You are on page 1of 23

1

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Laporan ini adalah Anatomi Daun Monokotil dan
Dikotil yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Tes di
Laboratorium Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Meirani M. P., Ir. Ratna
Rosanti M.P., Ir. Lisa Mawarni dan Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu M. Sc., selaku
dosen mata kuliah Botani serta kakak dan abang asisten yang telah membantu
dalam pembuatan laporan ini.
Penulis tidak lupa mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca atas
ketidak semputnaan dari laporan ini. Dengan kritik dan saran yang pembaca
berikan dapat menjadikan laporan penulis menjadi lebih baik untuk kedepannya.

Medan, Juni 2014

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................

ii

PENDAHULUAN...................................................................................
Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan Penulisan............................................................................
Kegunaan Penulisan ......................................................................

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................


Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) ..........................
Syarat Tumbuh Tanaman Mangga (Mangifera indica L.) ............
Iklim ..........................................................................................
Tanah ........................................................................................
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.) .........................................
Syarat Tumbuh Tanaman Jagung (Zea mays L.) ...........................
Iklim.............................................................................................
Tanah............................................................................................
Anatomi Daun Monokotil dan Dikotil .........................................

3
3
4
4
4
5
7
7
8
9

BAHAN DAN METODE ......................................................................


Tempat dan Waktu Percobaan ......................................................
Bahan dan Alat ..............................................................................
Prosedur Percobaan ......................................................................

12
12
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................


Hasil ..............................................................................................
Pembahasan ...................................................................................

14
14
18

KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................


Kesimpulan ...................................................................................
Saran .............................................................................................

23
23
23

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Daun merupakan organ yang sangat beragam. Sruktur jaringan pembuluh
dalam tangkai dan tulang daun utama biasanya mirip dengan batang. Ciri paling
penting dari daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya ssegera terhenti. Pada
beberrapa tumbuhan paku, meristem tersebut yetap aktif selama waktu yang
cukup lama (Hidayat, 1995).
Secara histologis daun tersusun atas tiga tipe system jaringan, yaitu :
epidermis, mesofil, dan jaringan pembuluh. Epidermis pada berbagai tumbuhan
beragam dalam lapisan, bentuk, struktur, susunan stomata, munculnya trikoma,
susunannya dan adanya sel yang khusus. Mesofil terjadi dari jaringan yang
bersifat parenkim dalam epidermis. Mesofil merupakan bagian utama helai daun
karena mengandung kloroplas dan ruang antarsel. Berkas pembuluh dalam dan
biasanya disebut tulang daun dan sistemnya adalah system tulang daun. Tampak
adanya dua macam pola yakni system tulang daun daun jala dan system tulang
daun sejajar ( Fahn, 1991).
Anatomi dasar dari daun, epidermis, stomata, mesophyl, pengembangan
dari jaringan vaskular dalam daun, bagian dari xylem dan phloem pada daun,
sarung pembuluh daun rumput, mesophyl daun rumput, epidermis daun rumput,
pengaturan stomata, ketahanan daun, dukungan mekanik dalam daun, mesophyl
daun, epidermis daun, distribusi stomata dalam daun monocotyledon atau daun
rumput (Mishra, 2009).
Daun memulai sebagai tonjolan lateral membagi cepat sel bawah
permukaan pada kubah seperti batang puncak. yang phyllotaxis (mengemukakan

