You are on page 1of 25

Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif seperti seks bebas,

narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini diadaptasi dari budaya barat
dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas tanpa takut menyalahi norma-norma
yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan budaya timur yang menganggap semua itu
adalah hal tabu sehingga sering kali kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.

Sebenarnya makna pergaulan bebas tidak sebatas itu. Saya jadi ingat sewaktu masih
kecil, sekitar umur 12 tahun. Pada suatu malam kami sekeluarga makan diluar. Kebetulan
di restoran itu ada satu keluarga ekspatriat yang juga ingin bermakan malam bersama.
Pada waktu itu saya baru mengenal bahasa inggris. Saya mendengar dengan cermat
percakapan yang sedang berlangsung di meja para ekspatriat tersebut. Salah satu dari
mereka masih seumuran saya dan dia memanggil ayahnya dengan kata “you“. “Loh,
bukankah you itu artinya kau atau kamu atau anda. Koq sangat tidak sopan betul anak
ini?”, begitu pikir saya saat itu.

Saya langsung menanyakan hal ini kepada ayah saya. Dan katanya orang bule memang
begitu, menyebut lawan bicara kalau tidak pake “you” ya pake nama. Setelah beranjak
dewasa dan sering menonton film-film barat, saya juga sering memperhatikan di film-
film itu ada percakapan antara anak-anak dan orang dewasa dengan kasus yang sama.
Kadang-kadang stasiun televisi sampai mengganti kata “you” dengan kata “ayah”
misalnya, atau “paman” untuk menyesuaikan dengan budaya kita.

Kasus diatas merupakan salah satu bentuk dari pergaulan bebas dimana usia bukanlah
menjadi pembatas. Seperti pada film “Pay It Forward”, Trevor (Haley Joel Osment)
memanggil gurunya Mr. Simonet (Kevin Spacey). Tapi di luar jam sekolah dia
memanggilnya Eugene. Menurut saya ini adalah sesuatu yang positif untuk membangun
hubungan yang akrab dan baik. Tanpa adanya batasan usia sehingga yang muda tidak
sungkan dengan yang lebih tua dan yang tua tidak perlu jaim dengan yang muda.

Posted in ArTikeL
A. Latar Belakang Masalah
Melihat berbagai fakta yang terjadi saat ini, tidak sedikit para pemuda dan pemudi yang
terjerumus ke dalam lembah perzinahan (Free sex), disebabkan terlalu jauhnya kebebasan
mereka dalam bergaul, faktor utama masalahnya adalah kurangnya pemahaman
masyarakat saat ini terhadap batas-batas pergaulan antara pria dan wanita. Disamping itu
didukung oleh arus modernisasi yang telah mengglobal dan lemahnya benteng keimanan
kita mengakibatkan masuknya budaya asing tanpa penyeleksian yang ketat.
Kita telah mengetahui bahwa sebagian besar bangsa barat adalah bangsa sekuler, seluruh
kebudayaan yang mereka hasilkan jauh dari norma-norma agama. Hal ini tentunya
bertentangan dengan budaya Indonesia yang menjujung tinggi nilai agama dan pancasila.
Tidak ada salahnya jika kita mengatakan pacaran adalah sebagian dari pergaulan bebas.
Saat ini pacaran sudah menjadi hal yang biasa bahkan sudah menjadi kode etik dalam
memilih calon pendamping. Fakta menyatakan bahwa sebagian besar perzinahan
disebabkan oleh pacaran. Bila kita menengok kebelakang tentang kebudayaan Indonesia
sebelumnya, pacaran (berduaan dengan non muhrim) merupakan hal yang tabu. Dari sini
kita dapat menyimpulkan bahwa pacaran memang tidak dibenarkan dan tidak sesuai
dengan budaya Indonesia, demikian juga dengan budaya islam.
BAB II
PEMUDA DALAM PERGAULAN BEBAS

A. Pengertian Pergaulan Bebas


Munculnya istilah pergaulan bebas seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi dalam peradaban umat manusia, kita patut bersyukur dan bangga terhadap
hasil cipta karya manusia, karena dapat membawa perubahan yang positif bagi
perkembangan/kemajuan industri masyarakat. Tetapi perlu disadari bahwa tidak
selamanya perkembangan membawa kepada kemajuan, mungkin bisa saja kemajuan itu
dapat membawa kepada kemunduran. Dalam hal ini adalah dampak negatif yang
diakibatkan oleh perkembangan iptek, salah satunya adalah budaya pergaulan bebas
tanpa batas.
Dilihat dari segi katanya dapat ditafsirkan dan dimengerti apa maksud dari istilah
pergaulan bebas. Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas
artinya terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang lain
terlepas dari ikatan yang mengatur pergaulan.
Islam telah mengatur bagaimana cara bergaul dengan lawan jenis. Hal ini telah tercantum
dalam surat An-Nur ayat 30-31. Telah dijelaskan bahwa hendaknya kita menjaga
pandangan mata dalam bergaul. Lalu bagaiamana hal yang terjadi dalam pergaulan
bebas? Tentunya banyak hal yang bertolak belakang dengan aturan-aturan yang telah
Allah tetapkan dalam etika pergaulan. Karena dalam pergaulan bebas itu tidak dapat
menjamin kesucian seseorang.

B. Pacaran adalah Pergaulan Bebas


Pacaran merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas. Dari sumber di atas
kita telah mengetahui bahwa pergaulan bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan. Para
remaja dengan bebas saling bercengkrama, bercampur baur (ikhtilat) antara lawan jenis,
akibatnya mudah di telusuri berkembanglah budaya pacaran.
Kecintaan terhadap lawan jenis adalah fitrah manusia. Tetapi pacaran buakanlah wadah
yang tepat. Cinta bukanlah sekedar pandangan mata ataupun kerlingan. Bukan pula
lembaran surat yang berisi pujian kata yang melebihi dari ikatan pernikahan, dan cinta
tidak akan berakhir dengan pernikahan.
Banyak orang yang mengagungkan dan memproklamirkan kata cinta. Namun mengapa
gambaran dan kenyataan pahit mewarnai dunia cinta. Betapa banyak cinta berujung pada
pembunuhan bayi-bayi yang tak berdosa. Banyak orang yang memiliki cinta melakukan
hal yang keji. Cinta berubah menjadi perceraian dan mengakibatkan suramnya masa
depan generasi mendatang. Mengapa pula cinta bisa dijajakan di sembarang tempat oleh
wanita berbusana minim ? Hal-hal yang mengenaskan sekaligus memalukan itu menjadi
daftar persoalan yng melingkupi dunia cinta.
Sebagian orang berpendapat bahwa cinta bermakna kecenderungan terus menerus disertai
dengan hati yang meluap-luap. Inilah yang membuat seseorang menjadi buta dan tuli.
Kebutaan ini dapat diartikan tidak lagi melihat tata nilai terutama nilai-nilai syariat islam,
sehingga banyak orang menabrak nilai-nilai Islam dalam mengekspresikan cintanya. Dan
yang dimaksud tuli yaitu tidak mau mendengar nasihat-nasihat agama yang seharusnya
dapat membingkai cintanya. Seperti yang telah disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW,
“Kecintaanmu kepada sesuatu bisa membuat buta dan tuli.” (HR. Ahmad). Lain halnya
dengan seseorang yang berada dalam wilayah tidak terlarang, seperti seseorang yang
berada jauh dari rumah lalu merindukan istrinya.
Semua aktifitas tubuh kita berpotensi menimbulkan zina ketika digerakkan atas nama
syahwat yang melesat lepas dari kendali fitrah. Namun nama Allah Maha Pemurah, zina
yang dilakukan selain farji tidak sampai dikenakan hukuman cambuk. Ia masih bisa
dihapus dengan taubat yang tulus dan ditebus dengan amal-amal shalih. Cara untuk
menghindari zina adalah dengan mengendalikan hawa nafsu dan menutup rapat-rapat
pintu zina.

