You are on page 1of 14

ASPEK YURIDIS TINDAK PIDANA KEKERASAN

SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM RUMAH TANGGA


MENURUT KITAB UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003

OLEH :

YUDA HERIZAL
NIM : 2101070808

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUNG KARNO
JAKARTA
TA.2009
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang permasalahan

B. Perumusan masalah

C. Maksud dan tujuan penulisan

D. Metode penelitian

E. Sistimatika penulisan

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN


A. Pengertian perkawinan pada umumnya
B. Rukun dan syarat sahnya perkawinan
C. Asas asas hukum perkawinan
D. Akibat hukum suatu perkawinan
E. Putusnya hubungan perkawinan

BAB III : KEKERASAN SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM


RUMAH TANGGA
A. Pandangan hokum terhadap kekerasan suami terhadap istri
dalam rumah tangga perkawinan
B. Bentuk bentuk kekerasan dan dampaknya terhadap
kelangsungan perkawinan
C. Faktor faktor penyebab kekerasan suami terhadap istri dalam
kehidupan rumah tangga
D. Usaha usaha yang harus ditempuh istri akibat tindak kekerasan
suami dalam rumah tangga
BAB IV : KEKERASAN SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM
RUMAH TANGGA PERKAWINAN SEBAGAI
PELANGGARAN TINDAK PIDANA MENURUT
UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003

A. Kasus posisi kekerasan suai terhadap istri dalam rumah


tangga perkawinan swbagai pelanggaran tindak pidana
B. Analisis Yuridis kekerasan suami terhadap istri dalam rumah
tangga perkawinan sebagai pelanggaran tindak pidana
menurut Undang undang nomor 23 tahun 2003

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
KEKERASAN SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM RUMAH TANGGA
SEBAGAI PELANGGARAN TINDAK PIDANA MENURUT
UNDANG UNDANG 23 TAHUN 2003

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai makhluk yang dilengkapi akal an kehendak bebas, manusia

menggunakan hak asasinya untuk mencapai perkembangan pribadi yang wajar dan

mewujudkan kesejahteraan insane secara penuh. Di dalam hidupnya, manusia

selalu menggantungkan diri pada sesame. Sifat ketergantungan ini menimbulkan

sikap saling membantu dan saling melengkapi. Sikap saling membantu dan saling

melengkapi sudah dirasakan sebagai suatu keharusan. Manusia wajib dan berhak

untuk hidup dalam hubungan, pergaulan dan kerjasama dengan sesame baik secara

lepas maupun tetap dalam ikatan-ikatan yang permanen. Sudah menjadi kodrat

alam bahwa dua orang manusia yang jenis kelaminnya berlainan mempunyai daya

tarik satu dan lain untuk hidup bersama dalam suatu lembaga yang disebut

perkawinan.1 Oleh karena itu, udah merupakan keharusan manusia membentuk

bermacam-macam satuan sosial atau masyarakat. Laki-laki dan perempuan

menikah dan membentuk keluarga adalah suatu satuan sosial terkecil. Perkawinan

didasarkan atas kodrat manusia dan ditunjukkan dengan kemauan bebas dengan

2
1
M. Ridwan indra, Hukum Perkawinan Indonesia, ( Jakarta : Haji Masagung, 1994), hal
1
persetujuan timbale balik antara laki-laki dan perempuan yang mengikat diri untuk

hidup bersama.

Perkawinan merupakan fondasi yang kokoh bagi terbentuknya

masyarakat yang baik dalam kehidupan manusia. Atas daar indah, Allah

menciptakan manusia, laki-laki dan perempuan, dengan sifat yang berbeda-beda

namun saling membutuhkan KebijakanNya, supaya berpasang-pasangan2 dalam

membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu haruslah diadakan

ikatan dan pertalian yang kokoh dan suci yaiu melalui lembaga perwakilan.

Melalui lembaga perkawinanyang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

dianggap terhormat sesuai dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Allah.

Islam memandang perkawinan sebagai ibadah kepada Allah dan

menjalalankan sunah Rasulullah guna menjaga keselamatan hidup keagamaan

yang bersangkutan. Di samping itu, perkawinan mempunyai nilai kemanusiaan

untuk memenuhi naluriah hidup guna melangsungkan kehidupan, mewujudkan

ketentraman serta memupuk rasa kasih saying dalam hidup bermasyarakat.

