparel pun mengalami kemajuan dan

hingga saat ini Scissors Apparel sudah mempunyai showroom produknya sendiri dan

sudah mempunyai beberapa orang karyawan.

3.2.2 Struktur Organisasi dan Fungsi

Seperti halnya organisasi yang lain, Scissors Apparel juga mempunyai

struktur organisasi beserta fungsinya, karena pengorganisasian itu sendiri mempunyai

arti adanya suatu penetapan struktur peran melalui penentuan aktivitas-aktivitas yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan bagian-bagiannya,

pendelegasian wewenang untuk menjalankannya, pengkoordinasian hubungan

wewenang dan informasi baik horizontal maupun vertikal serta bila ingin peran

organisasi itu berarti bagi orang lain, maka harus ada tujuan yang bisa dibuktikan,

konsep yang jelas dari batas kewajiban atau aktivitas yang terlibat, batas-batas untuk

menentukan kebijaksanaan yang dimengerti atau wewenang, dan harus disediakan

informasi serta alat lain sebagai sumber-sumber yang penting bagi hasil kerja dalam

suatu peran.

Adapun struktur organisasi pada Scissors Apparel adalah sebagai berikut yang

akan digambarkan pada halaman berikutnya :


30

OWNER

FINANCE SUPERVISOR

PRODUCT QUALITY MERCHANDISE


PRODUCTION
DESIGNER CONTROL INVENTORY

HELPER

Gambar III.1 Struktur Organisasi Scissors Apparel

Sesuai dengan struktur organisasi Scissors Apparel yang disusun, maka setiap

bagan mempunyai tugas dan tanggung jawab tersendiri demi lancarnya kinerja di

perusahaan tersebut. Tugas-tersebut diantaranya:

a. Owner
31

Orang yang memiliki perusahaan Scissors Apparel, secara teknis owner

sebagai direktur utama perusahaan tersebut.

b. Finance

Orang yang bertanggung jawab mengenai hal-hal administrasi keuangan yang

terjadi di Scissors Apparel, khususnya dalam mengatur keuangan pada

kegiatan produksi dan dalam sistem penggajian karyawan.

c. Supervisor

Orang yang bertanggung jawab atas kegiatan perusahaan sehari-hari dan

membawahi beberapa posisi yang berkaitan dengan kegiatan produksi, desain

produk dan administrasi kantor.

d. Product Designer

Orang yang bertanggung jawab mengenai desain-desain produk yang dibuat di

Scissors Apparel, termasuk inovasi-inovasi terbaru mengenai produk tersebut.

e. Production

Orang yang bertanggung jawab mengenai kegiatan produksi yang dihasilkan

oleh Scissors Apparel, termasuk mengatur sumber daya yang ada.

f. Quality Control

Orang yang bertanggung jawab terhadap kualitas produk yang dihasilkan

Scissors Apparel. Termasuk bertugas dalam proses packaging produk.

g. Merchandise Inventory

Orang yang bertanggung jawab terhadap traffic (lalu lintas) produk Scissors

Apparel. Berkaitan dengan pendataan produk masuk dari tempat produksi ke


32

gudang, produk keluar dari gudang ke pihak pembeli atau pihak komisioner

dan produk yang digunakan untuk kepentingan promosi perrusahaan.

h. Helper

Orang yang membantu semua kegiatan perusahaan sesuai dengan intruksi

yang diberikan dari atasan, atau bisa juga disebut pembantu umum.

3.3 Prosedur Sistem Berjalan

Berikut ini penulis jelaskan mengenai prosedur sistem berjalan pada sistem

penjualan secara konsinyasi di Scissors Apparel. Sistem berjalan tersebut terdiri atas :

1. Prosedur Persiapan Barang

Pada proses ini produk yang akan dikirimkan ke pihak komisioner disiapkan.

Produk dikeluarkan dari gudang dan dibuatkan surat keluar barang (SKB)

oleh Merchandise Inventory kepada Helper untuk dicek ulang sebelum

dikirim kepada pihak komisioner.

2. Prosedur Pengiriman Barang

Di proses ini Merchandise Inventory membuat Faktur Pengiriman Barang

yang akan diberikan beserta produk. Untuk distro di luar kota Sukabumi,

produk dikirim menggunakan jasa perusahaan pengirimman barang, jadi

konfirmasi penerimaan barang ke pihak komisioner dilakukan melalui

hubungan komunikasi telepon. Sedangkan untuk distro dalam kota Sukabumi,

produk titipan dikirim langsung dan pihak Scissors Apparel menerima tanda

terima dari pihak komisioner.


