Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Kelompok 7A
1. Rahmad Bahari (A24070036)
Disusun Oleh :
Izhul Laksana (F14061041)
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
METODOLOGI
Pada lahan kantor, keadaan air yang ada menggunakan sumur dan air
PAM, maka untuk mebuat perkembangan pada kantor dibuat pemenuhan air yang
menggunakan 2 ppemenuh kebutuhan air yang pertama menggunakan sumur dan
yang kedua menggunakan air dari layanan PAM. Untuk penampungan air yang
ada maka menggunakan penampung air dan untuk air PAM menggunkan
penampungan pula. ini bertujuan agar kebutuhan air terus terpenuhi.
Untuk lahan sawah atau lahan pertanian dibuat penampungan dengan
menggunkan kolam utama pada awal penampungan kemudian 2 kolam lainnya
untuk lahan pelimpahan. Lahan dialirkan melalui bedengan-bedengan dengan
parit yang ada ke lahan sawah atau tempat pertaniannya. Kemudian dari lahan air
akan dialirkan ke kolam pelimpah yang ada pada 2 kolam tersebut sehingga lahan
tidak terendam air terlalu banyak.
Pada perkembangan lahan ini akan mengalami kesulitan dalam
pengkontrolan bedengan dan parit agar tetap mengairi lahan sawah dan juga
untuk keadaan lahan sawah sendiri, pembuatan pintu masuk dan keluar harus tetap
terkontrol agar aliran air bisa tetap terjaga.
Pada perencanaan telah digambarkan secara teknis bagaimana
perkembangan akan dilakukan. Pada proses perencanaan dan perancangan desain
perlu diperhatikan bagaimana efektifitas dan efesiensi yang akan didapat.
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pengembangan SDA pada lahan dan kantor perlu dilakaukan agar dapat
memenuhi kebutuhan setiap kegiatan yang akan dilaksanakan. Tempat
penampungan (kolam dan tangki penampungan) menjadi salah satu solusi yang
bisa diterapkan dalam pengembangan ini, serta alur aliran menjadi hal pokok
dalam pengembangan pada lahan pertanian.
5.2 Saran
Pengontrolan tetap harus dilaksanakan agar aliran dan kebutuhan air tetap
terjaga. Perencanaan dijalankan sesuai prosedur yang telah dibuat.
LAPORAN PRAKTIKUM
EFISIENSI PEMAKAIAN AIR
Oleh :
1. Meli Nurfarida A24070042
2. Dian Karisnawati A24070047
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk untuk mengukur efisiensi pemakaian air
pada irigasi padi sawah dengan cara langsung menggunakan lisimeter. Selain itu,
praktikum ini juga bertujuan memberikan pengalaman kepada mahasiswa
sehingga mampu untuk menghitung kebutuhan air irigasi tanaman padi pada suatu
kondisi iklim tertentu di suatu daerah dan juga agar mahasiswa mampu
memahami konsep efisiensi irigasi, cara perhitungan dan beberapa data efisiensi
irigasi, dan pengukuran debit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
METODOLOGI
3.3 Metode
Praktikum ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Lisimeter dirakit dari ember, pipa plastik dan plastik hitam dengan
menggunakan lem sebagai perekat antara pipa plastik dan ember, serta tali
raffia untuk mengikat plastik hitam ke pipa plastik. Selanjutnya lisimeter diisi
dengan tanah yang macak-macak sampai mencapai bibir pipa plastik bagian
bawah.
2. Lisimeter diletakkan (dibenamkan) pada bedengan sawah. Bibit padi ditanam
di lahan dengan cara dialur.
3. Setelah 1 MST dilakukan penjarangan/transplanting, pembersihan gulma dan
pemupukan (urea, SP 18, KCl). Pengukuran lisimeter dilakuakn dengan cara
mengukur volume irigasi pada lisimeter dan volume runoff yang tertampung
pada plastik hitam.
4. Selain pengukuran lisimeter, dilakukan pula pengukuran curah hujan melalui
volume air hujan yang tertampung pada penakar hujan. Pengamatan lisimeter
dan penakar hujan dilakukan selama 14 MST.
5. Selain peubah-peubah tersebut, faktor lain yang diamati adalah tinggi tanaman,
jumlah anakan, dan lebar daun.
6. Panen dilakukan pada 15 MST, hanya tanaman padi yang ada di dalam
lisimeter saja yang dipanen. Kemudian ditimbang bobot segar tanaman (akar,
tajuk dan gabah).
Data yang digunakan merupakan data pengamatan lisimeter bulan Agustus
sampai dengan Desember 2009 pada lahan pertanaman padi sawah di Kebun
Percobaan Sawah Baru. Selain data tersebut, praktikum ini juga menggunakan
data pengamatan curah hujan harian dan faktor vegetatif tanaman.
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil evapotranspirasi yang diperoleh dari pengamatan
dapat diketahui bahwa pemakaian air irigasi dalam praktikum ini masih kurang
efisien. Hal ini dikarenakan penyerapan air oleh tanaman kurang efektif yang
dapat dilihat dari tinggi tanaman dan jumlah anakan. Pada minggu akhir
pengamatan, jumlah anakan semakin menurun, padahal curah hujan saat itu
tinggi. Hasil pemakaian air yang kurang efisien memberikan pengetahuan kepada
mahasiswa tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan pemakaian air menjadi
tidak efisien serta cara mengatasinya.
5.2 Saran
Pada praktikum Efisiensi Pemakaian Air selanjutnya diharapkan sarana
dan prasarana yang digunakan bisa lebih baik dari yang telah ada sebelumnya. Hal
itu akan sangat membantu kelancaran praktikum serta membantu dalam mencapai
tujuan dari praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
Galvan Yudistira A24070040
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diantara budidaya tanam tanpa tanah, kulur air adalah budidaya tanaman
yang menurut definisi merupakan sistem hidroponik yang sebenarnya. Kultur air
juga sering disebut true hydroponics, nutri culture, atau bare root system. Di
dalam kultur air, akar tanaman terendam dalam media cair yang merupakan
larutan hara tanamn, sementara bagian atas tanman ditunjang adanya lapisan
medium inert tipis yang memungkinkan tanaman tumbuh tegak (Resh, 1998
dalam Susila, 2009).
Dalam sejarah perkembangan hidroponik, penelitian-penelitian pertama
tentang hidroponik tercatat menggunakan sistem kultur air tanpa adanya substrat
atau media tanah (Woodward, 1699 dalam Susila, 2009). Teknik-teknik dasar
kultur air modern telah dikembangkan oleh Sach dan Knopp pada tahun 1860
(Hewitt dan Smith, 1975) dari beberapa hasil penemuan sebelumnya oleh
Senebier tahun 1791 yang menyatakan bahwa akar tanaman akan mati bila
terendam air. Pada tahun 1804, De Sausser juga menyatakan bahwa disamping
mengandung udara air juga mengandung CO2 campuran gas mengandung 20% O2
(Hewit, 1966; Hewitt dan Smith, 1975 dalam Susila, 2009).
