Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 11:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Chodijah F1C012016
Dian Titi W
F1C012012
F1C012065
Suciarti M.
Galuh Prima
F1C012072
Candra Darmawan
F1C012070
Bayu Seto P.
F1C011018
Daftar Isi
a. Konsep Simbol.
b. Makna Simbol..
1. Simbol dan kehidupan manusia
2. Simbol dan individu...
c. Konsep Diri......
4
4
5
5
9
2
d.
e.
f.
g.
saja merupakan symbol. Symbol menggambarkan sesuatu yang berguna untuk melakukan
komunikasi. Melalui symbol, kita dapat berkomunikasi dengan orang lain dan menafsirkan
arti-arti lainnya.
b. Makna Simbol
Seseorang menggunakan lambang atau symbol untuk memberikan pengertian kepada orang
lain. Karena itu, symbol bukan sesuatu yang sangat individual. Symbol justru sangat alami,
sosial, dan memiliki banyak arti. Sesungguhnya kata adalah lambang. Kata-kata merupakan
ungkapan yang biasa digunakan oleh seseorang untuk mengatakan benda-benda, perasaan,
ide-ide, dan nilai-nilai. Ia digunakan untuk berkomunikaasi. Tindakan sering merupakan
sebuah symbol. Tindakan tidak merupakan symbol apabila tidak memiliki maksud/tujuan
atau tidak memiliki art bagi orang lain.
Bahasa merupakan salah satu jenis symbol. Hartzler mendefinisikan bahasa sebagai bentuk
budaya dan sistem pembentuk sosial daam sistem standarisasi, serta penerapan symbol yang
mempunyai pengertian istimewa. Pengertian itu yang menentukan perubahan yang umumnya
digunakan untuk tujuan ekspresi. Ekspresi inilah yang memiliki arti sosial dan komunikasi
dalam kehidupan masyarakat.
Symbol sering diartikan sama dengan tanda. Tanda dapat ditanggapi oleh fisik seseorang
dalam mengendalikan tanggapan. Tanda harus dirahasiakan, sedangkan penerima tanda tidak
mempunyai pilihan respons terhadap objek atau cara tanpa hambatan.sering tanda yang ada di
dalam menjadi lebih mendalam dan sangat berarti. Begitu juga symbol. Seluruh binatang
memberikan respons yang sebagian besar melalui isyarat dan rangsangan. Binatang sering
meggunakan symbol sebagai penjelas.
Dalam sejarah kehidupan manusia, muncullah beberapa symbol yang secara tidak lengkap,
mebat hal itu sukar untuk digeneralisasikan dan dikelompokkan. Pada awalnya, melalui
tahap-tahap symbol lain, kemudian melalui ekspresif-simbolis yang berurutan secara intensif
dan berkelanjutan.
Dunia manusia adalah dunia simbolis. Kita melihat, berpikir, mendengar, bergabung, dan
beraksi meggunakan symbol-simbol. Symbol merupakan hal yang sangat kritis bagi manusia
Interaksi
Interaksi kehidupan
Individu (person)
masyarakat (group)
mengidentifikasi,menandai,
koma
dan
mengenalnya.
Lalu,
kita
dapat
menyimpannya untuk aplikasi selanjutnya. Kita dapat menandai objek sejenis untuk
kemudian memanggilnya dengan nama tersebut.
Menurut Hertzler, Bahasa kata berfungsi sebagai pengulang kenyataan dan tidak hanya
sebagai fasilitas analisis yang tepat, tetapi juga menolong dalam perbandingan data bagian
yang satu dengan data bagian lainnya. Bahasa merupakan alat individu untuk
menyampaikan pesan dan pengalaman. Bahasa digunakan untuk membedakan dan
menggeneralisasikan sesuatu yang khas di lingkungan tertentu. Dunia, secara tertulis, dibagibagi atas bahasa yang digunakan.
Terkait dengan persepsi, bahasa sangat menolong kita untuk mengungkapkan pengalaman
perasaan. Bahasa menerangkan perspektif seorang individu dan menerapkannya pada
individu itu. Fungsi alternatifnya (pemberitahu) kebagian lain yang ada dilingkungannya.
Ketika bahasa untuk pertama kali dibentuk, ia mempunyai organisasi tersendiri seperti halnya
matematika. Pengalaman yang mungkin terjadi dengan memakai batas-batas formal yang
diterima. Sebaliknya, persepsi dibatasi oleh setiap bahasa sehingga manusia hanya dapat
meletakkan apa yang diamatinya ke dalam kategori linguistik tertentu (Shibutani, 1961: 122).
Berikut ini adalah bagan mengenai fungsi simbol sebagai suatu siklus interaksi :
M
Kenyataan
Abstrak
P r o
e n
b l e
g g
e r
P e
a b
s o l r t i
u n
e r
v i n m
g k
p i
a n
k i
s i
b a
n g
Melebihi Milik
Sendiri
a n
Kreativitas
Ruang dan
Arahan Diri
Waktu
Sendiri
Berpikir, menurut Hertzler, dapat dipandang sebagai simbol interaksi dengan diri sendiri.