33

3. Prosedur Pembuatan Laporan

Setelah produk sampai ke tangan komisioner dan telah menerima konfirmasi

atau tanda terima barang dari pihak komisioner, Merchandise Inventory

membuat laporan pengiriman barang konsinyasi yang kemudian dilaporkan

kepada Supervisor. Setiap awal periode Merchandise Inventory menerima

laporan penjualan dari setiap distro. Dari laporan tersebut, Merchandise

Inventory membuat laporan penjualan barang konsinyasi untuk diberikan

kepada Supervisor.

3.4 Diagram Alir Data ( DAD )

- SKB
- FAKTUR_PENGIRIMAN
- LAP_PENGIRIMAN
- LAP_PENGIRIMAN
- LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
SISTEM - LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
MERCHANDISE
INVENTORY PENJUALAN SUPERVISOR
TANDA_TERIMA KONSINYASI

TANDA_TERIMA

KOMISIONER

FAKTUR_PENGIRIMAN

Gambar III.2 Diagram Konteks Sistem Berjalan


34

MERCHANDISE SKB
1.0 PERSIAPAN
INVENTORY BARANG

SKB
ARSIP SKB
SKB

FAKTUR_PENGIRIMAN
FAKTUR_PENGIRIMAN
2.0
PENGIRIMAN KOMISIONER
TANDA_TERIMA BARANG TANDA_TERIMA
FA
KT
U
R
_P
EN
G
IR
IM
AN

ARSIP
FAKTUR_PENGIRIMAN

- LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
- LAP_PENGIRIMAN FAKTUR_PENGIRIMAN
3.0 LAPORAN

LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
SI
YA
N
SI
N
O
_K
AN

- LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
AL

SUPERVISOR
JU

- LAP_PENGIRIMAN
N
PE
P_
LA

ARSIP LAP_PENGIRIMAN
LAP_PENJUALAN_ ARSIP
KONSINYASI LAP_PENGIRIMAN
35

Gambar III.3 Diagram Nol Sistem Berjalan

1.1 SKB SKB 1.2 VERIVIKASI


MERCHANDISE
PENGEMASAN BARANG
INVENTORY
BARANG

SK
B

B
SK
ARSIP SKB

Gambar III.4 Diagram Detail 1.0 Sistem Berjalan

TANDA_TERIMA 2.2
MERCHANDISE
PEMBUATAN
INVENTORY TANDA_TERIMA
FAKTUR_PENGIRIMAN
SKB

2.1 FAKTUR_PENGIRIMAN
PEMBUATAN KOMISIONER
FAKTUR

FAKTUR_PENGIRIMAN ARSIP
FAKTUR_PENGIRIMAN
36

Gambar III.5 Diagram Detail 2.0 Sistem Berjalan

LAP_PENJUALAN_KONSINYASI 3.1
LAPORAN LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
PENJUALAN
KOMISIONER

KOMISIONER MERCHANDISE
INVENTORY

3.2
PEMBUATAN
LAPORAN - LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
SUPERVISOR - LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
- LAP_PENGIRIMAN
- LAP_PENJUALAN_KONSINYASI
FAKTUR_PENGIRIMAN ARSIP
FAKTUR_PENGIRIMAN
- LAP_PENJUALAN_KONSINYASI

ARSIP - LAP_PENGIRIMAN ARSIP


LAP_PENJUALAN_ LAP_PENGIRIMAN
KONSINYASI

Gambar III.6 Diagram Detail 3.0 Sistem Berjalan

3.5 Kamus Data

Kamus data adalah suatu aplikasi khusus dari jenis kamus-kamus yang

digunakan sebagai referensi kehidupan sehari-hari. Fungsi kamus data sebagai suatu

katalog yang menjelaskan lebih detail tentang DFD yang mencakup proses, data flow

dan data store.

