You are on page 1of 13

“MENGENAL SISTEM KOLOID”

DAN
“MEMPERAGAKAN PEMBUATAN
KOLOID”

OLEH:
Kelompok 5

1. Agie Pratama
2. David Nur Alam
3. Novika Dyah Pratiwi
4. Soraya Febriananda

kelas:
xi ipa 3

sma negeri 1 banjarmasin

I. Judul : Mengenal Sisitem Koloid dan


Memperagakan Pembuatan Koloid
Tujuan : 1. Mengenal macam-macam dispersi koloid
2. Mengenal larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid
3. Mengenal koloid dan contohnya
4. Membedakan serta memahami pembuatan koloid
iiiiiiisecara dispersi dan kondensasi
Hari/tgl : Jumat, 22 Mei 2009
Tempat : Laboratorium Kimia SMA Negeri 1 Banjarmasin

II. Teori Dasar


Koloid, yang disebut juga dispersi koloid atau suspensi koloid.
Adalah suatu campuran yang berada diantara larutan sejati dan suspensi
kasar. Ukuran partikel koloid mempunyai diameter antara 10-7 dan 10-5
cm, yang berarti lebih besar dari ukuran partikel larutan sejati (diameter <
10-7). Dan lebih kecil dari ukuran partikel suspensi kasar (diameter > 10-5
cm).
Suatu dispersi koloid terdiri atas dua fase, yaitu fase yang
terdispersi dan medium pendispersinya. Baik fase terdispersi maupun
medium pendispersi dapat berupa gas, cair, atau padat. Koloid dapat
digunakan menurut fasenya.
Ditinjau dari ukuran partikelnya, sistem koloid terletak di antara
larutan dan suspensi kasar.
Ada dua cara pembuatan koloid, yaitu cara dispersi dan cara
kondensasi. Cara dispersi adalah pembuatan koloid dengan menghaluskan
bahan kasar menjadi partikel koloid dan didispersikan ke dalam suatu
medium. Cara kondensasi adalah pembuatan koloid dengan
mengondensasikan molekul-molekul menjadi partikel ukuran koloid.

Larutan Koloid Suspensi


Kondensasi dispersi

Dalam sistem koloid, fase dispersi dan medium pendispersi dapat


berupa zat padat, zat cair, atau gas.
Berdasarkan hubungan antara fase dispersi dengan medium dispersi,
macam sistem koloid dapat dibagi menjadi:
a. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam gas. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat disebut
aerosol padat. Sedangkan jika zat yang terdispersi berupa zat cair disebut
aerosal cair.
Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara
Contoh aerosol cair: kabut dan awan
b. Sol
Sol adalah sistem koloid dari partikel padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair
Contoh sol: air sungai adalah sol dari lempung (tanah liat) dalam air, sol
sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat.
c. Emulsi
Emulsi adalah sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair
lain.
Ada dua macam emulsi, yaitu:
a) Emulsi minyak dalam air (M/A); contohnya santan, susu, dan
lateks.
b) Emulsi air dalam minyak (A/M); contohnya mayonnaise, minyak
bumi, dan minyak ikan.
d. Buih
Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contohnya buih sabun.
e. Gel
Gel adalah koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair).
Contohnya agar-agar, lem kanji, selei, gelatin, gel, sabun, dan gel silika.

Beberapa sifat-sifat koloid yang khas, yaitu:


