Professional Documents
Culture Documents
PESANTREN
Makalah
Di buat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah
Oleh :
M. Adlan Fahmi
D03209064
Dosen pembimbing:
1
2009
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik-Nya, Tuhan semesta alam yang senantiasa melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami
yang berjudul “Modernisasi Sistem Pendidikan Pesantren”. Sholawat serta salam tetap
terlimpah curah tiada henti kepada makhluk terbaik-Nya, Nabi Muhammad Saw, yang
senantiasa kita harapkan syafaatnya.
Makalah ini kami susun atas dasar tugas yang telah diamanatkan kepada kami
oleh Bapak Dr. Phil. Khoirun Ni’am sebagai dosen pembimbing mata kuliah Teknik
Penulisan Karya Ilmiah. Kami sebagai penyusun, menyadari sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini banyak sekali kekurangan. Untuk itu, kami senantiasa mengharap saran serta
kritik yang membangun. Akan tetapi, kami juga tetap berharap semoga makalah yang
telah kami susun ini senantiasa bermanfaat bagi pembacanya. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah.........................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................
BAB II : PESANTREN
A. Pengertian Pesantren.....................................................................................
B. Macam-Macam Pesantren.............................................................................
C. Dinamika Pesantren.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sambutan Setiawan Djody dalam Jamaludin Malik, Pemberdayaan Pesantren, Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Cet. I
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005). H. xii
2
Sambutan Azyumardi Azra dalam Jamaludin Malik, Pemberdayaan Pesantren, Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan, Cet I.
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005). H. xix-xxii
4
Semakin disadari, tantangan dunia pesantren semakin besar dan berat
dimasa kini dan mendatang. Paradigma “mempertahankan warisan lama yang
masih relevan dan mengambil hal terbaru yang lebih baik” perlu direnungkan
kembali. Pesantren harus mampu mengungkai secara cerdas problem
kekiniankita dengan pendekatan-pendekatan kontemporer. Disisi lain,
modernitas, yang menurut beberapa kalangan harus segera dilakukan oleh
kalangan pesantren, ternyata berisi paradigm dan pandangan dunia yang telah
merubah cara pandang lama terhadap dunia itu sendiri dan manusia.3
B. Rumusan Masalah
3
Abd. A’la, Pembaruan Pesantren,Cet I (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) h. v-ix.
4
Ibid. v-ix
5
Sigit Muryono, Mastuki HS, Imam Safe’I, Sulton Mashud, Moh. Khusnuridho. Manajemen
Pondok Pesantren, Cet. II ( Jakarta: Diva Pustaka, 2005) h. 5
5
3. Bagaimana dinamika pesantren mulai ada hingga sekarang?
6
BAB II
PESANTREN
A. Pengertian Pesantren
Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan
pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid
agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa
Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa,
dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru itu pergi menetap. 6
7
Dari terminology diatas, mengindikasikan bahwa secara kultural
pesantren lahir dari budaya Indonesia. Mungkin dari sinilah Nur Cholis Majid
berpendapat bahwa secara historis, pesantren tidak hanya mengandung makna
keislaman, tetapi juga makna keaslian Indonesia. Sebab, memang cikal bakal
lembaga pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam
tinggal meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.9
B. Bentuk-Bentuk Pesantren
8
Misalnya: pesantren Lirboyo Kediri, Pesantren Tarbiyatun Nasyi’in
Jombang, dan lain sebagainya.
C. Dinamika Pesantren
14
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal 71.
15
Ibid. hal. 101
16
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. I (Malang: UMM Press, 2006) hal.62.
17
Ibid. hal 107.
18
Sigit Muryono, Mastuki HS, Imam Safe’I, Sulton Mashud, Moh. Khusnuridho. Manajemen
Pondok Pesantren, Cet. II (Jakarta: Diva Pustaka, 2005) hal. 1.
9
Syekh Maulana Malik Ibrahim.19 Meskipun bentuknya masih sangat
sederhana, pada waktu itu pendidikan pesantren merupakan satu-satunya
lembaga pendidikan yang terstruktur. Sehingga pendidikan ini dianggap
sangat bergengsi. Di lembaga inilah kaum muslimin Indonesia mendalami
doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan keagamaan.20
19
Abd. A’la, Pembaruan Pesantren, Cet. I (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) hal 16.