Suatu perkawinan akan langsung bila suami istri hidup dalam

ketenangan, kasih saying, pergaulan yang baik dan masing-masing pihak

menjalankan kewajiban dengan baik. Untuk membina rumah tangga bahagia,

abadi, tentram, penuh rasa kasih sayang dan bergaul dengan baik dalam hubungan
2
Lihat Al Qur’an Surat Ar Rum Ayat 21
suami istri, masing-masing harus melaksanakan kewajiban rumah tangga dengan

penuh rasa tanggung jawab yang dijiwai semangat setia dan saling memberi

bantuan dengan ikhlas sampai meninggal dunia. Sikap baik kedua belah pihak

tersebut, yaitu saling pengertian, saling menghargai, saling menghormati dan

saling mengasihi merupakan pilar dasar bagi terciptanya keluarga yang sakinah

mawaddah dan rahmah, yaitu untuk menciptakan ketentraman, saling cinta dan

kasih saying.3 Ketiganya merupakan tiang kokoh penyangga bangunan keluarga

dan rumah tangga. Bila salah satunya tak ada, goyahlah sendi kekuatan bangunan

rumah tangga.4

Kadang kala dalam suatu rumah tangga, suami sebagai kepala rumah

tangga berindak sewenang-wenang terhadap istri. Tindakan kekerasan terhadap

istri dalam rumah tangga berupa kekerasan fisik adalah setiap perbuatan yang

menyebabkan rasa sakit, cedera, luka atau cacat pada tubuh, dan atau

menyebabkan kematian,5 pengancaman dan pemaksaan tanpa sebab yang dapat

menimbulkan kerugian fisik, mental ataupun emosional istri, termasuk pula

pengabaian kewajiban membaeri nafkah lahir dan bathin kepada istri, akan

embahayakan langgengnya perkawinan dan berarti ia telah berlaku durhaka

terhadap istrinya.6
3
Abdul Aziz Salim Basyarahil, Tuntutan Pernikahan dan Perkawinan, (Jakarta : Gema
Insani Press, 1994), hal.27.
4
Ibid., hal.28
5
Fathul Djannah, et. Al., Kekerasan Terhadap Istri, (Yogyakarta : LKIS-CIDA-ICIHEF
Jakarta,2003), hal.,15
6
Muhammad Thalib, 30 Perilaku Durhaka Suami Terhadap stri, (Bandung : Irsyad
Baitus Salam, 2002), hal.18
Dalam keadaan ini, Islam berpesan agar istri bersabar dan menahan diri

serta berusaha menemukan sebab-sebab suami melakukan tindakan kasar baik

berupa kata-kata maupun tindakan fisik. Jika tindakan kekerasan terhadap isri

rumah tangga berlangsung terus menerus tanpa akhir dan semakin sukar diatasi

sehingga kesabaran, ketenangan, kasih saying, dan kemauan untukmenjalankan

kewajiban dalam rumah tangga menjadi hilang, maka istri berhak mendapatkan

perlindungan hukum.

Hukum Islam membuka jalan bagi istri untuk melepaskan diri dari

ikatan perkawinan selama sesuai dengan hokum allah. Dalam kondisi hubungan

perkawinan tidak dapat di perbaiki lagi sehingga tujuan perawinan tidak tercapai,

agama islam memberikan hak kepada istri untuk menceraikan suaminya. Hak istri

untuk menceraikan suami dipandang adil dan wajar serta menyeimbangkan hak

suami untuk menceraikan istri.7

Melihat kenyataan di atas mendorong penulis untuk mengangkat

masalah terebut ke ddalam skripsi ini yang berjudul “KEKERASAN SUAMI

TERHADAP ISTRI DALAM RUMAH TANGGA SEBAGAI

7
Muhammad Utsman Alkhasyt, Sulitnya Berumah Tangga: Upaya Mengatasi Menurut
Qur’an, Hadist dan Ilmu Pengetahuan [Almasyaakiluz-zaujiyyah Wahululuha Fi Dhauil Kitabi
Wasunnah Walma’ariful Haditstah], cet 19, (Jakarta: Gema Insani Pres,2000), hal.120
PELANGGARAN TINDAK PIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG 23

TAHUN 2003”.

B. Rumusan Masalah

Terdapat sejumlah permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Usaha-usaha apa saja yang harus ditempuh oleh pihak istri yang menjadi korban

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

2. Bagaimanakah cara istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga

mengajukan tuntutan.

3. Hak-hak apa sajakah yang diperoleh istri yang menjadi korban kekerasan dalam

rumah tangga.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.

1. Tujuan Penulisan :

1, Untuk mengetahui usaha-usaha apa saja yang harus ditempuh oleh pihak

istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.

2. Untuk mengetahui cara istri yang menjadi korbab kekeraan dalam rumah

tangga mengajukan tuntutan.

