You are on page 1of 10

 

DINAS PERHUBUNGAN PROP. JABAR


JL. SUKABUMI NO. 1 BANDUNG
BANDUNG, OKTOBER 2002
DASAR
DASAR PEMIKIRAN
PEMIKIRAN

             Upaya penurunan tingkat pelanggaran kelebihan muatan yang telah dilaksanakan
lebih banyak menganut pendekatan refresif yaitu pendekatan melalui tindakan
pendekatan hukum (law enforcement), Pendekatan ini membutuhkan personel,
peralatan dan pembiayaan yang besar sehingga pelaksanaannya kurang optimal dan
kurang efektif, dari data yang ada pelanggaran kelebihan muatan terus meningkat.

      Dalam jangka pendek direkomendasikan suatu pendekatan yang berbeda, yaitu
pendekatan preventif, yang didasarkan dari pendekatan bisnis (profit oriented).
Prinsip pendekatan ini adalah menghitung berapa keuntungan marginal yang diperoleh
apabila kendaraan mengangkut muatan lebih dibandingkan dengan keuntungan yang
diperoleh apabila kendaraan menggunakan muatan sesuai yang diizinkan (JBI). (perlu
diingat bahwa JBI sudah memperhatikan daya dukung jalan)

             Keuntungan marginal yang diperoleh tersebut dihitung sebagai denda minimal
(denda dikenakan lebih besar dari nilai minimal) yang dikenakan kepada pengguna
jalan yang membawa muatan lebih. Orientasi denda ini bukan pada pendapatan
daerah tetapi mengarahkan pengguna jalan untuk tidak lagi melakukan
pelanggaran, karena pengusaha tetap akan merugi apabila melakukan pelanggaran,
karena keuntungan marginalnya diambil sebagai denda.
PERMASALAHAN KELEBIHAN MUATAN.

  Hipotesa penyebab muatan lebih.

      Pemilik barang menilai bahwa tarif angkutan per ton terlalu tinggi apabila
menggunakan kendaraan sesuai dengan JBI, sehingga kesepakatan antara
pemilik barang dan penyedia angkutan adalah tarif tetap tidak diturunkan
tetapi kapasitas barang ditambah. Alternatif ini sekilas terlihat saling
menguntungkan.
P engusaha menilai bahwa dengan membawa muatan lebih secara finansial
akan lebih menguntungkan dan apabila membawa muatan sesuai dengan
yang diizinkan (JBI) akan merugi
Pengusaha berusaha semaksimal mungkin untuk menekan pengeluaran
termasuk biaya transportasi ; dan muatan lebih adalah alternatif yang
memungkinkan.
Dengan anggapan tersebut maka membawa muatan lebih semakin lama
makin berkembang dan dikhawatirkan semua kendaraan akan membawa
muatan muatan lebih kecuali untuk jenis muatan yang volumenya besar tapi
ringan.
Perkembangan teknologi kendaraan bermotor demikian pesatnya
sehingga daya angkut kendaraan semakin besar, sementara peningkatan
daya dukung jalan tebentur dengan anggaran yang tersedia.
Kerugian muatan bagi pengusaha, masyarakat dan pemerintah dapat dirangkum sebagai
berikut :

1.            Bagi pengusaha.
Biaya operasi kendaraan lebih tinggi
Umur operasi kendaraan lebih pendek.
Resiko kecelakaan lalu lintas lebih tinggi
Menguntungkan dalam jangka pendek tapi merugikan untuk jangka panjang.

2.            Masyarakat (non-user)

Masyarakat adalah pihak yang paling dirugikan dalam hal muatan lebih karena tambahan
biaya yang ditimbulkan karena muatan lebih pada akhirnya akan dibebankan pada
masyarakat. Biaya yang secara langsung ditanggung masyarakat adalah :

Kemacetan lalu lintas.


Polusi udara dan suara.
Kerusakan jalan.
kecelakaan lalu lintas.
 
3.            Pemerintah
Pemerintah bertanggung jawab untuk menyediakan sarana distribusi angkutan
barang dengan memperhatikan kepentingan (daya beli) masyarakat.
ALTERNATIF PENETAPAN BESARAN DENDA.