Aerasi adalah suatu hal yang esensial untuk aktivitas perakaran walaupun
hal ini sangat beragam antar spesies tanamn. Pengambilan unsur mineral akan
terjadi ketidakseimbangan bila kondisi oksigen di perakaran menurun, sebaliknya
akan terangsang bila konsentrasi oksigen di zona perakaran meningkat.
Akumulasi karbondioksida (CO2) di dalam larutan hara akan memperlambat
absorbsi sebagian besar unsur hara tanaman dan hara, sedangkan kekurangan
oksigen (O2) walaupun tidak akan menekan abdsorbsi air (dalam periode tertentu)
akan tetap menekan pengambilan unsur hara dari larutan hara (Soffer, 1985 dalam
Susilla, 2009).
Selama lebih dari 300 tahun kultur air merupakan suatu sistem yang paling
sesuai untuk penelitian-penelitian hara dan metabolisme tanman hingga saat ini.
Beberapa hal yang menyebabkan hal di atas adalah sistem kultur air memiliki
larutan hara yang homogen, adanya keseragaman seluruh sistem dalam
mempengaruhi sistem perakaran, serta kemungkinan pengaturan kandungan unsur
hara yang tepat. Kultur air dikelompokkan ke dalam: (1) Aeroponik, (2) Nutrient
Film Tehnique (NFT), dan (3) Deep Flow Technique (DFT) yang semuanya
memiliki tanaman dengan akar yang terbuka (bare root plant) (Vestergaard, 1984
dalam Susila, 2009).
Keberhasilan sistem kultur air dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
langsung berhubungan dengan perakaran tanaman diantaranya adalah (1) aerasi di
zone perakaran (2) kondisi perakaran, dan (3) sistem penopang tanaman yang
memungkinkan tanaman tumbuh tegak. Manipulasi aerasi di zone perakaran pada
sistem kultur air menurut Resh (1998) dalam Susila (2009) dapat dilakukan
dengan pemberian udara kedalam larutan hara tanaman menggunakan pompa atau
kompresor. Disamping itu peningkatan aerasi di zone perakaran dapat pula
dilakukan dengan sirkulasi larutan hara antara bak tanamn dengan reservoar hara.
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi perakaran menurut Hochmuth (1991)
dalam Susila (2009) di dalam kultur air (NFT) paling sedikit 1/3 – ½ sistem
perakaran seharusnya tidak terendam larutan hara. Hal ini merupakan kunci
perakitan teknologi hidroponik sistem terapung dimana tidak lagi diperlukan
adanya energi listrik untuk menjalankan pompa ataupun kompresor guna
meresirkulasi ataupun meningkatkan aerasi larutan hara.
Pengusahaan kultur air secara komersial untuk produksi tanaman
sayuran telah dilakukan di beberapa negara antara lain Canada (Ingratta et al,
1985), Jepang (Taakura, 1985), Israel (Soffer, 1985), Unite Kingdom (Hurd,
1985), dan USA (Carpenter, 1985). Pengusahaan kultur air secara komersial di
Jepang mencapai kurang lebih 2000 greenhouse atau sekitar 300 hektar. Unit
kultur air sistem Jepang terdiri dari beberapa seri bak yang terbuat dari plastik
yang berukuran lebar 0,8 m dan panjang 3 m dengan kedalaman 6-8 cm. Tanman
diselipkan dalam lubang pada styrofoam. Larutan hara dipompakan ke dalam bal
selama 10 menit setiap jam, yang bertujuan untuk memelihara aerasi. Baik selalu
penuh dengan larutan hara dimana akar tanaman terendam didalamnya. Pipa
aerasi dapat dipasang pada bak tanam untuk meningkatkan aerasi. Pipa aerasi ini
mempunyai lubang berdiameter 2mm pada setiap 4 cm panjang pipa (Resh, 1998
dalam Susila, 2009).
Modifikasi kultur air sistem Jepang telah dilakukan oleh Dr. Merle Jensen
dari Environmental Research Laboratory (ERL), Universitas Arizona, Tucson,
USA dengan pengembangan prototype Raceway, Raft atau Floating System untuk
produksi selada antara tahun 1981-1982. Dalam percobaan ini dapat dihasilkan
4,5 juta head selada per hektar per tahun (Lensen dan Collins, 1985 dalam Susila,
2009). Sistem kultur air ini terdiri dari bak tanam yang relatif lebih dalam 15-20
cm, dengan lebar 60 cm dan panjang 30 m. Volume larutan hara kurang lebih 3,5
m kubik atau setara dengan 3.600 liter. Hara didalam bak relatif statik dengan
pergerakan hanya 2-3 liter per menit. Dalam penelitian ini juga telah diuji
efektifitas penggunaan alat sterillisasi larutan hara dengan UV-sterilizerterhadap
fungi patogeik maupun non patogenik yang berasosiasi dengan tanaman di dalam
greenhouse.
Produksi komersial sayuran daun untuk salad dalam sistem terapung
(floating raft system) telah digunakan di Florida sejak awal tahub 1980-an (Resh,
1998 dalam Susila, 2009). Sepuluh sampai 12 kali panen tanaman selada terutama
bibb lettuce dihasilkan dalam greenhouse yang berpendingin. Dengan jarak
tanaman yang rapat sistem ini dapat menghasilkan 1 juta per acre per tahun selada
yang dapat dipasarkan. Masalah utama dari sistem komersial ini adalah tingginya
modal awal untuk membangun sistem ini, dan biaya teknisi yang diperlukan untuk
mengoprasikan sistem ini. Hal ini menyebabkan sistem terapung ini sulit
diaplikasikan diberbagai tingkat petani. Teknologi hidroponik pasif, low-tech, dan
non recirculating system telah dipelajari di Asian Vegetable Research Center
(AVRDC) di Taiwan dan di Universitas Hawaii (Kratky et al., 1988;Kratky, 1993,
1996 dalam Susila, 2009). Penelitian hidroponik terapung untuk produksi tanaman
sayuran didalam greenhouse di Florida menunjukkan haasil yang positif (Fedunak
dan Tyson, 1997;Tyson et. Al, 1998 dalam Susila, 2009). Lima dari tujuh varietas
komersial selada berhasil dibudidayakan menggunakan passive floating
hydroponics di luar greenhouse, serta memenuhi persyaratan kualitas untuk
dipasarkan (Tyson et al., 1999 dalam Susila, 2009).
Beberapa unsur hara memeberikan fungsi tertentu bagi tanaman dan
memiliki gejala defisiensi atau kekuranga, dan keracunan atau kelebihan yang
berbeda-beda untuk masing-masing unsur, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Nitrogen
Fungsi Nitrogen
Komponen utama dari berbagai substansi penting dalam tanaman,
komponen pembentukan asam amino, komponen pembentukan klorofil
Gejala kekurangan N
Pada organ vegetatif : pertumbuhan tanaman lambat, tanaman tumbuh kerdil,
warna daun terlihat hijau muda pada daun tua, daun-daun yang lebih tua
menguning dan akhirnya kering, pucuk ranting mati dan pertumbuhannya
tidak simetris
Pada organ generatif : pembentukan bunga dan buah terlambat bahkan
terhenti
Gejala kelebihan N
Pada organ vegetatif : tanaman tampak terlalu subur, ukuran daun menjadi
lebih besar dan berwarna hijau tua, batang menjadi lunak dan berair
(sukulensi), sehingga mudah rebah dan terserang penyakit.
