You are on page 1of 5

IBNU BATTUTA

bnu Battuta menghabiskan waktu hingga 30 tahun untuk berpetualang


dari satu negeri ke negeri lainnya. Hampir seluruh dunia telah
dijelajahinya, meliputi; Afrika Utara, Afrika Barat, Eropa Selatan, Eropa
Utara, Timur Tengah, Benua Hindia, India, Asia Tengah, juga Cina.

Bahkan, perjalanan yang dicapai Ibnu Battuta itu mampu melewati rekor
perjalanan yang ditorehkan Marco Polo. Ibnu Battuta menuliskan
pengalaman perjalanannya dengan luar biasa. Ia menorehkan kisah
perjalanannya meliputi aspek geografi, politik, kepribadian, sejarah, alam,
serta adat lokal setempat.

Pada zaman dulu, orang-orang melakukan perjalanan hanya untuk


membuat peta sebagai penunjuk rute terbaik naik haji. Namun Ibn Battuta
melakukan perjalanan bukan hanya untuk membuat rute naik haji saja. Hal
ini yang menyebabkan konteks perjalanan yang dilaluinya menjadi lebih
luas.

Rihla sendiri bisa dibilang merupakan buku berisi ingatan tentang


perjalanan Ibnu Battuta, karena sejumlah catatan sejarah menyebutkan
bahwa dia tidak pernah mengeluarkan catatannya selama melakukan
perjalanan. Bahkan yang meminta Ibnu Battuta untuk menuangkan
pengalamannya itu ke dalam sebuah buku justru Sultan Marinid Fez.

Sang sultan menilai perjalanan Ibnu Battuta mengandung begitu banyak


kisah dan pengalaman berharga yang patut dijadikan pelajaran. Buku
Rihla bisa disebut sebagai sejarah oral, karena Ibnu Battuta dalam
menuangkan pengalamannya dalam buku itu dengan cara
mendiktekannya kepada penyair yang bekerja di Kerajaan Sultan Marinid
Fez.

Dia mendiktekan pengalaman yang ditempuhnya selama 30 tahun itu


dalam waktu dua tahun lebih, hingga akhirnya menjadi sebuah buku yang
utuh. Ibnu Juzayy merupakan seorang penulis yang memberikan petunjuk
penulisan Rihla dan juga yang mengedit buku tersebut. Ibnu Juzzay
dengan gayanya berupaya menjadikan Rihla sebagai sebuah buku
berkualitas yang mudah dipahami pembacanya.

Sejumlah orientalis di negara-negara Barat memang agak meragukan


sejumlah tempat yang benar-benar dikunjungi oleh Ibnu Battuta, seperti
perjalanannya menuju Sungai Volga, dari New Sarai ke Bulgaria,
perjalanannya ke Sana'a di Yaman, perjalanannya dari Balkh ke Bistam di
Khurasan, perjalanannya berkeliling Anatolia, serta petualangannyake
Cina. Meskipun sejumlah orientalis Barat menganggap beberapa cerita itu
adalah fiksi, tetapi Rihla memberikan banyak keterangan penting berbagai
tempat pada abad ke-14.

Ibnu Battuta dalam mengadakan perjalanan ke tempat-tempat yang


dilaluinya mengalami beberapa kali gegar buadaya atau culture shock.
Alasannya, budaya lokal setempat sungguh jauh berbeda dengan latar
belakang dirinya yang cenderung menganut Islam ortodoks.

Saat bertemu dengan orang-orang Turki dan Mongolia yang berubah


menjadi Islam, dia sangat terpesona dengan cara perempuan dari kedua
etnis itu dalam bertingkah laku. Menurutnya mereka sopan sekali. Namun
dia terlihat begitu terkejut waktu melihat perempuan di salah satu wilayah
Afrika di sekitar gurun Sahara dan perempuan di pulau Maldives yang
memakai pakaian yang begitu terbuka.

Dalam perjalanannya, Ibnu Battuta juga sering mendapatkan berbagai


macam hadiah karena status sosialnya yang dianggap tinggi olah para
penguasa di wilayah yang dikunjunginya. Selama berabad-abad, bukunya
menimbulkan keragu-raguan.

Baru pada awal tahun 1800, bukunya dipublikasikan di Jerman dan Inggris
berdasarkan sebuah manuskrip yang ditemukan di Timur Tengah yang
berisi dengan versi Rihla karangan Ibn Juzayy dalam bahasa Arab dalam
bentuk karangan pendek.

Ketika tentara Prancis menyerang Aljazair pada 1830, mereka juga


menemukan lima buah manuskrip di Konstantin yang berisi versi
menyeluruh dari buku Rihla. Lalu naskah-naskah tentang Rihla tersebut
dibawa ke Bibliotheque Nationale di Paris dan dipelajari sarjana Perancis,
Charles Defremery dan Beniamino Sanguinetti.

Pada 1853, mereka menerbitkan seri dari empat jilid berisi teks arab,
catatan ekstensif dan sebuah terjemahan ke dalam bahasa Prancis. Hasil
penerjemahan Defremery dan Sanguinetti dicetak dalam teks sekarang
dan diterjemahkan ke banyak bahasa lainnya. Berkat Rihla, Ibnu Battuta
menjadi tokoh terkenal hingga saat ini.

Rohla terdiri dari 13 bab. Setiap bab mengisahkan perjalanan Ibnu Batutta.
Bab pertama dimulai kisah perjalanannya dari Maroko melintasi Afrika
Utara dan petualangannya di Mesir tahun 1326. Bab kedua, menceritakan
petualangannya ke Suriah dan Palestina serta perngalamannya
menunaikan Haji pada 1326.

