You are on page 1of 38

MODUL PENYALURAN DANA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan kegiatan
Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi menunjukan bahwa koperasi merupakan suatu
badan usaha. Peraturan Pemerintah tersebut menyatakan bahwa yang dimaksud

m
dengan pelayanan KSP/USP Koperasi adalah pelayanan jasa keuangan berupa: (1)
penghimpunan dana dan (2) penyaluran dana dalam bentuk pinjaman kepada

o
anggota, calon anggota dan koperasi lain dan anggotanya. Koperasi PMK dapat

.i c
beroperasi dengan pendekatan syariah dengan mengacu KepMenkop
No.91/Kep/M.KUKM/IX/2004 bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan

k
simpanan sesuai pola syariah. Kegiatan usaha Koperasi PMK meliputi kegiatan
penghimpunan/penarikan dana dan penyaluran kembali dana tersebut dalam bentuk

d
pembiayaan/piutang. Kegiatan tersebut harus memberikan dampak bagi anggotanya

p
baik dari sisi pendapatan maupun keberlangsungan usaha anggota, untuk itu

o
Koperasi PMK harus menghasilkan produktifitas yang tinggi dengan biaya yang
efisien atau melalui penyaluran dana yang berkualitas sehingga dapat berkelanjutan

k
(sustainable).
Penyaluran dana yang berkualitas kepada anggota dan calon anggota pada

m
umumnya menggunakan prinsip 5C namun sesungguhnya yang paling penting pada

l k
koperasi adalah character dan capasitas usaha anggota/pemanaat sehingga bagi
koperasi bukan sekedar menyalurkan dana tetapi bagaimana memberikan
pembiayaan. Secara etimologi pembiayaan berasal dari kata biaya, yaitu membiayai
kebutuhan usaha dimana pemilik modal dalam hal ini koperasi harus tahu persis
penggunaan dana dan usaha yang dijalankan pemanfaat.
Pembiayaan merupakan aktivitas penting dalam lembaga keuangan karena
aktiva paling besar dalam sebuah lembaga keuangan adalah outstanding portofolio
pembiayaan yang juga merupakan sumber pendapatan utama penunjang
keberlanjutan lembaga keuangan. Semakin tinggi outstanding pembiayaan maka
semakin besar peluang pendapatan yang akan diperoleh, tetapi semakin besar pula

1
resiko yang dihadapi. Untuk itu dalam buku ini titik beratnya bukan pada penanganan
pembiayaan bermasalah namun bagaimana memberikan pembiayaan berkualitas dan
menghindari resiko pembiayaan sekecil mungkin sehinga perlu adanya manajemen
pembiayaan yang baik (nugraha, 3 : 2006).
Dalam ilmu manajemen bahwa manajemen pembiayaan merupakan suatu cara
usaha mengatur dan melakukan proses pembiayaan untuk mencapai tujuan
pembiayaan yaitu keamanan, kelancaran dan menghasilkan. Usaha mengatur dan

m
melakukan proses pembiayaan ini adalah dengan melakukan analisa kelayakan
usaha dan analisa pembiayaan. Analisa kelayakan berdasarkan usaha meliputi aspek

o
manajemen, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek hukum, aspek keuangan dan

.i c
aspek sosial ekonomi. Layak berdasarkan hasil analisa kelayakan usaha belum tentu
layak dibiayai karena tidak cukup hanya layak usaha namun perlu adanya analisa

k
kelayakan pembiayaan dengan memperhatikan faktor carakter, capital, capacity,
condition dan colateral atau dikenal dengan istilah 5C. Penerapan 5C bukan sekedar

d
syarat diatas kertas, tetapi masuk dalam ruang bisbis anggota.

p
Salahsatu yang membedakan analisa pembiayaan dengan pinjaman secara

o
konvensional adalah bagaimana pihak LKM KOPERASI PMK terjun langsung melihat
dan terlibat dalam proses bisnis calon anggota sehingga memahami betul kejadian-

k
kejadian bisnis. Ini dilakukan karena LKM KOPERASI PMK bukan memberikan
pinjaman uang tetapi LKM KOPERASI PMK terlibat dalam bisnisnya anggota. Untuk

m
itu disusun modul penyaluran dana ini bukan untuk analisa pinjaman tetapi analisa

k
untuk pembiayaan sebagai acuan bagi KOPERASI PMK agar tidak memberikan

l
perlakuan berbeda kepada calon anggota siapapun sehinggga bila
anggota/pemanfaat melakukan pengajuan dapat memahami dengan jelas tahapan
dan proses yang berlaku.

B. Tujuan Pembelajaran Umum


Tujuan pembelajaran umum dari panduan penyaluran dana ini adalah :
Peserta dapat memahami, menjelaskan dan melaksanakan kegiatan penyaluran
dana agar menghasilkan penyaluran dana yang berkualitas

2
C. Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan pengertian, tujuan, dan proses penyaluran dana
2. Peserta memahami dan mampu melaksanakan produk-produk dan akad
penyaluran dana
3. Peserta memahami dan mampu melakukan analisa penyaluran dana

m
4. Peserta mampu menghitung dan menetapkan harga (pricing)
5. Peserta dapat memahami dan mengkalisifikasikan penyaluran dana sesuai

o
standar kolektibilitas yang berlaku

.i c
D. Kerangka Pembelajaran

k
Materi pembelajaran yang diberikan pada diklat ini terdidi atas:

d
a. Tujuan, Konsep Dasar dan Kebijakan Penyaluran Dana
b. Jenis Produk, dan Kontrak Usaha atau Akad Penyaluran Dana

p
c. Proses dan Analisa Penyaluran Dana yang berkwalitas

o
d. Konsep dan Penetapan Pricing

k
e. Penanganan Penyaluran Dana Bermasalah

m
E. Metode

k
Metode pembelajaran melalui Experiential Learning Cycle yaitu belajar dari

l
pengalaman dengan ceramah, diskusi (sharing pendapat), Diskusi kelompok,
studi kasus, role play, games

F. Media dan Alat bantu


Plano, meta plan, solatif kertas, flipchart, infocus, kertas HVS,

G. Waktu

3
II. KEBIJAKAN PENYALURAN DANA

A. Kegiatan penyaluran dana pada LKM Koperasi PMK diutamakan dalam bentuk
penyaluran dana usaha produktif kepada anggotanya, karena kegiatan ini
merupakan sumber utama pendapatan LKM Koperasi PMK untuk menutupi
biaya pengeluaran lembaga.

m
B. Penyaluran dana adalah penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pihak LKM

o
Koperasi PMK dengan pihak pemanfaat dalam hal ini anggota koperasi yang

.i c
mewajibkan pihak pemanfaat untuk mengembalikan uang setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan jasa atau bagi hasil.

k
C. Penyaluran dana kepada anggota dan calon anggota sesuai dengan
kemampuan LKM Koperasi PMK, sedangkan penyaluran dana kepada koperasi

d
lain dimungkinkan jika LKM Koperasi PMK memiliki kapasitas lebih atas dasar

p
pertimbangan skala ekonomi dan efisiensi setelah mengutamakan pelayanan

o
kepada anggotanya dan mendapat persetujuan rapat anggota
D. Penyaluran dana harus didasarkan kepada prinsip kehati-hatian dan selalu

k
mempertimbangkan bahwa:
1. Penyaluran dana akan memberi nilai tambah bagi pemanfaat.

m
2. Penyaluran dana dapat dibayar kembali oleh pemanfaat sesuai dengan

l k
akad / perjanjian.
E. Penyaluran dana yang dapat diberikan oleh LKM Koperasi PMK kepada
anggota harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Penyaluran dana sesuai dengan nilai kebutuhan dan kemampuan
pemanfaat.
2. Kemampuan pemanfaat untuk membayar kewajibannya.
3. Likuiditas koperasi dengan mempertimbangkan cadangan kas primer dan
sekunder.
4. Distribusi risiko penyaluran dana melalui asuransi mikro atau lembaga
penjamin.