Pada organ generatif : pembentukan bunga tertunda, bunga yang sudah
terbentuk lebih mudah rontok, pembentukan dan pematangan buah terhambat.
2. Pospor
Fungsi P
Bagian asam nukleat, menyimpan enegi ATP dan ADP, merangsang
pembelahan sel, membantu proses asimilasi dan respirasi, berperan dalam
pertumbuhan akar
Gejala kekurangan P
Pada organ vegetatif : pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil, perkembangan
akar terhambat, daun menjadi warna hijau tua, lebar kebiru-biruan dan
mengkilap yang tidak normal atau kusam.
Pada organ generatif : pembentukan dan pematangan buah terhambat,
perkembangan bentuk dan warna buah buruk, biji berkembang tidak normal.
Gejala kelebihan P : kulit buah keriput
3. Kalium
Fungsi K
Berperan dalam proses fotosintesis (pembentukan dan penutupan
stomata) dan respirasi, translokasi gula pada pembentukan pati dan protein,
membantu proses membuka dan menutup stomata, efisiensi penggunaan air,
meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan HPT, memperkuat
jaringan dan organ tanaman sehingga tidak mudah rontok, memperbaiki
ukuran dan kuantitas buah pada masa generatif, menambah rasa manis buah.
Gejala kekurangan K
Pada organ vegetataif : daun terlihat lebih tua, batang dan cabang lemah serta
mudah rebah, muncul warna kuning di pinggir dan di ujung daun yang sudah
tua yang akhirnya mengering dan rontok, daun mengerut di mulai dari daun
tua, tunas muda dan ranting mati, terdapat bercak kuning cekung pada kulit
batang atau ranting
Pada organ generatif : kematangan buah terhambat, ukutan buah menjadi lebih
kecil dan berkeriput, kulit buah tipis dan kadang-kadang retak, buah mudah
rontok,warna buah tidak merata, buah tidak tahan disimpan lama, biji buah
menjadi kisut.
Gejala kelebihan K
Kualitas buah jelek dan berkulit kasar, pemasakan buah lama dan buah
menjadi lebih masam.
4. Sulfur
Fungsi S
Berperan dalam proses pembentukan protein, berperan dalam pembentukan
klorofil, meningkatkan ketahanan terhadap serangan jamur, membentuk
senyawa minyak bearoma.
Gejala kekurangan S
Pada organ vegetatif : daun muda berwarna hijau muda hingga kunig merata,
tanaman kurus kerdil atau perkembangannya sangat lambat.
Pada organ generatif : pematangan buah terhambat
Gejala kelebihan S : buah tumbuh tidak normal dan cepat matang.
5. Magnesium
Fungsi Mg
Merupakan unsur pembentuk warna hijau pada daun, regulator dalam
penyerapan unsure lain seperti P dan K, membantu translokasi pati dan
distribusi P di dalam tanaman, activator berbagai jenis enzim tanaman,
peningkatan kadar gula dan vitamin serta aroma buah.
Gejala kekurangan Mg
Pada organ vegetatif: di sekitar tulang daun tua berwarna kunig,
pangkal daun berwarna hijau gelap berbentuk huruf V dan bagian lainnya
berwarna kunig, pada keadaan kurang berat daun-daun mengalami klorosis
dan gugur.
Pada organ generatif : buah berkembang lambat dengan warna pucat.
Gejala kelebihan Mg : terdapat bercak-bercak kuning pada daun.
6. Kalsium
Fungsi Ca
Membentuk dinding sel yang kokoh, mencegah pecah buah, mencegah
terjadinya bentuk buah yang tidak sempurna, mencegah gugur bunga dan
bakal buah serta buah.
Gejala kekurangan Ca
Pada organ vegetatif : matinya titik tumbuh pada pucuk dan akar, daun muda
berwarna cokelat dan terus menggulung, daun terpilin dan mengerut.
Pada daun generatif : kuncup bunga dan buah ggugur premature, warna buah
tidak merata, buah retak-retak, tangkai buanga membusuk.
Gejala kelebihan Ca : buah keras dan tidak lentur.
7. Seng
Fungsi Zn
Bagian enzim yang berperan dalam sintesis asam indolasetat, membantu
kelancaran proses metabolisme untuk pertumbuhan dan system enzim
tanaman, berperan dalam produksi klorofil dan karbohidrat, aktif dalam proses
redoks pada proses fotosintesis.
Gejala kekurangan Zn
Pada organ vegetatif : daun muda pada pucuk ranting menunjukkan warna
belang hijau- kekuningan dan belang klorosis, tulang daun dan sekitarnya
berwarna hijau tua terutama pada bagian tajuk tanaman yang banyak
menerima sinar matahari, ukuran lebar dan panjang daun mengecil, helaian
daun lebih sempit dan ujung daun meruncing berwarna kunig dan klorotik,
pada daun yang menguning tersebut sering ditemukan bercak hijau tua, daun
pada ranting tumbuh kecil, tangkai daun dan ruas pada ranting memendek,
pertumbuhan daun yangmenguning berakibat kematian ranting, tanaman jeruk
kehilangan daun dan pucuk ranting meranggas, pembentukan warna kuning di
antara tulang daun pada daun muda kemudian diikuti kematian jaringan di
antara tulang daun.
Pada organ generatif : buah mengecil dan jumlah daun berkurang, warna buah
terlihat tidak sehat dan pucat, bentuk buah tidak normal, kandungan vitamin C
menurun, pembentukan bakal buah terhambat atau tanaman sama seakli tidak
dapat berbuah.
Gejala kelebihan Zn
Muncul bintik-bintik nekrosis atau sel mati dan berwarna hitam pada daun.
8. Besi
Fungsi Fe
Komponen pembentuk hema dan sitokrom yang berperan dalam
transfer electron dalam kloroplas dan mitokondria, terlibat dalam proses
pertumbuhan meristem atau titik tumbuh pada ujung akar, sebagai activator
dalam proseslkimia dalam tanaman seperti fotosintesis dan respirasi,
komponen pembentuk beberapa enzim tanaman, dibutuhkan dalam reduksi
nitrat dam sulfat, asimilasi N dan pada produksi ADP nitrogen, terlibat dalam
proses pertumbuhan meristem atau titik tumbuh pada ujung akar.
Gejala kekurangan Fe
Pada organ vegetatif : muncul warna kuning di antara tulang daun tetapi
tulang daunnya tetap berwarna hijau, selanjutnya warana daun menjadi putih,
pertumbuhan terhenti, daun gugur dan bagian pucuknya mulai mati, daun
muda menguning kecuali pada tulang daun dan mengecil serta tipis, daun
yang lebih ta tetap hijau, pada kondisi kekuranagn yang parah menimbulkan
kematian dahan dan ranting tumbuh roset atau melingkar.
