You are on page 1of 4

Artikel Inspiratif:

SEKOLAH UNGGULAN DALAM TINJAUAN

Oleh: Iqbal Fahri, S. Pd, Kepala SMP Daar el-Salam


Villa Nusa Indah, Blok S, Bojong Kulur, Gunungputri, Bogor

Dunia pendidikan sesungguhnya menghadapi permasalahan dalam penanganan


pencapaian prestasi sebagian besar siswa. Pada umumnya pendidikan yang diselenggarakan di
kelas menghasilkan hanya segelintir siswa yang berhasil, sementara sebagian besarnya kurang
tertangani dengan baik. Kenyataan tersebut menuntut seluruh pihak untuk menetapkan langkah-
langkah strategis dan efektif sehingga dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas pendidikan
secara menyeluruh.

Guna menstimulasi peningkatan kualitas pendidikan, pemerintah telah mengeluarkan


kebijakan desentralisasi pendidikan yang dituangkan dalam UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah. Melalui desentralisasi pendidikan, diharapkan penyelenggaraan
pendidikan dapat berlangsung lebih baik dan berkualitas dengan menginternalisasi nilai-nilai
keunggulan lokal sebagai keunggulan sekolah. Pada akhirnya, desentralisasi pendidikan telah
mendorong lahirnya berbagai sekolah unggulan di tanah air dengan berbagai variasinya. Animo
masyarakat pun cukup tinggi untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah unggulan. Namun
sayangnya, kehadiran sekolah unggulan di tanah air hanya menerima siswa dengan kategori
pintar secara akademis saja. Lalu, bagaimanakah upaya dan solusi pendidikan di tanah air
terhadap penanganan siswa yang dianggap ‘kurang beruntung’ secara akademis? Padahal, jumlah
siswa yang seperti ini jauh lebih besar dibandingkan dengan siswa yang ‘beruntung’.
Mencermati permasalahan di atas, tulisan ini berupaya untuk menguraikan substansi sekolah
unggulan dan peran sekolah unggulan dalam meningkatkan prestasi belajar seluruh siswanya.

Tinjauan Filosofi

Sekolah unggulan pada hakikatnya merupakan terjemahan bebas dari padanan kata
“Effective School”. Adapun definisi effective school adalah: An Effective School is a school that
can, in measured student achievement terms, demonstrate the joint presence of quality and
equity. Said another way, an Effective School is a school that can, in measured student
achievement terms and reflective of its “learning for all” mission, demonstrate high overall
levels of achievement and no gaps in the distribution of that achievement across major subsets of
the student population. (Terry Mc. Laughlin, Effective Schools Research and The Role Of
Professional Learning Communities). Oleh karena itu, sekolah unggulan pada prinsipnya lebih
menekankan kepada kemampuan sekolah untuk mencapai prestasi siswanya secara terukur serta
mampu menunjukkan kualitas hasil belajar yang telah diraihnya. Pada sisi lain, tingkat
pencapaian prestasi belajar yang tinggi tidak hanya dimiliki oleh sebagian siswa, akan tetapi juga
dimiliki oleh sebagian besar siswa tanpa ada kesenjangan (standar deviasi) yang tinggi dalam
pencapaian prestasi belajar.
Di negara-negara maju, untuk menunjukkan sekolah yang baik dan berkualitas tidak
menggunakan kata unggul (excellent) melainkan digunakan kata effective, develop, accelerate,
dan essential (Susan Albers Mohrman : 1994). Seperti Effective School yang dikembangkan
Ronald Edmonds di Harvard University, School Development Program yang dikembangkan
James Comer, Accellerated School yang diciptakan Henry Levin, Standford University dan
Essential School yang dikembangkan Theodore Sizer dari Brown University.

Kunci utama sekolah unggul adalah keunggulan dalam pelayanan kepada siswa dengan
memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Menurut Profesor Suyanto
(Kompas, 29/4/2002), program kelas (baca: sekolah) unggulan di Indonesia secara pedagogis
menyesatkan, bahkan ada yang telah memasuki wilayah malpraktik dan akan merugikan
pendidikan kita dalam jangka panjang. Kelas-kelas unggulan diciptakan dengan cara
mengelompokkan siswa menurut kemampuan akademisnya tanpa didasari filosofi yang benar.
Pengelompokan siswa ke dalam kelas-kelas menurut kemampuan akademis, tidak sesuai dengan
hakikat kehidupan di masyarakat. Kehidupan di masyarakat tak ada yang memiliki karakteristik
homogen.