Berpikir adalah berbicara kepada diri sendiri. Ia merupakan aktivitas yang tetap dan sebuah
proses. Hampir pada setiap momentum, individu selalu berpikir dan menggunakan isi
perasaannya. Di dalam al-quran, ajakan untuk merenung atau memikirkan sesuatu sangat
banyak. Itulah sebabnya, kita akan dengan mudah menemui ungkapan-ungkapan : afalaa
taqiluun, mengapa kalian tidak berakal; afalaa tafakkarun, mengapa kalian bertafakur; dan
masih banyak lagi ungkapan yang menunjukkan ajakan untuk menggunakan pikiran.
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah; dan
mereka memiliki mata, tetapi tidak digunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan
Allah; dan mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunaknnya untuk mendengar ayat-ayat
Allah. Mereka itu seperti binatang, bahkan mereka lebih sesat lagi (Q.S Al-Araf 179).
Menurut Blummer, manusia secara tetap bisa beraksi sendiri. Dengan orang lain. Kita bisa
menjalin bentuk interaksi simbolis. Kita berkomunikasi dan memberikan pengertian. Karena
sifatnya yang alami, simbol dapat dimengerti oleh siapapun yang menggunakannya sehingga
terjadilah komunikasi yang simultan di seluruh lapisan sosial.
Pertimbangan dan problem solving. Pertimbangan adalah sejenis pemikiran. Pertimbangan
dilakukan secara sengaja dan sadar dalam berkomunikasi secara pribadi. Pertimbangan
merupakan perbuatan untuk memikirkan penggambaran sesuatu secara terus-menerus. Ini
sering terjadi ketika seseorang menghadapi masalah yang mendorongnya melakukakn
analisis sebelum bertindak.
Problem solving adalah proses yang terus berkembang dan dinamis. Karena itu, pada saat
mengerjakan suatu aksi, kita dapat menganalisis aksi berikutnya. Jadi pertimbangan
merupakan sesuatu yang integral dengan tindakan manusia yang sepenuhnya bergantung pada
upaya memanipulasi simbol-simbolnya.
Hertzler menetapkan bahwa bahasa memungkinkan manusia untuk mengatasi keterbatasan
persepsi waktu dan ruang. Kenyataannya, mental manusia mampu memecahkan rintangan
ruang dan waktu. Karena itu manusia dapat memahami secara serentak peristiwa masa lalu,
sekarang dan yang akan datang. Bahasa membuat individu dapat memahami dunia yang
belum pernah dilihatnya. Bahasa juga digunakan untuk melihat masa yang akan datamng
sebelum sesuatu terjadi.
Individu dibatasi situasi sosialnya dengan ingatan masa lalu dan pencarian pada masa yang
akan datang baik yang berdekatan maupun yang berjauhan. Bahasa membuat infividu bisa
menstimulus lingkungannya dengan segera. Bahasa juga dapat menambahkan factor-fakor
yang dapat mempengaruhi tindakannya, baik secara terbatas maupun tidak.
Melebihi miliki sendiri. Simbol tidak hanya memberikan kesempatan individu untuk
meninggalkan dengan segera, tetapi juga memperkenankan individu untuk meninggalkan
fisik mereka untuk mencapai hal diluar dirinya, dan membayangkan dunia dari sudut pandang
yang lain. Interaksi simbol itu mengajak kita untuk memahami orang lain, memanipulasi,
bersimpatim dan mencintai mereka. Interaksi simbol juga menggiring manusia menjadi
makhluk yang mengerti ide satu sama lain. Melalui bahasa kita menjadi orang yang menerti
tentang persepsi, pandangan, perasaan dan tingkah lakunya. Persepsi, pandangan, perasaan
dan tingkah laku yang bergantung pada simbol merupakan pusat kehidupan sosial manusia di
alam semesta raya ini.
Safitri Sani Nisrina (F1C012011)
Kenyataan abstrak. Bahasa juga menjadikan manusia dapat mengkhayal dan melihat realitas
yang melebihi konkretnya. Melalui bahasa, kita dapat mengembangkan suatu objek, seperti
Tuhan, cinta, kebebasan, kebenaran, baik dan buruk, dan sekumpulan objek yang tak tampak
lainnya.
Menurut Hetzler, dengan pemahamannya manusia dapat mengembangkan dan hidup dalam
dunia abstrak berdasarkan pengalaman intelektual dunia etika, estetika, nilai, teknologi,
spiritual, dan pertimbangan sumber natural. Kata-kata bisa memuat arti abstraksi, seperti kata
elektrik, kehematan, waktu, ruang, pertimbangan, dan cita-cita yang tak mungkin dinyatakan
oleh gambar virtual.