C. Bagaimana Islam memandang Pergaulan Bebas ?


Banyak hal-hal yang negatif yang ditimbulkan oleh pergaulan bebas. Ini semua telah
terlukis oleh mereka di belahan bumi Barat, yang dulu mengagung-agungkan kebebasan
dalam segala hal, termasuk kebebasan seks, kini mereka menjerit. Angka perceraian
sangat tinggi, dan pranata pernikahan diragukan. Akibatnya keluarga sebagai sendi
masyarakat runtuh, kemudian terjadilah dekadensi moral. Wabah AIDS menebarkan
kengerian dan ketakutan karena semakin liarnya perilaku masyarakat dalam free sex.
Apa yang terjadi di Barat dapat kita sinyalir dari tulisan George Balusyi dalam bukunya ;
“Ledakan Seksual”, yaitu ; “pada tahun 1962, Kennedy menjelaskan, masa depan
Amerika diancam bahaya, sebab para pemudanya cenderung dan tenggelam di dalam
syahwat sehingga tidak mampu memikul tanggung jawab yang harus dipikul di atas
pundaknya. Setiap tujuh pemuda yang maju untuk jadi tentara, terdapat enam pemuda
yang tidak pantas dijadikan tentara. Sebab syahwat yang telah mereka lampiaskan itu,
telah merusak keseimbangan hygienis dan psikis mereka”.
Budaya free sex tidak jauh berbeda dengan budaya pacaran. Dan dengan menghubungkan
fakta yang terjadi di sekitar kita, banyak para pemuda dan pemudi yang mengaku dirinya
muslim tetapi mereka melakukan perbuatan zina. Juka hal ini dibiarkan, maka akan
sangat berabhaya bagi kelanjutan da’wah Islam. Betapa sedihnya jika ummat Islam yang
begitu besar tetapi akhlak para pemudanya penuh dengan kebobrokan. Naudzubillahi min
zaalik.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya penulis akan menyimpulkan beberapa hal, yakni sebagai
berikut :
- Islam telah menetapkan dan mengatur batas-batas dalam pergaulan bebas diantaranya
dengan menjaga dengan pandangan mata dan memelihara kehormatan (tarji).
- Islam tidak mengakui dan mengatur tata cara seperti yang ada pada saat ini.
- Budaya pacaran adalah merupakan satu konsep yang sama dengan pergaulan bebas dan
dampak negatif (bahayanya) tidak jauh berbeda.
Terima kasih banyak atas kepercayaannya kepada saya, dan saya sarankan agar pemuda
pemudi zaman sekarang harus hati-hati dalam pergaulan apalagi pergaulan bebas, penulis
mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam penulisan, penulis mengharapkan saran
dan kritiknya, terima kasih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

- Al-Makatti, Abdurahman, 2001; Pacaran Dalam Kacamata Islam. Jakarta; Media


Dakwah.
- Sultoni, Wahyu Bagja, 2007; Ilmu Sosial Dasar. Bogor; STKIP Muhamadiyah.

• click link
• 13518 clicks

Untuk dapat merequest file lengkap yang dilampirkan pada setiap judul, anda harus
menjadi special member, klik Register untuk menjadi free member di Indoskripsi.

Semua Special Member dapat mendownload data yang ada di download area.
NB: Ada kemungkinan data yang diposting di website ini belum ada filenya, karena
dikirim oleh member biasa dan masih menunggu konfirmasi dari member yang
bersangkutan. Untuk memastikan data ada atau tidak silahkan login di download area.
Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian
jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas.

Menurut Program Manajer Dkap PMI Provinsi Riau Nofdianto seiring Kota Pekanbaru
menuju kota metropolitan, pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik
kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki
tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya
kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri
yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko
yang akan dihadapinya,’’ kata cowok yang disapa Mareno ini pada Xpresi, Rabu (20/8)
di ruang kerjanya.

Sejak berdirinya Dkap PMI tiga tahun lalu, kasus HIV dan hamil di luar nikah terus
mengalami peningkatan. Setiap bulan ada 10-20 kasus. Mereka yang sebagian besar
kalangan pelajar dan mahasiswa ini datang untuk melakukan konseling tanpa didampingi
orang tua. ‘’Rata-rata mereka berusia 16-23. Bahkan ada yang berusia 14 tahun datang ke
Dkap untuk konsultasi bahwa ia sudah hamil. Mereka yang melakukan konseling, ada
datang sendiri, ada juga dengan pasangannya. Sebagian besar orang tua mereka tidak
tahu,’’ ujarnya.

Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh
dijauhi dan dibenci. ‘’Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan
seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya,
Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama.
Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi,’’ ungkapnya lagi.
Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang
disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’,’’ ucapnya.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan
seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan
seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang
terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu
bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital,
mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar,’’
tuturnya.

Sementara itu, Martha Sari Uli pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengaku interaksi bebas di
kalangan remaja dalam pergaulan bebas, identik dengan kegiatan negatif. ‘’Banyak anak-
anak remaja beranggapan bahwa masa remaja adalah masa paling indah dan selalu
menjadi alasan sehingga banyak remaja yang menjadi korban dan menimbulkan sesuatu
yang menyimpang,’’ ungkapnya ketika diminta komentarnya mengenai pergaulan bebas
di kalangan remaja.

Senada dengan itu, Debora Juliana juga pelajar SMAN 4 Pekanbaru mengatakan
pergaulan bebas itu saat ini sudah tidak tabu lagi, dan banyak remaja yang
menjadikannya budaya modern. ‘’Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai
melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar
kehidupan kita. Sekarang banyak banget anak-anak seumuran kita sudah keluar dari
jalurnya,’’ ujar cewek kelahiran 18 Juli 1993. ‘’Kalo aku nggak pernah melakukan hal
tersebut dan jangan sampai lah,’’ tambahnya.

