You are on page 1of 20

TUGAS AGAMA ISLAM

• Ajeng Kartini Surianingrum


• Amanda Subhi Pertiwi
• Asri Putri Utami
• Lailatul K. Muzayanah
• Rachmat Iqbal
• Rayie Rachmawati
BAB 9
Tata Krama dalam Kehidupan
Sebagai seorang muslim kita untuk bertata krama dalam kehidupan sehari-
hari. Tata krama, artinya aturan tingkah laku berdasarkan nilai-nilai
kesopanan yang islami. Tata krama tidak hanya kepada orang lain,
tetapi untuk diri sendiri. Islam selalu mengajarkan kerapian,
kebersihan, dan ketertiban juga selalu mengajarkan keramahan,
kesopanan, dan kesantunan. Untuk itu, kita diwajibkan melaksanakan
ajaran ini. Sekarang apakah kamu sudah berpakaian rapi? Apakah kamu
sudah berlaku ramah dan sopan terhadap orang lain? Islam selalu
mengajarkan pengikutnya mencontoh Nabi Muhammad saw. Karena beliau
adalah sebaik-baik manusia yang memiliki akhlak. Untuk itu, contohlah
beliau.

A. Tata Krama dalam Kehidupan


Dalam kehidupan sehari-hari umat Islam harus bertata krama dengan
baik. Baik bergaul dengan keluarga sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Islam tidak memandang harta , jabatan, golongan, suku, dan
kedudukan lainnya Islam hanya
memandang siapa yang bertakwa dialah yang paling tinggi derajatnya.
Orang yang bertakwa adalah orang yang memiliki tata krama dalam
menjalani kehidupannya. Tata krama adalah akhlak mulia dan sebaik-
baik akhlak adalah mencontoh Nabi Muhammad saw.

Firman Allah swt. :

۲۱ : ۱‫سَنٌة‬
َ ‫ح‬
َ ‫سَوٌة‬
ْ ‫ل ُأ‬
ِّ ‫سوِل ا‬
ُ ‫ن َلُكْم ِفي َر‬
َ ‫ب … ّلَقْد َكا‬۱‫ﻻﺤﺰ‬
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu …”
(Q.S Al ahzāb [33]: 21)

Sabda Rasulullah saw.: ِ ‫ل‬


‫ق‬ َ‫خ‬
ْ َْ‫ت ُِلَتّمَم َمَكاِرَم ال‬
ُ ‫ِإّنَما ُبِعْث‬
Artinya: “ Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.”
B. Tata Krama Berpakaian dan Berhias
Pakaian adalah identitas seorang manusia. Orang yang
memakai pakaian tidak baik tidak akan sedap dipandang.
Pakaian merupakan cermin pribadi seseorang, dari cara
berpakaian akan diketahui sisi pribadi seseorang, apakah
rapi, bersih, atau sebaliknya.
Dalam Islam berpakaian tidak harus bagus dan mahal. Islam
hanya menganjurkan dalam berpakaian itu harus bersih,
suci, rapi, dan sopan karena fungsi pakaian adalah
menutup aurat.

Firman Allah swt.:

‫ن‬
َ ‫ل َلَعّلُهْم َيّذّكُرو‬
ّ ‫تا‬
ِ ‫ن آَيا‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫خْيٌر َذِل‬
َ ‫ك‬
َ ‫ى َذِل‬
َ ‫س الّتْقَو‬
ُ ‫سْوَءاِتُكْم َوِريشًا َوِلَبا‬
َ ‫عَلْيُكْم ِلَباسًا ُيَواِري‬
َ ‫َيا َبِني آَدَم َقْد َأنَﺰْلَنا‬