Dalam bab ketiga, Ibnu Batutta menyampaikan pengalamannya


menjelajahi Persia dan Irak pada 1327. Pengalamannya menyusuri
Lautan Arab dan Afrika Timur selama dua tahun, dari 1328 – 1330
dituangkannya dalam bab empat. Pada bab kelima, ia berkisah tentang
pengalamannya di Anatolia (Turki) pada 1330 hingga 1331.

Bab keenam, diisi dengan kisah perjalanannya ke Asia Selatan. Pada bab
ketujuh, ia menuturkan tentang pengalamannya dengan penguasa Dinasti
Islam di Delhi, India pada 1334 – 1341. Pada bab delapan, ia
mengisahkan keberhasilannya meloloskan diri dari Delhi dan sampai di
Srilanka pada 1342. Pada 1345-1346, Ibnu Batutta dalam bab kesemnilan
Rihla mengisahkan perjalannya ke Cina dan Nusantara.

Pada bab kesepuluh, ia memaparkan perjalannya kembali ke kampung


halamannya di Maroko. Pengalamannya pada 1349 hingga 1350,
dituliskan dalam bab sebelas tentang perjalanannya ke Andalusia. Pada
bab ke-12, dia berkisah tentang petualangannya ke Afrika Barat.
Sedangkan, pada bab ketigabelas mengisahkan tentang proses penulisan
Rihla.

Jejak Sang Petualang

Ibnu Battuta adalah seorang petualang yang terkenal dengan berbagai


macam kisah perjalanannya mengelilingi dunia. Dia dilahirkan pada
sebuah keluarga sarjana Hukum Islam di Tangier, Maroko, pada 25
Februari 1304. Saat itu, Maroko dikuasai kekuasan Dinasti Marinid.

Sebagai seorang pemuda sekaligus pelajar yang sangat berbakat, dia juga
telah menyelesaikan studinya di sekolah Sunni Maliki yang mengajarkan
perihal hukum Islam yang dominan di Afrika Utara, pada saat itu.
PadaJuni 1325, ketika Ibnu Battuta genap berusia dua puluh satu tahun,
dia melakukan perjalanan dari kota kelahirannya dengan tujuan pergi
melaksanakan ibadah haji menuju ke Tanah Suci Makkah. Perjalanan
tersebut berlangsung selama 16 bulan, tetapi dia rupanya tidakmelihat
Maroko selama 24 tahun.

Perjalanan Ibnu Battuta menuju Mekah dilakukan melalui jalan darat. Dia
berjalan menyusuri pantai Afrika Utara, lalu menyeberangi wilayah
kekuasaan Kesultanan Abd al-Wadid dan Hafsid. Rutenya melewati
Tlemcen, Bejaia dan kemudian ke Tunisia di mana dia tinggal di wilayah
tersebut selama dua bulan.

Guna menghindari berbagai macam risiko kejahatan seperti diserang para


perampok, dia memilih untuk melakukan perjalanan dengan sebuah
kafilah. Sehingga banyak orang yang ikut menemani perjalanannya. Di
Sfax, Ibnu Battuta menikah untuk yang pertama kalinya dari beberapa kali
pernikahan yang dilakukannya dalam perjalanan yang panjang.

Pada awal musim semi 1326, setelah Ibnu Battuta melakukan perjalanan
sejauh lebih dari 3.500 km, dia mengunjungi Pelabuhan Iskandariyah,
yang merupakan bagian dari Kerajaan Mamluk Bahri. Dia menghabiskan
beberapa pekan mengunjungi situs-situs yang terdapat di wilayah tersebut
dan kemudian menuju pedalaman wilayah tersebut.

Lalu dia menuju Kairo, kota penting yang besar dan ibukota Dinasti
Mamluk, di Kairo dia tinggal selama sekitar sebulan. Dalam wilayah
Mamluk, perjalanan relatif aman. Secara umum, terdapat tiga rute umum
yang biasanya digunakan dari Kairo menuju ke Makkah. Ibnu Battuta
memilih rute perjalanan ke Nil, kemudian ke timur lewat darat ke
pelabuhan Laut Merah Aydhab.

Namun, ketika mendekati kota, ia dipaksa untuk kembali ke Kairo karena


pemberontakan lokal. Kembali ke Kairo, dia mengambil rute lain menuju
Makkah. Dia juga menuju Damaskus dan bertemu dengan seorang laki-
laki suci selama perjalanan pertamanya. Dia mengatakan, Ibnu Battuta
hanya akan mencapai Makkah, setelah melakukan perjalanan melalui
Suriah.

Lantaran melalui Suriah, dia bisa mengunjungi tempat-tempat suci


sepanjang rute Hebron, Yerusalem, dan Betlehem. Dinasti Mamluk juga
memastikan keamanan perjalan bagi orang-orang yang naik haji. Ibnu
Battuta menghabiskan bulan Ramadan di Damaskus, lalu bergabung
dengan kafilah perjalanan dari Damaskus ke Madinah, tempat pemakaman
Nabi Muhammad.

Setelah empat hari, dia melanjutkan perjalanan ke Makkah. Di sana ia


menyelesaikan ritual ibadah haji. Setelah itu dia memutuskan pulang ke
tanah kelahirannya. Setelah Ibn Battuta menyelesaikan buku Rihla pada
tahun 1355, dia diangkat menjadi hakim di Maroko. Lalu dia meninggal di
Maroko pada 1368.
Posted by Pembelajar Sejati at 9:19 PM

You might also like