Di tempat terpisah, Ketua MUI Provinsi Riau Prof Dr H Mahdini MA mengatakan data
yang ditemukan lebih banyak lagi anak-anak yang melakukan seks bebas. Maka
diperlukan pencegahan. ‘’Saya meminta semua kalangan, baik para pendidik, orang tua,
dan tokoh masyarakat agar memfungsikan tugas-tugas sosialnya,’’ pintanya.

Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada
jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI
menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu
jauh lebih penting demi generasi muda,’’ sarannya.

Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab
itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku
orang tua sangat berperan.

Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan


beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka
memiliki kepribadian yang kuat,’’ katanya.

Hal yang sama juga diutarakan Drs Ali Anwar, kepala SMA 5 Pekanbaru. Menurutnya,
akibat perkembangan zaman, ketika agama tidak lagi menjadi pokok dalam kehidupan
banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas. ‘’Solusinya, kuatkan lagi ajaran
agama. Baik di sekolah maupun di rumah agama merupakan kebutuhan pokok,’’
ucapnya.
Selain itu, orang tua harus lebih memperhatikan anaknya. ‘’Orang tua dan anak harus
selalu berkomunikasi. Sehingga tahu persoalan anak,’’ ungkapnya.

Menyikapi hal ini, kepala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Drs HM Wardan MP
mengatakan akan melakukan komunikasi dengan dinas pendidikan kabupaten/kota untuk
membuat surat edaran ke sekolah-sekolah dalam mengantisipasi hal tersebut. ‘’Kita
berharap jangan sampai terjadi hal tersebut karena akan merusak diri sendiri, sekolah,
agama dan daerah,’’ ujarnya ketika ditemui usai acara pelantikan Persatuan Anak Guru
Indonesia (Pagi) Provinsi Riau, Rabu (20/8) malam di Hotel Sahid Pekanbaru.
Bahaya Pergaulan Bebas
aaqir 18 Oktober 2008 artikel 26.740 views 71 Comments Print This Post
Email This Post

Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal
serta arus modernisasi dan sekularisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan
bebas dengan lain jenis (kumpul kebo), baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Kondisi semacam ini juga sangat mempengaruhi terhadap ideologi masyarakat, sehingga
ada sebagian mereka beranggapan, kalau tidak bergaul dengan selain jenis maka di nilai
ketinggalan zaman. Inilah salah satu dampak arus globalisasi. Oleh karena itu, dalam
kondisi semacam ini manusia di tuntut untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.

Kalau kita lacak secara fenominal bahwa pergaulan di masa sekarang- di berbgai tempat-
khususnya di perkotaan- seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang di akui
keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi, bahkan di anggap hal yang biasa-bisa oleh
kalangan remaja.

Padahal kalau di lihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan
kalau kalangan remaja terus di biasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan
pendidikan yang berorientasikan pada moral maka bagaimana dengan bangsa yang akan
datang.

Sangat tragis, ternyata pergaulan bebas itu tidak hanya sebatas bergaul melainkan
terkadang mendorong untuk melakukan hal yang lebih tidak di sukai oleh agama, seperti,
bercumbu rayu, berciuman dan bahkan terjebak dalam perzinahan. Oleh karena itu, tanpa
ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim maka
dampak dan bahayanya seperti itu.

Kalau dalam ajaran islam, pergaulan bebas itu tidak di perbolehkan, bahkan melihat
wanita yang bukan muhrim tanpa ada maksud-maksud yang di perbolehkan jug tidak
boleh. Semisal saling melihat dan lainnya. Karena hal itu merupakan awal untuk
melangkah pada garis selanjutnya seperti janjian dsb. Islam membolehkan bergaul
dengan wanita yang bukan muhrimnya apabila ada alasan yang tepat menurut syariat,
seperti ingin mengawini, karena sebelumnya di anjurkan melihat si wanita itu, cocok
tidaknya.

Di masa sekarang, di Barat, hususnya di Eropa, pergaulan bebas sangatlah dominan


bahkan homo dan lesbian sudah menjadi bagian kultur mereka. Ini tidak asing lagi di
mata mereka, tapi ini sangat meresahkan masyarakat di sana sebab kasus aborsi di sana
makin hari makin meningkat. Ini adalah gambaran dari pengaruh dan bahaya pergaulan
bebas.
Secara mendasar ternyata hal semacam ini karena kebebasan di artikan bebas secara
mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau
tidak kita harus menjaga jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis.
Semoga Allah melindungi kita. Amin

(68 votes, average: 3.47 out of 5)


Bahaya Pergaulan Bebas
aaqir 18 Oktober 2008 artikel 26.740 views 71 Comments Print This Post
Email This Post

Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era industrialisasi yang sudah mengglobal
serta arus modernisasi dan sekularisasi sangat berpengaruh besar terhadap pergaulan
bebas dengan lain jenis (kumpul kebo), baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Kondisi semacam ini juga sangat mempengaruhi terhadap ideologi masyarakat, sehingga
ada sebagian mereka beranggapan, kalau tidak bergaul dengan selain jenis maka di nilai
ketinggalan zaman. Inilah salah satu dampak arus globalisasi. Oleh karena itu, dalam
kondisi semacam ini manusia di tuntut untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.

Kalau kita lacak secara fenominal bahwa pergaulan di masa sekarang- di berbgai tempat-
khususnya di perkotaan- seakan-akan sudah menjadi bagian kultur yang di akui
keberadaannya dan tidak bisa di hindari lagi, bahkan di anggap hal yang biasa-bisa oleh
kalangan remaja.

Padahal kalau di lihat di lapangan, pergaulan ini sangat meresahkan masyarakat, bahkan
kalau kalangan remaja terus di biasakan hal semacam ini tanpa ada kesadaran dan
pendidikan yang berorientasikan pada moral maka bagaimana dengan bangsa yang akan
datang.

Sangat tragis, ternyata pergaulan bebas itu tidak hanya sebatas bergaul melainkan
terkadang mendorong untuk melakukan hal yang lebih tidak di sukai oleh agama, seperti,
bercumbu rayu, berciuman dan bahkan terjebak dalam perzinahan. Oleh karena itu, tanpa
ada sekat-sekat pembatasan antara wanita dan laki-laki yang bukan muhrim maka
dampak dan bahayanya seperti itu.
Kalau dalam ajaran islam, pergaulan bebas itu tidak di perbolehkan, bahkan melihat
wanita yang bukan muhrim tanpa ada maksud-maksud yang di perbolehkan jug tidak
boleh. Semisal saling melihat dan lainnya. Karena hal itu merupakan awal untuk
melangkah pada garis selanjutnya seperti janjian dsb. Islam membolehkan bergaul
dengan wanita yang bukan muhrimnya apabila ada alasan yang tepat menurut syariat,
seperti ingin mengawini, karena sebelumnya di anjurkan melihat si wanita itu, cocok
tidaknya.

Di masa sekarang, di Barat, hususnya di Eropa, pergaulan bebas sangatlah dominan


bahkan homo dan lesbian sudah menjadi bagian kultur mereka. Ini tidak asing lagi di
mata mereka, tapi ini sangat meresahkan masyarakat di sana sebab kasus aborsi di sana
makin hari makin meningkat. Ini adalah gambaran dari pengaruh dan bahaya pergaulan
bebas.

