You are on page 1of 6

Wawasan Nusantara sebagai Pengaman Generasi Muda

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan
sekitarnya berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 (Undang-
Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat,
bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam mencapai tujuan perjuangan nasional.
Wawasan Nusantara telah diterima dan disahkan sebagai konsepsi politik kewarganegaraan yang
tercantum dalam dasar-dasar berikut ini :
- Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tanggal 22 maret 1973
- TAP MPR Nomor IV/MPR/1978 tanggal 22 maret 1978 tentang GBHN
- TAP MPR nomor II/MPR/1983 tanggal 12 Maret 1983
Ruang lingkup dan cakupan wawasan nusantara dalam TAP MPR '83 dalam mencapat tujuan
pembangunan nasional :
- Kesatuan Politik
- Kesatuan Ekonomi
- Kesatuan Sosial Budaya
- Kesatuan Pertahanan Keamanan
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai-Nilai Nasionalisme
• Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah.
• Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu
titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh
dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di
Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005). Sebagai proses, globalisasi
berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu.
Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada
skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain. Teknologi informasi dan
komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan
teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat
tersebar luas ke seluruh dunia.Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk
Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi,
sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.

• Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme


1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan
demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika
pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat
tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme
terhadap negara menjadi meningkat.
2. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut
akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan
nasional bangsa.
3. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju
untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa
dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

• Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme


1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat
membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan
berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut
terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang
2. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,
Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme
masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat
yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut
dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat
mengganggu kehidupan nasional bangsa.
5. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak
akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme.
Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi
berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global.
Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk
diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak
anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan
kesatuan bangsa.
 Dampak Globalisasi terhadap Kehidupan Bangsa Indonesia.
Dari aspek ideologi, Pancasila yang merupakan "way of life" bangsa Indonesia saat ini
menghadapi tantangan serius, bukan saja orang enggan bicara tentang Pancasila, tetapi justru
nilai-nilai yang terkandung didalamnya nyaris tidak lagi dihayati dan diamalkan. Mungkin hal ini
adalah akibat dan sikap traumatis dari pengalaman masa lalu, atau dapat pula karena terlahir
generasi baru yang telah menganggap bahwa Pancasila sudah tidak bermakna lagi.
Distorsi pemahaman dan implementasi yang terjadi saat ini, dapat kita amati fenomenanya antara
lain :
• Terjadinya kemerosotan (dekadensi) moral, watak, mental dan perilaku/ etika hidup
bermasyarakat dan berbangsa terutama pada generasi muda.

• Gaya hidup yang Hedonistik, materialistik konsumtif dan cenderung melahirkan sifat
ketamakan atau keserakahan, serta mengarah pada sifat dan sikap individualistik.
• Timbulnya gejala politik yang berorientasi kepada kekuatan, kekuasaan dan kekerasan,
sehingga hukum sulit ditegakkan.
• Persepsi yang dangkal, wawasan yang sempit, beda pendapat yang berujung bermusuhan,
anti terhadap kritik serta sulit menerima perubahan yang pada akhirnya cenderung
anarkhis.
• Birokrasi pemerintahan terlihat semakin arogan berlebihan, cenderung KKN dan sukar
menempatkan diri sebagai pelayan masyarakat. Pemberan-tasan korupsi yang berakar
pada birokrasi ini yang terasakan amat sulit karena telah membudaya.

• Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda


Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda.
Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah
membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda
sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang
cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang
memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut
jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat
beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi
identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat
diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari-
hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika
tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet
saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi
tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan
cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut
kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya
adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu
ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral
generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya
dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa
sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan
bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada
pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif
globalisasi terhadap nilai nasionalisme.
• Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme
Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai
nasionalisme antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk
dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar-
benarnya dan seadil- adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya
bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh
globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan
kehilangan kepribadian bangsa.
TURUT memikirkan masa depan bangsa dan negara, berarti memikirkan kejayaan bangsa dan
negara dan menegakkan negara. Hal itu tidak terbatas pada aspek pertahanan keamanan negara
(hankamneg) saja, bahkan merupakan aktualisasi amanat UUD 1945 (amandemen), antara lain
tersurat dan tersirat pada Pasal-pasal 27, 28 E. 28 F dan pasal 30. Berpikir ke masa depan
memang bukan hal yang mudah, tetapi perlu dilakukan oleh setiap anak bangsa agar perjalanan
bangsa tidak mudah diombang-ambingkan oleh perubahan lingkungan yang kian cepat. Juga agar
Udak terjebak pada ilusi negara yang non Pancastlais. sebagai akibat munculnya ideologi yang
diusung oleh kaum demokgrasi liberal dan kaum sosialis demokrat (sosdem) yang kedua-duanya
berlindung dibalik topeng demokrasi.
kita sebaiknya punya tekad untuk "mengembangkan nilai-nilai moral dan kemanusian yang
beradab dalam pikiran, sikap dan tindakan berbangsa dan bernegara. Apa artinya? Tekad,
bermakna kemampuan dan kapasitas sebagai bangsa yang berbudaya, yang saat ini ditengarai
sebagai masa transisi yang amat kritis. Artinya dalam membangun Indonesia yang maju dan
Jaya, mandiri, sejahtera dan bermartabat adalah Indonesia yang tetap berbudaya Indonesia.
Bukan Indonesia yang kebarat-baratan atau yang fce kiri- kirian, bukan pula Indonesia yang
mengadopsi ideologi agama tertentu. Bagaimana kita menyiapkan hal tersebut? Jawaban
singkatnya adalah mengakarkan budaya karakter dan Jati diri bangsa.
Pengakaran budaya itu. maknanya adalah bahwa karakter dan Jatidiri bangsa Indonesia Itu, harus
ditumbuhkembangkan dari nilai-nilai moralitas luhur bangsa, namun mengaktualisasikannya
sesuai dengan perkembangan Jaman. Ini mengisyarakatkan, agar pembinaan kebangsaan sebagai
proses bertingkat dan berlanjut memang harus dikerjakan secara sadar dan penuh kesadaran,
dltengah-tengahderasnya arus globalisasi. Penulis nyatakan, secara sadar itu dilakukan karena
bentuk atau corak masyarakat Indonesia yang dibangun tersebut, haruslah hasil dari rekayasa
sosial nasional Sedangkan dikerjakan dengan penuh kesadaran artinya hal tersebut tidak
dipaksakan, melainkan disesuaikan dengan derap perkembangan masyarakat itu sendiri yang
tetap berorientasi secara padu dengan nilai-nilai luhur bangsa. Rekayasa sosial nasional itu
memang diperlukan, guna menekan dampak ne gatif dari arus globalisasi. Jadi ke depan,
meskipun kadar rasionaltsme bangsa akan terus berlanjut, tetapi karakter dan Jatidiri bangsa Itu
akan tetap memiliki corak dan warna yang jelas yaitu ke-lndonesia-an.
Salah satu upaya dan tindakan yang secara serius adalah melakukan counter terhadap efek
berkembangnya ideologi-ldeologi yang non pancasilals. Baik demokrasi yang diusung oleh kaum
literal, maupun yang bersayap sosialis demokrasi keduanya mempunyai tujuan balk jangka
pendek, menengah dan jangka panjang yang relatif sama tetapi dengan modus yang berbeda.Pada
hakekatnya kaum demokrasi liberal maupun sosialis demokrasi serta kaum yang menggunakan
sayap agama adalah penguasaan bangsa dan negara di semua kehidupan (Ipoleksosbudhankam).
Mereka menggunakan modus operandi dengan menghalalkan liberalisasi segala kehidupan
(termasuk kehidupan ber-agama) yang kemudian berdampak serius terhadap lunturnya jatidiri
dan karakter bangsa serta nasionalisme Indonesia. Mereka juga menghalalkan upaya
desentralisasi secara berlebihan yang kemudian Justru menimbulkan kon/Ilk-kon/Wc sosial,
vertical dan horizontal, menyuburkan primodlalisme atau etnona-sionalisme yang berakibat
