You are on page 1of 22

ETIKA , PROFESI DAN PROFESIONALISME

( TSI )

Oleh

SUGIANTO
19111161
4 KA 42

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI


UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karuniaNya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Semoga makalah ini dapat di
pergunakan sebagai acuan atau petunjuk bagi pembaca dalam memahami arti dari
etika,profesi dan profesionalisme.
Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulisan makalah ini.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di
karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan.

Jakarta , Oktober 2014

Penyusun

DAFTAR ISI


KataPengantar... i
Daftar Isi .. ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Pekerjaan Bidang Teknologi Informasi (TI).. 1
1.2 Bidang TI Sebagai Profesi2
BAB II : ETIKA PROFESI
2.1.1 Pengertian Profesi.. 4
2.1.2 Profesionalisme. 6
2.1.3 Ciri Khas Profesi7
2.1.4 Tujuan Kode Etika Profesi.... 8
2.1.5 Sifat Kode Etik Profesional... 8
2.1.6 Prinsip-Prinsip Etika Profesi.. 9
BAB III : ETIKA PROFESI DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI
3.1.1 Sejarah Etika Komputer................... 10
3.1.2 Isu-Isu Pokok Etika Komputer.... 13
BAB IV : PENUTUP
4.1.1 Kesimpulan... 16
4.1.2 Saran. 16
DAFTAR PUSTAKA .. 17

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Gambaran Umum Pekerjaan Bidang Teknologi Informasi (TI)
Secara umum, pekerjaan di bidang TI terbagi dalam 4 kelompok, yakni:
1. Mereka yang bergelut di dunia perangkat lunak (software), baik mereka yang
merancang sistem operasi database maupun sistem aplikasi. Pada kelompok ini
terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti:
- Analysis System, bertugas menganalisa sistem yang hendak diimplementasikan, mulai dari
analisa proses dan alur sistem, kelebihan dan kekurangannya, studi kelayakan dan desain
sistem yang akan dikembangkan, dan lainnya.
- Programmer, bertugas mengimplementasikan rancangan sistem analis, yaitu membuat
program (baik aplikasi maupun sistem operasi).
- Web Designer, bertugas melakukan perencanaan, termasuk studi kelayakan, analisis dan
desain suatu proyek pembuatan aplikasi berbasis web.
- Web Programmer, bertugas mengimplementasikan rancangan web designer, yaitu membuat
program berbasis web sesuai dengan desain yang telah dirancang sebelumnya.
2. Mereka yang bergelut di bidang perangkat keras (hardware). Pada lingkungan ini
terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti :
- Technical engineer, bertugtas dalam bidang teknik, baik dalam pemeliharaan maupun dalam
perbaikan perangkat komputer.
- Networking engineer, bertugas dalam bidang teknis jaringan komputer dari maintenance
sampai pada troubleshootingnya.

3. Mereka yang berkecimpung dalam operasional sistem informasi. Pada lingkungan ini
terdapat pekerjaan-pekerjaan seperti :
- Operator Electronic Data Processing (EDP), bertugas mengoperasikan program atau aplikasi
yang berhubungan dengan EDP dalam sebuah perusahaan atau organisasi.
- System administrator, menghandle administrasi dalam sebuah sistem, melakukan
pemeliharaan sistem, memiliki kewenangan mengatur hak akses terhadap sistem, serta hal-hal
yang berhubungan dengan pengaturan operasional dalam sebuah sistem.
- Management Information System (MIS) Director, memiliki wewenang paling tinggi dalam
sebuah sistem informasi, melakukan manajemen terhadap sisem tersebut secara keseluruhan
baik perangkat keras, perangkat lunak maupun sumber daya manusianya.
Mereka yang berkecimpung di pengembangan bisnis teknologi informasi. Pada bagian ini,
tugasnya diidentifikasikan dalam pengelompokan kerja di berbagai sektor industri teknologi
informasi
1.2. Bidang TI Sebagai Profesi
Untuk mengatakan apakah suatu pekerjaan termasuk profesi atau bukan, kriteria pekerjaan
tersebut harus diuji. Sebagai contoh, pekerjaan sebagai staf operator komputer (sekedar
mengoperasikan), tidak masuk dalam golongan profesi jika untuk bekerja sebagai staf
operator tersebut tidak membutuhkan latar belakang pendidikan tertentu.
Adapun pekerjaan software engineer dapat dikatakan sebagai sebuah profesi karena seseorang
yang bekerja sebagai software engineer haruslah berpengetahuan dan memiliki pengalaman
kerja di bidangnya. Julius Hermawan (2005), mencatat dua karakteristik yang harus dimiliki
oleh software engineer sehingga pekerjaan tersebut layak disebut sebuah profesi, yaitu :
1. Kompetensi
Tuntuan profesionalitas software engineer untuk memperdalam dan mengupgrade
pengetahuan dan keterampilannya sesuai tuntutan profesinya.
2