Secara mendasar ternyata hal semacam ini karena kebebasan di artikan bebas secara
mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga jarak antara mereka. Di sadari atau
tidak kita harus menjaga jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain jenis.
Semoga Allah melindungi kita. Amin

(68 votes, average: 3.47 out of 5)

Loading ...
tulis ini mengenai tentang NARKOBA

DAMPAK PERGAULAN BEBAS BAGI REMAJA

Diposkan oleh Abdul Rauf on Senin, 15 September 2008

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Para ahli pendidikan
sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia antara 13 tahun sampai dengan 18
tahun. Seorang remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun
masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Mereka sedang mencari pola
hidup yang paling sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba
walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukan sering menimbulkan
kekhawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungan dan orangtuanya.

Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat yakni
dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya memberikan
filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
terjangkitnya penyakit HIV/AIDS.

Sekarang ini zaman globalisasi. Remaja harus diselamatkan dari globalisasi. Karena
globalisasi ini ibaratnya kebebasan dari segala aspek. Sehingga banyak kebudayaan-
kebudayaan yang asing yang masuk. Sementara tidak cocok dengan kebudayaan kita.
Sebagai contoh kebudayaan free sex itu tidak cocok dengan kebudayaan kita.

Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada tingkat yang menguatirkan. Para
remaja dengan bebas dapat bergaul antar jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di
tempat-tempat umum, para remaja saling berangkulan mesra tanpa memperdulikan
masyarakat sekitarnya. Mereka sudah mengenal istilah pacaran sejak awal masa remaja.
Pacar, bagi mereka, merupakan salah satu bentuk gengsi yang membanggakan.
Akibatnya, di kalangan remaja kemudian terjadi persaingan untuk mendapatkan pacar.
Pengertian pacaran dalam era globalisasi informasi ini sudah sangat berbeda dengan
pengertian pacaran 15 tahun yang lalu. Akibatnya, di jaman ini banyak remaja yang putus
sekolah karena hamil. Oleh karena itu, dalam masa pacaran, anak hendaknya diberi
pengarahan tentang idealisme dan kenyataan. Anak hendaknya ditumbuhkan kesadaran
bahwa kenyataan sering tidak seperti harapan kita, sebaliknya harapan tidak selalu
menjadi kenyataan. Demikian pula dengan pacaran. Keindahan dan kehangatan masa
pacaran sesungguhnya tidak akan terus berlangsung selamanya.

Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh
cinta, orangtua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antar pengawasan dengan
kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi
anak harus banyak diberi pengertian agar mereka tidak ketakutan dengan orangtua yang
dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin
meningkat, orangtua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun, tetap
harus dijaga agar mereka tidak salah jalan. Menyesali kesalahan yang telah dilakukan
sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orangtua dengan anak.
Misalnya, ketika orangtua tidak setuju dengan pacar pilihan si anak. Ketidaksetujuan ini
hendaknya diutarakan dengan bijaksana. Jangan hanya dengan kekerasan dan kekuasaan.
Berilah pengertian sebaik-baiknya. Bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk
menengahinya. Hal yang paling penting di sini adalah adanya komunikasi dua arah antara
orangtua dan anak. Orangtua hendaknya menjadi sahabat anak. Orangtua hendaknya
selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak
tidak merasa takut menyampaikan masalahnya kepada orangtua.

Dalam menghadapi masalah pergaulan bebas antar jenis di masa kini, orangtua
hendaknya memberikan bimbingan pendidikan seksual secara terbuka, sabar, dan
bijaksana kepada para remaja. Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang kematangan
seksual serta segala akibat baik dan buruk dari adanya kematangan seksual. Orangtua
hendaknya memberikan teladan dalam menekankan bimbingan serta pelaksanaan latihan
kemoralan. Dengan memiliki latihan kemoralan yang kuat, remaja akan lebih mudah
menentukan sikap dalam bergaul. Mereka akan mempunyai pedoman yang jelas tentang
perbuatan yang boleh dilakukan dan perbuatan yang tidak boleh dikerjakan. Dengan
demikian, mereka akan menghindari perbuatan yang tidak boleh dilakukan dan
melaksanakan perbuatan yang harus dilakukan.

Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen


remaja mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas
tersebut berlanjut hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks
bebas remaja secara umum baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang
semakin serius. Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian
Nugraha di Jakarta mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan
hubungan seks bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an,
menjadi dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke,
dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun
2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9
persen.

Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun,
dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau
mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Tingginya angka hubungan seks pranikah di
kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta
kurangnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat
sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang
menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai
negara yang angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.

Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan.
Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan
untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak
diinginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak
tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa
meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut dilakukan sebelum
usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai empat hingga lima kali
lipat.

Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau
terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu
suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat
lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat. Saat
ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas-terutama di kalangan remaja-bukan
hanya membentengi diri mereka dengan unsur agama yang kuat, juga dibentengi dengan
pendampingan orang tua dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena ada
kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua
sendiri.

Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. Pendidikan
Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang
organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual
dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan
melakukan seks bebas. Dalam keterpurukan dunia remaja saat ini, anehnya banyak orang
tua yang cuek bebek saja terhadap perkembangan anak-anaknya. Kini tak sedikit orang
tua dengan alasan sibuk karena termasuk tipe “jarum super” alias jarang di rumah suka
pergi; lebih senang menitipkan anaknya di babby sitter. Udah gedean dikit di sekolahin di
sekolah yang mahal tapi miskin nilai-nilai agama.

Acara televisi begitu berjibun dengan tayangan yang bikin ‘gerah’, Video klip lagu
dangdut saja, saat ini makin berani pamer aurat dan adegan-adegan yang bikin dek-dekan
jantung para lelaki. Belum lagi tayangan film yang bikin otak remaja teracuni dengan
pesan sesatnya. Ditambah lagi, maraknya tabloid dan majalah yang memajang gambar
“sekwilda”, alias sekitar wilayah dada; dan gambar “bupati”, alias buka paha tinggi-
tinggi. Konyolnya, pendidikan agama di sekolah-sekolah ternyata tidak menggugah
kesadaran remaja untuk kritis dan inovatif.

6 komentar:

kumpulan orang-orang imoetz mengatakan...

emmhhhh_seks bebes?????enak kali za. . .tp_gmn d akiratnya ntar za???


iiiihhhhhh_serem!!!!!

29 Maret 2009 18:17


♥♥♥ήέ_©ħάп♥♥♥ mengatakan...

hai..
aku copas yach..
ada tugas nhe..
thx...

26 Juli 2009 05:53


aditya blog mengatakan...

Aku Copy yah...


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Remaja

Diantara seluruh tahap kehidupan yang kita alami,mungkin salah satu tahap yang paling
tak terlupakan adalah masa remaja,karma tampaknya tidak ada fase lain banyak dipenuhi
dengan pengalaman tentang patah hati,konflik batin,dan kesalahpahaman selain masa
remaja.