4
F. Ketentuan penyaluran atas kelebihan dana pada LKM Koperasi PMK:
1. Apabila anggota sudah mendapat pelayanan penyaluran dana sesuai
kebutuhan, maka pengelola LKM Koperasi PMK dapat melayani calon
anggota.
2. Apabila anggota dan calon anggota sudah mendapat penyaluran dana,
pengelola LKM Koperasi PMK dapat melayani Koperasi lain dan

m
anggotanya (sindikasi) berdasarkan perjanjian kerjasama antar Koperasi
yang bersangkutan.

o
3. Apabila terdapat kelebihan dana yang telah dihimpun, setelah

.i c
melaksanakan kegiatan pemberian penyaluran dana (butir a dan b) atas
persetujuan rapat anggota, pengelola LKM Koperasi PMK dapat:

k
a. Menempatkan dana dalam bentuk giro, simpanan, deposito berjangka,
dan sertifikat deposito pada bank dan lembaga keuangan lainnya.

d
b. Menempatkan dana pada sarana investasi lainnya.

o p
G. Pemanfaatan kelebihan dana memperhatikan hal berikut:
1. Dalam penempatan kelebihan dana untuk pembelian saham dan sarana

k
investasi lainnya, pengelola harus mendapat persetujuan rapat anggota
terlebih dahulu.

m
2. Penyaluran dana kepada anggota Koperasi lain harus diberikan melalui

k
Koperasinya.

l
3. Rapat Anggota menetapkan batas maksimum pemberian penyaluran dana
baik kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya;
4. Pemanfaatan kelebihan dana harus dapat meningkatkan hasil usaha LKM
Koperasi PMK.

5
III. PRODUK PENYALURAN DANA

A. Berdasarkan Jangka Waktu


1) Penyaluran dana jangka pendek, yaitu penyaluran dana yang jangka
waktu pengembaliannya kurang dari 6 bulan.
2) Penyaluran dana jangka menengah, yaitu penyaluran dana yang jangka

m
waktu pengembaliannya 7 sampai 12 bulan.
3) Penyaluran dana jangka panjang, yaitu penyaluran dana yang jangka

o
waktu pengembaliannya atau jatuh temponya melebihi 1 tahun.

.i c
B. Berdasarkan Sektor Usaha yang Dibiayai
1) Perdagangan, yaitu penyaluran dana yang diberikan kepada anggota

k
untuk membiayai usaha dagang baik dalam bentuk warungan maupun
grosiran

d
2) Industri, yaitu penyaluran dana yang diberikan kepada anggota untuk

p
membiayai usaha pada bidang industri.

o
3) Pertanian, yaitu penyaluran dana yang diberikan kepada anggota untuk
membiayai usaha pada bidang pertanian.

k
4) Peternakan, yaitu penyaluran dana yang diberikan kepada anggota
untuk membiayai usaha pada bidang peternakan.

m
5) Jasa, yaitu penyaluran dana yang diberikan kepada anggota untuk

k
membiayai usaha pada bidang jasa.

l
C. Berdasarkan Tujuan
Berdasarkan tujuan penggunaannya, jenis penyaluran dana dibagi menjadi
dua yaitu tujuan komersial atau bisnis dan non komersial
1) Penyaluran dana produktif, yaitu penyaluran dana yang diberikan
kepada anggota dan calon anggota untuk membiayai kebutuhan modal
kerja dan investasi sehingga dapat memberikan nilai tambah dan
memperlancar kegiatan usahanya.
2) Penyaluran dana non produktif, yaitu penyaluran dana yang diberikan
kepada anggota dan calon anggota untuk membiayai kebutuhan diluar

6
usaha
D. Berdasarkan Penggunaan
a) Usaha
1) Penyaluran dana dalam bentuk modal kerja, yaitu penyaluran dana.
yang diberikan kepada anggota dan calon anggota untuk menambah
modal kerjanya
2) Penyaluran dana dalam bentuk investasi, yaitu penyaluran dana

m
yang diberikan kepada anggota dan calon anggota untuk pengadaan
sarana/alat produksi.

o
b) Multiguna

.i c
Penyaluran dana dalam bentuk multiguna, yaitu penyaluran dana yang
diberikan kepada anggota dan calon anggota untuk kebutuhan non

k
produktif seperti alat rumah tangga, matrial dan lain-lain
c) Sosial

d
Penyaluran dana untuk pemulihan kondisi sosial ekonomi antara lain

p
membebaskan dari jerat hutang rentenir, Penganggulangan musibah,

o
Kondisi tanggap darurat dll

k
Matrik Jenis Penyaluran Dana

m
Pengelompokan
Kriteria

k
Modal Kerja Investasi Multiguna Sosial

l
Produktif Produktif Non Non Produktif
Tujuan Produktif

Komersial Komersial Komersial Non Komersial


Akad
 Jual Beli  Jual Beli Perbaikan  Kesehatan
Penggunaan  Kerjasama  Kerjasama rumah  Pendidikan
usaha usaha Pembelian  Pengalihan
 Kerjasama  Kerjasama alat hutang dari
modal modal rumah renternir
 Sewa  Sewa tangga
dll

7
IV. TINGKAT IMBALAN JASA (PRICING)

A. Biaya Keberlanjutan

Penetapan tingkat imbalan jasa, baik dengan perhitungan bagi hasil, margin
dan jasa lainnya harus melakukan rasionalisasi dari segala kegiatannya agar
dapat beroperasi secara efisien dan berdampak pada keberlangsungan
lembaga, memilki nilai tambah yang dihasilkan dari dana bergulir oleh

m
pemanfaat yang pada akhirnya akan mendorong tercipyanya produk-produk

o
baru sehingga dapat menjangkau daya beli masyarkat. Sebelum menetapkan

.i c
strategi penetapan tingkat jasa dan bagi hasil penyaluran dana manajemen
LKM Koperasi PMK harus memperhatikan faktor-faktor berikut:

k
a Prinsip koperasi tentang pembatasan jasa dan bagi hasil atas modal,
meskipun manajemen LKM Koperasi PMK dapat membandingkannya

d
dengan biaya transaksi dengan pesaingnya.

p
b Biaya produk dalam hal ini adalah biaya dana dan biaya operasional

o
lainnya;
c Tingkat jasa dan bagi hasil harus mempertimbangkan harga pasar sehingga

k
pemanfaat akan memilih harga (tingkat jasa) yang lebih menguntungkan;
d Mutu pelayanan;

m
e Permintaan dan penawaran dana;

l k
f Laba yang diinginkan;
g Tingkat risiko penyaluran dana meliputi jenis usaha anggota, jangka waktu
penyaluran dana, besarnya penyaluran dana dan faktor-faktor
ketidakpastian lainnya.

B. Memahami Biaya LKM Koperasi

Alhi akuntansi sudah bertahun tahun mencari tehnik untuk pengalokasian


biaya untuk produk dengan tujuan menghitung harga, tantangannya adalah
untuk menemukan selisih yang benar antara ketepatan dan kerumitan. Untuk
mencapai akurasi menurut Craigh C and Cheryl F, system penetapan biaya

8
harus menemukenali factor-faktor yang menghubungkan keluaran (produk)
dengan masukan (biaya). Namun demikian factor ini dapat menjadi rumit
dan dinamis sehingga pengembangan model penetapan biaya yang dapat
dilaksanakan untuk sebuat LKM membutuhkan beberapa derajat kompromi
antara akurasi yang sempurna dan penerapan yang praktis.