Pada organ generatif : buah lebih kecil dan rsa lebih masam.
Gejala kelebihan Fe
Muncul bintik-bintik atau sel mati dan berwarna hitam pada daun.
9. Tembaga
Fungsi Cu
Aktivator enzim pada proses penyimpanan cadangan makanan, sebagai
katalisator dalam proses respirasi dan perombakan karbohidrat, berperan
dalam fiksasi nitrogen, berperan dalam pembentukan biji.
Gejala kekurangan Cu
Pada organ vegetatif : daun muda akan menguning,, pertumbuhanya tertekan
kemudian berubah menjadi putih, daun-daun tua gugur, pada batang jeruk
tumbuhtonjolan getah yang melepuh, tanaman menjadi kerdil, terjadi
pigmentasiyang buruk, daun berwarna hijjau kebiruan dan melintir serta
berbentuk tidak beraturan, kadang berbintik nekrosis pada titik tumbuh pucuk
sehingga pertumbuhan pucuk terhenti dan tidak tegar membuka, ujung daun
muda bertepi menguning, system perakaran terganggu dan terjadi kematian
pada rambut akar.
Pada organ generatif : pada kulit jeruk terlihat retak-retak dan bercak hitam
seperti luka mongering.
Gejala kelebihan Cu
Pertumbuhan terhambat yang disusul dengan gejala klorosis, antagonis
dengan Fe sehingga menampakkan gejala defisiensi Fe, tanaman kerdil serta
percabangan terbatas, perpanjangan akar tertekan dan pembentukan akar
lateral berkurang, akar terkadang menebal dan berwarna menjadi agak gelap.
10. Molibdenum
Fungsi Mo
Berperan dalam penyerapan unsure N dan fiksai N serta asimilasi N,
sebagai activator beberpa enzim, komponen system enzim nitrogenase dan
reduksi nitrat.
Gejala kekurangan Mo
Pada organ vegetatif : mirip dengan gejala defisiensi N, muncul warna kuning
di antara tulang daun, muncu bintik-bintik kuning pada daun jeruk yang
kemudian mongering, daun menggulung dan keriput serta mongering, daun
tua menunjukkan gejala nekrosis lebih dahulu yang dimulai dari antara tulang
daun kemudia di susuusl daun muda, terkadang tepi daun menggulunng serta
pertumbuha terhambat, terkadang tepi daun menjadi gosong.
Pqada organ generatif : pembungaan terhambat.
Gejala kelebihan Mo
Warna daun menjadi kuning keemasan.
11. Mangan
Fungsi Mn
Sebagai aktivator enzim yang berperan dalam proses perommbakan
karbohidrat dan metabolisme nitrogen, bersama dengan besi membantu
terbentuknya sel-sel klorofil, ikut berbepran dalam sintesis berbagai vitamin,
mengatur permeabilitas membran.
Gejala kekurangan Mn
Pada organ vegetatif : daun muda akan berwarna kuning tetapi tulan daunya
masih tetap berwarna hijau, daun tua akan menguning dengan tulang daun
hijau, daun akan gugur lebih cepat.
Pada organ generatif : bunga tidak normal dan fruitset buah rendah,
pertumbuhan buah lammbat, bentuk buah tidak sempurna.
Gejala kelebihan Mn
Daun tua tampak berbintik cokelat yang dikelilingi lingkaran nekrosis
kuning, penyebaran klorofil tidak merata, antagonis dengan Fe dan
menampakkan gejala-gejala defisiensi unsur Fe.
12. Boron
Fungsi B
Berperan dalam proses diferensiasi sel yang sedang tumbuh,
membantu sintesa protein, membantu metabolisme karbohidrat, mengatur
kebutuhan air dalam tanaman, membentuk serat dan biji, meningkatkan
pertumbuhan pollen dan pembentukan bunga dan buah, berperan dalam
absorpsi dan penyerapan Ca.
Gejala kekurangan B
Pada organ vegetatif : daun akan mengecil dan muncul bercak-bercak
kuning, pertumbuhan titik tumbuh abnormal, titik tumbuh di pucuk akan
mengerdil dan akhirnya mati sehingga cabang tanaman berhenti
memanjangkan diri, terjadi akumulasi ZPT pada titik tumbuh sehingga
daun dan ranting akan menjadi regas bila diremas, titik tumbuh pada ujung
akar membengkak dan warna akan berubah sehingga akhirnya mati,
bagian dalam tanaman akan sering mengalami disintegrasi dengan gejala
heart rot, daun memperlihatkan beberapa gejala seperti menebal dan regas
serta keriting kemudian layu, dahan dan ranting terbelah dan
mengeluarkan getah.
Pada organ generatif : bunga lebih cepat rontok, daging buah menjadi
keras, kulit buah menipis, buah mengecil.
Gejala kelebihan B
Pucuk daun menguning yang disusul dengan gejala nekrosisyang
berkembang menjadi bercak-bercak daun, daun tampak gosong dan gugur
sebelum waktunnya, gejala dimulai sebagai nekrosis dari ujung tepi daun
yang kemudian melebar hingga ke tulang daun utama, pada kondisi
kelebihan yang parah daun mengecil dengan pupus atau tuans berikutnya
pucat kecuali di sketar tulang daun, ranting kering dan mati.
13. Klor
Fungsi Cl
Diperlukan dalam proses reaksi fotosintesis terutama yang
berhubungan dengan evolusi oksigen, berkaitan langsunng dengan
pengaturan tekanan osmosis di dalam sel tanaman, esensial untuk
pertumbuhan tanaman,
Gejala kekurangan Cl
Pada organ vegetatif : dapat menghambat pertumbuhan kar, daun menjadi
layu dan berwarna kuning, muncul bercak-bercak kuning di permukaan
daun.
Pada organ generatif : pertumbuhan buah dan bunga terhambat.
Gejala kelebihan Cl
Terjadi penebalan dan penggulungan daun.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.3 Metode
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut adalah hasil dari pengamatan terhadap kondisi tanaman padi, cabe,
dan bayam
Tabel1. Kondisi daun tanaman padi, cabe, dan bayam
Tanaman Gejala
Padi Daun berwarna kuning pada bagian tepi
Cabe Daun berwarna kuning pada bagian tepi
Bayam Daun berwarna kuning dari bagian tengah
Nitrogen di dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N
dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah
pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk
atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain rendah, Nitrogen di
dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu bentuk ke
bentuk lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan mudah hilang tercuci
bersama air drainase. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaannya, pupuk N
dalam bentuk urea atau ZA harus diberikan 2-3 kali untuk satu musim tanam,
serta dimonitor tingkat kecukupannya dengan Bagan Warna Daun (Balitpa-IRRI).