tata daun pada batang) bervariasi di pabrik yang berbeda dan merupakan ekspresi
perkembangan dan organisasi penting tanaman (Dickison, 2000).
Bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau dan duduknya pad batang
yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi
tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk (Tjitrosoepomo, 2009).
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui anatomi daun tumbuhan
monokotil dan dikotil daari tanaman Mangga (Mangifera indica L.) dan Jagung
(Zea mays L.).
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Praktikan Tes di Laboratorium
Botani Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, dan sebagai sumber
informasi bagi pembaca.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)
Mangga (Mangifera indica L.) termasuk kedalam Kingdom Plantae
dimana Divisinya Spermatophyta yang Subdivisinya Angiospermae yang
termasuk Famili Anacardiaceae dengan Genus Mangifera dan Spesiesnya adalah
Mangifera indica L. (Singh, 1968).
Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang dan cabang akar ini
tumbuh cabang kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang halus.
Akar tunggang pada mangga panjang hingga mencapai 6 meter (Singh, 1968).
Bentuk batang mangga tegak, bercaang dan keras, daun lebat membentuk
tajuk yang indah berbentuk oval, atau memanjang, kulitnya tebal dan kasar
dengan banyak celah-celah kecil daun dan sisik-sisik bekas tangkai (Singh, 1968).
Daun terdiri dari dua bagian yaitu tangkai daun dan badan daun. Badan
daun bertulang dan berurat-urat tertutup daging daun. Penajgn tangakai daun
bervariasi dari 1,25-12,5 cm dan bagian pangkalnya membentuk seperti batang
(Singh, 1968).
Bunga Mangga adalah bunga majemuk, bunga majemuk in terdiri dari
sumbu-sumbu utama yang mempunyai banyak sumbu utama. Setiap sumbu utama
ini mempunyai cabang (Singh, 1968).
Biji terdiri dari dua keping. Biji Mangga ada yang berembrio dan
polembrional. Buah mangga termasuk kelompok buah batu yang berdaging.
Panjang buah kira-kira 2,5-3,0 cm, bentuknya bulat, bulat telur, atau memanjang
(Singh, 1968).
Syarat Tumbuh Tanaman Mangga
Iklim
Tanaman Mangga dapat Tumbuh dan bereproduksi di daerah tropis
maupun subtropis. Di daerah tropika Indonesia mangga tumbuh baik didataran

rendah sampai tinggi mencapai ketinggian 800 m dpl. Namun ketinggian yang
optimal untuk tanaman mangga adalah 300 m dpl. Semakin tinggi lokasinya maka
semakin menurun kwalitas mangga dan umur pemanenannya pun semakin lama
(Paimin, 2006).
Tanaman mangga membutuhkan pergantian musim kemarau dan musim
huan yang nyata, yakni sediktnya 4-6 bulan kering dan curah hujan 1.000
mm/tahun atau,60 mm/bulan. Pada proses pembungaan membutuhkan 4-5 bulan
kering, sedangkan pada proses pembuahan membutuhkan menimal 1 bulan kering
setelah pembungaan (Rukmana, 1999).
Suhu udara yang ideal untuk tanaman mangga adalah 27-30C dan tidak
terdapat angin kencang dan angin panas. Penyinaran matahari yang dibutuhkan
tanaman sekitar 50%-80% (Rukmana, 1999).
Tanah
Tanaman mangga mempunyai daya penyesuaian yang tinggi terhadap
berbagai jenis tanah. Nakun, pertumbuhan mangga yang optimal membutuhkan
jenis tanah berpasir, lempung atau agak liat. Keadaan tanah yang ideal untuk
tanaman mangga adalah jenis tanah yang subur, gembur, mengandung bahan
organik yang tinggi, drainase yang baik dan pH optimal antara 5,5-6,0. Tanaman
mangga juga membutuhkan solum yang dalam mengingat akar tanaman ini
panjang agar sistem perakaran tidak terganggu (Rukmana, 1999).
Tanaman mangga toleran terhadap kekeringan, namun untuk menjamin
perumbuhan dan produksi membutuhkan keadaan air ranah yang memadai. Air
tanah yang ideal adalah tidak lebih dari 150 cm dari permukaan tanah.
Kemiringan lereng untuk tanaman mangga tidak lebih dari 30, oleh karena itu
maka tanah yang baik untuk tanaman mangga adalah tanah yang landai-bukit
(Paimin, 2006).
Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Jagung (Zea mays L.) termasuk kedalam Kindom Plantae, Divisi


Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas Monocootyledonae, Ordo Poales,
Famili Poacceae, Genus Zea, Spesies Zea mays L. (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung berakar serabut, menyebar kesamping dan kebawa
sepanjang 25 cm (Tobing, 1991). Perakaran tanaman jagung terdiri dari akar-akar
seminal yang tumbuh ke bawah pada saat buji berkecambah, akar koronal yang
tumbuh keatas dari jaringan batang setelah pulmula muncul dan akar udara
(brance) yang tumbuh dari buku-buku diatas pemukaan tanah. Akar-akar seminal
terdiri dari akar radikal atau primer ditambah dengan sejumlah akar lateral yang
muncul sebagai adventiolus pada dasar dari buku pertama diatas pangkal batang.
akar udara berfungsi dalam asimilasi dan juga sebagai pendukung untuk
memperkokoh batang terhadap kerebahan. Apabila masuk kedalam tanah, akar ini
akan berfungsi juga membantu penyerapan hara (Irfan, 1999).
Batang tanaman jagung bulat silindris dan tidak berlubang seperti halnya
batang tanaman padi, tetapi padat dan berisi berkas-berkas pembuluh sehingga
makin memperkuat berdirinya batang. demikian juga jaringan kulit yang tipis dan
keras yang terdapat pada batang bagian luarnya. Batang tanaman jagung beruasruas dan pada bagian pangkal batang beruas cukup pendek dengan julah sekitar 820 ruas. Jumlah ruas tersebut tergantung pada varietas jagung yang ditanam dan
umur tanaman. Pada umumnya nodla (buku) setiap tanaman jagung jumlahnya
berkisar 4-48 nodla. Demikian juga tinggi tanaman sangatt bervariasi, tergantung
pada jenis atau varietas yang ditanam dan kesuburan tanahnya (Warisno, 1998).
Daun jagung muncul setiap ruas batang dengan kedudukan berlawanan
antara daun yang satu dengan lainnya. Daun ini berbentuk pita, panjangnya
bervariasi antara 30-150 cm dan lebar 4-15 cm, didukung oleh pelepah daun yang
menyelubungi batang. jagung mempunyai lidah daun yang trasnparan dan tidak

mempunyai telingan daun. Jumlah daun untuk setiap tanaman bervariasi antara
12-18 helai. Duduk daun bermacam-macam tergantung dari genotip, mulai dari
duduk daun hampir mendatar sampai vertikal (Suofia, 1997).
Tanaman jagung berumah satu (monoceous), yaitu bunga jantan berbentuk
pada ujung batang dan bunga betina terletak di bagian tenga batang pada salah
satu ketiak daun. Tanaman jagung bersifat protandry, yaitu bunga jantan matan
terlebih dahulu 1-2 hari daripada bunga betina. Letak bunga jantan dan betina
terpisah, sehingga penyerbukan tanaman jagung bersifat menyerbuk silang
(Rukmana, 1997).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung tersusun dalam berisan yang melekat
secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung
terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji, endosperm dan embrio
(Rukmana 1997).
Syarat Tumbuh
Iklim
Panjang harri berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman
jagung manis, sehingga panjang hari tidak merupakan faktor pembatas. Beberapa
varietas jagung manis memiliki daya adaptasi lebih baik pada siang hari tertentu
dibanding dengan yang lainnya (Thompson and Kelly, 1957).
Jagung manis sebagai tanaman tropis dapat tumbuh subur dan memberikan
hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik.
Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata
antara 14-30C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 mm /tahun yang
terdistribusi rata selama musim tanam (Warisno, 1998).
Perkembangan tanaman dan pembuangan dipengaruhi oleh panjang hari
dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar

tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari
berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini
tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai ketinggian tumbuh 1-3m
sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan
suhu kurang dari 20C juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi
hari pendek pada daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih
awal (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi
(daerah pegunungan) dengan ketinggian 1.000 m atau lebih dari permukaan air
laut (dpl). Jagung yang ditanam di daerah ketinggian kurang dari 800 meter dari
permukaan air laut dapat memberikan hasil tinggi (Warisno, 1998).
Curah hujan ideal untuk tanaman jagung adalah antara 100 mm 200 mm
per bulan dengan distribusi merata. Tanaman jagung cocok ditanam didaerah yang
beriklim kering (Rukmana, 1997).
Tanah
Tanaman jagung tumbuh baik hampir di semua jenis tanah. Tetapi tanaman
ini akan tumbuh lebih baik pada tanah gembur, kaya akan humus, karena tanaman
jagung menghendaki aerase dan draenase yang baik. Tanah yang kuat menahan air
tidak baik untuk dtanami jagung karena pertumbuhan akarnya kurang baik atau
akar-akarnya akan busuk (Pinem, 1991).
Tanah berdebu kaya hara dan humus sesuai untuk tanam jagung. Tanaman
jagung toleran terhadap berbagai jenis tanah, misalnya, tanah andosol dan latosol.
Tanah-tanah berpasir dapat ditanami jagung dengan pengelolaan air yang baik dan
penambahan pupuk organik. Tanaman jagung membutuhkan tanah bertekstur
lempung, lempung berdebu atau lempung berpasir, dengan struktur tanah remah,
aerasi dan draenasenya baik, serta cukup air. Keadaan tanah dapat memacu
pertumbuhan dan produksi jagung apabila tanah sebur, gembur dan kaya akan

bahan organik. Tanah-tanah yang kekurangan air dapat menurunkan penurunan


produksi jagung hingga 15% (Rukmana, 1997).
Tanaman jagung teoleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran pH
5,5-7,0 tingkat keasaman tanah yang baik untuk tanaman jagun pada pH 6,8. Pada
pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak teredia
di dalamnya (warisno, 1998).

Anatomi Daun Monokotil dan Dikotil


Daun-daun monokotil ada yang serupa dengan dikotil tetapi kebanyakan
berbeda karena daun-daunnya sering tidak mempunyai tangkai daun (petiolus)
tetapi terdiri dari pelepah (vagina) dan helaian daun (lamina) yang biasanya
berbentuk pita dengan variasi yang sejajr. Strujtur variasi dari hydromorphik ke
xeromorphik (Napitupulu, 2013).
Sistem jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan.
Pada tumbuhan dikotil sistem jaringan dasar atau mesofil dapat dibedakan atas
jaringan pagar dan bunga karang, tidak ditemukan halnya pada monokotil,
khususnya famili graminaesistem berkas pembuluh terdiri atas xylem dan phloem
yang terdapat pada tulang daun (Sastrodinoto, 1990).
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku
Gramineae dan Cyperaceae, tersusun dari beberpa serdinding tipis dengan ukuran
yang lebih besar dibanding sel-sel epidermis disekitarnya (Nugroho dkk, 2006).
Sifat terpenting daun adalah susunan selnya yang kompak dan adanya
kutikula dan stomata. Stomata biasa ditemukan dikedua sisi daun (daun
amfistomatik) atau hanya di satu sisi, yakni disebelah atas atau adaksial (daun

