You are on page 1of 47

MACAM MAJAS

Perbandingan Pertentangan

Sindiran Penegasan
Majas Perbandingan
1. Metafora 9. Litotes
2. Personifikasi 10. Synechdoche
3. Asosiasi 11. Eufemisme
4. Allegori 12. Hiperbola
5. Parabel 13. Allusio
6. Simbolik 14. Antanomasia
7. Tropen 15. Pasifrase
8. Metonimia
Metafora
kiasan dengan perbandingan dengan

memindahkan sifat benda yang satu


kepada benda yang lain.
Contoh: a. Kaki tangan Pak Hasan tiga
orang.
b.
Personifikasi
pelukisan benda mati seolah-olah
benda hidup.
Contoh: a. Bulan tersenyum simpul.
b. Pucuk pinus melambai gontai.
c.
Asosiasi
menyamakan sesuatu dengan benda
lain.
Contoh: a. Matanya seperti saga.
b. Hidungnya bagai jambu mente.
Allegori
perbandingan yang berlanjut
Contoh: a. Darah mengalir membanjir
menganak sungai.
b. Harga jiwa sekarang sama
dengan sebutir peluru.
c.
Parabel
Simbolik
melukiskan sesuatu dengan benda
lain sebagai lambang.
Contoh:
a. Pendiriannya seperti baling-baling.
b.
Tropen
majas yang menggunakan kata-kata
yang tepat dan sejajar artinya de-
ngan suatu keadaan yang sebenar-
nya.
Contoh: a. Pak Said segera terbang ke
Jakarta.
b. Rencananya tenggelam begitu
saja.
Metonimia
memindahkan suatu pengertian
kepada pengertian lain dengan
menyebutkan merek terkenal dari
benda itu.
Contoh:
a. Hondanya ditukar dengan Shogun.
b. Naik Inova lebih bergengsi daripada naik
kijang.
Litotes
mengecilkan sesuatu peristiwa
sehingga enteng kedengarannya.
Contoh:
a. Kena jentik saja sudah menangis.
b.
Synechdoche
a. Part-prototo menyebutkan
sebagian untuk keseluruhan
Contoh: a. Cecep tidak mampu memberi
Persib Piala.
b. Totem Pro Parte menyebutkan
keseluruhan untuk sebagian.
Contoh: a. Bireuen masuk ke semifinal.
b. SMA 4 Juara Cerdas Cermat.
Eufemisme
memperhalus ucapan dengan
memakai kata-kata yang sopan.
Contoh: a. Jangan buang angin di muka
orang ramai.
b. Caramu tadi kurang enak dilihat
orang
Hiperbola
membesar-besarkan atau melebih-
lebihkan peristiwa/keadaan
Contoh: a. Larinya secepat kilat.
b. Saya mengucapkan ribuan
terima kasih.
Alusio
Antonomasia
menggunakan nama lain untuk se-
suatu atau orang dengan memakai