Restrukturisasi Sekolah Unggulan

Agar prestasi belajar yang tinggi dapat dimiliki oleh seluruh siswa, maka konsep sekolah
unggulan hendaknya direstrukturisasi. Restrukrutisasi sekolah unggulan yang ditawarkan
meliputi: pertama, program sekolah unggulan tidak perlu memisahkan antara anak yang memiliki
bakat keunggulan dengan anak yang tidak memiliki bakat keunggulan. Kelas harus dibuat
heterogen sehingga anak yang memiliki bakat keunggulan bisa bersosialisasi dengan semua
siswa dari tingkatan dan latar berlakang yang beraneka ragam. Pelaksanaan pembelajaran harus
menyatu dengan kelas biasa, hanya saja siswa yang memiliki bakat keunggulan tertentu
disalurkan dan dikembangkan bersama-sama dengan anak yang memiliki bakat keunggulan
serupa. Misalnya anak yang memiliki bakat keunggulan matematis tetap masuk dalam kelas
reguler, namun diberi pengayaan pelajaran matematika.

Kedua, konsep pengembangan sekolah unggulan didasari atas upaya sadar untuk
mendidik anak belajar berpikir, belajar hidup, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar untuk
hidup mandiri. Sebagaimana yang telah dituangkan oleh UNESCO dalam visi pendidikannya.
Oleh karena itu, sekolah unggulan seyogyanya mampu menginternalisasi serta mengembangkan
Learning How to Learn (Murphi: 1992) atau belajar bagaimana belajar, artinya belajar tidak
hanya berupa transformasi pengetahuan tetapi jauh lebih penting adalah mempersiapkan
keterampilan belajar siswa (learning skill) sehingga mampu memanfaatkan sumber-sumber
belajar yang mereka temukan dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain maupun dari
lingkungan dimana dia tumbuh guna mengembangkan potensi, perkembangan diri, serta
kemandirian belajarnya.

Ketiga, sekolah unggulan hendaknya dikembangkan dan dilandasi atas tiga idealisme
(Mochtar Buchori: 2001), yang selama ini kurang dieksplorasi substansi dan implementasinya.
Pertama, employability yaitu idealisme untuk memperebutkan peluang dalam suasana ekonomi
kompetitif di era globalisasi (baca: generasi kompetitif). Kedua, humanizing capitalism yaitu
idealisme pendidikan yang menekankan pada orientasi humanistik universal untuk
memanusiakan kapitalisme. Pendidikan humanisme diarahkan untuk memupuk rasa
kemanusiaan dan kesetiakawanan sosial. Keunggulan fisik dan prestasi di sekolah unggulan tidak
akan bermakna, manakala tidak ada rasa kemanusiaan antar sesama. Inilah yang dimaksud
Mochtar Buchori sebagai humanizing capitalism yang menjadi salah satu idealisme sekolah
unggulan. Ketiga, idealisme yang menekankan pada pandangan hidup keagamaan untuk
mencegah penyalahgunaan sains dan teknologi pada masa mendatang.

Keempat, dasar pemilihan keunggulan tidak hanya didasarkan pada kemampuan


intelegensi dalam ruang lingkup sempit yang berupa kemampuan logika-matematika seperti yang
diwujudkan dalam test IQ. Keunggulan siswa dapat dijaring melalui berbagai keberbakatan
seperti yang dikenal dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligence).

Kelima, sekolah unggulan lebih menekankan pada penciptaan iklim belajar yang positif
di lingkungan sekolah. Sekolah unggulan adalah sekolah yang dapat menerima dan mampu
memproses siswa yang masuk sekolah tersebut (input) dengan prestasi belajar minimum menjadi
lulusan (output) yang bermutu tinggi.