a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah suatu efek penghamburan berkas sinar oleh
partikel-partikel yang terdapat dalam sistem koloid, sehingga jalannya
berkas sinar terlihat.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerakan terpatah-terpatah (gerak zig-zag)
yang terus-menerus dalam sistem koloid
c. Diffusi dan Filtrasi
Partikel koloid lebih sulit berdifusi bila dibandingkan dengan
larutan sejati. Hal ini disebabkan ukuran partikel koloid lebih besar
dibandingkan dengan partikel larutan sejati. Selain itu ukuran partikel
koloid juga menyebabkan partikel koloid tidak dapat disaring dengan
kertas biasa, tetapi harus dengan penyaring ultra.
Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan zat/partikel/molekul pada permukaan
diri zat tersebut sehingga koloid akan memiliki muatan listrik. Antara
partikel koloid dengan ion-ion yang diadsorpsi akan membentuk beberapa
lapisan, yaitu:
a) Lapisan pertama ialah lapisan inti yang bersifat netral, terdiri atas
partikel koloid netral.
b) Lapisan ion dalam ialah lapisan ion-ion yang diadsorpsi oleh koloid.
c) Lapisan ion luar
d Kesetabilan koloid
Kesetabilan kolid ditentukan oleh muatan listrik yang dikandung
partikel koloid. Muatan listrik dapat dilucuti, misalnya dengan
penambahan zat yang bersifat elektrolit, akibatnya akan terjadi
penggumpalan koloid atau pengendapan koloid
e Elektroforesis
Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan.
Partikel-partikel koloid yang bermuatan dengan bentuan arus listrik akan
mengalir ke masing-masing elektroda yang bermuatannya berlawanan.
Partikel yang bermuatan positif bergerak menuju ke elektroda positif.
f. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang dapat melindungi koloid dari
proses koagulasi atau penggumpalan. Ada beberapa koloid pelindung
yang digunakan pada emulsi, misalnya casein dalam susu. Jenis koloid ini
disebut emuglatol.
g. Dialisis
Dialisis adalah proses penyaringan koloid dengan menggunakan
kertas perkamen atau membran yang diletakan di dalam air yang mengalir
h. Koloid Liofil dan koloid Liofob
Umumnya terjadi pada koloid yang fase terdispersinya padatan
dan mediumnya cairan atau berupa sol, sehingga lebih dikenal sebagai sol
liofil atau sol liofob.
Sol liofil adalah sol di mana fase terdispersinya senang akan
medium pendispersinya (senang akan cairan) atau di katakan juga afinitas
atau daya tarik terhadap mediumnya sangat kuat.
Sol liofob adalah kebalikan dari sol liofil, di mana partikel fase
terdispersinya kurang/tidak senang akan cairannya (mediumnya).

Larutan koloid dapat dibuat dengan dua cara, yaitu:


a. Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus
(molekuler) menjadi partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan
cara ini dilakukan melalui:
i. Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimial seperti reaksi
hidrolisis, reaksi reduksi-oksidasi, atau reaksi subtitusi.
1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Besi(III)hidroksida, sol Al(OH)3
Sol besi (III)hidroksida dibuat dari larutan FeCl3
dengan air mendidih.
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Coklat
AlCl3(aq) + 3 H2O(l)  Al(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Putih
2. Reaksi reduksi-oksidasi
Reaksi reduksi0oksidasi merupakan reaksi yang disertai
perubahan bilangan oksidasi,
3. Reaksi subtitusi
Reaksi subtitusi merupakan reaksi penggantian, misalnya
pengggantian ion.
ii. Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurunkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu
dengan jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk
satu sol koloid.
b. Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halu/ lebih kecil; dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik
(cara busur Bredig).
i. Cara Mekanik
Dengan cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpung atau
penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian
diaduk dengan medium dispersi
Contoh:
Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan suatu zat inert (seperti Gula Pasir), kemudian mencampur serbuk
halus itu dengan air (seperti yang dilakukan dalam praktikum)
ii. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid
dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselusosa oleh aseton, karet oleh
bensin, dan lain-lain.
iii. Cara Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam yang akan
dijadikan koloid digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam
medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik diantara kedua
ujungnya. Mula-mula atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu
mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara ini
merupakan penggabungan antara cara dispersi dengan cara kondensasi

III. ALAT DAN BAHAN


Percobaan “Mengenal Sistem Koloid“
A. Alat
1. Labu erlenmeyer
2. Tabung Reaksi
3. Corong
B. Bahan
1. Larutan Gula
2. Susu cair
3. Campuran tanah dan air
4. Kertas Saring