Biaya dapat dibagi dua yaitu biaya langsung dan tidak langsung. Biaya
langsung misalnya gaji petugas lapangan yang diakibatkan oleh produk

m
penyaluran dana, sedangkan biaya tidak langsung berhubungan dengan biaya

o
lembaga secara keseluruhan misalnya biaya diakibatkan oleh cara

.i c
pengelolaan. Persolannya bagi akuntan biaya adalah bagaimana menentukan
biaya tidak langsung dibagi secara adil.

k
Pengalokasian biaya secara adil akan sangat sulit ketika LKM masih berfikir
bahwa harga produk bagi pemanfaat lebih dahulu menghitung biaya dana atau

d
bunga untuk deposan/penyimpan, untuk itu perlu melakukan penentuan harga

p
bagi pemanfaat dengan menggunakan nisbah bagi hasil dan margin. Nisbah

o
bagi hasil dan margin digunakan agar terjadinya keadilan dalam memperoleh
keuntungan baik pada pihak mitra maupun lembaga karena bagi hasil diperoleh

k
dari hasil usaha bukan dari pokok sehingga tidak mendahului takdir. Besarnya
proporsi bagi hasil ditentukan berdasarkan kesepakatan awal antara lembaga

m
dengan mitra dengan mempertimbangkan gugus tugas dan kontribusi dalam

k
kerjasama usaha misalnya 20 : 80, 30 : 70, 40 : 60, 50 : 50, sedangkan margin

l
merupakan penyeimbang dari modal kerja atau investasi yang dimanfaatkan
oleh mitra. Sehingga anggota yang menginvestasikan dananya akan
mendapatkan bagi hasil tergantung dari pendapatan yang diterima KOPERASI
pada bulan bersangkutan.

Sebelum melakukan penentuan harga maka hal prinsip yang harus dipahami
adalah perbedaan dan membedakan bisnis lembaga keuangan konvensional
dengan bagi hasil dalam arti luas. Pada keuangan konvensional hanya
berbicara pada persoalan nilai uang kertas, sedangkan dalam konsep bagi
hasil berbicara persoalan sektor riil. Oleh sebab itu lembaga keuangan mikro
9
kopersai PMK harus terjun langsung dalam bisnis mitra kerjanya dan paham
betul berapa rupiah yang digulirkan, sehingga dalam menentukan margin dan
nisbah bagi hasil dapat mendekatkan kepada keadilan. Pengalaman
Ibaadurrahman group untuk menerapkan beberapa kebijakkan dalam
menentukan margin dan bagi hasil dipengaruhi oleh beberapa factor.

1. Jenis barang. Selisih harga jual atau margin terhadap barang yang kompetitif
dipasaran relatif lebih rendah dibanding investasi, sehingga KOPERASI

m
memperhatikan factor tersebut sebagai ajang kompetitif.

o
2. Ada pembanding, yaitu penentuan harga dibandingkan dengan aktifitas

.i c
transakasi yang dilakukan mitra usaha atau anggota terhadap suplayer.
Contoh, apabila mitra usaha membeli sesuatu produk pada suplayer dengan
jual putus (tempo) terjadi selisih Rp 100 dibanding membeli kontan (cash),

k
maka KOPERASI mengambil margin lebih kecil dari harga selesih Rp 100. bila

d
perlu jauh lebih kecil sehingga utnuk menutupi biaya bukan sekedar
memperbesar margin tetapi meningkatkan produktifitas (memperbesar omzet).

p
Sebagaimana kasus Pak Didi pedagang ayam potong pada produk murabahah.

o
Contoh lain adalah

k
3. Reputasi mitra pada pembiayaan sebelumnya. Reputasi pembiayaan mitra
dilihat dari kelancaran angsuran, perkembangan dan prospek usaha, loyalitas

m
serta tujuan usaha.

k
4. Alat Ukur. Pada bagian ini LKM Koperasi melakukan perhitungan berdasarkan

l
kondisi usaha anggotanya, oleh sebab itu kompetisi harga dipasaran menjadi
hal penting bagi LKM Koperasi sehingga membutuhkan strategi khusus.

10
VI. Analisis Penyaluran Dana

A. Pengertian

Analisis penyaluran dana adalah proses melihat, mengkaji dan menilai usaha
anggota agar mampu menghasilkan penyaluran dana yang berkwalitas sehingga

m
lembaga berkelanjutan (sustainable). Penyaluran dana yang berkualitas kepada

o
anggota dan calon anggota pada umumnya menggunakan prinsip 5C namun

.i c
sesungguhnya yang paling penting pada koperasi adalah character dan capasitas
usaha anggota/pemanfaat sehingga bagi koperasi bukan sekedar menyalurkan
dana tetapi bagaimana memberikan pembiayaan. Secara etimologi pembiayaan

k
berasal dari kata biaya, yaitu membiayai kebutuhan usaha dimana pemilik modal

d
dalam hal ini koperasi harus tahu persis penggunaan dana dan usaha yang
dijalankan pemanfaat.

B. Tujuan

o p
k
Tujuan analisis penyaluran dana/pembiayaan adalah sebagai alat untuk
memberikan jawaban pengambilan keputusan dalam penyaluran dana. Hal yang

m
dilakukan adalah menilai usaha calon anggota, menekan resiko akibat tidak
terbayarnya pembiayaan dan menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak

Di dunia lk
C. Prinsip-Prinsip Analisis Penyaluran dana/Pembiayaan
perbankan dalam melakukan penilaian analisis pembiayaan
menggunakan unsur 5C. Begitu juga koperasi PMK sebagai lembaga keuangan
mikro menggunakan unsur 5C ini, namun penilaian lebih mengutamakan substansi
dari 5C tersebut :

11
1. Character
Penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon anggota pada bank
biasanya dengan menggunakan data bank, jika pada bank lain nama anggota
yang bersangkutan pernah tidak bayar maka otomatis dianggap tidak baik
karakternya (terjadi pembunuhan karakter). Koperasi PMK dirancang untuk
penguatan anggota di wilayah kelurahan sehingga disaring melalui pendidikan
anggota dan kebersamaan. Jadi karakter tidak hanya dilihat dari satu faktor

m
saja, namun melalui proses, kecuali anggota kelompok tidak menghendaki.

o
2. Capacity

.i c
Penilaian capacity kemampuan anggota untuk melakukan pembayaran.
Kemampuan ini diukur dari hasil wawancara dan melihat langsung kondisi
usaha anggota

k
3. Capital

d
Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon anggota, yana

p
diukur dengan posisi usahanya secara keseluruhan melalui rasio finansialnya

o
dan penekanan pada komposisi modalnya.

k
4. Conditions
Penilaian conditions adalah melihat kondisi perekonomian secara umum

m
khususnya yang terkait dengan jenis usaha anggota, hal tersebut dilakukan

k
karena keadaan eksternal usaha yang dibiayai. Misalnya jika tukang ojek

l
memiliki satu motor kreditian, sementara akan ada program pemerintah masuk
angkutan kota dan dilarang beroperasi ojek, maka kondisi ekonominya agak
bermasalah.

5. Colateral
Colateral adalah jaminan milik anggota. Penilaian untuk lebih meyakinkan jika
suatu resiko kegagalan pembayaran terJadi, maka Jaminan dipakai sebagai
pengganti dari kewajibannya. Tetapi, colateral dalam Koperasi lebih
ditekankan pada faktor : kepercayaan, kedekatan hubungan dengan
pengusaha dan kegiatan usahanya; saling mengenal karena daerah usahanya
tidak luas melalui tanggung renteng dan/atau bersama tokoh setempat yang
diringi dengan pengajian bersama.