Keenam, sekolah unggulan harus memiliki model manajemen sekolah yang unggul yaitu
memiliki budaya sekolah yang kuat, mengutamakan pelayanan pada siswa, menghargai prestasi
setiap siswa berdasar kondisinya masing-masing, terpenuhinya harapan siswa dan berbagai pihak
terkait dengan memuaskan.

Keunggulan Sekolah Daar el-Salam

Sekolah Daar el-Salam dalam perannya sebagai solusi pendidikan di tanah air, lebih
menekankan pada penciptaan iklim belajar yang positif di lingkungan sekolah sehingga
diharapkan mampu menciptakan siswa yang berkualitas dan kompetitif. Kesadaran sekolah
terhadap kecerdasan majemuk, telah dimulai pada proses penerimaan siswa baru sampai pada
akhir pembelajaran. Pada proses penerimaan siswa baru, calon siswa mengikuti serangkaian tes
secara komprehensif sehingga dapat dijadikan acuan dalam pemetaan potensi dan bakat siswa
dalam pengembangan belajar siswa di sekolah. Kondisi kelas pun dirancang heterogen, sehingga
mampu meningkatkan kepedulian siswa yang lain sebagai tutor sebaya (peer teaching). Sebagai
bentuk pelayanan terhadap siswa, sekolah juga menyelenggarakan responsi dan pengayaan.
Responsi merupakan upaya preventif sekolah, agar siswa tidak mengalami hambatan dalam
memahami pembelajaran yang sedang diajarkan. Sedangkan pengayaan merupakan upaya
sekolah untuk lebih meningkatkan kemampuan akademis maupun non-akademis siswa pada
pengembangan potensi dan bakatnya. Begitu pula siswa dengan kategori gangguan belajar,
sekolah memberikan pelayanan pendampingan pembelajaran sampai pada behavior therapy.

Guna meningkatkan kemandirian belajar, siswa dibekali dengan keterampilan belajar


(learning skill) sehingga siswa benar-benar memiliki performa dan kesiapan belajar yang
memadai. Disadari atau tidak, belajar yang efektif pada hakikatnya membutuhkan keterampilan.
Tanpa dibekali keterampilan belajar, siswa akan mengalami kesulitan untuk menemukan spirit
dan gaya belajar yang sesuai dengan karakter diri serta peluang belajar yang dimilikinya.
Penemuan siswa terhadap gaya belajar yang sesuai dengan karakter dirinya mampu membangun
kemandirian dalam belajar sehingga menjadi kata kunci kesuksesan belajar siswa. Selain
keterampilan belajar, sekolah juga membuka layanan konsultasi psikologi bagi siswa yang
mengalami kesulitan/hambatan belajar.
Untuk menanamkan pandangan hidup keagamaan yang holistik serta sense humanistik
universal, diimplementasikan dalam kelompok pembelajaran diniyah, kegiatan pembiasaan di
sekolah, konsultasi diniyah serta kegiatan keagamaan yang relevan. Sehingga pada akhirnya,
siswa memiliki perilaku yang positif (akhlaqul karimah) dan kepekaan/kepedulian sosial yang
tinggi dalam kesehari-hariannya baik terhadap dirinya, orang tua, teman, dan masyarakat pada
umumnya.

Konklusi

Sudah saatnya kita menyadari, bahwa mendapatkan pendidikan yang unggul merupakan
hak setiap anak yang mesti ditunaikan. Dengan kata lain, menyediakan pendidikan yang unggul
merupakan kewajiban seluruh pihak (terutama orang tua) sekaligus sebagai upaya perbaikan
generasi yang akan datang. Karena pada prinsipnya, sejumlah kesempurnaan yang ada pada diri
kita saat ini, merupakan kumpulan perbaikan yang telah diupayakan oleh generasi sebelum kita.

Pada akhirnya, segala daya dan upaya sesungguhnya hanyalah kepunyaan Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala. Sedangkan berdoa, berusaha, dan bertawakal merupakan trilogi upaya
manusia untuk tetap melangkah dan terus berbuat yang terbaik bagi terwujudnya generasi yang
unggul, kompetitif, dan handal di masa yang berbeda dengan para pendidiknya. Semoga Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala senantiasa memudahkan langkah kita. Amiin.

You might also like