Kita masih dapat mengingat antara rasa sakit dan kebahagiaan bercampur menjadi satu
yang kita alami saat remaja.Kita tetap menyimpan kenangan betapa kita disalahpahami,
betapa kita begitu sering dan cepat berubah-rubah,betapa kita begitu mengharapkan
penerimaan,dan betapa kita begitu merasakan kesepian dan kesendirian.

Kadang kita juga merasa mengapa tidak ada orang yang mau mengerti tentang kita.Kita
merasa heran bagaimana semua ini dimulai dan darimana.Semua ini terjadi pada masa
remaja,saat yang penuh gejolak dan keinginan,tetapi tidak jarang mengakibatkan begitu
banyak persoalan jika tidak disikapi secara arif dan bijak.

Remaja seing diidenntikan dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris
”remaja” juga disebut dengan istilah “Teenager”,selain kata adolescent.Akan tetapi
remaja tidak hanya dapat diidentifikasi berdasarkan usia,tetapi juga bisa ditelisik dari
kehidupan yang penuh dengan keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia mengenal
lawan jenis.

Selain itu,di usia remaja kita juga biasanya mulai bertemu dengan nilai-nilai dan norma-
norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang selama ini kita kenal.Pada masa
remaja juga kita pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan kita
dengan orang tua dan teman-teman sebaya;kita ingin menunjukkan kemandirian kita di
satu sisi,teapi di sisi lain kita belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengawasan
dan ketergantungan kita dari orang tua.

2.2 Ciri-ciri Fisik dan Psikologis

Bila merujuk pada psikologi perkembangan akan kita temukan pembagian tahap
perkembangan psikologis kita menjadi tiga tahap: sembilan tahun pertama, sembilan
tahun kedua dan sembilan tahun ketiga. Sembilan tahun pertama dalam kehidupan kita
dapat disebut sebagai masa kanak-kanak. Pada masa ini kita hamper sepenuhnya
bergantung pada perhatian dan bimbingan orang lain, utamanya orangtua kita. Dari
persoalan mandi, makan, apa yg kita pakai, pilihan sekolah, dan teman hamper semuanya
di pengaruhi oleh keputusan dan kebijakan orangtua kita. Masa kanak-kanak ditandai
dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik yg sangat cepat: mulai dari belajar
telungkup, merangkak, berjalan, berbicara, dan berpikir.

Usia remaja berada pada perkembangan psikologis kedua dan sembilan tahun kedua
setelah kita melewati masa kanak-kanak. Pada masa ini kita mulai diajari tantang
kemandirian dan bagaimana membuat keputusan untuk diri kita sendiri. Selain itu,
karakteristik umum dari pertumbuhan dan perkembangan fisik kita pada periode usia ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan pada umumnya lambat dan mantap;
pertumbuhan yang sangat cepat pada masa kanak-kanak telah selesai dan perubahan-
perubahan menginjak usia remaja mulai tampak. Pada usia ini kita cenderung mengalami
perubahan hormonal,berupa perubahan suara, mulai tumbuhnya bulu-bulu di bagian
tubuh tertentu, dan penonjolan-penonjolan pada bagian tubuh tertentu bagi perempuan.

Pada tingkat usia ini system peredarn darah, pencernaan dan pernapasan sudah berfungsi
secara lengkap meskipun pertumbuhan masih terus berlanjut. Parui-paru kita sudah
hampir berkembang secara lengkap dan tingkat respirasi orang dewasa. Tekanan darah
meningkat menjadi sedikit lebih rendah dari pada tekanan orang dewasa. Otak dan urat
syaraf tulang belakang ( spinal cord ) menjadi orang dewasa pada usia 10 tahun, tetapi
perkembangan sel-sel yg berkaitan dengan perkembangan mental belum sempurna dan
terus berlanjut selama beberapa tahun kemudian. Pada usia 10 thun, mata kita telah
mencapai ukuran dewasa dan fungsinya sudah berkembang secara maksimal.

Masa remaja adalah saat ketika kita tidak lagi menjadi kanak-kanak, tetapi belum
memasuki usia dewasa. Meskipun begitu, ada juga di antara kita, remaja, yg kekanak-
kanakan atau remaja yg sudah mampu berpikir layaknya orang dewasa. Saat masih
kanak-kanak hamper sepenuhnya kita bergantung pada orang lain, terutama orangtua atau
wali kita. Masa kanak-kanak adalah masa “ketergantungan aktif” ketika kita sepenuhnya
mengharapkan kasih-sayang dan perhatian orang lain. Tetapi pada masa kanak-kanak kita
juga sadar tantang ketergantungan kita dan berjuang untuk membebaskan diri meskipun
kita tidak sepenuhnya menyadari: bebas dari apa atau kebebasan untuk apa ? Secara tidak
langsung kita menjadi sadar bahwa, meminjam ungkapan Norton, selam ini kita telah
“salah-diidentifikasi,” bahwa kita selama ini bukan “budak”, bahwa kita adalah pribadi-
pribadi yang sama dengan “orang lain” dalam kehidupan kita-bukan sekedar “derivasi-
derivasi”. Kita menjadi tergugah untuk menemukan diri
kita.

Ketergugahan dan keingintahuan itulah yg merupakan titik yg akan menjembatani antara


masa kanak-kanak dan masa remaja. Tetapi bahkan masa kanak-kanak kita yg
diaktualisasikan secara lengkap pun belum dpat mempersiapkan diri kita secara baik
untuk menghadapi masa remaja. Tahap krhidupan baru Ini memiliki nilai-nilai yg sama
sekali unik, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban dan kebajikan-kebajikannya.
Masa remaja menuntut sebuah kehidupan baru yg lebih agresif dimana apa yg telah kita
pelajari pada masa kanak-kanak hanya memeliki sedikit peran dan pengaruh.

Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber”
kependekan dari “pubertas”, berasal dri bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan
menunjukan kedewasaan yg dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh
kematangan fisik. Istilah “puber” sendiri berasal dari akar kata ”pubes”, yg berarti
rambut-rambut kemaluan, yg menandakan kematangan fisik. Dengan demikian, masa
pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik,
yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa ini terutama terlihat perubahan-
perubahan jasmaniah berkaitan dengan proses kematangn jenis kelamin. Terlihat pula
adanya perkembangan psikososial berhubungan dengan ber fungsinya kita dalam
lingkungan social, yakni dengan melepaskan diri dari ketergantungan penuh kepada
orangtua, pembentukan rencana hidup dan system nilai-nilai yg baru.