12
D. Kegiatan Persiapan Analisis Pembiayaan

Analisis merupakan kegiatan yang sangat kompleks, karena keharusan menilai


suatu kondisi eksternal dengan keterbatasan data yang tersedia. Penilaian
bersifat prediksi karenanya perlu formula dan pendekatan ilmiah dalam
melakukannya. Sebelum kegiatan analisis dilakukan, maka diperlukan beberapa
persiapan yaitu :

1. Pemilihan Pendekatan (approach) Analisis

o m
.i c
a. Pendekatan Karakter
Pada pendekatan ini proses pemberian dana pembiayaan didasarkan atas

k
kepercayaan terhadap reputasi karakter usaha dan perilaku anggota.
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling murni karena acuan

d
dasarnya adalah kepercayaan pada karakter usaha dan personalnya.
Pendekatan ini merupakan pendekatan paling komplek karena karakter

p
seseorang sangat sulit diketahui dengan baik. Jika pendekatan ini dipakai
maka secara teoritis memberikan jaminan kelayakan usaha, sebab

o
penilaian ini sangat tergantung kejelian dan kepekaan seorang analis.
Penilaian karakter memerlukan waktu dan metodologi yana lebih komplek

k
dibandingkan pendekatan yang lain, oleh sebab itu pendekatan yang
dilakukan koperasi PKM sebagaimana disebutkan diatas adalah melalui
pendekatan kelompok (yang dibahas pada meteri kelompok)

m
b. Pendekatan Kemampuan Pelunasan

l k
Pendekatan ini menekankan pada kemampuan anggota mengembalikan
pokok pembiayaan, apakah berdasarkan pada proyek yang dibiayai atau
sumber dana lainnya yang mungkin menutup pengembalian dana
pembiayaan. Penilaian kemampuan pengembalian dana pembiayaan
dapat dilakukan dengan melihat penilaian Cash Flow (secara sederhana)
serta mengembalikan pula dengan estimasi dari Source dan use of funds
anggota

13
E. Proses Pengumpulan Informasi

Beberapa informasi yang diperlukan dalam rangka persiapan analisis pembiayaan


adalah informasi yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Informasi umum -
yang dapat diperoleh dari pihak luar - meliputi beberapa informasi usaha anggota,
antara lain :

1. Reputasi anggota.

m
2. Data ekonomi menyangkut usaha yang akan dibiayai.
3. Data perkembangan rekening simpanan.

o
Informasi khusus tentang anggota meliputi :

.i c
1. Data keuangan anggota.
2. Data teknik usaha (manajemen sederhana) anggota.

k
3. Data ekonomis dan yuridis jaminan (apabila sangat diperlukan untuk

d
pembiayaan skala besar).

p
4. Data lain yang berkaitan secara langsung dengan usaha/proyek.

k
F. Penetapan Titik Kritis Proyek

o
Aspek pasar merupakan aspek terpenting dari keseluruhan aspek yang harus

m
dianalisis. Tanpa adanya pemasaran maka keseluruhan produksi akan macet.

lk
Peryataan ini sepintas mengandung kebenaran, namun jika dianalisis secara detail
akan dijumpai beberapa kelemahan utama pendekatan ini. Aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen dan aspek lainnya merupakan hubungan yang saling
berkait satu sama lain. Karena itu keseluruhan aspek harus dinilai dengan
seksama. Namun setiap proyek harus mempunyai karakteristik dan keunikan yang
tidak ada persamaan dengan proyek lainnya.

Analisis pembiayaan harus dapat menemukan titik kritis dari suatu proyek yang
akan dibiayai, yaitu penentuan aspek mana yang paling kritis untuk dianalisis yang

14
merupakan faktor dominan akan keberhasilan proyek. Jika titik kritis dapat dilalui
maka aspek lain akan dilakukan analisis kemudian.

G. Analisis Aspek Pembiayaan

Setelah mengetahui secara jelas titik kritis dan suatu usaha anggota, maka
langkah berikutnya adalah melakukan analisis setiap aspek yang berkaitan dengan
usaha anggota tersebut.

m
H. Analisis Aspek Yuridis

o
Sasaran dari analisis aspek ini adalah :

.i c
1. Apakah anggota mempunyai kecakapan (capacity) untuk mengadakan
perjanjian; anggota Koperasi minimal memahami tentang "akad pembiayaan"

k
yang sedang dibuat;

d
2. Apakah status badan usaha yang digunakan untuk menampung usahanya
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku (liar atau bukan): anggota

p
KOPERASI minimal melaksanakan ketentuan-ketentuan atau peraturan

o
dimana ia berusaha, misalnya membayar iuran keamanan, retribusi sampah,

k
dll.

I. Analisis Aspek Pemasaran

m
Kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan ada artinya

l k
jika tidak ada kemampuan memasarkan, apalagi dalam situasi perekonomian yang
kompetitif, dimana customer oriented lebih menonjol dibandingkan production
oriented.
Faktor-faktor yang dinilai adalah :

1. Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle)


Pada era teknologi yang begitu cepat berkembang suatu produk atau jasa
akan cepat ketinggalan zaman, baik karena modalnya, teknologi maupun
keadaan ekonomis lainnya. Dan suatu ketika produk lama yang telah lewat
masanya akan kembali laku karena adanya sentuhan promosi dan konsep

15
iklan lainnya. Dalam menganalisis pembiayaan, maka yang harus diperhatikan
adalah :

a. Apakah produk tersebut masih dalam masa pengenal; pertumbuhan,


pematangan atau penuaan.
b. Apakah pembiayaan yang diajukan telah akan berakhir pada masa produk
tersebut paling lambat pada akhir masa ketiga (pematangan).
Dalam KOPERASI, analisis siklus hidup produk tidaklah begitu rumit karena

m
hanya membiayai usaha kecil, narnun tetap harus diperhatikan untuk melatih

o
analisis petugas pembiayaan.

.i c
2. Produk Subsitusi
Titik sentral analisis harus ditekankan pada asumsi yang diajukan oleh
pemohon pembiayaan terhadap jumlah penawaran barang didalam

k
memperhitungkan titik keseimbangan antara penawaran dan permintaan
barang tersebut. Seorang analis harus mampu mengidentifikasikan sejauh

d
mana produk yang diajukan pembiayaannya dapat mengatasi produk

p
pengganti.
3. Perusahaan Pesaing

o
Dalam menganalisis faktor pesaing ini, harus mampu memprediksi market

k
share dari produk/jasa yang akan dipasarkan oleh anggota.
4. Tingkat Kemampuan Daya Beli Masyarakat

m
Walaupun suatu produk bersifat unik dan tidak ada barang penggantinya,
namun hal tersebut tidak menjamin produk tersebut akan laku di pasaran.

l k
Sebab hal itu dipengaruhi pula oleh kemampuan atau daya beli masyarakat
yang menjadi target pasarnya.
5. Program Promosi
Tujuan analisis ini adalah mengetahui sejauh mana rencana anggota untuk
mempromosikan barangnya. dan apakah program tersebut cukup realistis
untuk meningkatkan omset penjualannya.

6. Daerah Pemasaran
Untuk menaksir kuantitas produk yang akan dijual, dihubungkan dengan target
market dalam suatu wilayah.

16
7. Faktor Musim
Analisis harus dapat mengungkapkan hubungan antara produk dengan
musim serta hubungannya dengan pola konsumsi atas produk tersebut.
Sehingga akan lebih tepat dalam memprediksi volume penawaran.

8. Manajemen Pemasaran
Ini sangat penting dianalisis karena faktor ini merupakan motor dari
keseluruhan program penjualan. Yang harus diperhatikan dalam analisis ini

m
adalah organisasi, strategi sarana pemasaran, jalur distribusi, anggaran

o
biaya yang disediakan, pengalaman para salesman dan tingkat harga.