Karena manusia adalah pemakai simbol dan dapat menciptakan dunia abstrak, manusia dapat
mengkhayal tujuan, cita-cita, moral dan nilai-nilai yang penting sebagai faktor motivasi
dalam tingkah laku manusia. Interaksi simbol menekankan pentingnya penciptaan bahasa
secara kreatif. Ini bisa dicapai melalui pikiran dengan simbol-simbol yang membuat setiap
individu dapat menciptakan dunianya (bidangnya) melebihi fisik, menghubungkan
interpretasi seseorang secara nyata dan menganggapi keunikan realitas. Karena kunci bahasa
yang ada tidak sebanyak simbol, menjadikan penandaan, pemanipulasian oleh orang yang
aktif, dan pendefinisian situasi sosial yang dihadapi menjadi sangat penting.
Setiap kalimat adalah tindakan kreatif. Untuk memanipulasi kata,kita perlu belajar dari
interksi sosial. Bahasa memperbolehkan manusia untuk melatih diri sendiri. Jadi,
berkomunikasi dengan diri sendiri adalah bentuk pemberian perintah, seperti kerjasama.
c. Konsep Diri (Self)
Bernard Metzler (1972:11) berpendapat bahwa semua yang datang kepada masyarakat terjadi
melalui interaksi.
1. Pribadi sebagai sosial
Pribadi seseorang menunjukkan sosialisasinya. Individu menjadi objek yang berbeda-beda
karena dalam berinteraksi dengan pihak lain, mereka turut pula menentukan kepribadian
orang lain.
Pada mulanya, individu tak sanggup membuat catatan antara diri dan
kehidupannya (McCall dan Simmons, 1966:207). George Herbert Mead menanggapi masalah
kepribadian sosial yang ada dalam pikiran pribadi masyarakat (1934:138-140). Individu
keluar dari kepribadiannya melalui suatu eksperimen dengan cara menjadi objek untuk
dirinya sendiri. Menurut Mead, melalui proses sosial, individu bisa mempengaruhi
pengalaman dirinya secara langsung atau tidak langsung.
Pribadi adalah objek sosial. Dalam arti, ia asli berasal dari sebuah objek yang ikut serta dan
kemudian diikuti yang lainnya melauli interaksi. Perkembangan kepribadian terjadi dalam
interaksi dan media lainnya, seperti kebanyakan objek sosial yang dibentuk melalui interaksi.
Kepribadian benar-benar merupakan suatu proses pengembangan diri. Berger (1963:106)
menyebutkan gambaran pribadi ini perasaan yang radikal dalam pribadi mudah luluh
dalam berbagai situasi. Manusia tidak sekedar makhluk sosial, tetapi juga makhluk yang
bertanggungjawab untuk membuka atau memperluas pengalaman hidupnya.
Apa yang dilihat dalam diri seseorang merupakan hasil interaksi dengan orang lain.
Kenyataannya, apa yang dilihat dalam diri sebagai objek merupakan hasil dan interaksi. Jadi,
sesungguhnya, setiap diri menjadi pribadi sebagai sosial. Styler mendeskripsikan pribadi
dengan kata objektivitas. Sosialisasi membuat kemungkinan bahwa individu, dalam
9
kenyataannya, dapat keluar dari pribadinya dan dapat melihat dirinya secara objektif, seperti
melihat objek lain secara menyeluruh dalam interaksi. Mead membuat kesimpulan yang amat
penting dalam hal kemampuan seseorang untuk keluar dari pribadinya seniri untuk
mengambil perspektif, yang dapat dilihat dalam gambaran perubahan pribadinya sejak kanakkanak melalui aturan lainnya.
2. Tingkat Pertumbuhan Pribadi
Pengertian utama dari alam pribadi-sosial dapat dipahami melalui 4 (empat) tahap. Tahap
utama digambarkan melalui cara kerja yang digagas oleh George Herbert Mead, sedangkan
yang terakhir digambarkan oleh Shibutani.
Mead menguraikan bahwa tahap pertama sebagai perbedaan antara sesuatu yang menjadi
imitasi dan yang asli dari objek sosial melalui pribadi untuk memiliki kalimat berarti. Semula
hanya meniru tetapi sebuah tindakan seseorang mulai ke arah pengertian untuk dapat saling
mempengaruhi dengan yang lainnya.
Galuh Prima Prakarsa (F1C012072)
Mead menunjukkan bahwa hal yang terpenting dari kepribadian itu membawa kepada
individu untuk mempengaruhi seseorang yang mungkin dihormati. Dengan siapa ia bisa
mengenal sesuatu. Hal terpenting lainnya adalah perbuatan teladan. Siapa yang memberikan
contoh (teladan), ia sendiri pula yang akan melakukan hal itu. Tegasnya, siapapun yang
dianggap lebih berarti ia akan menjadi sesuatu yang sangat penting.