nama sifat atau keadaan sesuatu


atau orang.
Contoh: a.
Perifrase
peruraian sebuah kata diganti
dengan
sebuah kalimat atau sekelompok
kata
yang artinya sama.
Contoh: a.
MAJAS SINDIRAN
1. Ironi
2. Sinisme
3. Sarkasme
Ironi
sindiran halus
Contoh: a. Cepat benar kamu pulang.
b. Tadi padi Anda yang duluan
datang?
c.
d.
Sinisme
sindiran tajam yang menusuk
perasaan
Contoh: a. Harum benar baumu.
b.
c.
Sarkasme
sindiran kasar
Contoh: a.
MAJAS PENEGASAN
1. Pleonasme 9. Retorik
2. Repetisi 10. Koreksio
3. Paralelisme 11. Asindeton
4. Tautologi 12. Polisindeton
5. Klimaks 13. Interupsi
6. Antiklimaks 14. Aklamasi
7. Inversi 15. Enumerasia
8. Ellips 16. Proterito
Pleonasme
Repetisi
pengualangan sebuah kata berkali-
kali dalam sebuah kalimat.
Contoh: a. Sekali merdeka tetap merdeka.
b. Bukan, bukan itu maksudnya.
c. Kemarin dia datang, hari ini dia
datang lagi.
Paralelisme
mengulang kata beberapa kali pada
baris yang berlagu dalam puisi.
pengulangan di awal = anafora
pengulangan di akhir = epifora
Contoh: Aku lahir di sana, aku besar di sa-
na, aku akan mati dan berkubur di
sana.
Aku = anafora
di sana = epifora
Tautologi
Klimaks
menyebut sifat/keadaan yang makin la-
ma makin mengeras atau meninggi arti-
nya, atau dari pengertian khusus ke pe-
ngertian umum, dari pengertian detail
menuju pengertian global.
Contoh: Medan, Surabaya, Makasar, bahkan
Jakarta pun belum siap dengan
penanggulangan sampah.
Antiklimaks
menyebutkan berturut-turut dari kata yg
umum kepada pengertian yang khusus.
Contoh: Seluruh dunia, Eropa, Amerika, Jepang
terkejut mendengar Aceh dilanda tsu-
nami.
Ellips
meninggalkan sebuah kata dalam ka-
limat dengan maksud untuk menge-
raskan arti kata yang dihilangkan.
Contoh:
Retoris
penegasan dengan mempergunakan
kalimat tanya yg tidak membutuhkan
jawaban.
Contoh: a. Kapan lagi kaubantu ibumu?
b. Apakah wajar kalian bikin ribut di
dalam kelas?
Koreksio
membetulkan ucapan yang salah atau
kurang baik dengan maksud
memberikan
ketegasan darikeadaan yang sebenar-
nya.
Contoh: a. Anaknya dihempaskan, eh bukan,
diturunkannya dari tempat tidur.
b.
Asindeton
menyebutkan beberapa hal berturut-
turut dengan tak memakai kata peng-
hubung.
Contoh: a. Meja, kursi, lemari dalam ruangan
itu tidak layak pakai.
b. Senin, Selasa, sampai dengan
Sabtu kami akan pantau ke seko-
lah-sekolah.
c.
Polisindeton
menyebutkan beberapa hal berturut-
turut dengan memakai kata peng-
hubung.
Contoh: a. Beras dan ikan dan sayur yang
dibelinya tidak sempat dimasak.
b.
Interupsi
gaya tak menyisipkan suatu keterang-
an dalam kalimat pokok.
Contoh: a. Tiba-tiba ia, suaminya itu direbut
oleh perempuan lain, hati siapa
tak akan sedih.
b.
Aklamasi
pemakaian kata-kata seru dalam
kalimat.
Contoh: a. Wah, biar, biar kupeluk ah
dengan tangan mengigil.
b. Hai, tunggu, ah, terus saja.
Enumerasia
gaya bahasa penjumlahan, yakni suatu
kalimat yang menyebutkan beberapa
macam hal dengan masing-masing ke-
terangannya.
Contoh: Malam yang sunyi sepi, jengkerik
yang
menggerik, jam dinding yang berde-
tak, tersentak aku dari lamunanku.
Proterito
menyembunyikan sesuatu dengan tuju-
an pembaca, pendengar mengungkap-
kan sendiri yang tersembunyi itu.
Contoh: a. Tentang ramainya pasar malam itu
tak usahlah kuceritakan padamu.
b. Tentang kelakuan dia kamu sudah
tahu sendiri.
MAJAS PERTENTANGAN
1. Paradoks
2. Akupasi
3. Kontradiksi
4. Anakronis
5. Antitesis
Paradoks
gaya pertentangan tetapi sebenarnya
bukan pertentangan karena yg disebut
dalam kalimat tersebut dua hal berlain-
an yg berbeda.
Contoh: a. Adiknya pandai, kakaknya bodoh.
Akupasi
mengandung bantahan kemudian mem-

berikan penyelesaian sendiri terhadap


bantahan semula
Contoh:
a. Merokok merusak kesehatan, tapi tak
bisa mengajar kalau tak merokok.
b.
Kontradiksi
memperlihatkan suatu pertentangan
dengan apa yang dikatakan semula.
Contoh: a. Kamu sudah hadir kecuali Amir.
b.
Anakronis
mengemukakan kenyataan yang berten-
tangan dengan apa yang ada dalam se-
jarah atau menetapkan sesuatu pada
waktu yang sebenarnya belum kenyataan
Contoh:
a. Gajahmada pergi ke Semarang naik
mobil.
b. Sultan Iskandar Muda tidak mau
memasang AC di istananya.
Antitesis
gaya bahasa yang mengungkapkan
gagasan berlawanan dengan
menggunakan kata atau frasa yang b
erimbang.

You might also like