Dalam literature Barat, remaja juga disebu sebagai adolescent dan masa remaja disebut
sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan
pembahasan tentang adolesensia atau masa remaja pada perubahan-perubahan penting yg
terjadi di dalamnya. Jean Piaget, misalnya, lebih menitik beratkan pada perubahan-
perubahan yg dianggap penting dengan memandang “adolesensia” sebagai suatu fase
kehidupan, dengan terjadinya perubahan-perubahan penting pada fungsi inteligensia, yr
tercakup dalam aspek kognitif seseorang.
Tokoh lain, Ana Freud, menggambarkan masa adolesensia sebagai suatu proses
perkembangan yg meliputi perubahan-perubahan berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, perubahan dalam hubungan kita dengan orangtua dan cita-cita. F. Neidhart
juga melihat masa adolesensia sebagai masa peralihan ditintau dari kedudukan
ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan dengan kedudukan “mandiri”.

Sedangkan E. H. Erikson mengemukakan timbulnya perasaan baru tentang identitas


dalam diri kita pada masa adolesensia. Terbentuknya gaya hidup tertentu sehubungan
dengan penempatan diri kita, yg tetap dapat dikenal oleh lingkungan walaupun telah
mengalami perubahan baik pada diri kita maupun kehidipan sehari-hari.

Dalam pembahasan kemudian, istilah “adolesensia” diartikan sebagai “masa remaja”


dengan pengertian yg luas, meliputi seluruh perubahan yg terjadi di dalamnya. Remaja
merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia
12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut meninjukan pada masa
peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya.
Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya
perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11
tahun atau mungkin 12 tahun pada anak permpuan sedangkan pada anak laki-
lakinumumnya terjadi di atas 12 tahun.
2.3 Mengenali Kebutuhan-kebutuhan [ Psikologis ] Remaja

Konsepsi “ kebutuhan pada hakikatnya lrbih berkaitan dengan implikasi-implikasi social


dari pada sekedar sebuah penggambaran tentang perilaku manusia berkaitan dengan
insting-insting yg dimilikinya. Insting, berdasarkan definisinya, merupakan sebuah
atribut bagi seseorang individu. Kebutuhan mengisyaratkan kerjasama ( cooperation )
kelompok untuk dapat memenuhinya. Ia mengarahkan perhatian dari individu kepada
masyarakatnya dengan cara-cara yg, jika diperlukan, mungkun digunakan oleh suatu
kelompok untuk memodifikasi metodo-metodenya dengan harapan mendapatkan
pelbagai perubahan yg dihasilkan dalam reaksi seorang individu.

Pelbagai jenis kebutuhan kita sebagai remaja selama ini telah di kompilasikan dari
kebutuhan-kebutuhan psikologis mendasar. Salah satu penjelasan paling awal mengenai
kebutuhan-kebutuhan remaja adalah bahwa pada mas remaja pada umumnya kita
merindukan pengalaman baru, rasa aman, resons, dan pengakuan. Di usia ini kita
seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi kita monotomi [bukan
otonomi], rasa tidak aman dan penolakan. Penyimpangan yg kita lakukan kadang-kadang
dapat digambarkan sebagai upaya yg salah arah untuk menenukan kepuasan atau
pemenuhan atas keinginan-keinginan kita yg paling fundamental.

Salah satu kebutuhan psikologis kita yg paling penting dan juga kebutuhan seluruh
manusi adalah peneromaan oleh kelompoksosial di sekitarnya. Kebutuhan ini mencakup
kebutuhan akan kasih saying dalam lingkungan dekat dalam rumah, penghormatan di
antara teman-teman kita sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guru-guru yg mengajar
kita. Kebutuhan ini mengambil bentuk-bentuk yg berbeda pada tahap-tahap usia yg
berbeda dan dalam hubunganya dengan orang-orang berbeda. Tetapi kebutuhan ini
tampaknya muncul dari watak esensial manusia sebagai makhluk social sebagai anggota
kelompok sosisal tertentu.

Pengalaman akan penerimaan ini pada masa balita dan kanak-kanak mengarahkan pada
rasa aman yg kemudian membentuk salah satu bahan penting untuk kesehatan mental
semangat juang dari warga sipil atau tentara yg karena diperkuat oleh perasaan ini,
mampu menghadapi pelbagai kesulitan dan kekecewaan tanpa kecemasan yg berlebihan.
Hilanhnya perasaan ini pada umumnya akn diikuti oleh rsa tertekan yg kemudian dapat
memeunculkan penyimpangan dan disharmoni mental. Anak-anak yg ditolak atau tidak
diinginkan pada masa balitanya lebih besar kemungkinanya untuk menjadi nak-anak yg
sulit diatur dan akan menyulitkan para gurunya pda usia sekolah.

Bersamaan dengan kebutuhan ini, manusia pada umumnya juga memiliki kebutuhan
untuk “memberi dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih saying, merasakan
penghormatan, mengekspresikan penghargaan Pelbagai studi kasus yg dilakukakn C.M.
Fleming, misalnya, menunjukan efek-efek yg merugikan akibat dihalanginya komplemen
atas penerimaan oleh kelompok sosial ini. Hilangnya rasa ini larangan atas kasih saying
dalam bentuk ekstrem mengarah pada penekana yg berlebihan atas nilai kepuasaan-
kepuasaan pengganti semisal hasrat yg besar akan kekuasaa ataau atas kesenangan.
Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru kebutuhan untuk
mengalami “petualangan-petualangan segar”.Kebutuhan ini terkait erat dengan impuls
organisme manusia terhadap pertumbuhan dan perkembangan; tetapi tidak terbatas hanya
pada pertumbuhan fisikal semata. Kebutuhan ini tampaknya dirasakan secara terus-
menerus sebagai atribut umat manusia dari kelahiran hingga kematiannya. Pada masa
kanak-kanak, kebutuhan ini ditunjukan sebagai eksplorasi atas ruangan, rumah, atau
jalan. Pada tahap selanjutnya, kebutuhan ini kemudian meluas hingga mencakup
pengalaman-pengalaman baru di sekolah dan lingkungan; dan, pada masa remaja atau
dewasa, kebutuhan ini secara potensial meluas sampai pada batas-batas pengetahuan
mengenai suku, bangsa atau ras. Penaklukannya dari satu langkah menuju langkah
lainnya ditandai dengan pengalaman akan hasilan pengakuan yg diberikan olah
kelompok, atau individu itu sendiri, pada fakta bahwa sebuah kemenangan baru telah
diraih.

Yang sepadan dengan kebutuhan ini adalah kebutuhan akan pemahaman pencarian
jawaban atas pelbagai pertanyaan berkaitan dengan apa yg sedang terjadi, dan, (dalam
peradabanyg kita kenal dengan baik), dari usia empat atau lima tahun dan seterusnya,
pertanyaan berkaitan dengan mengapa hal-hal itu terjadi seperti sekarang ini. Pertanyaan-
pertanyaan metafisikal seseorang anak kecil secara langsung sejalan dengan pemikiran
keagamaan atau filosofis dari seorang remaja atau dewasa. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut tampaknya diasosiasikan dengan kebutuhan yg selalu hadir dengan mendapatkan
wawasan berkaitan dengan pengalaman yg terus berubah dan kesalingterkaitan yg juga
terus bergeser daru umat manusia sebagai makhluk sosial dalam pelbagai kelompok
sosial dimana anak itu merupakan salah seorang anggotanya.