2. Tanggung jawab pribadi


Kesadaran untuk membebankan pekerjaannya sebagai tanggung jawab pribadi.Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara baik dan benar, seorang software engineer
perlu terus mengembangkan bidang ilmu dalam pengembangan perangkat lunak, seperti:
1. Bidang ilmu metodologi pengembangan perangkat lunak
2. Manajemen sumber daya
3. Mengelola kelompok kerja
4. Komunikasi

BAB II

ETIKA PROFESI
2.1.1. Pengertian Profesi
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan atau
tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa
profesi adalah jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial. Secara
tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan
kependetaan.Pengertian yang sampai saat ini dipahami di Indonesia adalah profesi bukan
semata-mata pekerjaan (okupasi), dan syarat profesional (orang yang melakukan profesi)
adalah:

Melalui pendidikan formal setara kesarjanaan (pendidikan di Universitas)

Mempunyai nilai-nilai (values) yang dipertaruhkan

Memiliki dan mengamalkan kode etik profesi

Mempunyai tujuan atau sasaran tertentu yakni demi kebaikan klien

Pengertian Profesionalisme, Profesional dan Profesi Profesionalisme adalah suatu paham yang
menginginkan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan
keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan ikrar (fateri/profiteri) untuk
menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian dan selalu siap memberikan
pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan (Wignjosoebroto, 1999).
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh
melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan khusus. Disamping itu, ada unsur
semangat pengabdian (panggilan profesi) dalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini
perlu ditekankan untuk membedakan dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan
mencari nafkah atau kekayaan materiil-duniawi.Nana Sudjana (1997) menjelaskan sepuluh
ciri suatu profesi:

1. Memiliki fungsi dan signifikasi sosial


2. Memiliki keahlian atau keterampilan tertentu
3. Keahlian atau keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah
4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas
5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup lama
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional
7. Memiliki kode etik
8. Kebebasan untuk memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup
kerjanya
9. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi
10. Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan profesinya.
Wignjosoebroto (1999) menjabarkan profesionalisme dalam tiga watak kerja yang merupakan
persyaratan dari setiap kegiatan profesional:
1. bahwa kerja seorang profesional itu beritikad merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil;
2. bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi kemahiran teknis yang berkualitas
tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan atau pelatihan yang panjang,
ekslusif dan berat;
3. bahwa kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral
harus menundukkan diri pada kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama
dalam sebuah organisasi profesi.
Ketiga watak kerja tersebut mencoba menempatkan kaum profesional (kelompok sosial
berkeahlian) untuk tetap mempertahankan idealisme.Kalau didalam pengamalan profesi yang
diberikan ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang diterimakan, maka hal itu semata
hanya sekedar tanda kehormatan (honour) demi tegaknya kehormatan profesi.
Siapakah kelompok sosial berkeahlian yang diklasifikasikan sebagai kaum profesional,
memiliki kesadaran kehormatan profesi dan statusnya yang sangat elitis itu?