20
Muryono, Mastuki HS, Imam Safe’I, Sulton Mashud, Moh. Khusnuridho. Manajemen Pondok
Pesantren, Cet. II( Jakarta: Diva Pustaka, 2005) hal. 1.
21
Ibid. hal 1-2.
22
Ibid. hal. 2.
10
pesantren dengan jumlah santri sebanyak 5,9 juta orang pada tahun
1985.23Kedua, menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Perkembangan
bentuk-bentuk pendidikan di pesantren tersebut diklasifikasikan menjadi
empat, yaitu:
11
singkat. Pesantren semacam ini adalah pesantren yang kurikulumnya
berdasarkan pemikiran akan kebutuhan santri dan masyarakat sekitarnya.28
28
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia,Cet. II (Malang: UMM Press, 2006) hal.
108-109.
29
Muryono, Mastuki HS, Imam Safe’I, Sulton Mashud, Moh. Khusnuridho. Manajemen Pondok
Pesantren, Cet. II ( Jakarta: Diva Pustaka, 2005) hal. 6.
12
BAB III
30
Ibid hal. 65
31
Ibid hal. 65
32
Ibid hal. 65
13
memberi kesempatan siswa/mahasiswa untuk memilih waktu sesuai dengan
keperluannya, dan lain sebagainya.33
Menurut Nur Cholis Majid, yang paling penting untuk direvisi adalah
kurikulum pesantren yang biasanya mengalami penyempitan orientasi
kurikulum. Maksudnya, dalam pesantren terlihat materinya hanya khusus yang
disajikan dalam bahasa Arab. Mata pelajarannya meliputi fiqh, aqa’id, nahwu-
sharf, dan lain-lain. Sedangkan tasawuf dan semangat keagamaan yang
merupakan inti dari kurikulum keagamaan cenderung terabaikan. Tasawuf
hanya dipelajari sambil lalu saja, tidak secara sungguh-sungguh. Padahal justru
inilah yang lebih berfungsi dalam masyarakat zaman modern. Disisi lain,
pengetahuan umum nampaknya masih dilaksanakan secara setengah-setengah,
sehingga kemampuan santri biasanya samgat terbatas dan kurang mendapat
pengakuan dari masyarakat umum. Maka dari itu, Cak Nur menawarkan
kurikulum Pesantren Modern Gontor sebagai model modernisasi pendidikan
pesantren. 34
33
Ibid hal. 66.
34
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal 77-111.
14
1. Sebagai bentuk adaptasi pesantren terhadapperkembangan era globalisasi.
Hal ini mutlak harus dilakukan agar pesantren tetap eksis.35
2. Lahirnya santri yang beraneka ragam. Hal ini mengubur paradigma bahwa
santri hanya mampu di bidang agama saja. Saat ini, banyak sekali santri
yang ahli di bidang pengetahuan umum.
35
Sambutan Azyumardi Azra dalam Jamaludin Malik, “Pemberdayaan Pesantren, Menuju
Kemandirian dan Profesionalisme Santri dengan Metode Daurah Kebudayaan”,cetakan I.
(Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005). H. xix-xxii
36
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Kritik Nur Cholis Madjid Terhadap Pendidikan Islam
Tradisional, ( Jakarta: Ciputat Press, 2002) hal 58-59.
37
Abd. A’la, Pembaruan Pesantren,cet I. (Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, 2006) hal vii.
15
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa, kata pesantren berasal dari kata santri dengan awalan
pe- dan akhiran -an (pesantrian) yang berarti tempat tinggal para santri.
Sedangkan kata santri sendiri berasal kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa
sansekerta yang artinya melek huruf. Dalam hal ini menurut Nur Cholis Majid
agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa
yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa
Arab. Ada juga yang mengatakan bahwa kata santri berasal dari bahasa Jawa,
dari kata “cantrik”, yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru
kemana guru itu pergi menetap. 39
17
pesantren sebenarnya sudah ada pada masa Hindu-Budha, dan Islam tinggal
meneruskan, melestarikan, dan mengislamkannya.40
1. Pesantren salafi.
2. Pesantren khalafi
3. Pesantren kilat.
4. Pesantren terintegrasi.
18
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
19
A’la, Abd. 2006. Pembaruan Pesantren,cet I. Yogyakarta: PT. LKiS
Pelangi Aksara.
UMM Press.
20