Kebutuhan lain yg melengkapi kebutuhan akan petualangan dan pemahaman ini adalah
kebutuhan untuk melaksanakan tanggung jawab dalam jenis tertentu untuk memberi
sumbangan secara progresif melalui tindakan tertentu bagi kesejahteraan kelompok.
Seorang anak kecil yg berbahagia dalam kehidupan keluarganya pada umumnya dapat
dilibatkan untuk melakukan kerjasama aktif dalam kehidupan keluarga. Seorang anak
kecil sebaiknya diizinkan untuk berbagi “tugas-tugas ringan” dengan ibu atau ayahnya,
maupun dengan saudara-saudaranya. Hal ini dimaksudkan untuk memupuk rasa percaya
diri dan tanggung jawab pada si anak agar si anak merasa aman dan nyaman di rumahnya
sendiri. Kebutuhan-kebutuhan yg kita miliki sebagai remaja mempunyai keterkaitan satu
sama lain yg tidak dapat dipisahkan.

2.4 Pergaulan Bebas

Akibat persepsi dan pemaknaan yg keliru tentang cinta, tidak jarang kita terlibat dalam
pergaulan yg terlalu bebas dan permisif. Apapun boleh dilakukan, asal dilakukan atas
dasar suka sama suka. Tidak ada lagi pertimbangan tentang sebab dan akibat. Tidak ada
lagi pertimbangan berdasarkan hati nurani dan akal sehat. Dengan dalih cinta, apa pun
akan dilakukan. Biasanya kita baru merasa sadar ketika efek atau akibat dari pergaulan
bebas tersebut membawa dampak yg negative semisal kehamilan di luar nikah, perasaan
minder akibat kita merasa tidak seperti remaja-remaja lain yg masih “bersih”.
Meskipun angka kehamilan remaja yg belum menikah sulit untuk diketahui dengan pasti
akibat belum adanya statistik mengenai kehamilan remaja belum menikah, akan tetapi,
dari pelbagai berita di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan hasil-hasil
penelitian mengenai kehamilan di luar nikah, terlepas dari keabsahan penelitian tersebut,
menunjukan kecenderungan bahwa kehamilan remaja di luar nikah cenderung selalu
meningkat dari tahu ke tahun.

Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan


intensitas angka kehamilan remaja di luar nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat
Remaja, menemukan dari pelbagai kasus yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai
ada 80 remaja usia 14-24 tahun yg hamil sebelum nikah. Penalitian di Manado yg
dilaporkan oleh Warouw mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta
induksi haid ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami
kehamilan yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291
responden (28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun.

Penelitian lain yg dikutip Khisbiyah adalah penelitian yg dilakukan Widyantoro pada


tahun 1989 di Jakarta dan Bali. Widyantoro menemukan 405 kasus kehamilan tak
dikehendaki yg terkumpul di klinik WKBT di dua kota tersebut selama satu tahun. Dari
data yg terkumpul terungkap bahwa 95 persen kehamialn adalah kehamilan pada remaja
berusia 15-25 tahun. Dari segi pendidikan, 47 persen remaja tersebut duduk di tingkat
SLTP dan SLTA. Selanjutnya Khisbiyah melaporkan bahwa data dari klinik dan praktik
dokter di sekitar kabupaten Magelang diduga ada sekitar 1456 kasus kehamilan remaja
dalam setahun. Tentu saja kasus yg terjadi sebenarnya berbeda dari laporan penelitian
tersebut. Boleh jadi angkanya jauh lebih besar mengingat ada sebagian kasus yg luput
dari penelitian atau tidak terdektesi oleh klinik atau dokter setempat karena mereka dating
ke “tempat lain” untuk melakukan “pengobatan”.

Jika sinyalemen ini bener, maka selayaknya kita merasa prihatin dan mencari penangan
atas masalah tersebut secara lebih serius dan komprehensif. Kehamilan remaja di luar
nikah tidak hanya membawa dampak negatif bagi si calon ibu, tetapi juag bagi anak yg di
kandungnya. Selain itu, keluarga dari remaja yg hamil di luar nikah itu pun akan
mengalami tekanan batin tertentu mumgkin akan diterima oleh si remaja maupun
keluarganya. Rasa malu pada tetangga dan teman-teman merupakan penderitaan batin
tersendiri yg harus ditanggung si remaja dan keluarganya. Meskipun ada sebagian orang
yg tidak malu dengan kehamilannya di luar nikah.

Dalam islam, jelas sekali Al-Qur’an melarang perzinahan karena dampak buruk yg
diakibatkannya. Ayat-ayat yg melarang zina antara lain adalah,
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
Suatu perbuatan yang keji dan jalan yang sangat buru (Al-Isra’:32).
Dan terhadap wanita-wanita yg mengerjakan perbuatan keji (zina),
Hendaklah ada empat orang saksi di antara kamu (yang menyaksi-
Kannya). Kemudian apabila mereka telah memberikan persaksian,
Maka kurunglah wanita-wanita itu dalam rumah sampai menemui
Ajalnya, atau sampai Allah memberikan jalan yg lain kepada mere-
Ka (An-Nisa’:15).

Meskipun persoalan tafsir dan pemahaman atas ayat tersebut masih dapat diperdebatkan,
tetapi yg jelas zina zina memberikan dampak buruk dan perbuatan yg tidak layak
dilakukan. Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yg dapat ditimbulkan dari
kehamilan di usia remaja, utamanya yg menyakut perkenbangan bayi yg akan dilahirkan
sebagai manusia.

# Perkembangan Kognitif

Aspek kognitif yg menonjol dalam kehidupan kita adalah kecerdasan. Kecerdasan kita
terdiri atas beberapa aspek yg salah satunya adalah kemampuan berbahasa dan menalar.
Perkembangan kognitif kita dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, anara lain perawatan
kesehatan, keadaan gizi, dan stimulasi mental yg diberikan oleh lingkungan, terutama
kedua orangtua. Selain itu, kondisi sosial dan eoknomi serta kematangan psikologis
kedua orangtua kita pun ikut berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan
kognitif kita.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di Amerika, misalnya, anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu


remaja rata-rata memiliki tingkat kecerdasan yg lebuh rendah dibandingkan dengan anak
yg dilahirkan oleh ibu-ibu yg usianya lebuh dewasa (lihat Baldwin & Cain, 1978).
Perkembangan bahasa dan penalaran anak-anak yg lahir dari ibu-ibu remajaumumnya
jauh lebuh terbelakang dibandingkan dengan anak-anak yg lahir dari ibu-ibu yg usianya
lebih dewasa.
Menurut sebagian pakar psikologi, sebagaimana dikutip Ancok dan Suroso (1995),
rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak tersebut disebabkan oleh si ibu yg belum
mampu memberikan stimulasi mental yg baik pada anak-anak mereka. Hal ini, antara lain
disebabkan ibu-ibu yg masih remaja ini belum memiliki kesiapan untuk menjadi seorang
ibu. Perkembangan bahasa seorang anak sangat banyak dipengaruhi oleh bagaimana cara
kedua orngtuanya berbicara kepada si anak. Aspek-aspek kecerdasan lainnya akan
berkembang jika kedua orangtua dan lingkungannya dapat memberikan permainan atau
stimulasi mental dengan baik. Orangtua yg masih remaja pada umumnya kurang mampu
memberikan stimulasi mental semacam ini.