Pada awal pertumbuhan paham profesionalisme, para dokter dan guru khususnya mereka
yang banyak bergelut dalam ruang lingkup kegiatan yang lazim dikerjakan oleh kaum dakwah
agama dengan jelas serta tanpa ragu memproklamirkan diri masuk kedalam golongan kaum
profesional. Kaum profesional (dokter, guru dan kemudian diikuti dengan banyak profesi
lainnya) terus berupaya menjejakkan nilai-nilai kebajikan yang mereka junjung tinggi dan
direalisasikan melalui keahlian serta kepakaran yang dikembangkan dengan berdasarkan
wawasan keunggulan.
Selain itu, kaum profesional secara sadar menghimpun dirinya dalam sebuah organisasi
profesi (cenderung dirancang secara eksklusif) yang memiliki visi dan misi untuk menjaga
tegaknya kehormatan profesi, mengontrol praktek-praktek pengamalan dan pengembangan
kualitas keahlian atau kepakaran, serta menjaga dipatuhinya kode etik profesi yang telah
disepakati bersama.Tujuan dicptakannya kode etik ialah agar para profesional memberikan
jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau customernya. Adanya kode etik akan melindungi
perbuatan yang tidak profesional.
Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik merupakan ketaatan naluriah yang telah
bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari
masing-masing orang bukan karena paksaan. Bila seorang profesional melanggar kode etiknya
maka profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri.Kode etik disusun oleh masingmasing organisasi profesi sehingga tiap profesi memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode
etik dokter, guru, pustakawan, pengacara, dan lainnya.
Pelanggaran kde etik tidak diadili pengadilan karena melanggar kode etik bukan selalu berarti
melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik
Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan
diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan.
2.1.2. Profesionalisme
Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh setiap profesional yang
baik. Ciri-ciri profesionalisme:

1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta kemahiran dalam
menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas yang
bersangkutan dengan bidangnya
2. Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam menganalisis suatu masalah dan
peka di dalam membaca situasi cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil
keputusan terbaik atas dasar kepekaan dalam bidangnya
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan mengantisipasi
perkembangan lingkungan yang terbentang di hadapannya
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan pribadi serta terbuka
menyimak dan menghargai pendapat orang lain, namun cermat dalam memilih yang
terbaik bagi diri dan perkembangan pribadinya
2.1.3.Ciri Khas Profesi
Menurut International Encyclopedia of Education, ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:
1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual yang terus berkembang
dan diperluas
2. Suatu teknik intelektual
3. Penerapan praktis dari teknik intelektual pada urusan praktis
4. Suatu periode panjang untuk pelatihan dan sertifikasi
5. Beberapa standar dan pernyataan tentang etika yang dapat diselenggarakan
6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi sendiri
7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu kelompok yang erat dengan kualitas
komunikasi yang tinggi antar anggotanya
8. Pengakuan sebagai profesi
9. Perhatian yang profesional terhadap penggunaan yang bertanggung jawab dari
pekerjaan profesi
10. Hubungan yang erat dengan profesi lain