Adapun kamus data sistem berjalan pada sistem penjualan secara konsinyasi

Scissors Apparel adalah sebgai berikut :

a. Kamus Data Dokumen Masukan

1. Surat Keluar Barang (SKB)


37

Nama Arus Data : Surat Keluar Barang

Alias : SKB

Bentuk Data : Dokumen Manual

Arus Data : Merchandise Inventory – Proses 1.0 – Arsip SKB

Penjelasan : Sebagai bukti barang keluar dari gudang

Periode : Pada saat barang keluar dari gudang

Volume : Rata-rata 10 kali setiap bulan

Struktur Data : Header + Isi

Header = No_SKB + Tanggal + Tujuan

No_SKB *Terdiri dari 10 digit*

Tanggal = Tanggal + Bulan + Tahun

Isi = No + Item + Code + Qty + Price + Subtotal +

Total

b. Kamus Data Dokumen Keluaran

1. Faktur Pengiriman

Nama Arus Data : Faktur Pengiriman

Alias : -

Bentuk Data : Dokumen Manual

Arus Data : Arsip SKB – Merchandise Inventory – Proses 2.0

– Arsip Faktur Pengiriman

Penjelasan : Bukti pengiriman barang

Periode : Terjadi pada saat barang dikirim ke pihak


38

komisioner

Volume : Rata-rata 10 kali per bulan

Struktur Data : Header + Isi

Header = No_Faktur + Customer + Pengiriman

No_Faktur *Terdiri dari 10 digit*

Pengiriman = Tanggal + Bulan + Tahun

Isi = No + Item + Code + Qty + Price + Subtotal +

Total

2. Laporan Pengiriman Konsinyasi

Nama Arus Data : Laporan Pengiriman Konsinyasi

Alias : -

Bentuk Data : Dokumen Manual

Arus Data : Arsip Faktur Pengiriman – Proses 3.0

– Arsip Laporan Pengiriman Konsinyasi

Penjelasan : Laporan pengiriman barang konsinyasi

Periode : Setiap akhir periode akuntansi

Volume : 1 kali per bulan

Struktur Data : Header + Isi

Header = Periode

Periode = Bulan + Tahun

Isi = Tgl + No_Faktur + Customer + Sum_Kons + Total

No_Faktur *Terdiri dari 10 digit*

Tgl = Tanggal + Bulan + Tahun


39

3. Laporan Penjualan Konsinyasi

Nama Arus Data : Laporan Penjualan Konsinyasi

Alias : -

Bentuk Data : Dokumen Manual

Arus Data : Komisioner – Proses 3.0

– Arsip Laporan Penjualan Konsinyasi

Penjelasan : Laporan penjualan barang konsinyasi

Periode : Setiap awal periode akuntansi

Volume : 1 kali per bulan

Struktur Data : Header + Isi

Header : Customer + Periode

No_Faktur *Terdiri dari 10 digit*

Periode = Bulan + Tahun

Isi = Item + Kode + In + Harga + Out + Retur + Stock

+ Sold + Pot_Kons + Net_Sale + Total

3.6 Spesifikasi Sistem Berjalan

Spesifikasi sistem berjalan adalah serangkaian dari proses-proses yang akan

digunakan dalam sistem berjalan yang memerlukan dokumen input untuk mendukung

terhadap jalannya proses yang akan menghasilkan output. Spesifikasi sistem

penjualan secara konsinyasi pada Scissors Apparel yang akan dijelaskan pada

halaman-halaman berikutnya adalah :


40

3.6.1 Spesifikasi Dokumen Masukan

Dokumen masukan atau dokumen input adalah segala bentuk masukan yang

berupa dokumen dan diolah dalam proses sehingga dapat menghasilkan suatu

keluaran. Dokumen masukan dalam sistem penjualan secara konsinyasi pada Scissors

Apparel adalah sebagai berikut :

1. Nama Dokumen : Surat Keluar Barang

Fungsi : Sebagai bukti barang keluar dari gudang

Sumber : Merchandise Inventory

Tujuan : Merchandise Inventory dan Helper

Frekuensi : Terjadi pada saat barang keluar dari gudang

Media : Kertas

Jumlah : 1 Lembar

Format : Lampiran A-1

3.6.2 Spesifikasi Dokumen Keluaran

Dokumen keluaran merupakan dokumen yang dibuat berdasarkan data yang

keluar. Bentuk dokumen keluaran dalam sistem penjualan secara konsinyasi pada

Scissors Apparel adalah sebagai berikut :