Pandangan mereka terhadap tujuan sosial juga sangat penting. Bagi kami, masukan dan
terutama pandangan terhadap diri sendiri menjadi tujuan atau sasaran sosial. Kata sasaran
sosial yang dimaksud adalah mengakui bahwa tak seorangpun yang memiliki pengaruh
sama atau suasana yang rukun. Karena itu, supaya perilaku mengalami kemajuan, seseorang
harus memberikan sesuatu yang bernilai atau memberikan prioritas kepada suasana yang
lainnya yang lebih dipercayai. Ia harus menempati tingkat kepentingan yang tertinggi. Bagi
seorang anak, hal ini merupakan rangkaian kesatuan (Sytker 1959:115).
Hal lain yang lebih berarti adalah tanggungjawab kepada sesuatu hal yang timbul pada
dirinya. Seorang anak menjadi dirinya sendiri sebagai target utama karena ia melihat sesuatu
yang lain tanpa kesadaran bahwa ada hal lain yang lebih berarti. Alasan Mead menyebut
10
tingkat kedua ini sebagai tahap permainan karena seorang anak akan menanggung keadaan
sebenarnya dari sesuatu yang sangat penting. Pada tahap ini, seorang anak tidak mampu
melihat dirinya sendiri dari keadaan setiap orang secara serentak. Ia merupakan tujuan sosial,
dan setiap tabiat berasal dari diri sendiri. Tahap permainan berhubungan erat dengan
kenyataan bahwa peraturan peraturan kelompok tidak perlu ada karena anak memerlukan
pengawasan pada saat tertentu.
Tahap permainan merupakan sesuatu hal yang sangat individual. Ia sangat mempengaruhi
peraturan peraturan dalam kehidupan perorangan. Masa bermain, menurut Mead adalah
waktu ketika seorang anak memakai peranan anak anak lainnya seperti ayah, ibu, seseorang
yang penting, guru dan siapapun yang berperan di dunia ini seolah olah ia menjadi individu
yang diperankannya. Ketika ia memerankan peranan itu, seorang anak berperilaku terhadap
objek objek di dunia ini sesuai dengan perilakunya. Perannya menyangkut kelakuan
terhadap dirinya. Tingkatan ini merupakan permulaan dari posisi dirinya sebagai objek sosial.
Tingkatan ketiga adalah tingkatan bermain. Permainan menggambarkan sebuah organisasi
dan kebutuhan untuk menerima harapan yang lain secara serentak. Kerja sama dan kehidupan
kelompok membutuhkan pengenalan posisi (kedudukan) orang lan ketika berhubungan
dengan kelompok lain, tidak hanya perseorangan. Kerja sama ini menuntut kebudayaan dan
harapan kelompok.
Menurut Mead, orang dewasa adalah seseorang yang mampu menyatukan sesuatu yang lain
menjadi satu kesatuan yang lain. Diri menjadi diri sendiri yang tidak dapat dibagi bagi.
Kalaupun ia bisa berubah untuk saling mempengaruhi, tetapi ia tidak berubah secara radikal.
Seorang anak akan mengumpulkan orang lain dalam dunianya utnuk menjadi satu kesatuan
yang biasa disebut dengan masyarakat. Diri sendiri dan masyarakat sama sama akan
menghabiskan waktu sehingga ia menjadi diri yang lain.
Diri sendiri menjadi sebuah objek yang tidak hanya ditandai oleh tahapan individual, tetapi
juga oleh tahapan permainan. Karena bermain mendahului permainan itu sendiri, sebuah
permainan mengharuskan adanya prosedur peraturan tersendiri. Seorang anak tidak hanya
memerankan anak lain seperti halnya dalam permainan, tetapi ia harus menerima berbagai
peran dari peserta lain dalam permainan dan mengatur perilakunya.
11
Perkembangan lainnya yang telah memasyarakat dan bersifat internasional akan mudah
dikenal oleh individu adalah peraturan masyarakat yang harapan harapannya menjadi milik
anak, termasuk definisi masyarakat yang semula diri sendiri berubah menjadi individu.
Dalam pengertian sosialisasi dapat disebutkan bahwa seseorang pernah berada di luar
individu, dan kemudian berubah menjadi bagian terdalamnya. Dalam hal ini, Meltzer
menekankan pentingnya pemahaman terhadap keberadaan sesuatu order yang umum. Setelah
mencapai titik generalisasi, seseorang dapat menegaskan pada dirinya dengan cara yang
berorganisasi. Ia disebut taat asas (konsisten) jika ia dapat melihat dirinya dari titik pandang
yang konsisten. Gambaran masalah ini adalah seperti ungkapan Inggris berpakaian untuk
acara makan malam di belantara Afrika. Jadi, melalui generalisasi orang lain, seseorang bisa
dibebaskan dari tekanan tekanan ketakutan atas situasi berikutnya. Ia bisa berbuat dengan
sejumla kedisiplinan tertentu pada variabel situasi karena ia akan berubah melalui
seperangkat harapan dan batasan yang telah dipahaminya.