Percobaan “Memperagakan Pembuatan Koloid“


A. Alat
1. Lumpang porselen dan alu
2. Gelas kimia 100 Ml
3. Tabung reaksi dan rak
4. Pembakar spiritus
5. Pengaduk kaca
6. Kaki tiga dan kasa kawat
7. Gelas ukur 100 ml
8. Cawan porselen
9. Labu Erlenmeyer
10. Pipet tetes
B. Bahan
1. Gula pasir
2. Serbuk Belerang
3. Agar-agar
4. Minyak tanah
5. As203 padat
6. Larutan FeCl3
7. Larutan sabun
8. Larutan (CH3COO) Ca jenuh
9. Gas H2S
10. Alkohol 96%
11. Air Suling

IV. LANGKAH KERJA


Percobaan “Mengenal Sistem Koloid“
1. Isi tiga tabung reaksi masing-masing dengan 15 mL larutan gula, 15
mL susu cair, dan 15 mL campuran tanah dan air.
2. Setelah beberapa menit, saring larutan tersebut dan tampang filtratnya
dalam labu erlenmeyer.

Percobaan “Memperagakan Pembuatan Koloid“


Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara IDispersi
a. Sol Belerang dalam air
1. Campurkan 1 bagian gula dengan 1 bagian belerang, dan gerus
dengan alu dan lumpang sampai halus.
2. Ambil 1 bagian campuran dan campurkan dengan 1 bagian
gula lalu gerus sampai halus.
3. Ulangi langkah nomor sampai empat kali. Ambil 1 bagian
campuran keempat dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia
yang berisi 50 ml air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.
b. Sol agar-agar dalam air
1. Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke
dalam gelas kimia yang berisi 25 ml air mendidih.
2. Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara
ini disebut peptisasi.
Percobaan B : Pembuatan sol dengan Cara Kondensasi
a. Sol Fe (OH)3 :
1. Panaskan 50 ml air dalam gelas kimia 100 ml sampai
mendidih
2. Tambahkan larutan FeCl jenuh setetes demi setetes sambil
diaduk hingga larutan menjadi merah cokelat.
Percobaan C : Pembuatan Emulsi
1. Masukkan 1 ml minyak tanah dan 5 ml air ke dalam suatu tabung
reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlebih dahulu
disumbat dengan tutup gabus atau karet.
2. Masukkan 1 ml minyak tanah, 5 ml air, dan 15 tetes larutan sabun ke
dalam tabung reaksi lain, guncangkan tabung dengan kuat dan
letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi tersebut.

V. HASIL PENGAMATAN
Percobaan “Mengenal Sistem Koloid“
Jenis Setelah Setelah Disaring
No Sampel
Sampel Didiamkan Filtrat Residu
1 Larutan Gula Larutan Homogen  -
2 Susu cair Koloid Homogen  -
Campuran
3 Suspensi Heterogen  
Tanah dan air

Percobaan “Memperagakan Pembuatan Koloid“


Percobaa
Kegiatan Pembuatan Hasil
n
Ada campuran yang menggumpal di
a Sol Belerang (dispersi) atas permukaan dan semuanya tidak
A begitu larut, warnanya kuning pucat
Larutan menjadi keruh, dan lama-
b Sol agar-agar (dispersi)
kelamaan membeku.
Berwarna coklat kemerah-merahan
B Sol Fe (OH)3 (kondensasi)
dan terdapat sedikit endapan.
Campuran air dan minyak tanah Ada gelembung, warnanya keruh, dan
a
(emulsi) bau
C
Campuran minyak tanah dan sabun Berbusa, keruh, dan ada sedikit
b
(emulsi) endapan.