2.1.4.Tujuan Kode Etika Profesi


Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan berbeda satu dengan yang
lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli
profesi tidaklah sama.Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang dituangkan
dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah:
1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung jawab terhadap klien,
institusi, dan masyarakat pada umumnya
2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam menentukan apa yang harus
mereka perbuat kalau mereka menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan
3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau nama dan fungsifungsi profesi dalam masyarakat melawan kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggotaanggota tertentu
4. Standar-standar etika mencerminkan pengharapan moral-moral dari komunitas, dengan
demikian standar-standar etika menjamin bahwa para anggota profesi akan menaati
kitab UU etika (kode etik) profesi dalam pelayanannya
5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan dan integritas atau
kejujuran dari tenaga ahli profesi
6. kode etik profesi adalah tidak sama dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli
profesi yang melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari induk
organisasi profesinya
2.1.5. Sifat Kode Etik Profesional
Kode etik adalah pernyataan cita-cita dan peraturan pelaksanaan pekerjaan (yang
membedakannya dari murni pribadi) dan merupakan pedoman yang dilaksanakan anggota
kelompok organisasi profesi. Kode etik dapat dikatakan sebagai ciri utama keberadaan sebuah
profesi. Sifat dan orientasi kode etik hendaknya singkat; sederhana, jelas dan konsisten;
masuk akal, dapat diterima, praktis dan dapat dilaksanakan; komprehensif dan lengkap; dan
positif dalam formulasinya.

Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada rekan, profesi, badan, klien atau pemakai,
negara dan masyarakat. Kode etik diciptakan untuk manfaat masyarakat dan bersifat di atas
ketamakan penghasilan, kekuasaan dan status. Etika yang berhubungan dengan klien
hendaknya jelas menyatakan kesetiaan pada badan yang mempekerjakan profesional.
2.1.6. Prinsip-Prinsip Etika Profesi
1. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
- Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi
haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri kebebasan
dalam menjalankan profesinya.

BAB III
ETIKA PROFESI
DALAM BIDANG TEKNOLOGI INFORMASI

3.1.1. Sejarah Etika Komputer


Sesuai awal penemuan teknologi komputer di era 1940-an, perkembangan etika TI di mulai
dari era tersebut. Secara bertahap, berkembang menjadi sebuah disiplin ilmu baru di masa
kini. Perkembangan tersebut akan dibagi menjadi beberapa tahap:
1. Era 1940-1950-an
Munculnya etika komputer sebagai sebuah bidang studi dimulai dari pekerjaan professor
Norbert Wiener. Selama perang dunia II (awal tahun 1940-an), professor dari MIT ini
membantu mengembangkan suatu meriam anti pesawat yang mampu menembak jatuh sebuah
pesawat tempur yang melintas diatasnya.
Tantangan universal dari proyek tersebut menyebabkan Wiener dan beberapa rekannya harus
memperhatikan sisi lain dari perkembangan teknologi, yaitu etika. Pada perkembangannya,
penelitian di bidang etika dan teknologi tersebut akhirnya menciptakan suatu bidang riset baru
yang disebut Cybernetics atau The science of information feedback systems. Konsep
cybernetics tersebut dikombinasikan dengan itu, membuat Wiener akhirnya menarik beberapa
kesimpulan etis tentang pemanfaatan teknologi yang sekarang dikenal dengan sebutan
teknologi informasi (TI).
Dalam penelitiannya, Wiener meramalkan revolusi sosial dan konsekuensi etis perkembangan
teknologi informasi. Tahun 1948, di dalam bukunya Cybernetics; Control and Comunication
in the Animal and the Machine, ia mengatakan:

10

it has long been clear to me that the modern ultra-rapid computing machine was is principle
an ideal central nervous system to an apparatus for automatic control; and that its input and
output need not be in the form of numbers and diagrams. It might very well be, respedtively,
the readings of artificial sense organs, such as photoelectric cells or thermometers, and the
performance of motors or solenoids we are already in a position to construct artificial
machines of almost any degree of elaborateness of performance. Long before Nagasaki and
the public awareness of the atomic bomb, it had occurred to me that we were here in the
presence of another social pontentiality of anheard-of importance for good and for
evil(Bynum, 2001).
Dalam buku tersebut, Wiener mengungkapkan bahwa mesin komputasi modern pada
prinsipnya merupakan sistem jaringan saraf yang juga merupakan peranti kendali otomatis.
Dalam pemanfaatan mesin tersebut, manusia akan dihadapkan pada pengaruh sosial tentang
arti penting teknologi tersebut yang ternyata mampu memberikan kebaikan, sekaligus
malapetaka.
Tahun 1950, Wiener menerbitkan buku monumental berjudul The Human Use of Human
Beings. Walau Wiener tidak menggunakan istilah etika komputer dalam buku itu, ia
meletakkan pondasi menyeluruh untuk analisa dan riset tentang etika komputer. Istilah etika
computer akhirnya digunakan lebih dari dua dekade kemudian. Buku Wiener ini mencakup
beberapa bagian pokok tentang hidup manusia, prinsip-prinsip hukum dan etika di bidang
komputer.
2. Era 1960-an
Pertengahan tahun 1960-an, Donn Parker dari SRI International Menlo Park California
melakukan riset untuk menguji penggunaan komputer yang tidak sah dan tidak sesuai dengan
profesionalisme di bidang komputer. Waktu itu Parker menyampaikan suatu ungkapan yang
menjadi titik tolak penelitiannya, yaitu: that when people entered the computer center they
left their ethics at the door (Fodor and Bynum, 1992). Ungkapan tersebut menggambarkan
bahwa ketika orang-orang masuk komputer, mereka meninggalkan etika mereka di pintu
masuk. Lantas ia menerbitkan Rules of Ethics in Information Processing atau peraturan

11

tentang etika dalam pegolahan informasi. Parker juga dikenal menjadi pelopor kode etik
profesi bagi profesonal di bidang komputer terutama pada tahun 1968 ketika ia ditunjuk untuk
memimpin pengembangan Kode Etik Profesional untuk Association for Computing Machinery
(ACM).
3. Era 1970-an
Era ini bermula ketika tahun 1960, Joseph Wiezenbaum, ilmuwan komputer MIT di Boston,
menciptakan suatu program komputer yang disebut ELIZA. Dalam eksperimennya, ELIZA ia
ciptakan sebagai tiruan dari Psychoterapist Rogerian yang melakukan wawancara dengan
pasien yang akan diobatinya.
Perkembangan komputer era 1970-an diwarnai dengan karya Walter Manner yang sudah
mulai menggunakan istilah computer ethics untuk mengacu pada bidang pemeriksaan yang
berhadapan dengan permasalahan etis yang muncul oleh pemakaian teknologi komputer
waktu itu. Maner menawarkan suatu kursus eksperimental atas materi pokok tersebut pada
Old Dominion University in Virgina. Tahun 1978, ia mempublikasikan karyanya Starter Kit in
Computer Ethics, yang berisi material kurikulum dan pedagogi untuk para pengajar
universitas dalam pengembangan pendidikan etika komputer.
4. Era 1980-an
Tahun 1980-an, sejumlah konsekuensi sosial dan teknologi informasi yang etis menjadi isu
publik di Amerika dan Eropa. Hal-hal yang sering dibahas adalah kejahatan komputer,
masalah-masalah yang disebabkan karena kegagalan sistem komputer, invasi database
komputer dan perkara pengadilan mengenai kepemilikan perangkat lunak.
Pertenganhan 80-an, James Moor dari Dartmouth College menerbitkan artikel menarik yang
berjudul What Is computer Ethics? sebagai isu khusus pada jurnal Metaphilosophy (Moor,
1985). Deborah Johnson dari Rensselear Polytchnic Institut menerbitkan buku teks Computer
Ethics (Johnson, 1985), sebagai teks pertama yang digunakan lebih dari satu dekade.
5. 1990-an Sampai Sekarang