Shibutani (1995) menekankan perkembangan diri sendiri dengan mengatakan bahwa
seseorang dapat merasakan karakteristik terbesar dalam industri kita. Karakteristik ini biasa
disebut dengan masyarakat sosial. Seorang yang telah mempunyai banyak kelompok
referensi (orang lain atau masyarakat yang mempengaruhinya), ia membagi perspektif
(termasuk perspektif jati diri) menjadi beberapa bagian. Ia tidak mempunyai kesatuan yang
tergambar dalam konsepe orang lain yang dgeneralisasikan. Ia dikelompokkan kepada
perkembangannya bahwa kelompok acuan individu disegmentasikan yang pola pikir ini
sangat konsisten dengan definisi tatanan sosial. Objek sosial ditentukan oleh interaksi dan
proses perubahan interaksi sebagai manusia. Karena itu, kita berinteraksi dengan proses
perubahan dalam interaksi dengan manusia yang didefinisikan satu arah dengan keluarga,
orang sosial lainnya, lelaki dan perempuan.
William James menunjukkannya dengan sangat indah tentang tingkat perubahan pribadi
dalam konteks sosiologi yaitu sebagai berikut :
Tingkat Perbedaan
Tingkat Persiapan
Tingkat Permainan
12
Seseorang yang mempunyai jati diri sebenarnya sama dengan individu yang mengakui
keberadaannya dalam berinteraksi melalui salah satu cerita. Pada prakteknya, dapat
dinyatakan bahwa ia mempunyai banyak menandirian sosial yang beragam karena ada
kelompok kelompok orang yang berbeda yang bergantung pada pendapat yang menjadi
perhatiannya. Secara umum, ia menunjukkan diri kepada masyarakat masing masing
kelompok yang berbeda ini sebagai individu yang berbeda.
3. Mengkomunikasikan Jati Diri Sosial
Ralph Turner (1958:94) memberikan pandangan yang sangat menarik tentang jati diri, beliau
membedakan jati diri yang menentukan dunia berbagai sosial dan konsepsi diri agar tetap
bertahan. Turner menunjukkan bahwa keakuan yang nyata dan kemampuan bertahan
merupakan citra diri, sekaligus konsepsi dir. Berikut ini terdapat bagan yang menjelaskan
individu dalam arah interaksi :
Jati Diri
Keakuan
Konsep Diri
Pemahaman Sosial
Arah Interaksi
Konsep diri seseorang akan berubah lebih lambat karena adanya hambatan terhdap proses
penyesuaian diru. Ia jatuh pada kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh individu.
Sementara itu, konsepsi diri diuji dan didukung di dalam berbagai situasi dan interaksi.
Konsep diri seseorang merupakan salah satu unsur kunci dalam upaya memahami objek
sosial. Ia merupakan produk interaksi, sekaligus menjadi penentu bagi arah interaksi yang
dibangun (Turner, 1968:199). Boleh jadi, cara yang terbentuk untuk mengonsepsi sosial
adalah konsep diri yang konsisten dengan bentuk lainnya yang umum dan serangkaian kesan
13
diri yang masing masing merupakan bagian dari dunia sosial. Bagian bagian itu pun
membawa atau mengubah konsepsi diri.
Pada tingkatan ini, saat individu mencapai tingkat acuan seperti pendapat jati diri sosial yang
konsisten dan berhubungan dengan kelainan yang digeneralisasikan, tetapi juga penggandaan
dari diri sosial yang masing masing berhubungan pada salah satu di dunia sosial individu.
Individu, sebagai seorang dewasa akan menentukan diri sebagai objek sosial di tingkat
manapun dalam hubungan dengan miliknya. Pada intinya, tingkatan ini mencakup pada dua
unsur yaitu :
1. Kelainan yang berarti hidup atau mati, khayal atau nyata, masa lalu atau masa
kini, secara fisik atau abstrak.
2. Kelompok acuan, hidup atau mati, dari masa lalu atau masa kini dan dapat
dihasilkan secara fisik atau secara abstrak.
Kemandirian bergantung pada kedua hal itu. Individu juga bergantung pada lingkungan
sosial. Kemandirian sosial digeneralisasikan dari semua perspektif dan serangkaian dunia
sosial yang penting dari tiruan yang berbeda. Misal, sifat sosial dari diri individu dan
kelompoknya. Contohnya Presiden Indonesia, Pak SBY yang digambarkan dengan berbagai
individu dan kelompok. Tegasnya, perspektif siapapun yang diasumsikan dalam definisi yang
akrab dengannya.
Dian Titi Widiarsih (F1C012012)
d. Pentingnya Diri
Komunikasi adalah salah satu fungsi utama dari diri untuk melayani objek interaksi simbolis.