.i c
9. Kontrak Penjualan
Jika ini ada, maka hal tersebut menunjukkan target pasar yang sudah jadi.

k
J. Analisis Aspek Teknis

d
1. Lokasi Usaha

p
Lokasi usaha yang dianggap ideal, jika memenuhi kriteria berikut:

o
a. dekat dengan pasar

k
b. dekat dengan sumber bahan baku
c. dekat dengan tenaga kerja

m
d. dekat dengan suplier peralatan

k
e. dekat dengan sumber permodalan

l
f. transportasi mudah
g. ada fasilitas penunjang yang memadai
2. Fasilitas Gedung Bangunan Tempat Usaha yang Memadai
Yang harus dianalisis adalah :

a. pendirian gedung tidak melanggar peraturan pemerintah (IMB)


b. gedung dan bangunan dapat menampung kegiatan dan usaha
c. gedung dan bangunan memenuhi persyaratan teknis
3. Mesin-Mesin yang dipakai
Beberapa faktor yang harus dianalisis adalah :

17
a. Kapasitas mesin, apakah sudah sesuai dengan rencana produksi
b. Apakah konfigurasi mesin telah lengkap.
c. Reputasi merk.
d. Kemudahan reparasi.
e. Fleksibilitas mesin dengan mesin lain.

4. Proses Produksi

m
Faktor yang dinilai adalah ;

o
a. Urutan proses produksi, apakah telah menunjukkan tingkat

.i c
efisiensi yang maksimal.
b. Adakah standar-standar pengukuran.

k
c. Desain dan perencanaan produksi.

d
K. Analisis Aspek Keuangan

p
Beberapa aspek yang harus dinilai adalah sbb :

o
1. kemampuan memperoleh keuntungan

k
2. sisa-sisa pembiayaan dengan pihak lain
3. beban-beban rutin di luar kegiatan usaha

m
Pendekatan yang dapat dipakai dalam menilai aspek keuangan adalah sebagai

l k
berikut:
1. Kemampuan Menabung
Pendekatan ini berasumsi bahwa dana pembiayaan dapat
bermanfaat jika debitur mampu melakukan pengembaliannya. Dan untuk
menilai kemampuan pengembalian ini, diasumsikan bahwa ; antara
usaha dan keluarga adalah unit kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Jadi sesungguhnya pendekatan ini sama dengan pendekatan
repayment (kemampuan membayar).
Aplikasi pendekatan ini adalah sebagai berikut :

18
a. Melakukan analisis rugi laba masa lalu (lakukan dengan
wawancara).
b. Hitung semua penerimaan di luar usaha.
c. Hitung semua biaya di luar kegiatan usaha (seperti keluarga
lebaran, rekreasi, dll).
Tentukan kemampuan menabung (1+2-3).

m
2. Pendekatan Kebutuhan Modal

o
Pendekatan ini progresif dibanding kemampuan menabung. Asumsi

.i c
yang dipakai pendekatan ini adalah :

 Bahwa kegiatan usaha kecil sekalipun mampu dikembangkan jika

k
kita mampu menghitung secara tepat berapa keuntungannya.
 Bahwa kemandekan usaha kecil lebih banyak disebabkan oleh

d
kekurangan modal.

p
 Pengembangan di masa datang memiliki korelasi dengan masa

o
lampau.
Aplikas pendekatan ini - cocok untuk usaha-usaha non cash - dapat

k
dilakukan sbb :

m
a. Hitung dengan tepat berapa tingkat perputaran modal kerja dalam
sebulan. Secara sederhana dapat dihitung sbb :

l k
30 hari

-------------------------------- = tingkat perputaran modal kerja sebulan

lama pembayaran pembeli

b. Hitung berapa potensi yang masih dapat dijangkau, tentukan


taksiran nilai rupiahnya.
c. Kebutuhan modal kerja = perputaran (1)x potensi (2).

19
FORMAT

Memorandum Analisa Pembiayan (MAP)

DATA PEMOHON
Nama Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan
Identitas Diri  KTP  SIM Nomor
Status Marital  Lajang  Menikah  Duda/Janda Agama
Pendidikan  SD  SLTP  SMA  S1 Tanggungan
 Wirausaha  Karyawan 

m
Pekerjaan Penghasilan Rp
Profesional
Bidang Usaha Pengeluaran Rp

o
TEMPAT TINGGAL TEMPAT USAHA

.i c
Alamat Alamat

No. Telp No. Telp

k
PERFORMANCE (40%)
1. Lama Usaha [5] > 5 tahun 4. Administrasi Usaha [5] Terdokumentasi rapi

d
[4] 2-5 tahun [4] Catatan sederhana
[3] < 2 tahun [3] Tidak ada catatan

p
2. Reputasi Usaha [5] Baik 5. Tempat Tinggal [5] Milik sendiri
[4] Cukup Baik [4] Milik sendiri (kredit)

o
[3] Kurang Baik [3] Milik orang tua/sewa
3. Usia [5] 30 – 45 tahun 6. Tempat Usaha [5] Milik sendiri

k
[4] 21 – 30 tahun [4] Milik sendiri (kredit)
[3] > 45 tahun [3] Milik orang tua/sewa

KAPASITAS (40%)

m
1. Rasio Laba / Kewajiban [5] > 3 kali [4] 2 – 3 kali [3] 1 – 2 kali
2. Rasio Laba / Bagi Hasil [5] > 5 kali [4] 4 – 5 kali [3] 2 -4 kali

k
3. Dana Sendiri [5] > 30 % [4] 20 – 30 % [3] 10 – 20 %

l
4. Perputaran Piutang [5] 1 bulan [4] 2 bulan [3] 3 bulan
5. Perputaran Persediaan [5] 1 bulan [4] 2 bulan [3] 3 bulan

JAMINAN (20%)
Ada □ Tidak ada □ Rp
□ Simpanan Lancar
Nama Pemilik □
Ada □ Tidak ada □ Rp
□ Simpanan Kelompok
Persetujuan Kelompok □
Nilai Wajar Jaminan Rp. □
□ Jaminan lainnya Nilai Likuidasi Rp. □
□ ______________ Potensi Jual Kembali □ Bagus □ Kurang Bagus
Aspek Hukum □ Sempurna □ Tidak Sempurna
Nilai Prosentase _Nilai Likuidasi_
_____________________ x 100% = _________ %
Pembiayaan
KESIMPULAN [5] Jaminan sangat mencukupi (> 100 %), dokumentasi sempurna

20
ANALISA JAMINAN [4] Jaminan mencukupi 70 – 99 %, dokumentasi sempurna
[3] Jaminan antara 50 – 69 %, dokumentasi cukup

KESIMPULAN ANALISA
KOMPONEN ANALISA BOBOT NILAI BOBOT X NILAI
PERFORMANCE 40 %
KAPASITAS 40 %
JAMINAN 20 %
TOTAL NILAI

1. Profil Usaha

m
Sejarah Usaha

o
Usaha yang dijalankan saat ini, system usaha yang dijalankan, lokasi usaha, status tempat
usaha dan kepemilikan. Dijelaskan dalam bentuk deskripsi

.i c
Bagaimana usaha anggota?

d k
o p
k
k m
l

21
2. Keuangan
Tabungan pada Bank Rp .………………….(nama Bank ……….. )

Tabungan pada PMK Rp ..…………………

Piutang dagang Rp……………………

Kas perhari Rp……………………

Investasi Rp…………………… terdiri dari :

m
Penyaluran dana yang sedang berjalan ke pihak lain :

o
 Nama lembaga/perorangan : …………………………………………

.i c
 Besar pinjamaman : …………………………………………
 Lama penyaluran dana : …………………………………………
 Besar angsuran & bunga : …………………………………………
Modal awal : …………………………………………

k
Modal sekarang : …………………………………………

d
Aset : …………………………………………

p
Kapasitas Pembelanjaan : …………………………………………

3. Laba / Rugi

Pendapatan
k o
m
Omzet hari/minggu/bulan : …………………………………………

l k
a.Keuntungan (% dan Rp.) : …………………………………………

b.Sumber pendapatan lain : …………………………………………

: …………………………………………

Total Pendapatan (a+b) : …………………………………………

Pengeluaran
 Resiko Harian : …………………………………………
 Transportasi belanja : …………………………………………
 Biaya sekolah per hari : …………………………………………
 Restribusi : …………………………………………
 Angsuran penyaluran dana : …………………………………………
 Arisan : …………………………………………
22
 Gaji pegawai : …………………………………………
 Gas dan atau minyak : …………………………………………
 Listrik : …………………………………………
 Telephon : …………………………………………
 Air dan atau PAM : …………………………………………
 SPP : …………………………………………
 Asuransi : …………………………………………
Lain – lain : …………………………………………