epistomatik). Pada monokotil dan gymnospermae, stomata sering tersusun dalam


deretan memanjang yang sejajar dengan sumbu daun (Hidayat,1995).
Mesofil sering tidak menunjukkan pemisahan antara palisade dengan
spons, walaupun sel-sel yang dibawah epidermis sering tersusun lebih teratur dari
lainnya. Pada epidermis sering terdapat sel kipas (motor cellbulliform cells),
stomata, sel silica, sel gabus dan trikoma, sarung pembuluh kadan-kadang
dijumpai bersama-sama dengan sarung meristem (Napitupulu, 2013).
Gramineae dan dalam banyak monokotil lainnya serat membentuk balok
utama pada satu atau kedua sisi bundel, dan dalam banyak daun mereka terus dari
selubung bundel dengan epidermis, sel-sel yang di daerah seperti, mungkin
kemudian juga menjadi seperti serat (Khan, 2001).
Daun monokotil khas menunjukkan sifat isobilateral. daun monokotil
menunjukkan tiga wilayah yang berbeda, epidermis, mesofil dan jaringan
pembuluh (Maiti dkk, 2012).
Korteks pada tumbuhan dikotil terdapat diantara berkas pembuluh dan
epidermis, sedangkan pada mesofil batas tersebut tidak jelas. Pada tumbuhan
dikotil terdapat juga jaringan dasar lain selain korteks yaitu empelur yang mengisi
bagian tengah batang. Penumpukan pati pada umumnya terdapat pada empelur ini
(Sastrodinoto, 1990).
Pada tumbuh-tumbuhan semak dan pohon sering dijumpai palisade yang
berkembang baik, yang terletak pada sisi adaxial. Pada ficus terdapat hypodermis
tanpa klorofil, cystolith pada epidermis dan laticifer pada mesofil
(Napitupulu, 2013).
Tulang-tulang besar pada daun-daun dikotiledon dapat terdiri atas jarinagn
primer dan jarimgan sekunder, sedangkan tulang-tulang daun yang lebih
kecilhanya jaringan primer. Tulang-tulang daun yang berukuran besar dan sedang
mengandung pembuluh dan tulang tapis (Fahn,1991).

10

Tumbuh-tumbuhan dengann mesophyl kurang tersusun dan dengan satu


lapis palisade

misalnhya terdapat pada Ipomoea batatas, Raphanus sativus,

Solanum tuberosum, dan lycopersicon esculentum. Pada alfalalfa (Medicago


sativa) terdapat dua lapis palisade sedang daun kapas (Gossypium) mempunyai
palisade yang panjang (1/3-1/2 tebal daun), kelenjar lysigen pada mesophyl dan
trichoma pada sisi abaxial dari costa (Napitupulu, 2013).

11

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan

dilakukan

di

Laboratorium

Botani

Programstudi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, berada 25 m


di atas permukaan laut, yang dilakukan pada hari Rabu pukul 08.00 sampai
dengan selesai.
Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akar,
batang, daun dari tanaman jagung (Zea mays L.) sebagai bahan percobaan
tanaman monokotil dan tanaman mangga (Mangifera indica L.) sebagai bahan
percobaan tanaman dikotil.Lilin paravin sebagai media preparat basah akar,
batang maupun daun. Spiritus digunakan sebagai bahan bakar saat memasak lilin
paravin. Immersion oil, combo red digunakan untuk memperjelas bagian sel yang
ingin diamati pada mikroskop. Xylol digunakan untuk membersihkan lensa agar
pengamatan mudah dilakukan, aluminium foil digunakan untuk mencetak lilin.
Adapun alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah: Bunsen
digunakan sebagai wadah bahan bakar (spiritus) saat memasak lilin, beaker glass
sebagai wadah lilin paraffin saat dimasak, batu bata digunakan untuk membantu
menyangga Bunsen agar api mencapai dasar beaker glas, kaki tiga digunakan
sebagai penopang beaker glass saat pemasakan lilin, korek sebagai penyangga
spiritus, gunting digunakan untuk memotong organ tanaman yang digunakan,
stipula digunakan untuk mengaduk lilin, mikrotom digunakan untuk memotong
lilin yang telah siap digunakan, mikroskop untuk mengamati objek percobaan,
kain serbet digunakan untuk membersihkan meja, kain flannel digunakan untuk