Artinya: “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah


menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu
dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa
itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian
dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan
mereka selalu ingat.” (Q.S. Al A’raf [7]: 26)
Ayat diatas memberi tahu kepada kita bahwa pakaian terdiri atas due
macam, yaitu pakaian jasmani dan pakaian rohani. Pakaian jasmani
adalah pakaian yang berfungsi menutup aurat, sebagai pelindung
dari sengatan panas dan sebagai pelindung dari udara dingin.
Sementara pakaian rohani adalah ketakwaan kepada Allah swt.
Pakaian rohani memiliki fungsi untuk melindungi diri dari
perbuatan maksiat dan nafsu syahwat.
Islam sangat mengatur tata cara berpakaian, baik berpakaian jasmani
maupun berpakaian rohani. Dalam memakai pakaian jasmani
seorang muslim diwajibkan memakai pakaian yang sopan. Pakaian
yang sopan adalah pakaian menunjukan lekuk aurat sehingga
orang tidak memandangnya dengan syahwat
Aurat adalah bagian tubuh manusia yang tidak boleh dilihat dan
dipertontonkan. Aurat laki-laki yang sudah dewasa adalah antara
pusar sampai lutut. Sedangkan aurat perempuan adalah seluruh
tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan.
Jadi, yang terpenting dalam berpakaian adalah aurat tertutup, rapi,
baik, sopan, dan harus modis. Islam sangat menganjurkan
umatnya berpenampilan modis. Orang yang berpenampilan modis
adalah orang yang mengikuti aturan Islam.
Pakaian yang modis tidak harus mahal, tetapi pakaian yang
rapi, bersih, suci, sopan dan tentu saja yang enak
dipandang. Sesungguhnya, Allah swt. Itu indah dan
menyukai yangindah-indah. Untuk itu, seorang muslim
harus berusaha berpenampilan baik. Dengan berpenampilan
baik, ia dapat leluasa menggerakkan aktivitasnya. Orang
yang berpenampilan baik akan disegani orang lain.
Sebaliknya, orang yang berpenampilan buruk akan
mendapatkan cemoohan dari orang lain. Dengan demikian,
berpakaian baik, sopan, dan menarik adalah ibadah dan
mendapatkan pahala di sisi Allah swt.

Firman Allah swt. :

ٍ‫جد‬
ِ‫س‬ْ ‫عنَد ُكّل َم‬
ِ ‫خُذوْا ِزيَنَتُكْم‬
ُ ‫َيا َبِني آَدَم‬

Artinya: “hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah


disetiap (memasuki) masjid.”
(Q.S. Al-A’raf [7]: 31)
Allah swt. Memerintahkan umat Islam untuk memakai pakaian
yang indah ketika memasuki masjid. Ketika berpergian
saja kita berpakaian rapi, apalagi ketika kita memasuki
masjid untuk menghadap Allah yang telah menciptakan
kita. Dalam hal ini dianjurkan untuk berpenampilan baik.
Pakaian yang mahal, tetapi tidak berfungsi menutup aurat
bukanlah pakaian yang baik. Islam justru melarang pakaian
seperti ini kerena akan mengundang syahwat bagiyang
melihatnya dan akan menimbulkan dosa.
Penampilan yang baik tidak harus menghabiskan biaya mahal,
dengan cara perawatan di salon, spa, atau tempat fitnes. Jika
hal ini dilakukan justru akan mengakibatkan pemborosan
uang, padahal boros sangat dilarang oleh Islam. Penampilan
yang menarik adalah penampilan yang enak dipandang,
sopan, bersih, dan rapi, yakni dengan suci, terhindar dari najis,
harum dan rapi.
Dalam memakai pakaian, Islam mengajarkan agar memulainya
dari sebelah kanan, sedangkan ketika melepas harus memulai
dengan dari sebelah kiri. Inilah tata krama yang dicontohkan
Rasulullah saw. Disamping itu, beliau selalu berdoa ketika
memakai pakaian.

Artinya:
“Dengan nama Allah yang Tidak ada Tuhan selain Dia.”
Sungguh indahnya Islam, dalam berpakaian pun Islam
mengaturnya. Apakah kamu sudah berpenampilan sopan dan
menarik? Apakah pakaian mu sudah islami atau belum? Orang
yang selalu mengikuti apa yang dicontohkan nabi akan
mendapatkan harga diri yang tinggi sehingga orang lain yang
melihatnya akan bersifat kagum dan senang.
Rasulullah. saw. mengajarkan kita untuk selalu berdoa ketika
bercermin. Yang artinya adalah sebagai berikut:
“Ya Allah, sebagaimana Engkau telah memperindah kejadianku
maka indahkanlah budi pekertiku.” (H.R. Ibnu Sunni dari Ali r.a.)

Menurut doa ini penampilan yang menarik bukan untuk dipuji orang
lain karena yang akan timbul adalah sifat ria atau pamer.
Padahal, ria atau pamer termasuk perbuatan syirik kecil.
Berpenampilan yang baik tujuannya untuk beribadah, mengikuti
perintah Allah dan Rasul-Nya. Allah menyukai yang indah dan
bersih maka kita harus berpenampilan idah dan bersih pula.
Indahnya pakaian tidak hanya dari sisi luar saja, tetapi dari sisi
akhlak pun harus terpenuhi, yaitu dengan tingkah laku yang baik.
Dengan demikian, penampilan luar dan dalam akan tertata
dengan baik dan seimbang sesuai dengan perilaku Rasulullah
saw..
C. Tata Krama dalam Perjalanan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengadakan perjalanan. Baik