1. Nama Dokumen : Faktur Pengiriman Konsinyasi

Fungsi : Sebagai bukti pengiriman barang


41

Sumber : Merchandise Inventory

Tujuan : Komisioner

Frekuensi : Terjadi pada saat pengiriman barang

Media : Kertas

Jumlah : 1 Lembar

Format : Lampiran B-1

2. Nama Dokumen : Laporan Pengiriman Konsinyasi

Fungsi : Sebagai laporan pengiriman barang

Sumber : Merchandise Inventory

Tujuan : Supervisor

Frekuensi : Terjadi pada awal periode akuntansi

Media : Kertas

Jumlah : 1 Lembar

Format : Lampiran B-2

3. Nama Dokumen : Laporan Penjualan Konsinyasi

Fungsi : Sebagai laporan penjualan barang konsinyasi

Sumber : Merchandise Inventory

Tujuan : Supervisor

Frekuensi : Terjadi pada awal periode akuntansi

Media : Kertas

Jumlah : 1 Lembar

Format : Lampiran B-3


42

3.7 Permasalahan Pokok

Setelah mengamati dan mempelajari sistem berjalan pada Scissors Apparel,

penulis mencoba memberikan analisa terhadap prosedur penjualan barang secara

konsinyasi. Dalam hal ini penulis mencoba menguraikan permasalahan yang ada pada

Scissors Apparel tentang sistem yang berjalan yang pengelolaan datanya masih

dilakukan secara manual, yaitu menggunakan aplikasi Microsoft Office Excell

sehingga sering menimbulkan kerumitan dalam proses data entry dan pembuatan

laporan karena dokumen input berkaitan dengan semua dokumen output yang

berkaitan dengan sistem penjualan secara konsinyasi. Akibatnya, sering terjadi

kesalahan dalam proses data entry seperti human logic error (kesalahan logika)

3.8 Alternatif Pemecahan Masalah

Penulis mencoba memberikan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan

melakukan komputerisasi dalam sistem penjualan secara konsinyasi pada Scissors

Apparel sehingga akan mempercepat dalam proses pengolahan data. Ada beberapa

kelebihan dan keuntungan sistem komputerisasi antara lain :

1. Dapat mempercepat dalam pengolahan data sehingga dapat meningkatkan

produktifitas dan efektifitas kerja.

2. Dapat menghindari kesalahan-kesalahan kecil pada proses pengolahan data

sehingga keakuratan informasi dapat terjaga.


43

3. Dalam pencarian data melalui sistem komputerisasi akan lebih cepat tanpa

harus menunggu lama sesuai dengan informasi yang dibutuhkan.

4. Pekerjaan akan menghasilkan laporan yang cepat dan akurat.

BAB IV

PENUTUP

8.1 Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan serta alternatif permasalahan

yang telah diuraikan, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada sistem informasi akuntansi pada Scissors Apparel, khususnya dalam sistem

penjualan secara konsinyasi pengolahan data masih dilakukan secara manual

sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan dalam pengolahan data dan terdapat

kerangkapan data akibat dari adanya nama field yang sama dalam file-file yang

berbeda tetapi tidak mempunyai keterkaitan.

2. Seringkali terjadi kesalahan logika (logic error) dalam proses masukan data, yaitu

dalam menggunakan rumus-rumus dalam aplikasi Microsoft Excell.

3. Sistem komputerisasi yang diusulkan diharapkan dapat diterapkan untuk

mendapatkan pengolahan data yang lebih cepat, efisien, dan akurat.

4. Sistem komputerisasi yang diusulkan diharapkan dapat memberikan informasi bagi

kepentingan manajemen dalam rangka mengambil keputusan.


44

4.2 Saran

Agar sistem pada Scissors Apparel dapat berjalan dengan baik maka penulis

mencoba memberikan saran sebagai berikut :

1. Setiap orang yang terlibat dalam sistem hendaknya memperhatikan sistem

yang berjalan sehingga setiap kerusakan pada sistem dapat diketahui secara pasti.

2. Suatu sistem akan berjalan baik jika didukung oleh aspek teknis seperti

perangkat lunak, perangkat keras, dan manusia yang mengoperasikannya serta aspek

non teknis yaitu dukungan dari luar.

3. Perlunya diadakan peninjauan sistem berjalan pada setiap waktu yang telah

ditetapkan.

4. Mengingat pentingnya data-data yang disimpan dalam file, maka diperlukan

suatu back up atau file cadangan dalam mengantisipasi apabila ada file yang hilang

atau rusak.

5. Perubahan pada sistem hendaknya dilakukan dan bila perlu perbaikan pada

sistem berjalan.

You might also like