12

mengambil kaca preparat, alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan,
preparat digunakan untuk meletakkan objek yang diamati
Prosedur Percobaan
Preparat basah:
1. Diperisapkan Alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dipotong melintang gabus ubi kayu
3. Dipotong melintang daun mangga
4. Disisipkan daun mangga kedalam gabus ubu kayu
5. Diiris daun mangga setipis-tipisnya
6. Diangkat hasil irisan ke kaca preparat dengan menggunakan jarum
7. Ditetesi objek dengan air
8. Ditutup dengan deglas, lalu diamati dengan menggunakan mikroskop
9. Dilakukan hal yang sama untuk daung jagung.
Preparat abadi:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum
2. Dibuat cetakan berbentuk persegi empat dengan menggunakan aluminium
foil
3. Dipanaskan lilin paravin hingga meleleh
4. Dimasukkan lilin paraavin yang meleleh tadi ke dalam cetakan perssegi
empat sebanyak setengahnya
5. Dimasukkan organ tumbuhan daun kedalam cetakan tersebut
6. Dimasukkan lagi sisa lilin paravin tadi ke dalam cetakan
7. Didinginan lilin dalam cetakan tersebut setelah itu dilepaskan aluminium
foilnya
8. Dipotong cetakan setipis mungkin dengaan menggunaakan mikrotom
kemudian diletakkan potongan tersebut ke dalam preparat
9. Diamati dengan menggunakan mikrosop kemudian hasilnya digambar dan
difoto

13

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
1. Gambar Penampang Melintang Daun Mangga (Mangifera indica L.)

1
2
3
4
5
6

10 x 40
2. Gambar Penampang Melintang Daun Jagung (Zea mays L.)

1
2

3
4

5
10 x 40

Keterangan Gambar

14

Penampang Melintang Daun Mangga (Mangifera indica L.)


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Epidermis atas
Palisade
Bbundle sheet cell
Xylem
Phloem
Epidermis bawah

Keterangan gambar
Penampang Melintang Daun Jagung (Zea mays L.)
1.
2.
3.
4.
5.

Epidermis atas
Palisade
Phloem
Xilem
Epidermis bawah

15

1. Gambar Penampang Melintang Daun Monokotil ( Leaf of monocotyl )

1
2
3
4

5
6
7
10 x 40

2. Gambar Penampang Melintang Daun Dikotil (Leaf of dicocyl)


1
2

3
4
5
6
7

10 x 40

16

Keterangan Gambar
Penampang Daun Monokotil ( Leaf of monocotyl )
1. Kutikula
2. Epidermis atas
3. Palisade
4. Bundle sheet cell
5. Epidermis bawah
6. Xylem
7. Phloem
Penampang Daun Dikotil ( Leaf of dicotyl )
1. Epidermis atas
2. Palisade
3. Sarung pembuluh
4. Xylem
5. Phloem
6. Epidermis bawah
7. Stomata

17

Pembahasan
Dari hasil yang didapat, pada daun monokotil ada terdapat kutikula,
epidermis atas, palisade bundle sheet cell, epidermis bawah, cilem, dan phloem.
Hal ini sesuai dengan literatur (Sastrodinoto, 1990) yang menyatakan, Sistem
jaringan dasar pada daun monokotil dan dikotil dapat dibedakan. Pada tumbuhan
dikotil sistem jaringan dasar atau mesofil dapat dibedakan atas jaringan pagar dan
bunga karang, tidak ditemukan halnya pada monokotil, khususnya famili
graminaesistem berkas pembuluh terdiri atas xylem dan phloem yang terdapat
pada tulang daun. Dan juga pada literatur Nugroho dkk, 2006) yang menyatakan,
Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas daun tumbuhan suku Gramineae dan
Cyperaceae, tersusun dari beberpa serdinding tipis dengan ukuran yang lebih
besar dibanding sel-sel epidermis disekitarnya.
Dari hasil yang didapat, pada daun dikotil ada terdapat epidermis atas,
palisade, sarung pembuluh, xilem, phloem, epidermis bawah, stomata. Hal ini
sesuai dengan literatur (Sastrodinoto, 1990) yang menyatakan, Korteks pada
tumbuhan dikotil terdapat diantara berkas pembuluh dan epidermis, sedangkan
pada mesofil batas tersebut tidak jelas. Pada tumbuhan dikotil terdapat juga
jaringan dasar lain selain korteks yaitu empelur yang mengisi bagian tengah
batang. Penumpukan pati pada umumnya terdapat pada empelur ini. Dan juga
pada literatur (Napitupulu, 2013) yang menyatakan, Tumbuh-tumbuhan dengann
mesophyl kurang tersusun dan dengan satu lapis palisade misalnhya terdapat pada
Ipomoea batatas, Raphanus sativus, Solanum tuberosum, dan lycopersicon
esculentum. Pada alfalalfa (Medicago sativa) terdapat dua lapis palisade sedang