Ketentuan pidana yang tersurat pada Undang – Undang Nomor 14 Tahun


1992 (pasal 54 – tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan atau
tidak sesuai kelas jalan, hukuman maksimal adalah pidana kurungan 3
bulan atau denda Rp. 3 juta).

Dasar hukum pengambilan denda adalah Peraturan Daerah Nomor 21


Tahun 2001 paragraf 5 Penyelenggaraan Jembatan Timbang yang
menyebutkan bahwa “…kendaraan angkutan barang harus memenuhi
ketentuan daya angkut, daya dukung jalan dan muatan sumbu
terberat” (Pasal 31 ayat 2) dan “terhadap pelanggaran muatan tersebut
dikenakan sanksi, termasuk sanksi disini adalah denda ” (Pasal 32
ayat 1 dan 2).
Nilai denda dapat dipilih dari alternatif sebagai berikut :
1.  Perhitungan denda berdasarkan kerugian kerusakan jalan (damage factor), hal ini
seperti yang dilaksanakan di Jawa Timur.
Kekurangan Perhitungan denda berdasarkan kerugian kerusakan jalan adalah
belum memperhitungkan :
• Biaya pemakaian kendaraan yang tentunya meningkat karena mengangkut
beban yang lebih berat.
• Kerugian kemacetan dan kecelakaan lalu lintas.
• Biaya polusi.

2. Perhitungan denda berdasarkan keuntungan marginal yang diperoleh


pengusaha karena membawa muatan lebih.
Prosedur yang dilakukan adalah :
 Mengadakan klasifikasi daripada jenis kendaraan dalam beberapa golongan
(grup) menurut jumlah berat yang diijinkan (JBI) dan muatan sumbu
terberatnya (MST).
 Menghitung biaya operasional kendaraan yang meliputi biaya langsung dan
tidak langsung.
 Menghitung besaran denda = tarif yang berlaku – biaya operasional kendaraan
untuk tiap jenis kendaraan dan tiap jenis pelanggaran.
BESARNYA BIAYA KONPENSASI
PER GOLONGAN PER TINGKAT PELANGGARAN

DENDA BERDASAR TINGKAT PELANGGARAN (Rp)


GOL
Ringan 6 - 15 % Sedang 16 - 25 % Berat > 25 %
I 17,599.27 26,034.14 31,284.03
II 19,070.85 28,211.01 33,899.87
III 26,073.87 38,570.38 46,348.26
B E S A R A N D E N D A B E R D A S A R K A N K E U N TU N G A N M A R

JB I D E N D A B E R D A S A R K A N TIN G K A T P E L A N G G A
GOL
(k g ) R in g a n 6 -1 5 %S e d a n g 1 6 -2 5 % B e ra t > 2 5 %
I 0 - 7000 7 ,6 3 3 9 ,0 8 4 2 3 ,1 9 7
II 7001 - 16000 3 2 ,5 1 6 4 8 ,4 2 2 6 9 ,8 4 5
III > 16000 4 0 ,7 9 8 7 1 ,4 7 3 8 7 ,6 1 8
KESIMPULAN DAN SARAN

Penyebab terjadinya pelanggaran adalah motivasi finansial pengusaha


angkutan barang dan kecilnya denda yang diberikan , dengan demikian
walaupun setiap perjalanan dilakukan penilangan bagi para pengusaha saat
ini tidak jadi masalah, karena masih dianggap untung.
Biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan muatan lebih memang
tidak berarti, namun apabila dilihat dari dampak yang ditimbulkannya (biaya
yang ditanggung masyarakat) maka biaya ini menjadi sangat besar.
Dengan demikian solusi penanganan masalah jangka pendek adalah
pengkodisian dimana pengusaha / pengemudi merasa bahwa dengan
membawa muatan sesuai JBI lebih menguntungkan caranya adalah
meningkatkan besaran denda lebih besar dari keuntungan marginal yang
diperoleh pengusaha apabila mengangkut muatan lebih.
Apabila upaya yang dilakukan kurang efektif maka upaya selanjutnya adalah
meningkatkan denda secara progresif mendekati nilai maksimum
sebagaimana Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 (Rp. 3 juta) , melalui
koordinasi denga yudikatif / hakim:
TERIMA KASIH

You might also like