Ketika individu berkomunikasi dengan dirinya, ia menjadi subjek sekaligus objek dalam
komunikasi itu. Karena manusia sanggup berfikir, menunjukkan bahwa manusia bisa
menerima, menerjemahkan situasi, dan berkomunikasi dengan manusia lain. Pemilihan diri
belum tentu menyimpulkan bahwa manusia memiliki mekanisme interaksi diri dengan dunia
luas agar dapat diterima.
Berkaitan dengan mekanisme yang digunakan dalam membentuk dan mengendalikan
perilaku (1966: 535), Mead menggarisbawahi bahwa masalah ini terkait dengan kognitif. Ia
berada dalam percakapan internal dari isyarat-isyarat yang mengungkapkan pola berpikir atau
14
istilah yang merumuskan pikiran dan refleksi (1934:173). Berpikir adalah berbicara terhadap
diri sendiri, mengikhtisarkan, merefleksikan, dan menyelenggarakan pembicaraan seseorang
dengan orang lain.
Komunikasi efektif dengan orang lain dapat terjadi dalam arti yang lebih luas (lebih dari satu
makna). Orang yang mengkomunikasikan pengertian kepada orang lain, sedangkan orang
yang diajak berkomuunikasi itu menerima, menurut pandangan Mead hanyalah manusia yang
dapat menyadari dirinya. Ia juga memahami tujuan yang jelas untuk mewakili dirinya yang
ingin disampaikan kepada orang lain.
1. Analisis situasi
Individu harus menganalisis setiap situasi agar mengetahui untuk apa dan dalam rangka apa
perbuatan itu dilakukan. Seorang individu harus terus berusaha untuk menganalisis setiap
situasi dan hubungannya dengan dirinya. Inilah dasar perbandingan untuk dapat memahami
individu lain dan pengaruh penafsiran individu lain kepada kita. Kita akan memperlakukan
individu lain berdasarkan cara kita membayangkan tingkah laku individu itu yang mungkin
mempengaruhi kita. Kesendirian menjadi dasar perseorangan dalam membuat pemikiran dan
perbuatan terhadap banyak objek lainnya dalam segala situasi (Hickman dan Kuhn, 1956:
43).
Kesendirian membuka peluang kepada kita untuk memeriksa situasi tertentu dan caranya
mempengaruhi kita. Kesendirian juga mengajak seseorang untuk menentukan jenis perilaku
yang boleh diambil secara imajinatif, mengetes untuk mengajukan aksi pertama dan
pengaruhnya atas diri yang objeknya diketahui sebagai sesuatu yang terbaik. Ketika terlibat
dalam percakapan, sebenarnya kita terlibat aktif dalam sebuah interaksi antara kesendirian
yang berusaha menaksir penilaian orang lain terhadap kita dan cara kita bertingkah laku ktika
berhubungan dengan orang lain.
2. Pengarahan dan Pengontrolan Diri
Diri dalam arti ini adalah objek yang diarahkan, diawasi, dan dipengaruhi. Objek-objek luar
diri dimanipulasi oleh kita dan juga digerakkan oleh milik kita sendiri. Individu memiliki
kesendirian merupakan sesuatu yang penting. Karena individu berkempuan untuk
15
memerintah, mengontrol, dan mengatur sendiri, berarti diri itu berkemampuan untuk
mengarahkan dan mengontrol dirinya.
Individu dalam pengertian ini tidak secara pasti menjawab perintah-perintah, tetapi ia mampu
menahan aksi, mempertimbangkan kehendaknya yang ragu-ragu. Ia juga bertindak secara
agresif. Upaya untuk mengubah cara perbuatan dalam rangka mengatur seseorang merupakan
upaya membujuk seseorang dan memberikan perintah kepadanya, mengontrol diri, dan
mengarahkan dirinya. Jadi, keindividuan, kebebasan, ketidakpatuhan, dan kerjasama
bergantung pada pengarahan dan pengontrolan diri.
Kita mengarahkan tindakan diri sesuai dengan perspektif yang diambil dalam situasi yang
dihadapi, termasuk siapa saja yang terlibat dalam dan di luar situasi ini. Kita tidak bebas
unuk mengatur dan mengontrol diri dalam pengertian yang komplit karena kita rela
dibimbing oleh perspektif orang lain. Bimbingan ini digunakan untuk menentukan tindakan
yang benar, cocok, dan rasional yang sangat bergantung pada perspektif penting individu
lainnya, serta menyamaratakan orang lain dan referensi kelompok.
Mead menjelaskan bahwa diri dan masyarakat merupakan dua sisi dari poin yang sama. Ia
menunjukkan perspektif masyarakat menjadi perspektif individu. Karena itu generalisasi dan
penyamarataan terhadap individu lain menjadi standar individu yang digunakan untuk
mengontrol perbuatannya. Seorang individu, secara umum menggunakan perspektif bukan
untuk menentukan jawaban, tetapi untuk berbicara dengan dirinya, mencari bimbingan dan
pengaturan diri.