18

daun kapas (Gossypium) mempunyai palisade yang panjang (1/3-1/2 tebal daun),
kelenjar lysigen pada mesophyl dan trichoma pada sisi abaxial dari costa.
Dapat diketahui bahwa perbedaan yang mencolok antara tumbuhan
monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh. Berkas pembuluh pada
tumbuhan dikotil terletak lebih teratur, sedangkan berkas pembuluh pada
tumbuhan monokotil terlihat berkas pembuluh yang tidak teratur. Hal ini sesuai
dengan literatur Napitupulu (2013) yang menyatakan bahwa perbedaan antara
tumbuhan monokotil dan dikotil terletak pada berkas pembuluh. Berkas pembuluh
terdiri dari xylem atau suatu alat transportasi yang digunakan untuk mengangkut
sari makanandan unsur hara dari tanah ke seluruh tumbuh-tumbuhandan phloem
yaitu berkas yang berfungsi sebagai pengangkut hasil fotosintesis dari daun ke
seluruh tubuh tumbuh-tumbuhan.
Adapun fungsi dari daun adalah menjalankan sintesis senyawa-senyawa
organik dengan menggunakan cahaya sebagai sumber energi yang diperlukan,
suatu proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Fungsi daun yang seperti ini
merupakan fungsi utama dari daun. Hal tersebut sesuai dengan literature
Napitupulu (2013) bahwa proses pengubahan energi berlangsung dalam organel
sel khusus yang disebut kloroplas, tempat penyimpanan pigmen klorofil. Struktur
eksternal dan internal daun berkaitan dengan peranannya dalam fotosintesis dan
transpirasi (hilangnya air dalam bentuk uap). Pada epidermis didapati stoma, yang
bertugas untuk pertukaran gas antar jaringan daun dan atmosfer. Setiap stoma
terdiri atas dua sel pengawalyang mengelilingi lubang celah (apertur). Stoma
dapat membuka dan menutup apertur, dan dengan demikian mengatur pemasukan
dan pengeluaran gas dari dan ke daun.
Transportasi pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian
tumbuhan dilakukan melalui pembuluh tapis (phloem). Hal ini sesuai dengan