12

Sepanjang tahun 1990, berbagai pelatihan baru di universitas, pusat riset, konferensi, jurnal,
buku teks dan artikel menunjukkan suatu keanekaragaman yang luas tentang topik di bidang
komputer.
Perkembangan yang cukup penting lainnya adalah kepeloporan Simon Regerson dari De
Montfort Univercity (UK), yang mendirikan Centre Computing and Social Responsibility.
Dalam pandangannya, ada kebutuhan untuk sebuah generasi kedua yaitu tentang
perkembangan etika komputer;
The mid-19990s has heralded the beginning of a second generation of computer ethics. The
time has come to build upon and elaborate the conceptual foundation whilst, in parallel,
developing the frameworks within which practical action can occur, thus reducing the
probability of unforeseen effect of information technology application (Regerson, Bynum,
1997).
3.1.2. Isu-Isu Pokok Etika Komputer
1. Kejahatan Komputer
Kejahatan komputer dapat diartikan sebagai kejahatan yang di timbulkan karena
penggunaan komputer secara ilegal (Andi Hamzah, 1989). Seiring dengan perkembangan
pesat teknologi komputer, kejahatan bidang ini pun terus meningkat. Berbagai jenis kejahatan
komputer yang terjadi mulai dari kategori ringan seperti penyebaran virus, spam email,
penyadapan trasmisi sampai pada kejahatan-kejahatan kategori berat seperti misalnya carding
(pencurian melalui internet), DoS (Denial of Service) atau melakukan serangan yang bertujuan
untuk melumpuhkan target sehingga ia tak dapat memberikan layanan lagi, dan sebagainya.
2.Cyber Ethics
Salah satu perkembangan pesat di bidang komputer adalah internet. Internet, akronim dari
interconnection networking, merupakan suatu jaringan yang menghubungkan komputer di
seluruh dunia tanpa dibatasi oleh jumlah unit menjadi satu jaringan yang bisa saling

13

mengakses. Dengan internet tersebut, stu komputer dapat berkomunikasi secara langsung
dengan komputer lain diberbagai belahan dunia.
Perkembangan internet memunculkan peluang baru untuk membangun dan memperbaiki
pendidikan, bisnis, layanan pemerintahan, dan demokrasi.namun, permasalahan baru muncul
setelah terjadi interaksi universal di antara pemakainya.
Permasalahan-permasalahan tersebut diatas, menuntut adanya aturan dan prinsip dalam
melakukan komunikasi via internet. Salah satu yang dikembangkan adalah Netiket atau
Nettiqutte, yang merupakan salah satu acuan dalam berkomunikasi menggunakan internet.
3. E-commmerce
Secara umum E-commerce adalah sistem perdagangan yang menggunakan mekanisme
elektronik yang ada di jaringan internet. E-commerce merupakan warna baru dalam dunia
perdagangan, di mana kegiatan perdagangan tersebut dilakukan secara elektronik dan online.
Dalam pelaksanaan E-commerce menimbulkan beberapa isu menyangkut berbagai aspek
hukum perdagangan dalam penggunaan sistem yang terbentuk secara online networking
management tesebut. Beberapa masalah tersebut antara lain menyangkut prinsip-prinsip
yurisdiksi dalam transaksi, permasalahan kontrak dalam transaksi elektronik, masalaha
prlindungan konsumen, masalah pajak, kasus-kasus pemalsuan tanda tangan digital, dan
sebagainya.Dengan berbagai permasalahan yang muncul menyangkut perdagangan via
internet tesebut, diperlukan acuan model hukum yang dapat digunakan sebagai standar
transaksi. Salah satu acuan international yang banyak digunakan adalah Uncitral model law on
electronic commerce 1996.
4. Pelanggaran Hak Atas Kekayaan Intelektual
Sebagai teknologi yang bekerja secara digital, komputer memiliki sifat keluwesan yang tinggi.
Hal itu bahwa jika informasi berbentuk digital maka secara mudah seseorang dapat
menyalinnya sebagai untuk berbagi dengan orang lain. Sifat itu di satu sisi menimbulkan
banyak keuntungan, tetapi di satu sisi juga menimbulkan permasalahan, terutama atas hak