Namun bila pupuk N yang digunakan adalah pupuk yang zat haranya tersedia
lambat seperti urea tablet/briket/granul, maka pemberiannya cukup satu kali untuk
satu kali musim tanam.
Tanaman yang cukup N akan tumbuh normal, daunnya berwarna hijau dan
kuat. Tanaman akan berbunga tepat pada waktunya, dan pertumbuhan akar tak
terbatas sehingga produksi tinggi. Tanaman yang kekurangan N dapat diperbaiki
dengan pemupukan N dalam berbagai bentuk seperti Urea, ZA, DAP, pupuk
majemuk NPK, dan pupuk organic seperti: kompos, azolla, pupuk hijau, dan
kotoran ternak. Pemberian pupuk N yang tepat jumlah, waktu, dan jenis, dapat
meningkatkan efisiensi biaya dan efisiensi pupuk sehingga tanaman akan tumbuh
secara optimal. Dengan pemberian N yang tepat (tidak berlebihan) diharapkan
pula tidak terjadi pencemaran lingkungan tanah dan air.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan tanaman padi tdan cabe tidak
kekurangan nitrogen. Hal ini terlihat dari tulang daun bagian tengah pada tanaman
tersebut masih hijau dan menandakan bahwa larutan stok tersebut mampu
mencukupi kebutuhan hara pada tanaman padi dan cabe. Namun, hal ini berbeda
dengan bayam. Daun bayam mengalami kekuningan pada bagian tulang daun.
Bayam kekurangan nitrogen karena bayam merupakan tanaman sukulen yang
membutuhkan banyak nitrogen. Oleh karena itu persentase amoniak, nitart, dan
urea pada tanaman bayam harus lebih banyak dibandingkan dengan tanaman lain
dan harus dalam bak yang terpisah dengan padi dan cabe.
Fosfor (P) dalam tanah terdiri dari P-anorganik dan P-organik yang berasal
dari bahan organik dan mineral yang mengandung P (apatit). Unsur P dalam tanah
tidak bergerak (immobile), P terikat oleh liat, bahan organik, serta oksida Fe dan
Al pada tanah yang pHnya rendah (tanah masam dengan pH 4-5,5) dan oleh Ca
pada tanah yang pH-nya tinggi (tanah netral dan alkalin dengan pH 7-8). Tanah
mineral yang disawahkan pada umumnya mempunyai pH netral antara 5,5-6,5
kecuali untuk tanah sawah bukaan baru, sehingga ketersediaan P tidak menjadi
masalah.
Akibat pemupukan fosfat (P) dalam jumlah besar dan kontinyu di tanah
sawah intensifikasi selama bertahun-tahun, telah terjadi timbunan (akumulasi)
fosfat di dalam tanah. P tanah yang terakumulasi ini dapat digunakan kembali
oleh tanaman apabila reaksi tanah mencapai kondisi optimal pelepasan P tersebut.
Fosfor berperan penting dalam sintesa protein, pembentukkan bunga, buah dan
biji serta mempercepat pemasakan.
Berdasarkan pengamatan tanaman tidak ada yang kekurangan P. Hal ini terlihat
dari tidak adanya daun yang memiliki strip berwarna ungu.Kecukupan P dapat
menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi subur, anakan banyak, pemasakan
tepat waktu, dan produksi tanaman tinggi.
Kebutuhan tanaman akan hara P dapat dipenuhi dari berbagai sumber
antara lain TSP, SP-36, DAP, P-alam, NPK yang pada umumnya diberikan
sekaligus pada awal tanam. Agar pupuk yang diberikan efisien, pupuk P harus
diberikan dengan cara, waktu, serta takaran yang tepat jumlah dan jenisnya.
Kalium dalam tanah mempunyai sifat yang mobile (mudah bergerak)
sehingga mudah hilang melalui proses pencucian atau terbawa arus pergerakan
air. Berdasarkan sifat tersebut, efisiensi pupuk K biasanya rendah, namun dapat
ditingkatkan dengan cara pemberian 2-3 kali dalam satu musim tanam. Kalium
dalam tanaman berfungsi mengendalikan proses fisiologis dan metabolisme sel,
meningkatkan daya tanah terhadap penyakit. Kekurangan hara kalium
menyebabkan tanaman kerdil, lemah (tidak tegak), proses pengangkutan hara,
pernafasan, dan fotosintesis terganggu, yang pada akhirnya mengurangi produksi.
Berdasarkan praktikum yang kami lakukan tanaman padi dan cabe
kekurangan kalium. Hal ini terlihat dari daun yang menguning dari bagian tepi.
Padi Kekurangan K karena padi membutuhkan banyak kalium yang tersimpan
dalam jerami. Oleh karena itu jerami padi yang dikembalikan ke tanah dapat
digunakan sebagai pupuk organik. Kadar K dalam jerami umumnya 1 % sehingga
dalam 5 ton jerami terdapat sekitar 50 kg K setara dengan pemupukan 50 kg
KCl/ha.
Pengembalian jerami dalam bentuk segar maupun dikomposkan di lahan
sawah harus digalakkan, karena selain mengandung unsur K juga mengandung
unsur hara lain seperti N, P, Ca, Mg dan unsur mikro, hormon pengatur tumbuh
serta asam-asam organik yang sangat berguna bagi tanaman. Penambahan jerami
dan bahan organik lain dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah dan
keragaman hayati/biologi tanah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
dan mengefisienkan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Tanaman cabe kekurangan kalium karena cabe membutuhkan kalium lebih
banyak untuk keberlangsungan hidupnya dan untuk pembentukan pertumbuhan
bunga dan buah cabe. Ketersediaan cabe yang cukup mampu membuat kulit buah
cabe bagus. Untuk menghindari defisiensi kalium pada padi dan cabe perlu
adanya penambahan konsentrasi K2O pada media.
Berdasarkan praktikum, kami tidak melihat adanya kekurangan unsure
hara mikro pada tanaman padi, cabe, dan bayam, sehingga dengan konsentrasi
tersebut mampu menyediakan unsur mikro dalam jumlah yang cukup.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kultur Air merupakan salah satu subsistem dari hidroponik yang mana
merupakan suatu teknik untuk memanfaatkan hara secara maksimal. Namun
dalam pelaksaannya perlu memerhatikan kecukupan hara untuk setiap jenis
tanaman. Kecukupan hara setiap jenis tanaman berbeda, sehingga perlu adanya
pemisahan bak antar masing- masing tanaman. Tanaman padi dan cabe banyak
menyerap kalium sehingga konsentrasi kalium dalam media harus tinggi,
sedangkan tanaman bayam banyak menyerap unsur nitrogen sehingga konsentrasi
nitrogen dalam media harus tinggi.