Kualitas diri berhubungan erat dengan kemampuan manusia untuk memecahkan masalahmasalahnya. Kita dapat berhubungan dengan masalah yang dihadapi melalui pengaturan dan
pengulangan diri. Kita bekerja sesuai dengan nilai-nilai yang dipercayai (kebebasan,
kecantikan, atau pengumpulan teman atau orang). Kita bekerja karena kita dapat mengatur
tindakan melalui pengarahan diri. Individu dapat mengarahkan dirinya dalam situasi-situasi
yang menjadi prasyarat bagi kebebasan dirinya.
Seseorang yang tidak dapat membentuk objek yang perseptual tentang dirinya, tetaplah
menjadi seorang makhluk yang bersuara hati. Ia tidak dapat mengecek diri secara efektif,
tanpa dapat mengantisipasi apa yang ia lakukan. Dalam hal ini, tidak akan ada batasan
16
17
Karakter adalah apa yang kita lakukan dan perbuat. Perbuatan itulah yang menunjukan siapa
kita (identitas). Identitas adalah tanda yang digunakan oleh orang lain. Dengan berinteraksi
dengan orang lain maka akan belajar dari orang lain siapa diri kita, memperkenalkan kepada
orang lain. Selain itu kita dapat mengidentifikasi diri kita sesuai keinginan kita.
Haekman & kuhn menjabarkn pandangannya tentang diri pada Twenty Statements Test(TST),
menurutnya tidak ada yang bersifat mistik tentang diri karena ia mengandung attitude
individual terhadap benda.
Richard Brooks menggunakan TST untuk mengukur salah satu variabel dalam studi tentang
tingkatan kepada siapa, salah satu variabelnya yaitu institusi sosial dalam masyarakat. Brooks
bermaksud untuk memisahkan ekstrimisme politik dslsm masyarakat.
Candra Darmawan (F1C012070)
Interkasi
Self
Mind
Simbol
18
Mind adalah tindakan yang menggunakan symbol-simbol secara langsung. Symbol-simbol itu
diarahkan kepada konsep self. Masyarakat yang member peluang terhadap pemakaian alat
atau sarana untuk mewujudkan tindakan sebaiknya melalaui self dan symbol-simbol itu.
Mind lebih tepat dipahami sebagai interaksi simbolis dengan self. Aktivitas simbolis dari
organism langsung yang diarahkan kepada diri sendiri. Aktivitas komunikasi pun dilakukan
melalui konsep self yangb memanipulasi symbol-simbol itu. Mead menjelaskan bahwa upaya
memanipulasi symbol dilakukan, misalnya, melalui tahap pembicaraan yang biasa disebut
kecakapan respon terhadap sesuatu. Interasksi dikatakan simbolis-aktif karena ada upaya
manusia untuk memanipulasi symbol secara nyata yang terlihat pada diri sendiri.
Misalnya kita berpikir tentang diri sendiri, kita member kesan tentang apa yang kita pikirkan,
atau kita berbicara tentang diri sendiri. Menurut Blumer, kita bertindak dalam arahan mind
karena mind merupakan tindakan nyata. Kata Trover, masyarakat berinterkasi social dengan
memanfaatkan kerja otak atau mind yang sehat.
Setiap interaksi terlihat cara orang memanipulasi dan menghubungkan self, mindm self, dan
upaya memanipulasi symbol. Ini juga terjadi dalam proses komunikasi melalui munculnya
aktivitas manusia dengan memanipulasi kata dan pikiran untuk menghasilkan sesuatu.
2. Aktivitas Mind Mununjukan Diri
Selain individu biasanya mengidentifikasikan diri, antara lain, melalui aktivitas berpikir yang
diarahkan pada situasi tertentu. Aktivitas mind membuat kita berupaya menentukan pilihan
dan mengambil keputusan untuk berbuat sesuatu sesuai dengan pilihan objeknya atau
orangnya. Dengan kata lain, kita sebenarnya mentransformasikan dunia yang sedang
dipikirkan yang berusaha menginterpretasikan objek dan memberinya makna tertentu untuk
digunakan pada waktunya dalam tindakan kita.
Kita tidak mengatakan sesuatu hanya pada diri sendiri karena selalu berada dalam konteks
dengan sesame. Situasi social harus diartikan bahwa orang lain pun memberikan makna
dan arti tertentu bagi tindakan kita karean mereka juga memberikan interpretasi. Jadi, katakata mereka, tindakan, maksud, dan dorongan menunjukan karakter mereka pada masa lalu.
Mind dan self adalah aktivitas yang dimungkinkan terjadi karena adanya self.