19

literatur Napitupulu (2013) yang menyatakan bahwa kloroplas adalah plastida


yang mengandung butir-butir hijau daun (klorofil). Pada tumbuh-tumbuhan
umumnya berbentuk lensa (cakram) yamg biasanya 4-6. Tetapi terdapat juga
kloroplas yang bermacam-macam ada yang berbentuk silinder yang mengelilingi
inti, ada yang berbentuk spiral, ada yang berbentuk lempeng dan sebagainya.
Penyebab permukaan daun atas lebih hijau dari daun bagian bawah adalah
karena pada permukaan daun atas berhadapan langsung dengan cahaya matahari
yang langsung mengenai permukaan daun sehingga memberikan warna hijau
lebih terang dari lapisan bawah daun. Hal ini sesuai dengan literatur Napitupulu
(2013) bahwa larutan klorofil dalam alcohol mempunyai sifat fisis yang istimewa.
Apabila dalam larutan ini diberikan cahaya langsung akan menghasilkan cahaya
hijau sedang bila diberi cahaya pantulan (fathing up) berwarna merah. Dengan
background yang hitam akan memberi warna merah.
Sarung pembuluh (bundle sheath) pada tumbuhan monokotil berfungsi
untuk menyarungi berkas pembuluh hingga ke ujung tracheid. Hal ini sesuai
dengan literatur Napitupulu (2013) yang menyatakan bahwa pada berkas-berkas
pembuluh yang besar sering ia dikelilingi oleh parenkima yang kompak yang
disebut sarung pembuluh (bundle sheath), sehingga berkas pembuluh tidak akan
berhubungan dengan ruang-ruang antar sel.
Daun biasanya berbentuk tipis dan rata, berkaitan dengan fungsinya dalam
proses fotosintesis dan transpirasi. Hal ini sesuai dengan literatur Mulyani (2006)
yang menyatakan bahwa daun biasanya rata dan tipis sehingga memudahkan
masuknya sinar matahari ke dalam sel. Luasnya permukan daun juga
memungkinkan terjadinya pertukran gas.

20

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
1.
Dari histogenesis daun, daun terdiri dari tiga bagian yaitu : epidermis,
mesofil, dan berkas pembuluh.
2.
Perbedaan yang mencolok antara daun monokotil dan dikotil terletak pada
3.

berkas pembuluh.
Transportasi pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian

tumbuhan dilakukan melalui pembuluh tapis (phloem).


4.
Pada tumbuhan monokotil dijumpai sarung pembuluh (bundle sheath).
5.
Pada tumbuhan dikotil, phloem terletak di bagian luar sedangkan xylem
terkumpul di tengah phloem.
Saran
Agar praktikan lebih cermat dalam pemotongan organ tanaman, agar
jaringan tanaman terutama jaringan pada daun yang sangat berperan dalam proses
fotosintesis tidak rusak.

21

DAFTAR PUSTAKA
Dickison, William C. 2000. Integrative Plant Anatomy. Academic Press. USA
Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press.
Bandung.
Hidayat, E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Penerbit ITB. Bandung.
Khan, Aslam. 2001. Plant Anatomy and Physiology. Mehra Offset Printers. New
Delhi.
Maiti, Ratikanta, dkk. 2012. Crop Plant Anatomy. CPI Group. USA.
Mishra, S. R. 2009. Understanding Plant Anatomy. Discovery Publishing House
pvt. Ltd. New Delhi.
Napitupulu, J.A. 2009. Anatomi Tumbuhan. USU Press. Medan.
Nugroho, L. Hartanto, dkk. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Paimin, F., R., 2003. Bertanam Mangga Ala Petani Thailand. Penebar Swadya,
Jakarta.
Pinem, M. I., 1991. Pengaruh Kerapatan Tanaman dan Jumlah Biji Perlubang
Tanam Terhadap pertumbuhan dan Produksi Jagung Sayur, Thesis.
Fakultas Pertanian Universitas Siumatera Utara, Medan.
Rubatzky, V. E. Dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia Prinsip, Produksi dan
Gizi, Terjemahan Catur Herison. ITB press, Bandung.
Rukmana, R., 1997. Usaha Tani Jagung. Kanisius, Yogyakarta.
Rukmana, R., 1999. Mangga, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Jakarta.
Sastrodinoto, S. 1990. Biologi Umum II. Penerbit PT.Gramedia. Jakarta.
Singh, L. B. 1968. The Manggo its Botany. Inc. New York.
Thompson, Homer. C. Kelly, William. 1957. Vegetable Crops. McGraw Hill
Book Company, New York.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University
Press. Yoyakarta.
Warisno, 1998. Jagung Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

You might also like