VIII. Analisis Data


Percobaan “Mengenal Sistem Koloid“

• Ukuran diameter bagi partikel-partikel larutan sejati, koloid, dan


suspensi kasar yaitu:
a. Larutan asli : ukuran partikel 1Å – 10Å
b. Koloid : ukuran partikel 10Å– 2000Å
c. Suspensi : ukuran partikel lebih besar dari 2000Å

• Berikut gambar bentuk partikel-partikelnya :


• Perbedaan dari larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid dari beberapa
aspek :
Sistem Dispersi
Aspek yang dibedakan
Larutan Sejati Suspensi kasar Koloid
Bentuk campuran Homogen Heterogen Homogen
Bentuk dispersi Dispersi molekul Dispersi padatan Dispersi padatan
Penulisan X(aq) X(s) X(s)
Ukuran Partikel 1 Å – 10 Å >2000 Å 10 Å – 2000 Å
Fase Tetap homogen Heterogen Heterogen
Penyaringan Tidak dapat disaring Dapat disaring dengan Tidak dapat disaring
dengan kertas saring
dengan kertas saring
biasa, tapi dapat
maupun saringan kertas saring biasa
disaring dengan
permeable
saringan pemeable
Tidak dapat diamati
dengan microscope Dapat diamati
Dapat diamati dengan
Pemeriksaan biasa, tapi teramati dengan microscope
microscope biasa.
dengan microscope ultra.
elektron

• Sistem dispersi koloid terdiri atas 2 fase, yaitu :


> Fase terdispersi adalah fase yang bentuk butiran yang tersebar dalam fase
lain (fase atau medium pendispersi) sehingga terbentuk sistem koloid.
> Medium pendispersi adalah medium yang digunakan untuk
mendispersikan.
Kedua fase tersebut dapat berupa gas, cair, maupun padat.

• Tipe-tipe sistem dispersi koloid


Medium Fase Jenis Contoh
No
Pendispersi Terdispersi Koloid Paduan Logam
1 Padat Padat Sol Padat Gelas warna intan
2 Padat Cair Emulsi Padat Mentega, keju
3 Padat Gas Buih Padat Gabus, Batu apung
4 Cair Padat Sol, Gel Selai, cat, jelly
Susu,santan, krim
5 Cair Cair Emulsi
rambut
Busa sabun,
6 Cair Gas Busa minuman, buih,
air laut
Debu, jelaga dalam
7 Gas Padat Aerosol Padat
udara
8 Gas Cair Aerosol Air Awan, Kabut

• Dalam tabel data di atas, tipe koloid tidak terdapat fase terdispersi gas dan
medium pendispersi gas karena sistem dispersi koloid antara 2 gas tidak dapat
terjadi, hal ini disebabkan kedua gas tersebut membentuk larutan asli. Seperti:
oksigen

• Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui benda-benda yang


berhubungan dengan sistem koloid di berbagai bidang atau industri, yaitu :
- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim, dan sebagainya.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dan sebagainya
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
- Dalam bidang farmasi, kebanyakan produknya juga berupa koloid, misalnya
krim, dan salep yang termasuk emulsi.
- Dalam industri cat, semen, dan industri karet untuk membuat ban semuanya
melibatkan sistem koloid.
- Semua bentuk seperti spray untuk serangga, cat, hair spray, dan sebagainya.

Percobaan “Memperagakan Pembuatan Koloid“

• Perbedaan Pembuatan Koloid Dengan Cara Dispersi Dan Kondensasi


>Cara Dispersi
Pembuatan koloid dengan cara dispersi merupakan pemecahan partikel-
partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau lebih kecil, dapat dilakukan
secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
Cara Mekanik
Dengan cara ini butir-butir kasar digerus dengan lumpung atau penggiling koloid
sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu kemudian diaduk dengan medium
dispersi
Contoh: pada percobaan A “ pembuatan sol belerang”
Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama
dengan Gula Pasir, kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air
Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir
kasar atau dari suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh: pada percobaan A “ pembuatan sol agar-agar”
Agar-agar dipeptisasi oleh air
Cara Busur Bredig
Digunakan untuk membuat sol-sol logam, logam yang akan dijadikan koloid
digunakan sebagai elektroda yang dicelupkan dalam medium dispersi, kemudian
diberi loncatan listrik diantara kedua ujungnya. Mula-mula atom logam akan
terlempar ke dalam air, lalu mengalami kondensasi sehingga membentuk partikel
koloid. Jadi, cara ini merupakan penggabungan antara cara dispersi dengan cara
kondensasi