14

kekayaan intelektual.Beberapa kasus pelanggaran hak atas kekayaan intelektual tersebut


antara lain adalah pembajakan perangkat lunak, softlifting (pemakaian lisensi melebihi
kapasitas penggunaan yang seharusnya), penjualan CD-ROM ilegal atau juga penyewaan
perangkat lunak ilegal.
6. Tanggung Jawab Profesi
Seiring perkembangan teknologi, para profesional di bidang komputer sudah melakukan
spesialisasi bidang pengetahuan dan sering kali mempunyai posisi yang tinggi dan terhormat
dikalangan masyarakat. Oleh karena alasan tersebut, mereka memiliki tanggung jawab yang
tinggi, mencakup banyak hal dari konsekuensi prifesi yang dijalaninya. Para profesional
menemukan diri mereka dalam hubungannya dengan profesionalnya dengan orang lain
mencakup pekekerjaan dengan pekerjaan, klien dengan profesional, profesional dengan
profesional lain, serta masyarakat dengan profesional.
Di Indonesia, organisasi profesi di bidang komputer yang didirikan sejak tahun 1974 yang
benama Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia (IPKIN), sudah menetapkan kode
etik yang disesuaikan dengan kondisi perkembangan pemakaian teknologi komputer di
Indonesia. Kode etik profesi tersebut menyangkut kewajiban pelaku profesi tehadap ilmu
pengetahuan dan teknologi, kewajiban pelaku profesi terhadap masyarakat, kewajiban pelaku
profesi terhadap sesama pengemban profesi ilmiah, serta kawajiban pelaku profesi terhadap
sesama umat manusia dan lingkungan hidup.Munculnya kode etik tersebut tentunya
memberikan gambaran adanya tanggung jawab yang tinggi bagi para pengemban profesi
bidang komputer untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai seorang profesional dengan
baik sesuai garis-garis profesionalisme yang ditetapkan.

15

BAB IV
PENUTUP

4.1.1 Kesimpulan
Etika memiliki peranan yang cukup penting dalam setiap profesi. Karena tanpa etika, suatu
individu atau kelompok yang memiliki profesi tidak akan bisa bekerja secara professional. Hal
ini menyebabkan etika dan profesi memiliki kaitan yang erat.
4.1.2 Saran
Di dunia ini banyak hal yang memiliki dualisme yang kedua sisinya saling berlawanan.
Seperti teknologi informasi dan komunikasi, hal ini diyakini sebagai hasil karya
cipta peradaban manusia tertinggi pada zaman ini. Namun karena keberadaannya yang bagai
memiliki dua mata pisau yang saling berlawanan, satu mata pisau dapat menjadi manfaat
bagi banyak orang, sedangkan mata pisau lainnya dapat menjadi sumber kerugian bagi yang
lain, banyak pihak yang memilih untuk tidak berinteraksi dengan teknologi informasi dan
komunikasi. Sebagai manusia yang beradab, dalam menyikapi dan menggunakan teknologi
ini, mestinya kita dapat memilah mana yang baik, benar dan bermanfaat bagi sesama,
kemudian mengambilnya sebagai penyambung mata rantai kebaikan terhadap sesama,
kita juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan merugikan bagi orang lain untuk
selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya jika hal itu ada di hadapan kita.

16

DAFTAR PUSTAKA

Bynum, TW. Computer Ethics: Basic Concepts and Historical Overview. (Stanford: The
Stanford Encyclopedia of Philosophy, 2001).
Bynum, Terrell Ward, Walter Maner and John L. Fodor, eds., Teaching Computer Ethics
(Research Center on Computing & Society, 1992).
Hamzah, Andi. Aspek-Aspek Pidana di Bidang Komputer, (Jakarta: Sinar Grafika, 1989).
Hermawan, Julius. Analisa Desain & Pemrograman Berorientasi Obyek dengan UML dan
Visual Basic.NET. (Jakarta: Andi Publisher, 2005).
Johnson, Deborah G. Computer Ethics, (Prentice-Hall, 1985).
Moor, James H. What is Computer Ethics, Metaphilosophy 16 (4): 266-275, 1985.
Rogerson, S. and Bynum, T.W. (1997), Information Ethics: The Second Generation,
http://www.cms.dmu.ac.uk/CCSR/ccsr/pubs/papers/ukaisabs.html;
Sudjana, Nana. Media Pengajaran. (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1997).
Wignjosoebroto, Sritomo. Etika Profesional: Pengalaman dan Permasalahan. (Surabaya:
Makalah Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 1999).
http://dewaarya.wordpress.com/2013/05/01/etika-profesi-di-bidang-teknologi-informasi/