Total pengeluaran harian : …………………………………………

m
Total pengeluaran bulanan : …………………………………………

o
Kemampuan simpan : …………………………………………
Prestasi pyd sebelumnya : …………………………………………

.i c
Perkembangan usaha : …………………………………………

Jumlah Plafond yg diajukan : …………………………………………

Neraca

d k
Harta

o p Kewajiban dan Modal

k
Kas Rp Hutang ke Bank Rp

Tabungan di Bank Rp Hutang ke Koperasi lain Rp

m
Persediaan Barang Rp Hutang ke pihak lain Rp

l k
Piutang(dana di luar) Rp

Inventaris usaha Rp

Harta Tetap

- Modal Rp

Jumlah Rp Jumlah Rp

23
4. Rekomendasi
Carakter : …………………………………………

Capital : …………………………………………

Capability : …………………………………………

Conditions : …………………………………………

CashCollateral : …………………………………………

m
Berdasarkan data diatas rapat memutuskan

o
a. layak b. tidak layak

5. layak disetujui

.i c
k
Jumlah Penyaluran Dana : …………………………………………

d
Angsuran : …………………………………………

Proporsi Bagi hasil : …………………………………………

p
Margin : …………………………………………

o
Jangka waktu : …………………………………………

k
Jumlah tabungan yg ditahan : …………………………………………

k m
Yang mengajukan

l
Pendamping

24
VII. Pembiayaan Bermasalah

Berbicara pembiayaan bermasalah tidak lepas dari penyebab pembiayaan


bermasalah, oleh sebab itu dalam materi ini akan dibahas:
1. Menganalisis sebab-sebab terjadinya keterlambatan angsuran / pembiayaan
bermasalah
2. Kriteria keterlambatan angsuran / pembiayaan bermasalah

m
3. Menyadari biaya besar akibat keterlambatan angsuran bagi lembaga
4. Mengendalikan keterlambatan angsuran / pembiayaan bermasalah

o
5. Menyusun rencana tindak lanjut lembaga untuk mengatasi keterlambatan

.i c
angsuran / pembiayaan bermasalah

k
7.1 Pengertian

d
Pengertian keterlambatan angsuran atau dikenal dengan istilah pembiayaan
bermasalah adalah apabila pembayaran anggota kepada lembaga melewati waktu

p
yang telah disepakati. Beberapa pendapat tentang pengertian keterlambatan

o
angsuran adalah :

k
1. Situasi yang terjadi ketika pembayaran pembiayaan sudah melewati jatuh
tempo

m
2. Keterlambatan angsuran pinjaman (atau tunggakan pinjaman) adalah pinjaman

k
dengan pembayaran yang sudah melewati jatuh tempo (Calmeadow)

l
3. USAID mendefinisikan keterlambatan angsuran adalah sebagai tunggakan
atau keterlambatan pembayaran serta digunakan untuk mengukur persentase
dari portofolio pinjaman yang beresiko
4. Keterlambatan angsuran yang tertunggak adalah pinjaman yang
pembayarannya sudah lewat jatuh tempo, (dikutip dari SEEP)

25
7.2. Penyebab Keterlambatan

Keterlambatan angsuran disebabkan oleh 3 faktor yaitu

1. Faktor Internal, yang disebabkan oleh manajemen lembaga dan prilaku


pengelola, beberapa factor internal adalah
a. Mengumpulkan data yang tidak akurat tentang calon / mitra
b. Menganalisa kelayakan usaha dan kelayakan pembiayaan tidak tepat dan cermat
c. Petugas lapang tidak mengisi Memorandum Analisa Pembiayaan dan menganalisa

m
5C

o
d. Adanya komunikasi yang kurang baik antara manajemen dengan petugas lapang
dan antara bagian adm dengan AO

.i c
e. Pengawasan dan pembinaan tidak intensif dan berkelanjutan
f. Tidak menjalankan sisdur dengan baik

k
g. Ketegasan perjanjian / commit to akad
h. Penarikan pembayaran dari petugas lapang tidak tepat waktu

d
i. Kurang selektif dalam memilih mitra

p
j. Memberikan pembiayaan tidak sesuai dengan kebutuhan
k. Tidak ada jaminan dari kelompok dan tidak ada jaminan usaha yang baik

o
l. Tanggung renteng tidak berjalan karena kelalaian petugas dalam membangun

k
kedisiplinan
m. Tidak ada sanksi ketika tabungan kelompok tidak aktif
n. Tidak menggunakan asuransi

m
o. Jaminan liquid

l k
2. Faktor Eksternal, yang disebabkan oleh factor x, dimana pengelola atau
nasabah sulit bahkan tidak mungkin menghindarinya, seperti bencana alam,
sakit, meninggal dan sebagainya
3. Faktor anggota pemanfaat, yang disebabkan oleh anggotanya itu sendiri yaitu
karakter

26
7.3. Biaya-Biaya Atas Keterlambatan Angsuran

Bagaimana keterlambatan angsuran pembiayaan dapat mempengaruhi BMT

a. Menangguhkan pendapatan bagi hasil, sementara biaya tetap dikeluarkan


sehingga mengurangi peluang keberlangsungan lembaga

m
b. Memperlambat perputaran portofolio, menurunkan produktifitas aktiva dan
mengurangi pendapatan administrasi.

o
c. Seperti penyakit menular atau binatang buas yang bersembunyi

.i c
d. Memerangi keterlambatan angsuran membutuhkan biaya tinggi, adanya biaya

k
penyisihan kerugian pembiayaan, pencegahan lebih baik dan murah
e. Arus kas menjadi tersendat dan berdampak pada manajemen likuiditas dan

d
menyulitkan perencanaan

p
f. Menurunkan moril karyawan dan menurunnya kepercayaan dari anggota

o
berkurang
g. Mengarah pada pembiayaan tak tertagih, hilangnya pendapatan & aktiva

k
m
Contoh

k
Jumlah sebenarnya dari pendapatan yang tertunda dapat ditetapkan dengan

l
membandingkan bagi hasil (dan pendapatan biaya) yang diterima dalam bulan
tertentu dengan bagi hasil yang diharapkan

Portofolio per 1 januari 2009 100.000

Perkiraan bagi hasil selama 4 minggu 2%

Bagi hasil yang masuk per 31 januari 2006 diperkirakan 2.000

Bagi hasil yang diterima per 31 januari 2006 1.000

27
Jika koperasi hanya menerima 1000 dari pembayaran bagi hasil yang jatuh tempo
pada tanggal 31 januari 2009 maka pendapatan untuk januari berkurang sebesar
1000 dari semestinya karena adanya pembayaran angsuran yang tertunggak

Menghitung biaya pembiayaan tak tertagih dengan mempertimbangkan biaya variable

Nilai pembiayaan 75.000

m
Harga jual 15% dari pokok ______

o
Masa pengembalian (mingguan) 25 minggu

.i c
Angsuran pokok mingguan ______

Margin mingguan ______

k
Jumlah pembayaran mingguan ______

d
Pembayaran yang diterima 15 minggu ______

Pendapatan margin yang hilang

o p ______

k
Pokok pembiayaan yang hilang ______

Jumlah pokok dan pendapatan yang hilang ______

m
Keuntungan yang diharapakan (pembiayaan 75.000; 25 minggu ______

l k
Biaya per pembiayaan 7.500

Keuntungan bersih yang diharapkan per pembiayaan ______

Keuntungan bersih yang diterima (10 minggu pend.hilang) ______

Banyaknya pembiayaan yang perlu dikeluarkan untuk mengembalikan hilangnya


pokok pembiayaan dari pembiayaan sebesar 75.0000 adalah

Pokok yang hilang

Keuntungan bersih per pembiayaan

28
Banyaknya pembiayaan yang perlu dikeluarkan untuk mengembalikan hilangnya
pokok + bagi hasil dari pembiayaan sebesar 75.0000 adalah

