Professional Documents
Culture Documents
--
--
Tulisan
ini
ditujukan
untuk
melawan konstruksi bahwa perempuan
harus kalem, tenang, dan jadinya
pendiam serta tidak boleh berpikir kritis,
jika tidak mau dikatai: cerewet.
Dalam sebuah
film berjudul
Agora2 , dikisahkan seorang perempuan
bernama Hypatia yang cerdas luar biasa. Ia
menjadi guru bagi puluhan murid lakilakinya. Hypatia mengajarkan pada filsafat
dan matematika pada para muridnya.
Namun, karena ia perempuan, akhirnya ia
dibakar oleh masyarakat Mesir saat itu.
Hypatia mati dibunuh karena ia cerdas. Yap,
perempuan dilarang cerdas dan itu terjadi
bukan hanya dalam film.
--
Sepanjang
sejarah
peradaban
manusia yang patriarkis ini, perempuan
yang berani bersuara memang ditakuti.
bersuara, perempuan
mengapa
tubuhnya
Ingatlah,
Kenapa?
Karena dengan
mempertanyakan
diatur-atur;
Aksi Kamisan
Syavira Wahyuni
Hidup Korban!;
Jangan Diam!;
Jangan Diam!;
Lawan!
Jokowi-JK Hapus Impunitas!
dan Notulensi
Riset dan LSM
Kegiatan
Lembaga
--
Tentang Kerja
Banyak orang bilang kalau
persoalan tentang nasib (kaya/miskin,
susah/senang, nganggur/punya kerjaan
tetap/kerja
kontrak)
itu
adalah
persoalan sendiri-sendiri, persoalan
masing-masing, tergantung usaha dan
kerja keras masing-masing individu atau
dengan kata lain: Derita Lo!
Tapi, masa sih begitu?
Salah satu persoalan tentang
nasib seseorang yang akan sedikit kita
kupas dalam tulisan ini adalah
persoalan tentang kerja. Banyak scholar
menyatakan bahwa persoalan tentang
kerja adalah persoalan paling penting
yang mesti dibahas kalau kita ingin
menganalisis hal-hal lebih yang besar,
seperti patriarki dan sistem pendidikan.
Salah satu scholar itu bernama George
Caffentzis. Dalam bukunya In Letters of
Blood and Fire : Work, Machine, and
Crisis of Capitalism (2013), Caffentzis
menyatakan bahwa persoalan tentang
kerja (work) dan penolakan atasnya (its
refusal) adalah persoalan terpenting
harus ditelusuri dan dibahas secara
mendalam.
Nah, persoalan tentang kerja
yang akan kita bahas di tulisan ini
adalah persoalan yang dihadapi oleh
Indah, Arif, Fildzah, dan mungkin kamu
juga. Persoalan sebagai seorang
precariat.
Precariat: Kerja
Bertahan Hidup
Apa
Aja
Demi
Jika
ia
berkesempatan
mengenyam pendidikan tinggi, ia
mungkin lebih memilih mendatangi
berbagai job fair di berbagai kampus,
atau melamar pekerjaan ke berbagai
perusahaan, dan bahkan mengikuti tes
CPNS. Jadi, ketika kamu, para precariat
lulusan
perguruan
tinggi,
harus
menyelesaikan transkripsi rekaman
wawancara dari sebuah LSM berdurasi
18 jam hanya dalam waktu 1,5 hari,
kemudian mengalami penangguhan
upah, dan di lain waktu mengalami sepi
job, sebaiknya kamu tidak merasa jadi
yang paling menderita. Bagaimanapun,
kamu punya kesempatan yang lebih
besar untuk bisa lepas dari belenggu keprecariat-an
daripada
Mas-Mas
pemencet tombol lift di mall yang tidak
punya banyak pilihan itu.
-Sebagai precariat, seringkali kita
merasa galau, merasa paling menderita,
dan mungkin putus asa. Di saat-saat
seperti itu, kata-kata terkenal dari
penyair yang mati muda itu sangatlah
mengusik nalar.
Ya, Chairil Anwar dalam salah satu
puisinya yang amat terkenal pernah
berkata
nasib adalah kesunyian masingmasing.
Namun, benarkah nasib itu
kesunyian masing-masing, sementara
kondisi yang kita alami tersebut
tidaklah unik sama sekali?
Adelia Tiarasany
Mahasiswa S1 Fakultas Hukum 2010 Program Kekhususan (PK) 3 - Praktisi
Hukum. Anggota Serikat Mahasiswa Progresif UI (SEMAR UI) divisi Agitasi
& Propaganda. Mempunyai minat yang besar terhadap budaya, hukum,
sosial, politik, & kriminal-forensik. Menyukai subkultur urban/masyarakat
perkotaan & kucing.
Perdana Putri
Kuliah di sastra Rusia UI, bekerja Remotivi. Aktif juga di Semar UI dan
Komune Rakapare Bandung. Penggemar Bjrk & The Bee Gees ini bercitacita punya rumah kayu dan seekor anjing Rottweiler yang akan ia namai
Foucault.
Syavira Wahyuni
Mahasiswi program Vokasi UI - Administrasi Perkantoran dan Sekretari UI
2014 yang juga merupakan Anggota SEMAR UI sebagai sekretaris. Suka
corat-coret (gambar), gasuka pink ,black is such a happy color, lebih suka
Batman daripada Barbie. Saatnya perempuan angkat bicara!