>Cara Kondensasi
Kondensasi adalah penggabungan partikel-partikel halus (molekuler) menjadi
partikel yang lebih besar. Pembuatan koloid dengan cara ini dilakukan melalui:
Cara Kimia
Partikel koloid dibentuk melalui reaksi-reaksi kimial seperti reaksi hidrolisis,
reaksi reduksi-oksidasi, atau reaksi subtitusi.
1. Hidrolisis
Hidrolisis merupakan reaksi zat dengan air.
Contoh : pada percobaan B “ Pembuatan sol Besi(III)hidroksida”
Sol besi (III)hidroksida dibuat dari larutan FeCl3 dengan air mendidih.
2. Reaksi reduksi-oksidasi
Reaksi reduksi0oksidasi merupakan reaksi yang disertai perubahan
bilangan oksidasi,
3. Reaksi subtitusi
Reaksi subtitusi merupakan reaksi penggantian, misalnya pengggantian
ion.
Cara Fisika
Dilakukan dengan jalan menurunkan kelarutan dari zat terlarut, yaitu dengan
jalan pendinginan atau mengubah pelarut sehingga terbentuk satu sol koloid.

• Fungsi Gula dalam Pembuatan Sol Belerang


Pada pembuatan sol belerang, Gula berfungsi sebagai zat inert yaitu zat
pemantap, agar belerang dapat tenggelam di dalam air, dan dapat lebih mudah
mengamati sifat-sifat koloid.
• Pada saat larutan FeCl3 jenuh diteteskan ke dalam air mendidih, larutan
berubah warna menjadi coklat kemerahan dan terdapat endapan berwarna
coklat.
Reaksi kimianya:
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)
Pada pembuatan sol Fe(OH)3 kita lakukan dengan cara kondensasi yaitu
dengan penggabungan partikel larutan sejati yaitu air dan FeCl3 menjadi
partikel koloid yaitu Fe(OH)3 melalui reaksi hidrolisis.Untuk membuktikan
bahwa Fe(OH)3 adalah suatu koloid kita dapat memanfaatkan salah satu sifat
koloid yaitu Efek Tyndall dengan cara memberikan berkas cahaya pada
Fe(OH)3. Jika terjadi penghamburan cahaya pada Fe(OH)3 maka Fe(OH)3
merupakan sistem koloid.

VII. Kesimpulan
Dalam percobaan ini kita dapat menyimpulkan bahwa:
• Ada 8 macam sistem koloid berdasarkan fase terdispersi dalam medium
pendispersi, yaitu sol padat, emulsi padat, buih padat, sol, emulsi, busa,
aerosol padat, dan aerosol air.
• Pembuatan koloid ada dua cara, yaitu secara dispersi dan secara
kondensasi. Pembuatan koloid secara dispersi yaitu pembuatan koloid
dengan menghaluskan bahan kasar menjadi partikel koloid dan
didispersikan ke dalam suatu medium sedangkan pembuatan koloid secara
kondensasi yaitu dengan cara mengkondensasikan molekul-molekul
menjadi partikel ukuran koloid.

VIII. Daftar Pustaka

Rahardjo, Sentot Budi. 2008. Kimia Berbasis Experimen 2. Jakarta: Platinum

Krisbiyantoro, Adi.2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Jakarta:Pustaka


Widyatama

www.geocities.com/davinpratama/lapkim/koloid.doc

You might also like