dekat maupun jauh. Perjalanan itu adalah suatu aktivitas manusia
yang tidak dapat dihindari karena bumi Allah sangat luas. Manusia
dapat melangkah kaki semaunya ke mana pun arahnya. Akan tetapi,
tidak semua perjalanan tersebut memiliki nilai ibadah. Perjalanan
yang tidak memiliki nilai ibadah adalah perjalanan yang tidak diridai
Allah. Perjalanan tersebut adalah perjalanan yang bertujuan untuk
melaksanakan maksiat, sedangkan ibadah yang memiliki nilai ibadah
adalah perjalanan atas rida Allah swrt.
Ketika kita ingin melakukan perjalanan yang harus kita siapkan adalah
penentuan tujuan. Jika tujuan kita menuju pada tujuan maksiat,
sebaiknya kita mengurungkan niatan ini. Kita tidak boleh
melaksanakan dan merusakan rencana mengadakan rencana
tersebut. Misalnya, perjalanan untuk masuk diskotik, membali
minuman keras, menonton film porno, merampok, atau perjalanan
lainnya yang memiliki tujuan baik, kita boleh melanjutkan rencana
tersebut. Misalnya, perjalanan untuk menuntut ilmu, menolong orang,
membantu korban gempa dan korban tsunami.
Ketika kita dalam perjalanan pun Islam mengaturnya. Tata krama dalam
perjalanan yang baik menurut Islam, yaitu dengan memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan yang baik.
2. Diawali dengan doa.
3. Tidak meninggalkan kewajiban syariat.
4. Bersikap sopan dan santun.
5. Patuh peraturan.
Setelah kita dapat menentukan bahwa tujuan perjalanan kita baik, kita
dapat melanjutkan rencana kita untuk melakukan perjalanan.
Diawali dengan membaca doa, karena doa adalah senjata orang
yang beriman. Dengan doa kita dapat terlindungi dari berbagai
macam halangan, rintangan dan kejahatan. Hal ini dikarenakan doa
adalah bukti bahwa kita menggantungkan hidup dan mati kita pada
Allah swt. dan Allah swt. pasti akan menerimanya dan mengabulkan
doa kita.

Firman Allah swt.:

‫ن‬
َ ‫شُدو‬
ُ ‫جيُبوْا ِلي َوْلُيْؤِمُنوْا ِبي َلَعّلُهْم َيْر‬
ِ ‫سَت‬
ْ ‫ن َفْلَي‬
ِ ‫عا‬
َ ‫ع ِإَذا َد‬
ِ ‫عَوَة الّدا‬
ْ ‫ب َد‬
ُ ‫جي‬
ِ ‫ب ُأ‬
ٌ ‫عّني َفِإّني َقِري‬
َ ‫عَباِدي‬
ِ ‫ك‬
َ ‫سَأَل‬
َ ‫َوِإَذا‬

Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan
permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran. “
[Q.S. Al Baqarah [2]: 186)
Setelah kita berdoa kita lakukan perjalanan dengan hati-
hati, dan tidak boleh bersikap gegabah. Dalam perjalanan
kita diharuskan untuk mengingat Allah swt. Dan tidak
boleh meninggalkan syariat. Jika waktu salat tiba, kita
wajib mengerjakan salat karena salat tidak boleh
ditinggalkan sekalipun dalam pekerjaan.
Dalam perjalanan pula kita tidak boleh melakukan maksiat.
Artinya, tidak boleh melakukan hal-hal yang dilarang oleh
Allah swt. Seperti merampok, mencuri, mencopet, dan
berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya
karena yang berdua-duaan dengan lain jenis berduaan
maka yang ketiga adalah setan.
Ketika dalam perjalanan kita diwajibkan berlaku sopan dan
santun. Kita tidak boleh berlagak sombong dan angkuh.
Orang yang berlaku sombong dan angkuh akan
menimbulkan bahaya bagi dirinya. Orang lain akan
merasa tidak nyaman dengan perlakuan orang yang
angkuh dan sombong. Untuk itu kita harus tawadu dan
banyak berzikir dalam perjalanan.
Selain itu, kita juga harus patuh pada peraturan ketika melakukan perjalanan. Jika kita mengendarai, kita harus
mematuhi rambu-rambu lalu lintas. Tidak boleh kebut-kebutan dan membawa surat-surat kendaraan, seperti
STNK dan SIM. Tetapi jika kita naik angkutan umum, kita harus membeli tiket atau membayar ongkos. Membayar
ongkos angkutan adalah kewajiban yang harus dibayarkan setiap penumpang. Jika seseorang tidak membayar
ongkos naik angkutan, dia akan terkena dosa. Hal ini sama dengan orang yang mencuri karena ia sama saja
dengan mencuri jasa dan biaya bensin si supir.

D. Tata Krama Bertamu dan Menerima tamu


1. Tata Krama Bertamu
Bertamu adalah berkunjung kepada tempat sanak saudara, handai taulan, atau orang lain dengan maksud
diundang, silaturahmi, atau memiliki maksut lain. Dalam bertamu Islam mengajarkan aturan yang
baik atau yang dinamakan dengan tata krama.