3. Untuk mengetahui hak-hak apa sajakah yang akan diperoleh istri yang
menjadi korban dalam kekerasan rumah tangga.

2. Manfaat Penulisan :

a). Manfaat Akademis

1) Untuk memberikan gambaran istri yang menjadi korban dalam

rumah tangga.

2) Untuk menambah literature hokum mengenai kekerasan dalam

rumah tangga, khususnya pada Fakultas Hukum Universitas Bung

Karno Jakarta.

b). Manfaat Praktis

1) Untuk menambah dan memperluas pengetahuan hokum tentang

tindak pidana kekerasan yang sering terjadi di tengah masyarakat.

2) Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata

satu, yaitu Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Bung Karno

Jakarta.

D. Metode Penelitian

Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode penelitian hokum

normatif yang besifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan yuridis.


Penelitian hukum normative adalah penelitian hukum yang

menggunakan sumber data sekunder atau sumber data yang berasal dari bahan

kepustakaan.

Sumber data sekunder ini meliputi bahan hukum primer , bahan hukum

sekunder dan bahan hokum tertier.8 Masing-masing bahan itu terdiri dari :

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, dn terdiri dari :

a). Norma Dasar : Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

b). Peraturan Perundang-undangan.

c). Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

2. Bahan hukum sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai baha hukum

primer, seperti buku-buku, makalah, artikel yang berkaitan dengan apa yang ditelti.

3. Bahan hukum tertier yakni bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya Kamus Umum Bahasa

Indonesia dan Kamus Umum khususnya Bidang Hukum.

Adapun pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi dokumen

yang dilakukan melalui data tertulis yang mengetahuinya dengan content analysis.

Content analysisn merupakan suatu teknik untuk penyimpulan dengan objektif dan

sistematik melalui identifikasi terhadap karakter tertentu dari yang diteliti. 9

Hasilnya disajikan secara deskriptif.


8
Soerjono Soekanto, Pengantar penelitian Hukum, Cet. 3 (Jakarta : UI Press,1986), hal
52.
9
Ibid., hal. 21-22
Akhirnya data yang sudah terkumpul dinalisis dengan menggunakan

pendekatan kualitatif dan pendekatan yuridis. Pendekatan kualitatif merupakan

tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang bertujuan untuk

mengerti dan memahami gejala yang diteliti.10 Pendekatan yuridis didalam

menganalisis data yang diperoleh untuk memahaminya aspek yuridisnya dari suatu

data, hubungan yuridis antara data yang satu dengan data yang lain, antara norma

hukum yang satu dengan norma hukum yang lain, yang berkaitan dengan

“KEKERASAN SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM RUMAH TANGGA

SEBAGAI PELANGGARAN TINDAK PIDANA MENURUT UNDANG-

UNDANG 23 TAHUN 2003”.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan dan pemahaman skripsi ini, penyusun

membagi sistematika penulisan dalam 5 Babyang terdiri dari beberapa sub bab.

Untuk lebih jelasnya penyusun menguraikan masing-masing bab tersebut, sebagai

berikut :

10
Ibid,. hal. 32.
Bab I : Merupakan pendahuluan yang berisikan hal-hal yang melatar belakangi

permasalahn hingga perumusan permasalahan secara tegas. Disamping

itu diuraikan juga mengenai tujuan penelitian an kegunaan penelitian,

metode penelitian dan sistimatika penulisan.

10

Bab II : TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN

A.Asas asas hukum perkawinan

B. Rukun dan syarat sahnya perkawinan

C. Akibat hukum suatu perkawinan

D.Putusnya hubungan perkawinan karena kekerasan

Bab III : KEKERASAN SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM

RUMAH TANGGA

A. Pandangan hokum terhadap kekerasan suami terhadap istri

dalam rumah tangga

B. Bentuk bentuk kekerasan dan dampak dalam Rumah Tangga

C. Faktor faktor penyebab dalam Rumah Tangga

D. Usaha usaha yang harus ditempuh istri


11

Bab IV : KEKERASAN SUAMI TERHADAP ISTRI DALAM RUMAH

TANGGA PERKAWINAN SEBAGAI PELANGGARAN TINDAK

PIDANA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN

2003

A. Kasus posisi kekerasan suai terhadap istri dalam rumah

tangga perkawinan swbagai pelanggaran tindak pidana

B. Analisis Yuridis kekerasan suami terhadap istri dalam rumah

tangga perkawinan sebagai pelanggaran tindak pidana menurut

Undang undang nomor 23 tahun 2003

Bab V : Merupakan bagian penutup yang berisi kumpulan hasil penelitian yang

terdiri dari dua sub bab yaitu sub bab pertama merupakan kesimpulan

dan sub bab kedua adalah saran.

You might also like