Bagi hasil + pokok yang hilang

Keuntungan bersih per pembiayaan

m
7.4 Outstanding Portofolio

o
Outstanding portofolio dari sebuah lembaga keuangan adalah nilai saldo dari pokok

.i c
pembiayaan yang belum lunas. Outstanding portofolio merupakan aktiva terbesar bagi
lembaga keuangan. Aktiva terbesar pada inilah yang menghasilkan pendapatan bagi
hasil dan administrasi bagi lembaga dan merupakan produk utama usaha lembaga

k
yang diminati anggota

p d
Rasio kinerja portofolio dan pengembalian pembiayaan

o
INDIKATOR RASIO

k
Sisa pokok pembiayaan yang belum terbayar dari
PORTOFOLIO BERESIKO
semua pembiayaan yang tertunggak

m
PAR

k
OUTSTANDING PORTOFOLIO

l
Tingkat tunggakan
Jumlah angsuran yang tertunggak

Outstanding Portofolio

Jumlah angsuran yang diterima


Tingkat pengembalian
pembiayaan

Jumlah angsuran yang jatuh tempo + tunggakan

29
Tingkat pengembalian
pembiayaan yang tepat waktu Jumlah angsuran yang diterima periode ini

Jumlah angsuran yang jatuh tempo sesuai jadwal


pengembalian pembiayaan

Tingkat kerugian pembiayaan

m
tahunan Jumlah pembiayaan yang dihapuskan sebagai
pembiayaan tak tertagih

o
.i c
Rata-rata outstanding portofolio

k
Portofolio Beresiko (Portfolio at risk)

d
Menurut Ledgerwood, (2000 :208) portofolio beresiko (Portfolio at risk) mengacu pada

p
sisa pokok pinjaman yang belum terbayar dari semua pinjaman yang terlambat atau

o
tertunggak (amount overdue). Portofolio beresiko berbeda dengan tunggakan sebab

k
portrofolio beresiko mempertimbangkan jumlah dari semua yang tertunggak atau bila

m
terjadi tunggakan pada portofolio maka sisa dari pinjaman dihitung sebagai pinjaman

k
yang beresiko sedangkan tunggakan hanya menghitung portofolio yang tertunggak

l
saja. Rumus dari portofolio beresiko adalah sebagai berikut

SPM
Portofolio beresiko =
∑BD

Sumber : Ledgerwood, (2000 :208)

30
SPM : Sisa pokok pinjaman/pembiayaan yang belum tebayar dari semua yang

tertunggak

∑BD : Jumlah yang belum dibayar

Perbandingan portofolio beresiko (portfolio at risk) mencerminkan resiko yang

benar-benar terjadi dari suatu masalah keterlambatan oleh sebab itu

m
mempertimbangkan jumlah penuh dari pinjaman beresiko, hal ini penting sekali

o
terutama manakala pembayaran pinjaman kecil sementara jangka waktu pinjaman

.i c
panjang. Beberapa lembaga keuangan mikro cenderung memilih untuk membuat

laporan pinjaman yang beresiko hanya pada jumlah yang waktunya spesifik dimana

k
saat jatuh tempo (past due) dan pada pembayaran yang belum diterima, hal ini

d
didasarkan pada fakta bahwa banyak klien dapat membayar pinjamannya jika saat

p
jatuh tempo (past due)

k o
Masih menurut Ledgerwood, (2000:208) Menghitung portofolio beresiko rata-

rata adalah setiap periode, tujuannya agar LKM dapat menentukan keterlambatan

m
angsuran melihat kondisi LKM dalam keadaan membaik atau memburuk, atau dapat

l k
memperkirakan kejadian dimasa yag akan datang. dilihat dari sisi lembaganya,

wilayah kerja, cabang lembaga, pegawai kredit atau oleh per bagian.

Contoh Portofolio dari 4 nasabah A, B, C dan D masing-masing mendapat


pembiayaan sebesar Rp 60 selama 6 bulan dengan angsuran Rp 10 per bulan
Tabel 2.2 Portofolio Pembiayaan Selama 6 Bulan

31
PAR
BULAN
Nasabah
1 2 3 4 5 6

A v v V v Tidak

B v v V x Ya

C v v X x Ya

m
D v x X x ya

o
Kini

.i c
V : bayar

X : tunggakan angsuran

k
Perhitungan P A R 120 : 140 = 85,7 %

d
Perhitungan tunggakan 60 : 140 = 42,8 %

p
7.5 Kriteria Penyaluran dana Bermasalah

o
Kriterian penyaluran dana bermasalah atau pembiayaan bermasalah terdiri dari

k
a Penyaluran dana Kurang Lancar
Penyaluran dana digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria di bawah

m
ini:

k
1) Pengembalian penyaluran dana dengan sistem angsuran dikarenakan

l
terdapat tunggakan angsuran pokok dengan kondisi sebagai berikut:
a) Tunggakan melampaui 1 (satu) sampai dengan 30 hari atau 1 (satu) bulan
dari jatuh tempo pembayaran bagi penyaluran dana dengan angsuran
harian.
b) Melampaui 1 (satu) minggu sampai dengan 4 (empat) minggu tetapi
belum jatuh tempo pembayaran bagi penyaluran dana dengan angsuran
mingguan
c) Melampaui 1 (bulan) sampai dengan 2 (dua) bulan bagi penyaluran dana
yang masa angsurannya ditetapkan bulanan

32
2) Pengembalian penyaluran dana tanpa angsuran yaitu:
a) Penyaluran dana belum jatuh tempo terdapat tunggakan margin/bagi hasil
yang melampaui 1 kali periode pembayaran
b) Penyaluran dana telah jatuh tempo dan belum dibayar tetapi belum
melampaui 1 (satu) bulan.
b. Penyaluran dana yang Diragukan
Penyaluran dana digolongkan diragukan apabila penyaluran dana yang

m
bersangkutan tidak memenuhi kriteria kurang lancar tetapi berdasarkan
penilaian dapat disimpulkan bahwa:

o
1) penyaluran dana masih dapat diselamatkan dan angsurannya bernilai

.i c
sekurang-kurangnya 75% dari hutang pemanfaat termasuk jasanya.
2) penyaluran dana tidak dapat diselamatkan tetapi agunannya masih

k
bernilai sekurang-kurangnya 100% dari hutang pemanfaat.

d
c. Penyaluran dana Macet
Penyaluran dana digolongkan macet apabila:

p
1) tidak memenuhi kriteria kurang lancar dan diragukan atau

o
2) memenuhi kriteria diragukan tetapi dalam jangka waktu 6 bulan sejak

k
digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau usaha penyelamatan
penyaluran dana;

m
3) penyaluran dana tersebut penyelesaiannya telah diserahkan kepada

k
Pengadilan Negeri atau telah diajukan permohonan ganti rugi kepada

l
perusahaan asuransi kredit.

7.6 Penanganan Penyaluran Dana Bermasalah

Penanganan penyaluran dana bermasalah pada LKM Koperasi PMK harus


berbeda dengan kredit bermasalah pada perbankan. Prinsip-prinsip yang
harus diperhatikan dalam penanganan penyaluran dana bermasalah pada
LKM Koperasi PMK adalah:

a. Keterbukaan.