munculnya gejala disintegrasi bangsa.
Contoh konkritnya tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tangan-tangan liberaiis yaitu OPM
yang bertujuan menjadikan Irian Jaya sebagai Papua Merdeka. Sedangkan tangan-tangan kaum
sosial demokrat lebih bergerak pada tataran inUektual untuk menekan pemerintah, yang
beberapa waktu yang lalu mendorong terbentuknya otonomi khusus model NAD yang dimotori
oleh GAM. Imbas dari hal-hal tersebut tidak mustahil mendorong masyarakat yang tidak puas
dengan pemerintah pusal lalu berlomba melakukan hal yang sama. Tetapi kedua ideologi liberal
dan sosialis tersebut, ditengarai memunculkan benturan baru yang menggunakan modus
kekerasan, terorisme dan semacam sebagai Jihad dalam perjuangannya. Tujuannya mengarah
kepada berdirinya Daulah Islamyah Indonesia yang menggunakan Syariat Islam sebagai ideologi
Negara Islam Indonesia (baca Ilusi Negara Islam oleh Abdurrahman Wahid).
Untuk hal tersebut, kesadaran berkebangsaan dan nasionalisme suka atau tidak harus terus
digelorakan balk melalui media cetak maupun elektronik, dengan control yang tepat dan benar.
Sebab, penayangan media elektronik TV. RRI. film dan lain-lain, haruslah bersifat mendidik,
agar muatan yang ditayangkan atau disiarkan tidak membawa generasi muda Indonesia tumbuh
dalam arus luesterntsasL radikalisasi, anarkis. Usaha dan kegiatan seperti itu juga dirasa perlu
menjadikan "keluarga" sebagai inti pembinaan yang padu, sebagai alas biak berkembangnya
karakter serta jatidiri Indonesia. Pembangunan toleransi, kebhl-nekaan (pluralisme), keadilan,
serta pembinaan mental berdasarkan agama yang .benar yang berintikan kepada kelauqidan,
adalah serangkaian tindakan yang perlu terus dfsosia-llsaslkan sebagai bagian dari rekayasa
sosial nasional.
Hal-hal tersebut di atas merupakan hal mendasar yang terkait serat dengan implementasi dan
afctullsasl pembangunan nasional, yang bagaimanapun juga hasilnya hams menyelamatkan dan
menegakkan negara. Artinya, disamping pembangunan nasional itu mampu memberikan
kesejahteraan rakyat, hasilnya sekaligus meningkatkan derajat Ketahanan Nasional (TanNas) dan
Wawasan Nusantara (WanNus) yang mencerminkan tetap tegaknya negara. Tannas baik sebagai
kondisi harus mampu dihadapkan kepada ancaman dari dalam negeri dan luar negeri. Ketahanan
nasional sebagai moral bangsa adalah kekuatan moral yang merupakan alternatif bagi solusi
mengatasi dampak adu kepentingan dan adu kekuatan, yang dibawa oleh kaum ideologi non
Pancasilals.
Ketahanan nasional sebagai moral bangsa itu, mudahnya dapat dicontohkan, yaitu penerapan
azas pembangunan kekuatan Hankam-reg dengan inti TNI yang kecil tetapi efektif dan efisien.
TNI yang demikian itu. adalah bentuk nyata dari karakter danjati diri bangsa, dalam hal mana
bangsa Indonesia Udak menonjolkan kekuatan fisik militernya, tetapi mendasarkan pada
kekuatan moral bangsa, yang secara konsekuen mampu mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatannya. Dalam arti khusus, bagaimana Juga, TNI adalah terdiri dari pribadi-pribadi yang
mengawaki segala macam persenjataan canggih yang karakter dan ber- Jatidiri.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Wannus dan TanNas itu menjadi dasar dalam pembangunan
nasional. Namun demikian, seiring dengan berjalannya reformasi serta pelaksanaan otonomi
daerah, maka konsepsi TanNas dan Wannus. dalam pembangunan nasional, tampaknya belum
dapat diwujudkan secara menyeluruh sebagai sistem perencanaan nasional yang padu. Disana
sini, perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah masih sering terlihat belum padu. Dalam
bidang pendidikan nasional misalnya, sering ada sindiran yang menyengat, ganti menteri, ganti
kurikulum. Secara Jujur, bahkan (JU Diknas Itu sendiri tidak memuat rumusan karakter danjati
diri bangsa, padahal secara fundamental diperlukan. Itulah sebabnya diperlukan rekayasa sosial
yang menjembatani kesinambungan dari pembangunan ke pembangunan berikutnya.
Dalam pidato pelantikannya. Presiden SBY secara tegas menyampaikan pentingnya Jatidiri
bangsa sebagai landasan moral. Sementara Itu. pada tanggal 27 Desember 2009. beliau juga
menegaskan kembali betapa pentingnya pembangunan karakter bangsa. Sepantasnya, pidato ini
yang notabene adalah "perintah atau petunjuk perencanaan" dari pimpinan tertinggi negara,
segera dijabarkan dalam action plan oleh para Menteri terkait yang punya kompetensi masalah
tersebut, untuk menjadi standarisasi pembangunan karakter dan jatidiri bangsa secara
menyeluruh bagi segenap masyarakat Indonesia. Inilah komitmen terpenting dari seorang
Presiden RI yang mengajak kita semua untuk sama-sama memaknai mengerti, merasakan dan
melaksanakan untuk "menyelamatkan dan menegakan Indonesia". Jika semua Itu secara sadar
dan dengan kesadaran penuh melaksanakan secara konsekuen, maka pemikiran masa depan
bangsa dan tujuan nasional bukanlah sekedar angan-angan, tetapi merupakan keniscayaan untuk
dicapai.
Hanya dengan cara demikian Itu. Jika para pemimpin bangsa Ini mampu memberikan ke-
tauladan dalam berfikir, bertutur, bersikap (ber-prilaku), maka akan menjadi kebiasaan-kebiasaan
posUi/sehingga melahirkan budaya bangsa yang berkarakter dan berjatidiri. Apa yang telah
disampaikan itu. juga merupakan sebagian implementasi dan aktualisasi dari nilai-nilai luhur
bangsa dan kemudian secara konsensus di sepakati sebagai Pancasila Melalui pendekatan agama.

You might also like