Professional Documents
Culture Documents
Bahkan, perjalanan yang dicapai Ibnu Battuta itu mampu melewati rekor
perjalanan yang ditorehkan Marco Polo. Ibnu Battuta menuliskan
pengalaman perjalanannya dengan luar biasa. Ia menorehkan kisah
perjalanannya meliputi aspek geografi, politik, kepribadian, sejarah, alam,
serta adat lokal setempat.
Baru pada awal tahun 1800, bukunya dipublikasikan di Jerman dan Inggris
berdasarkan sebuah manuskrip yang ditemukan di Timur Tengah yang
berisi dengan versi Rihla karangan Ibn Juzayy dalam bahasa Arab dalam
bentuk karangan pendek.
Pada 1853, mereka menerbitkan seri dari empat jilid berisi teks arab,
catatan ekstensif dan sebuah terjemahan ke dalam bahasa Prancis. Hasil
penerjemahan Defremery dan Sanguinetti dicetak dalam teks sekarang
dan diterjemahkan ke banyak bahasa lainnya. Berkat Rihla, Ibnu Battuta
menjadi tokoh terkenal hingga saat ini.
Rohla terdiri dari 13 bab. Setiap bab mengisahkan perjalanan Ibnu Batutta.
Bab pertama dimulai kisah perjalanannya dari Maroko melintasi Afrika
Utara dan petualangannya di Mesir tahun 1326. Bab kedua, menceritakan
petualangannya ke Suriah dan Palestina serta perngalamannya
menunaikan Haji pada 1326.
Bab keenam, diisi dengan kisah perjalanannya ke Asia Selatan. Pada bab
ketujuh, ia menuturkan tentang pengalamannya dengan penguasa Dinasti
Islam di Delhi, India pada 1334 – 1341. Pada bab delapan, ia
mengisahkan keberhasilannya meloloskan diri dari Delhi dan sampai di
Srilanka pada 1342. Pada 1345-1346, Ibnu Batutta dalam bab kesemnilan
Rihla mengisahkan perjalannya ke Cina dan Nusantara.
Sebagai seorang pemuda sekaligus pelajar yang sangat berbakat, dia juga
telah menyelesaikan studinya di sekolah Sunni Maliki yang mengajarkan
perihal hukum Islam yang dominan di Afrika Utara, pada saat itu.
PadaJuni 1325, ketika Ibnu Battuta genap berusia dua puluh satu tahun,
dia melakukan perjalanan dari kota kelahirannya dengan tujuan pergi
melaksanakan ibadah haji menuju ke Tanah Suci Makkah. Perjalanan
tersebut berlangsung selama 16 bulan, tetapi dia rupanya tidakmelihat
Maroko selama 24 tahun.
Perjalanan Ibnu Battuta menuju Mekah dilakukan melalui jalan darat. Dia
berjalan menyusuri pantai Afrika Utara, lalu menyeberangi wilayah
kekuasaan Kesultanan Abd al-Wadid dan Hafsid. Rutenya melewati
Tlemcen, Bejaia dan kemudian ke Tunisia di mana dia tinggal di wilayah
tersebut selama dua bulan.
Pada awal musim semi 1326, setelah Ibnu Battuta melakukan perjalanan
sejauh lebih dari 3.500 km, dia mengunjungi Pelabuhan Iskandariyah,
yang merupakan bagian dari Kerajaan Mamluk Bahri. Dia menghabiskan
beberapa pekan mengunjungi situs-situs yang terdapat di wilayah tersebut
dan kemudian menuju pedalaman wilayah tersebut.
Lalu dia menuju Kairo, kota penting yang besar dan ibukota Dinasti
Mamluk, di Kairo dia tinggal selama sekitar sebulan. Dalam wilayah
Mamluk, perjalanan relatif aman. Secara umum, terdapat tiga rute umum
yang biasanya digunakan dari Kairo menuju ke Makkah. Ibnu Battuta
memilih rute perjalanan ke Nil, kemudian ke timur lewat darat ke
pelabuhan Laut Merah Aydhab.