33
b. Tanggung jawab bersama dan solidaritas anggota.

c. Pembinaan yang berkelanjutan kepada anggota.

d. Efisiensi dengan memperhatikan prinsip bahwa manfaat yang diperoleh


harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

e. Langkah-langkah mengelola penyaluran dana bermasalah


1) Menggolongkan penyaluran dana bermasalah sesuai dengan tingkat

m
kolektibilitasnya yaitu: penyaluran dana kurang lancar, penyaluran
dana diragukan dan penyaluran dana macet.

o
2) Menentukan langkah-langkah penyelamatan penyaluran dana

.i c
bermasalah.
3) Tindakan penyelamatan penyaluran dana bermasalah.

k
4) Memonitor proses penyehatan penyaluran dana bermasalah.
f. Hal-hal yang mendukung berhasilnya pengelolaan penyaluran dana

d
bermasalah

p
1) Melakukan identifikasi masalah yang benar dan tepat.
2) Cara penyehatan yang tepat.

o
3) Dilaksanakan pada waktu yang tepat.

k
4) Adanya kerjasama dan keterbukaan dari penunggak.
g. Langkah-langkah identifikasi penyaluran dana bermasalah:

m
1) Mendapatkan data perusahaan penerima penyaluran dana, antara

k
lain: (1) aspek keuangan (neraca laporan laba/rugi dan lain-lain), (2)

l
Aspek pemasaran (data penjualan, potensi pasar, dan lain-lain), (3)
Aspek teknik produksi (kapasitas produksi, kondisi peralatan/mesin,
dan lain-lain), dan (4) Aspek manajemen (jumlah tenaga kerja,
kualifikasi karyawan, dan lain-lain).
2) Analisis data, baik faktor internal maupun eksternal
h. Cara analisis dapat dilakukan dengan cara:
1) Membandingkan dari waktu ke waktu (time series trend).
2) Merumuskan keterkaitan antar faktor (intern-intern, atau intern-
ekstern).

34
3) Analisis rasio keuangan dan lain-lain

7.7. Penyelamatan Penyaluran Dana Kurang Lancar

1. Meningkatkan intensitas penagihan;


2. Memperpanjang jangka waktu penyaluran dana, dengan syarat:
a Penyaluran dana dari Koperasi masih terpakai dan berputar pada
perusahaan secara efektif (untuk penyaluran dana produktif).

m
b Modal tersebut masih diperlukan (untuk penyaluran dana produktif)

o
c Tidak terdapat tunggakan bagi hasil.

.i c
d Debitur harus bersedia menandatangani Perjanjian Perpanjangan Jangka
Waktu Penyaluran dana (dan membayar bea materai serta biaya
lain/penagihan akibat keterlambatan (transportasi), bila diharuskan oleh

k
peraturan).

d
3. Penjadwalan kembali (Rescheduling)
Mekanisme penjadwalan kembali dilakukan dengan memberi kesempatan

p
kepada debitur penunggak untuk mengadakan konsolidasi usahanya dengan

o
cara menjadwalkan kembali jangka waktu penyaluran dana tetapi bedanya

k
dengan perpanjangan pada penjadwalan kembali, syarat-syarat yang
dikenakan oleh Koperasi tidak seberat pada perpanjangan jangka waktu

m
penyaluran dana karena dianggap perusahaan debitur penunggak menghadapi

k
persoalan berat. Syarat-syarat tersebut antara lain:

l
a Perusahaan masih mempunyai prospek untuk bangkit kembali (untuk
penyaluran dana produktif).
b Adanya keyakinan bahwa debitur penunggak tersebut akan tetap berniat dan
menjalankan usahanya secara sungguh-sungguh (untuk penyaluran dana
produktif).
c Adanya keyakinan bahwa penerima penyaluran dana tersebut masih
mempunyai itikad untuk membayar.

35
Contoh Rescheduling

Misal: Seorang anggota Koperasi mendapat fasilitas pembelian mesin


pencabut bula ayam dari LKM Koperasi PMK dengan nilai nominal Rp
5.000.000,-, mesin tersebut dijual oleh Koperasi Rp. 5.500.000,- dengan
jangka waktu 10 bulan untuk per bulan. Jadi anggota koperasi membayar
cicilan per bulannya Rp 550.000,- (pokok penyaluran dana Rp 500.000,-+
margin Rp 50.000,-). Dari bulan ke-1 sampai dengan bulan ke-5 anggota

m
tersebut membayar tepat waktu, tetapi dari bulan ke-6 sampai dengan ke-10

o
dia menunggak. Pada bulan ke-11 koperasi menjadwalkan melakukan

.i c
penjadwalan kembali sebagai berikut:

Tunggakan pokok :Rp 2.500.000,-


penyaluran dana

k
Tunggakan margin :Rp 250.000,-

d
Menjadi pokok penyaluran dana baru :Rp 2.750.000,-

p
dengan jangka waktu 10
Jadi cicilan per bulannya menjadi:

Pokok penyaluran dana

Jasa penyaluran dana

k o = Rp

= Rp
275.000,-

27.500,-

m
Total cicilan per bulan = Rp 302.500,-

l k
4. Persyaratan Kembali Penyaluran dana (Reconditioning)
Cara ini hampir sama dengan rescheduling yaitu perubahan sebagian syarat
atau seluruh syarat penyaluran dana.

5. Penataan Kembali Penyaluran dana (Restructuring)


Di samping perubahan-perubahan syarat-syarat penyaluran dana seperti pada
reconditioning, maka pada cara restructuring Koperasi menambah kembali
jumlah penyaluran dana atau mengkonversi sebagian atau seluruh penyaluran
dana tersebut menjadi ekuitas/ penyertaan Koperasi terhadap anggota yang
menunggak tersebut.

36
7.8. Penyelamatan Penyaluran Dana Macet

1. Penjadwalan kembali jangka waktu penyaluran dana (rescheduling)


2. Persyaratan kembali penyaluran dana (Reconditioning)
3. Penataan kembali penyaluran dana (Restructuring)
4. Penjualan asset yang dijadikan jaminan (agunan) oleh pemanfaat.
5. Tanggung renteng

m
6. Meminta anggota dan kelompok mengupayakan dana dari pihak lain untuk

o
melunasi kewajibannya.

.i c
7. Penghapusan adalah penghapusan sebagian atau seluruh penyaluran dana
bermasalah. Pada umumnya dalam sistem administrasi LKM Koperasi harus
menyiapkan kemungkinan penghapusan tersebut, yaitu dengan jalan

k
membentuk Pos Cadangan penghapusan dan menghitung, Penyisihan

d
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif Wajib Dibentuk (PPAPWD) yang dijelaskan pada penentuan PPAP

p
dan PPAPWD. Tindakan penghapusan dilakukan dengan tujuan agar laporan

o
keuangan terutama Neraca tampak konservatif, namun secara teknis tindakan

k
penagihan masih tetap dilakukan.
8. Apabila seluruh prosedur di atas telah ditempuh dan ternyata masih terjadi

m
perselisihan antara pihak LKM Koperasi PMK dengan debitur maka
penyelesaian hukum dapat ditempuh yang diatur menurut undang-undang

l k
perdata yang berlaku.

7.9 Ketentuan PPAP Dan PPAPWD


Analisis besarnya resiko keuangan lembaga yaitu dengan menghitung biaya
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif Wajib Dibentuk (PPAPWD). Perhitungan PPAP dan PPAPWD
menggunakan perhitungan sebagaimana contoh dibawah ini

37
KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF

Jumlah
Klasifikasi Aktiva Yang PPAPWD
Dana % PPAP
Diklasifikasikan
(Rp.) (%)

(1) (2) (3) 2x3=(4) 3x4 = 5

Lancar 2,178,945,659 99.08% 0% - 0.5% 10,894,728

m
Kurang

o
Lancar 10,865,885 0.49% 25% 2,716,471 10.0% 1,086,589

.i c
Diragukan 9,394,271 0.43% 75% 7,045,703 50.0% 4,697,135

k
Macet 0.00% 100% - 100.0% -

Jumlah 2,199,205,815

p
0.92%

d 9,762,174 16,678,452

o
Pengurangan karena agunan
Neraca
2,199,205,815 PPAPWD

k
k m
l

38

You might also like