5.2 Saran
Sebaiknya perlu adanya percobaan dengan jumlah tanaman yang lebih
banyak, adanya ulangan pada setiap tanaman, dan bak air yang berbeda- beda
untuk setiap tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh :
1.2 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah melatih mahasiswa untuk mengetahui
komposisi hara yang tepat dan dampaknya terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nitrogen
Nitrogen adalah hara utama tanaman dan merupakan komponen dari asam
amino, asam nukleid, nucleotides, klorofil, enzim, dan hormon. Ketersediaannya
di tanah dipengaruhi oleh keseimbangan antara input dan output dalam sistem
tanah. Unsur N mudah hilang dari tanah melalui volatilisasi atau perkolasi air
tanah, mudah berubah bentuk (mudah menguap), dan mudah pula diserap tanaman
(Shellp 1987; Mattason dan Schjoerring 2002; Abdolzadeh et al. 2008).
Nitrogen merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah.
Oleh karena itu, pemberian pupuk Nitrogen yang tepat sangat penting untuk
meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman, khususnya dalam sistem pertanian
intensif. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat
(NO3-). Keberadaan NH4+ sangat dinamis karena mudah berubah bentuk menjadi
nitrat nitrogen (NO3-) akibat proses nitrifikasi oleh organisme tanah (Mattason dan
Schjoerring 2002; Setyorini dan Ladiyani 2008). Kekurangan N mengakibatkan
pertumbuhan tanaman terhambat dan kerdil, daun kuning, serta mempengaruhi
Fosfor
Fosfor (P) adalah hara utama tanaman yang penting untuk perkembangan
akar, anakan, berbunga awal, dan pematangan. Fosfor tidak mudah bergerak
(immobile) dalam tanah, tetapi mobile dalam tanaman. Hara P di tanah tersedia
dalam jumlah cukup bagi tanaman, tetapi karena sifatnya dinamis, bergantung
pada reaksi tanah, sebagian terikat atau terfiksasi oleh oksida dan mineral liat
membentuk Al, Fe, dan Ca- P atau oleh bahan organik (Tisdale et al. 1985; Wien
1997). Kekurangan P menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat akibat
terganggunya perkembangan sel dan akar tanaman, metabolisme karbohidrat, dan
transfer energi (Marshner 1986; Delvian 2006).
Kalium
Kalium (K) adalah hara tanaman utama yang dibutuhkan untuk
meningkatkan perkembangan akar dan vigor tanaman, ketahanan terhadap
kerebahan dan hama atau penyakit. Kalium mobile dalam tanaman dan sangat
mobile di dalam tanah. Kalium seringkali merupakan unsur pembatas untuk
memperoleh hasil padi yang tinggi setelah nitrogen (N). Cadangan K dalam tanah
cukup banyak. Pada jerami padi, kandungan K mencapai 80% (Tandon dan
Kimmo 1993; Makarim 2007). Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat
dimanfaatkan oleh tanaman, hara K mudah bergerak, terlindi, dan terikat oleh
permukaan koloid tanah (Wien 1997; Barker dan Pilbean 2006).
Gejala kahat K adalah tanaman hijau gelap dan kerdil dengan margin daun
cokelat kekuningan dan atau dengan margin dan ujung daun tua nekrotik, gejala
kahat K pada daun dapat menyerupai gejala penyakit tungro, namun tungro
biasanya terjadi pada spot-spot yang tersebar (tidak menyeluruh) dan lebih nyata
warna daun kuning dan oranye dan tanaman kerdil; gejala pada daun nampak pada
fase pertumbuhan lanjut, akar tidak sehat dan menghitam, kerebahan dan
kehampaan gabah tinggi, bobot gabah lebih ringan. Kahat K terjadi di daerah
pertanaman yang intensif yang mendapat pemupukan N dan P tinggi. K seringkali
kurang pada tanah berpasir atau bertekstur kasar, tanah.
Kalsium
Sebagian besar tanah mengandung cukup kalsium untuk menyokong
pertumbuhan tanaman dengan baik. Unsur tersebut tersedia di tanah dan
berkurang akibat intensifnya pengelolaan lahan untuk produksi tanaman (Suwandi
1982, 1984).Namun, tanah masam akibat curah hujan yang tinggi dan sering
dipupuk dengan kapur untuk menaikkan pH, kalsium tidak dapat ditranslokasikan
dalam floem dengan baik. Akibatnya kekahatan sering terlihat lebih jelas. Daerah
meristematik pada akar, batang, dan daun yang selnya aktif membelah merupakan
bagian yang paling peka. Hal ini terjadi karena kalsium dibutuhkan untuk
pembentukan lamella tengah baru pada lempeng sel, yang tumbuh diantara dua sel
anak. Jaringan yang mengerut dan berubah bentuk juga disebabkan karena
kekurangan kalsium dan jaringan meristematik mati lebih awal. Marshner (1986)
menambahkan bahwa gejala tanaman yang kekurangan Ca yaitu terhambatnya
pertumbuhan pucuk (titik tumbuh), kemudian pertumbuhan tanaman kerdil dan
mati.
Magnesium
Hara Mg merupakan unsur makro sekunder yang sering terlupakan
pengelolaannya dalam usaha tani. Unsur tersebut tersedia di tanah dan berkurang
akibat intensifnya pengelolaan lahan untuk produksi tanaman (Suwandi 1982,
1984). Tanpa magnesium, gejala yang pertama terlihat adalah klorosis pada daun
tua. Biasanya klorosis ini tampak pada diantara urat- urat daun, karena sel- sel
mesofil di dekat ikatan pembuluh mempertahankan klorofil lebih lama daripada
sel parenkim. Tisdale et al. (1985) menambahkan kekurangan Mg pada tanaman
mengganggu unsur penyusun klorofil daun, yang ditandai oleh warna kuning di
antara tulang-tulang daun yang menua Tisdale et al. 1985; Tandon dan Kimmo
1993; Wien 1997).
Mangan
Mangan diserap dalam bentuk ion Mn2+. Seperti hara mikro lainnya, Mn
dianggap dapat diserap dalam bentuk kompleks khelat dan pemupukan Mn sering
disemprotkan lewat daun. Mn dalam tanaman tidak dapat bergerak atau beralih
tempat dari logam yang satu ke organ lain yang membutuhkan. Mangaan terdapat
dalam tanah berbentuk senyawa oksida, karbonat dan silikat dengan nama
pyrolusit (MnO2), manganit (MnO(OH)), rhodochrosit (MnCO3) dan rhodoinit
(MnSiO3). Mn umumnya terdapat dalam batuan primer, terutama dalam bahan
ferro magnesium. Mn dilepaskan dari batuan karena proses pelapukan batuan.
Kadar Mn dalam tanah berkisar antara 300 smpai 2000 ppm. Bentuk Mn dapat
berupa kation Mn2+ atau mangan oksida, baik bervalensi dua maupun valensi
empat.
Penggenangan dan pengeringan yang berarti reduksi dan oksidasi pada
tanah berpengaruh terhadap valensi Mn. Mn merupakan penyusun ribosom dan
juga mengaktifkan polimerase, sintesis protein, karbohidrat. Berperan sebagai
activator bagi sejumlah enzim utama dalam siklus krebs, dibutuhkan untuk fungsi
fotosintetik yang normal dalam kloroplas,ada indikasi dibutuhkan dalam sintesis
klorofil. Defisiensi unsur Mn antara lain pada cabe dan bayam interveinal
chlorosis pada daun muda mirip kekahatan Fe tetapi lebih banyak menyebar
sampai ke daun yang lebih tua, pada padi bercak-bercak warna keabu-abuan
sampai kecoklatan.