19
Dari sini, setiap orang berusaha membuat indikasi dari self-nya mengenai objek dalam
lingkungan, termasuk orang lain atau objek nonmanusia. Di sisi lain, indikasi dari self itu
dikaitkan dengan self, termasuk keputusan pribadi, analisis pribadi, arah dan control diri,
serta identitas diri.
Aktivitas mind sebenarnya, terjadi saat seseorang menghadapi masalah. Saat itu, semua ide
muncul seolah-olah tidak disengaja, namun disadari. Kesadaran, menurut Mead, muncul
ketika ada masalah yang secara tidak disengaja seseorang menyesuaikan diri dengan
dunianya. Ia mencoba untuk keluar dari masalah yang dihadapinya. Sebenatnya setiap
kegiatan mind berusaha untuk memecahkan masalah baik untuk self maupun orang lain. Hal
ini juga dipakai dalam komunikasi dengan menggunakan symbol-simbol yang dilaksanakan
dengan kesadaran diri.
20
KESIMPULAN
A. Simbol
Simbol adalah kelas dari objek social. Beberapa objek social berbentuk symbol,
sebagianlagi tidak berbentuk symbol. Seperti halnya objek social, symbol
merupakan kegunaan (usefull) dan juga sebuah definisi sesuai kegunaannya.
Symbol berguna untuk menggambarkan sesuatu.
Alangkah pentingnya makna symbol dalam komunikasi bagi seseorang dan bagi
orang lain (Mead, 1934: 49). Seseorang menggunakan lambang atau symbol untuk
memberikan pengertian kepada orang lain. Karena itu, symbol bukan sesuatu yang
sangat individual. Symbol justru sangat alami, social, dan memiliki banyak
arti.simbol mengartikan pelaku untuk melakukan purposively yang ditujukan
artinya kepada orang lain.
Simbol dapat berupa objek fisik, kegiatan manusia, atau kata-kata lain. Symbol
juga dapat berupa pengertian konvensional dan sebuah ringkasan. Tanpa kata-kata
(bahasa), symbol yang lain tidak akan pernah ada atau muncul dan eksis. Semua
aksi simbolis dan semua objek yang dibuat simbolis ditetapkan dengan
menggunakan kata-kata. Kata sebagai jenis symbol dalam kenyataannya
merupakan jenis paling penting dalam membuat berbagai kemungkinan bagi yang
lain.
B. Diri (Self)
21
1. Konsepsi diri
Kunci individu untuk dapat memahami fenomena sosial yang ada, sekaligus
juga menentukan arah interaksi yang tercipta dari konsepsi diri tersebut.dan
sebaliknya pemahaman atas fenomena sosial juga dapat mengubah konspesi
diri kitaDalam menciptakan atau mengubah konsep diri seorang individu
mempunyai acuan dasar bagaimana ia akan bertingkah laku atau berinteraksi.
Dari proses itulah kemudian individu mempunyai perspektif atau sudut
pandangnya untuk kemudian individu itu mendifinisikan dirinya berdasarkan
perspektifnya barulah tercipta konsep diri individu tersebut
2. Pentingnya Diri
Komunikasi adalah salah satu fungsi utama dari diri untuk melayani obyek
interaksi simbolis. Ketika individu berkomunikasi dengan dirinya, ia
menjadi subyek sekaligus obyek. Karena manusia sanggup berpikir,
menunjukkan bahwa manusia bisa menerima, menerjemahkan situasi, dan
berkomunikasi dengan manusia lain.
Berkaitan dengan mekanisme yang digunakan dalam membentuk dan
mengendalikan perilaku (1966: 535), Mead menggarisbawahi bahwa
berkomunikasi dengan diri sendiri terkait dengan kognitif. Ia berada dalam
percakapan internal dari isyarat isyarat yang mengungkapkan pola berpikir
(1934: 173). Berpikir adalah berbicara terhadap diri sendiri, merefleksikan,
dan menyelenggarakan pembicaraan pembicaraan seseorang dengan orang
lain.
3. Penilaian Diri
Setiap orang pasti berpikiran tentang siapa dirinya. Bagaimana penilaian atau
citra diri mereka. Sebutan seperti seorang yang hemat, rajin, cantik, dan
semacamnya termasuk juga dalam kategori citra diri. Diri sebagai objek
adalah sesuatu yang dinilai,dievaluasi, disukai, atau dipilih. Charles Clooney
menekankan aspek diri dan penilaiannya ibarat melihat diri melalui kaca. Kita
melihat watak, badan, dan pakaian di dalam cermin. Cermin itu sendiri
merupakan perumpamaan dari orang lain. Bagaimana orang lain memandang
kita merupakan sesuatu yang kita percayai sebagai diri kita. Kita merasa di
dalam pikiran orang lain. Semua khayalan itu mempunyai tiga elemen utama
yakni imajinasi penampilan diri di hadapan orang lain, penilaian tentang
penampilan, dan perasaan diri seperti bangga atau malu (1970: 84).
C. Pikiran Manusia (Mind)
22
23