Mengingat kecerdasan memiliki peran yg sangat penting dalam keberhasilan di bidang


akademik maupun karier, maka rendahnya tingkat kecerdasan anak-anak yg lahir dari
ibu-ibu remaja di luar nikah ini boleh jadi akan mengakibatkan kesulitan hidup bagi si
anak itu kelak.

# Perkembangan Sosial dan Emosinal

Meskipun penelitian mengenai dampak kehamilan ibu remaja diluar nikah terhadap
perkembangan sosial dan emosinal anaknya belum menunjukan hasil-hasil yg konsisten;
tetapi cukup banyak penelitian yang menemukan dampak negatif dari kehamilan
semacam ini. Baldwin dan Cain (1981), misalnya, menemukan bahwa anak-anak yg lahir
dari ibu remaja lebih banyak memiliki sifat hiperaktif, rasa bermusuhan yg besar , kurang
mampu mengontrol emosi dan lebih impulsive jika dibandingkan dengan anak-anak yg
lahir dari ibu dewasa.

Sifat-sifat negatif seperti di atas sedikit banyak akan mempengaruhi proses penyesuaian
diri kita terhadap lingkungannya, baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat.

Selain itu, prestasi kita di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemempuan kognitif kita
(kecerdasan kita) dan kemampuan menyesuaikan diri dengan sekolah. Anak yg tingkat
kecerdasannya rendah biasanya memiliki prestasi kurang (atau bahkan tidak) baik di
sekolah. Selain itu, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekolah
memiliki pengaruh yg cukup besar terhadap prestasi belajar anak. Anak yg agresif, suka
menyerang, suka diatur biasanya memiliki prestasi yg kurang baik. Para guru biasanya
tidak menyukai anak-anak hiperaktif, nakal, dan suka mengganggu teman-temannya.
Eric Taylor (1988), misalnya, pernah menceritakan seorang anak yg bernama Ari, anak
berusia sembilan tahun, yg memiliki masalah yg berkaitan dengan sikap agresif Ari dan
ketelengasannya kepada anak lain. Dalam sebuah perkelahian Ari pernak mendorong
lawannya keluar dari jendeladan pernah menikam lawannya yg lain dengan gunting. Dua
sekolahnya yg dahulu telah menyatakan bahwa Aria tidak dapat dikendalikan dank arena
itu dikeluarkan. Setiap orang yg mengenalnya sependapat bahwa di luar biasa over aktif,
tidak pernah mengasyiki suatui kegiatan apa pun, dikucilkan oleh teman-teman
sebayanya, dan mudah mengamuk bila merasa frustasi. Pola perilaku seperti ini sudah
tampak sejak Ari masih berusia satu tahun, tetapi bersamaan dengan tambahnya usia,
nyata sekali dia menjadi semakin menjadoi pemurung. Sifat lekas marah dan
kecurigaannya yg berlebihan sebagian besar agaknya terkait dengan suasana rumahnya
yg penyh “badai”, dimana perbantahan menyangkut kebiasaan buruk ayahnya seringkali
tidak terkendalikan dan meningkat menjadi percekcokansecara fisik.

Dalam kasus Ari, jelas sekali perangi atau watak yg ditunjukan orangtua memiliki
pengaru yg besar terhadap perkembangan psikologis seorang anak. Ada sebuah ungkapan
bijak yg menyatakan,”Jika seorang anak dan pujian, dia akan belajar untuk menghormati
orang lain. Jika seorang anak dibesarkan dengan caci maki dan hinaan, dia akan belajar
untuk membenci orang lain”.

# Perkembangan Seksual

Mungkin ada pertanyaan yg pernah terbersit dalam benak sebagian kita: Apakah anak
perempuan yg dilahirkan oleh ibu remaja di luar nikah pada saat anak itu menginjak
remaja nanti lebuh memiliki kemungkinan untuk hamil di luar nikah jika dibandingkan
dengan anak-anak yg dilahirkan oleh ibu-ibu dewasa dalam pernikahan yg sah?
Pertanyaan ini cukup menarik untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui ada tidaknya
efek estafet dari kehamilan remaja di luar nikah terhadap generasi penerusnya.
Baldwin dan Cain (1981) melaporkan bahwa tanda-tanda terjadinya efek estafet itu
memang ada. Anak-anak yg lahir dari ibu remaja memiliki kemungkinan lebih besar
untuk hamil di luar nikah pada usia remaja jika dibandingkan dengan anak-anak yg lahir
dari ibu dewasa dan dalam pernikahan yg sah. Ini memang logis mengingat remaja pada
umumnya belum siap untu menerima kehadiran seorang anak sebagai bagian
darikehidupannya. Ketidaksiapan ini kemudian yg, antara lain, menyebabkan kurangnya
kemampuan orangtua untuk mendidik dan mengasuh anaknya dengan baik dan benar
sehingga risiko untuk terjerumus kedalam hal-hal yg negatif akan lebih besar.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kami kira remaja harus pintar dalam memilih teman agar tidak terjerumus dalam
pergaulan bebas yang telah merusak aqidah dan moral sebagian remaja di negeri ini

Oleh karena itu remaja itu perlu mengikuti kegiatan-kegiatan seperti pengajian
remaja,karang taruna,dan kegiatan lainnya

3.2 Saran dan Kritik

A. Saran

Perlu kiranya remaja melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang positif baik di
sekolah maupun di lingkungannya yang tentunya harus mendapatkan dorongan dan restu
dari orang tua

B. Kritik

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih kurang baik oleh karena itu kami
sangat membutuhkan kritikan yang membangun dari para pembaca
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Husniaty, E.Noor. 2006. Menjadi Remaja Kreatif Dan Mandiri.Yogyakarta: Dozz


publisher.

DI SUSUN OLEH :

MUTIARA RESTU
NITA HULJANAH
NUR FITRI AYU NITA S.
WINDA SAPUTRI

SMA MUHAMMADIYAH 2
CIPONDOH
Posted by Yudhi at Thursday, January 24, 2008
Kategori Kesehatan

Comments :

0 comments to “Cara Mengatasi Pergulan Bebas”


Post a Comment

Informasi Pilihan Identitas:


Google/Blogger : Khusus yang punya Account Blogger.
Lainnya : Jika tidak punya account blogger namun punya alamat Blog atau Website.
Anonim : Jika tidak ingin mempublikasikan profile anda (tidak disarankan).

← Newer Post Older Post →

You might also like