17

NOTE : Makalah diatas adalah contoh makalah mengenai ETIKA , PROFESI DAN
PROFESIONALISME berikut adalah contoh , pendapat dan saran menurut saya :
Contoh Etika , Profesi dan Pofesionalisme menurut saya :
Contohnya adalah seorang Networking engineer :

Networking engineer adalah sebuah profesi dimana seorang Networking engineer bekerja dan
menjadikan pekerjaan itu sebagai sumber utama penghidupannya. Networking engineer
dikatakan sebagai profesional karena untuk menjadi seorang Networking engineer dibutuhkan
keterampilan atau keahlian khusus dalam bidang teknis jaringan computer dari maintenance
sampai pada troubleshooting . Selain itu, seorang Networking engineer juga harus memiliki
dedikasi yang tinggi dalam melakukan pekerjaannya sebagai bentuk profesionalismenya
dalam bidang IT , sehingga dapat diandalkan ketika terjadi masalah , tetapi kesemuanya itu
dilakukan secara beretika sebab dalam bekerja etika merupakan pedoman seorang Networking
engineer dalam memberikan pelayanan IT yang baik dan bertanggung jawab kepada klien atau
perusahaan dimana dia bekerja atau melayani.
Pendapat saya :
Jadi yang namanya etika , profesi dan profesionalisme merupakan bagian dari etika bersosial
yang ada dalam kehidupan kita sehari hari, yang menyangkut bagaimana seseorang harus
menjalankan profesinya secara beretika dan harus menunjukkan sikap profesionalisme yang
ada didalam dirinya masing - masing agar supaya dapat diterima oleh masyarakat.Karena
dengan etika , profesi dan peofesionalisme tersebut diharapkan setiap orang atau pribadi dapat
bekerja sebaik mungkin sesuai dengan norma atau kaidah yang berlaku dalam lingkungan
dimana dia bekerja dan kalau dilihat dari sisi bidang teknologi informasi yang namanya etika ,
profesi dan profesionalisme diperlukan untuk mengurangi tindakan-tindakan yang merugikan
orang lain misalnya dari segi etika dan moral hal ini untuk menghindarkan dari hal - hal,
seperti kejahatan komputer dan pelanggaran hak atas kekayaan intelektual.

18

Saran saya :
Saran saya ialah agar setiap dari kita atau setiap individu memperbanyak pengetahuan atau
pemahaman tentang etika , profesi dan profesionalisme dalam bidang pekerjaan yang di
tekuni oleh masing masing dari kita , karena yang namanya etika , profesi dan
profesionalisme merupakan pedoman mutu moral seseorang di dalam bekerja dan
bermasyarakat dimana dalam setiap pekerjaan umumnya hal hal tersebut sudah di atur sesuai
dengan profesi yang ditekuni dan kondisi disuatu daerah atau perusahaan.
Selain itu ada baiknya etika , profesi dan profesionalisme itu di ajarkan sedari masa sekolah
dasar sebagai bentuk pembinaan atau pembentukkan watak seseorang agar dimasa dewasanya
nanti sudah terbentuk secara baik dan sudah siap ketika mereka akan terjun kedalam dunia
kerja.

Referensi :
http://rincaster.ucoz.com/news/makalah_etika_profesi_di_bidang_ti/2014-10-21-101-987

19

You might also like