Tata krama bertamu menurut Islam harus memenuhi hal-hal sebagai berikut:
a. Ketika kita ingin memasuki rumah seseorang, kita harus meminta izin kepada yang memiliki rumah,
caranya dengan mengetuk pintu dan mengucapkan salam.
Firman Allah swt.:
َ ‫خْيٌر ّلُكْم َلَعّلُكْم َتَذّكُرو‬
‫ن‬ َ ‫عَلى َأْهِلَها َذِلُكْم‬
َ ‫سّلُموا‬
َ ‫سوا َوُت‬
ُ ‫سَتْأِن‬
ْ ‫حّتى َت‬
َ ‫غْيَر ُبُيوِتُكْم‬
َ ‫خُلوا ُبُيوتًا‬
ُ ‫ن آَمُنوا َﻻ َتْد‬
َ ‫َيا َأّيَها اّلِذي‬

Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.” (Q.S. An Nur [24]:27)
Sebelum kita mendapatkan izin dari yang mempunyai rumah kita
tidak boleh memasuki rumah dan jika kita tidak diberi izin untuk
masuk, kita tidak boleh memasuki rumahnya.

Firman Allah swt.:

ٌ‫عِليم‬
َ ‫ن‬
َ ‫ل ِبَما َتْعَمُلو‬
ُّ ‫جُعوا ُهَو َأْزَكى َلُكْم َوا‬
ِ ‫جُعوا َفاْر‬
ِ ‫ن َلُكْم َوِإن ِقيَل َلُكُم اْر‬
َ ‫حّتى ُيْؤَذ‬
َ ‫خُلوَها‬
ُ ‫ل َتْد‬
َ ‫حدًا َف‬
َ ‫جُدوا ِفيَها َأ‬
ِ ‫َفِإن ّلْم َت‬

Artinya:”Jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka


janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika
dikatakan kepadamu: “Kembali (saja)lah”, apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S. An Nur [24]: 28)
b. Ketika bertamu, kita harus menunjukan tingkah laku yang
sopan, tidak boleh asal masuk dan seenaknya sendiri. Selain itu,
harus menggunakan pakaian yang menutup aurat, rapi, bersih
dan sopan. Jika tuan rumah sedang istirahat, sebaiknya kita
tidak boleh memaksakan dia menemui kita, lebih baik kita
pulang saja. Dalam berbicara pun harus berkata yang sopan dan
santun, tidak boleh berkata-kata kotor, sumpah serapah, dan
bicara dengan nada tinggi.
c. Apabila kita sudah dipersilahkan masuk, kita boleh duduk
sesudahdipersilahkan duduk dan sudah ditentukan tempatnya oleh tuan
rumah.
Sabda Rasulullah saw. yang artinya:
Artinya:”Seorang tamu yang masuk ke rumah suatu kaum, hendaklah duduk
di tempat yang di tunjuk oleh kaum itu sendiri, sebab mereka lebih tahu
tempat-tempat aurat (sensitif) rumah mereka.”
d. Ketika bertamu, kita diharuskan menginap usahakan jangan lebih dari
tiga hari karena dengan kedatangan kita dapat menyusahkan tuan
rumah.
Sabda Rasulullah saw. yang artinya:
Artinya:”Bertamu itu tiga hari” (H.R. Bukhari dan muslim)
2. Tata Krama Menerima Tamu
Selain mengajarkan tata krama bertamu, Islam juga mengajarkan
tata krama dalam menerima tamu. Hal ini dibuktikan bahwa
tamu dianggap sebagai sosok yang harus dihormati.
Rasulullah saw. telah mencontohkan untuk menghormati dan
memuliakan siapa pun tamu yang berkunjung ke rumah kita,
harus kita muliakan. Kita harus menghormati tamu dengan tidak
membeda-bedakan golongan, pangkat, dan kekayaan tamu yang
datang ke rumah kita.
Sabda Rasulullah saw. yang artinya:
Artinya:”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
maka muliakanlah tamunya” (H.R. Syaikhan)
Adapun tata krama dalam menerima tamu menurut Islam adalah
sebagai berikut:
a. Ketika kita menerima tamu, kita harus menyambutnya dengan
sambutan yang ramah, sopan dan riang. Tampakkan wajah yang
berseri dan sambutan dengan menampakkan rasa senang.
b. Berikan jamuan yang paling utama. Jika tamu tersebut menginap,
layanilah keperluannya.
c. Ketika tamu hendak pulang, sebaiknya diantar sampai ke pintu.
Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya:
Artinya:”Sesungguhnya termasuk dari sunah nabi jika kamu
mengantarkan pulangtamu sampai ke pintu rumah” (H.R.
Baihaqi)

You might also like