Boron
Boron dalam tanah terutama sebagai asam borat (H2BO3) dan kadarnya
berkisar antara 7-80 ppm. Boron dalam tanah umumnya berupa ion borat hidrat
B(OH)4-. Boron yang tersedia untuk tanaman hanya sekitar 5%dari kadar total
boron dalam tanah. Boron ditransportasikan dari larutan tanah ke akar tanaman
melalui proses aliran masa dan difusi. Selain itu, boron sering terdapat dalam
bentuk senyawa organik. Boron juga banyak terjerap dalam kisi mineral lempung
melalui proses substitusi isomorfik dengan Al3+ dan Si 4+
. Mineral dalam tanah
yang mengandung boron antara lain turmalin, kernit, kolamit, uleksit, dan aksinat.
Boron diikat kuat oleh mineral tanah, terutama seskuioksida (Al2O3 + Fe2O3).
Fungsi boron dalam tanaman antara lain berperanan dalam metabolisme
asam nukleat, karbohidrat, protein, fenol dan auksin. Di samping itu boron juga
berperan dalam pembelahan, pemanjangan dan diferensiasi sel, permeabilitas
membran, dan perkecambahan serbuk sari. Gejal defisiensi hara mikro ini antara
lain : pertumbuhan terhambat pada jaringan meristematik (pucuk akar), mati
pucuk (die back), mobilitas rendah, buah yang sedang berkembang sngat rentan,
mudah terserang penyakit.
Tembaga
Tembaga (Cu) diserap dalam bentuk ion Cu++ dan mungkin dapat diserap
dalam bentuk senyaewa kompleks organik, misalnya Cu-EDTA (Cu-ethilen
diamine tetra acetate acid) dan Cu-DTPA (Cu diethilen triamine penta acetate
acid). Dalam getah tanaman bik dalam xylem maupun floem hampir semua Cu
membentuk kompleks senyawa dengan asam amino. Cu dalam akar tanaman dan
dalam xylem > 99% dalam bentuk kompleks.
Dalam tanah, Cu berbentuk senyawa dengan S, O, CO3 dan SiO4
misalnya kalkosit (Cu2S), kovelit (CuS), kalkopirit (CuFeS2), borinit (Cu5FeS4),
luvigit (Cu3AsS4), tetrahidrit [(Cu,Fe)12SO4S3)], kufirit (Cu2O), sinorit (CuO),
malasit [Cu2(OH)2CO3], adirit [(Cu3(OH)2(CO3)], brosanit [Cu4(OH)6SO4].
Kebanyakan Cu terdapat dalam kloroplas (>50%) dan diikat oleh plastosianin.
Senyawa ini mempunyai berat molekul sekitar 10.000 dan masing-masing
molekul mengandung satu atom Cu. Hara mikro Cu berpengaruh pafda klorofil,
karotenoid, plastokuinon dan plastosianin.
Fungsi dan peranan Cu antara lain : mengaktifkan enzim sitokrom-
oksidase, askorbit-oksidase, asam butirat-fenolase dan laktase. Berperan dalam
metabolisme protein dan karbohidrat, berperan terhadap perkembangan tanaman
generatif, berperan terhadap fiksasi N secara simbiotis dan penyusunan
lignin.Adapun gejala defisiensi / kekurangan Cu antara lain : pembungaan dan
pembuahan terganggu, warna daun muda kuning dan kerdil, daun-daun lemah,
layu dan pucuk mongering serta batang dan tangkai daun lemah.
Besi
Fe adalah hara esensial yang dibutuhkan tanaman untuk mendukung
transportasi elektron dalam proses fotosintesis. Fe merupakan akseptor elektron
penting dalam reaksi redoks dan aktivator untuk beberapa enzim. Kekurangan Fe
akan menghambat absorpsi K. Fe tidak mobile, baik dalam tanaman maupun
tanah. Setelah kahat unsur utama N, P, K, S, dan Zn, kahat Fe merupakan urutan
penting berikutnya yang membatasi hasil tanaman padi. Aplikasinya harus
berimbang agar terjamin pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif.
Unsur mikro ini diserap dalam bentuk ion ferri (Fe3+) atau pun ferro
(Fe2+). Fe dapat diserap dalam bentuk khelat (ikatan logam dengan bahan
organik). Mineral Fe antara lain olivin (Mg, Fe)2SiO, pirit, siderit (FeCO3), gutit
(FeOOH), magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3) Besi dapat
juga diserap dalam bentuk khelat, sehingga pupuk Fe dibuat dalam bentuk khelat.
Khelat Fe yang biasa digunakan adalah Fe-EDTA, Fe-DTPA dan khelat yang lain.
Fe dalam tanaman sekitar 80% yang terdapat dalam kloroplas atau sitoplasma.
Penyerapan Fe lewat daun dianggap lebih cepat dibandingkan dengan penyerapan
lewat akar, terutama pada tanaman yang mengalami defisiensi Fe. Dengan
demikian pemupukan lewat daun sering diduga lebih ekonomis dan efisien.
Fungsi Fe antara lain sebagai penyusun klorofil, protein, enzim, dan berperanan
dalam perkembangan kloroplas. Sitokrom merupakan enzim yang mengandung Fe
porfirin. Kerja katalase dan peroksidase adalah Catalase : H2O + H2O O2 +
2H2O dan Peroksidase : AH2 + H2O A + H2O.
Gejala kahat Fe adalah terhambatnya pembentukan klorofil, penyusunan
protein menjadi tidak sempurna, kenaikan kadar asam amino pada daun dan
penurunan jumlah ribosom secara drastic, penurunan kadar pigmen dan protein
antar tulang daun menguning, mengakibatkan pengurangan aktivitas semua
enzim, dan daun yang muncul mengalami klorosis. Seluruh daun dan bagian
tanaman menguning (khlorotik). Produksi bahan kering dan hasil juga dapat
menurun. Kahat Fe tidak dijumpai pada sawah tergenang yang sedikit asam,
namun banyak dijumpai pada sawah dengan tekstur tanah berpasir, kalkareous
dan bereaksi alkalin. Kahat Fe sering dijumpai pada lahan kering dengan tanah
bereaksi netral, kalkareous dan alkalin (basa). Sumber Pupuk Fe yang biasa
digunakan adalah larutan fero sulfat (20-30 % Fe), fero amonium sulfat (14 %
Fe), dan chelate besi (5-14 %).
Seng
Seng atau Zinc (Zn) adalah hara utama penting yang dibutuhkan tanaman
untuk beberapa proses biokimia dalam tanaman jagung ketan, termasuk produksi
klorofil dan integritas membran. Oleh karenanya kahat Zn mempengaruhi warna
dan turgor tanaman. Zn hanya sedikit mobil dalam tanaman dan sangat mobil di
dalam tanah.
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn2+ dan dalam tanah alkalis
mungkin diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Zn diserap
dalm bentuk kompleks khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Zn
dapat diserap lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm,
sedangkan kadar Zn dalam tanaman berkisar antara 20-70 ppm.
Zn membatasi pertumbuhan tanaman, suplai Zn tanah rendah atau kondisi
tanah buruk (misalnya, selalu kebanjiran) menghalangi serapan Zn oleh tanaman.
Pada kasus tertentu, Zn perlu diberikan sesuai kebutuhan. Hara lainnya perlu
diberikan dalam jumlah seimbang untuk menjamin respon tanaman yang baik
terhadap pupuk Zn dan pencapaian pertumbuhan tanaman yang sehat dan
produktif.
Gangguan akibat kekahatan seng, meliputi daun kerdil karena
terhambatnya pertumbuhan daun muda dan ruas batang. Tepi daun jagung sering
tampak mengerut dan berubah bentuk dan klorosis di antar urat daun.
Molibdenum
Molibdenum diserap dalam bentuk ion Mo4-. Variasi antara titik kritis
dengan toksis relatif besar. Bila tanaman terlalu tinggi, selain toksis bagi tanaman
juga berbahaya bagi hewan yang memakannya. Hal ini agak berbeda dengan sifat
hara mikro yang lain. Pada daun kapas, kadar Mo sering sekitar 1500 ppm.
Umumnya tanah mineral cukup mengandung Mo.
Fungsi Mo dalam tanaman adalah mengaktifkan enzim nitrogenase, nitrat
reduktase dan xantine oksidase. Gejala yang timbul karena kekurangan Mo
hampir menyerupai kekurangan N. Kekurangan Molibdenum dapat menghambat
pertumbuhan tanaman, daun menjadi pucat dan mati dan pembentukan bunga
terlambat. Gejala defisiensi Mo dimulai dari daun tengah dan daun bawah. Daun
menjadi kering kelayuan, tepi daun menggulung dan daun umumnya sempit. Bila
defisiensi berat, maka lamina hanya terbentuk sedikit sehingga kelihatan tulang-
tulang daun lebih dominan.
Klor
Klor merupakan unsur yang diserap dalam bentuk ion Cl- oleh akar
tanaman dan dapat diserap pula berupa gas atau larutan oleh bagian atas tanaman,
misalnya daun. Kadar Cl dalam tanaman sekitar 2000-20.000 ppm berat tanaman
kering. Kadar Cl yang terbaik pada tanaman adalah antara 340-1200 ppm dan
dianggap masih dalam kisaran hara mikro. Klor dalam tanah tidak diikat oleh
mineral, sehingga sangat mobile dan mudah tercuci oleh air drainase. Sumber Cl
sering berasal dari air hujan, oleh karena itu, hara Cl kebanyakan bukan
menimbulkan defisiensi, tetapi justru menimbulkan masalah keracunan tanaman.
Klor berfungsi sebagai pemindah hara tanaman, meningkatkan osmose sel,
mencegah kehilangan air yang tidak seimbang, memperbaiki penyerapan ion
lain,untuk tanaman kelapa dan kelapa sawit dianggap hara makro yang penting.
Juga berperan dalam fotosistem II dari proses fotosintesis, khususnya dalam
evolusi oksigen.
Gejala kekahatan klorin pada daun meliputi, menurunnya pertumbuhan,
pelayuan, dan munculnya bercak nekrosis. Akhirnya daun sering berwarna coklat
lembaga. Akar menjadi pendek, tetapi tebal atau membengkak di bagian ujunya.
Kekahatan klorida jarang terjadi di alam karena kelarutan dan ketersediaannya
yang tinggi dalam tanah.
3.3 Metode
Larutan stok terdiri dari 25 gram hara hidroponik yang dicampur dengan 4
liter air, sehingga diperoleh konsentrasi 6,25 gram/liter. Larutan stok tersebut
kemudian diencerkan kembali sampai konsentrasi 1 gram/ liter. Larutan tersebut
dituangkan ke dalam bak dan ditutup dengan sterefoam yang telah dilubangi
sebelumnya. Batang bawah tanaman padi, cabe, dan bayam digulung dengan busa
dan dimasukkan ke dalam stereofoam yang telah dilubangi.
Pengamatan dilakukan terhadap kondisi tanaman. Kondisi tanaman yang
dilihat adalah gejala defisiensi hara, cukup hara, atau kelebihan hara.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tanaman padi, cabai, dan bayam
yang ditanam dengan kultur air dapat disimpulkan bahwa ketiga tanaman tersebut
mengalami gejala defisiensi unsure makro yaitu nitrogen (N). Ketiga tanaman
tersebut pertumbuhannya lambat sehingga terlihat kecil, pada daun-daunnya pun
terlihat berwarna hijau kekuningan bahkan ada yang kuning. Untuk mengatasi
masalah tersebut perlu ditambahkan N berupa pupuk Urea ataupun ZA pada
larutan kultur.
5.2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah jumlah tanaman dan media untuk
pengamatan defisiensi hara ditambah agar seluruh praktikan dapat mengamati
gejala-gejala defisiensi yang ada sehingga mengerti dan dapatmembedakan
defisiensi masing-masing unsure hara pada tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Baker, A.V. and D.J. Pilbean. 2006. Hunger sign in crops. In Handbook of Plants
Nutrition 117. CRC Press.
Setyorini, D. dan R.W. Ladiyani. 2008. Cara cepat menguji status hara dan
kemasaman tanah. www.litbang.deptan.go.id. [8 Januari 2009].
Shellp, B.J. 1987. Plant characteristics and nutrient composition and mobility of
brocoli supplied with NH4+, NP3 or NH4NO3. J. Exp. Bot.
http://jxb.oxfordjournals.org. [18 Desember 2009]
Siswanto, D. dan Ekowati, G. 2009. Evaluasi Kualitas Buah dan Hara Makro
Daun Apel Rome Beauty di Bumiaji, Batu, Malang.
http://fisika.brawijaya.ac.id. [18 Januari 2009].
Suwandi. 1982. Effects of dolomite application on tomato, potato and bean grown
in highland areas of Lembang. Buletin Penelitian Hortikultura 9(4):7- 16.
Tandon, H.L.S. and I.J. Kimmo. 1993. Balanced Fertilizers Use. Its practical
importance and guidelines for agriculture in the Asia-Pacific Region.
United Nation, New York. 49 pp.
Thompson, W. And Knoxfield. 1995. Orchad Nutrition 2, Soil and Leaf Analysis.
Agriculture Notes. State of Victoria, Department of Primary Industries
Tisdale, S.L., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizers.
Fourth Ed. Macmillan Publ. Co., New York. 754 pp.
Wien, H.C. 1997. The Physiology of Vegetable Crops. Department of Fruit and
Vegetables Science, Cornell University of Thaca, New York. CAB
International.