You are on page 1of 20

BAB 3

PILIHAN KATA (DIKSI)

3.1 Pendahuluan

Pilihan kata (diksi) adalah hasil dari memilih kata tertentu untuk dipakai dalam
kalimat, alenia, atau wacana. Hal yang perlu kita amati dalam pilihan kata yaitu :

1. Kemampuan memilih kata dimungkinkan bila seseorang memilki kosakata


yang luas.
2. Kemampuan membedakan secara tepat kata-kata yang memiliki nuansa
serumpun.
3. Kemampuan untuk memilih kata-kata yang tepat untuk situasi atau konteks
tertentu.

3.2 Syarat Ketepatan Pemilihan Kata

Terdapat 6 syarat, yaitu :

1. Dapat membedakan antara denotasi dan konotasi.


Contoh :
• Bunga mawar
• Bunga bank
2. Dapat membedakan kata-kata yang hampir bersinonim.
Contoh :
• Pengubah
• Peubah
3. Dapat membedakan kata-kata yang hampir mirip ejaanya.
Contoh :
• Intensif – insetif
• Preposisi – proposisi

4. Dapat memahami dengan tepat makna kata - kata abstrak.


Contoh : Kebijakan, kebajikan, kebijaksanaan.

5. Dapat memakai kata penghubung yang berpasang secara tepat.


Contoh :
• Antara….dan….
• Tidak….tetapi…
6. Dapat membedakan kata-kata umum dan kata khusus.
Contoh :
• Kata umum : melihat
• Kata khusus : melirik, melotot, mengamati, mengawasi.

40
3.3 Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik.

3.3.1 Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara penutur mengungkapkan maksudnya. Faktor yang


mempengaruhi dalam berkomunikasi :
a. Cara dan media komunikasi
b. Bidang ilmu
c. Situasi
d. Ruang atau konteks
e. Khalayak
f. Tujuan

4.3.2 Idiom

Idiom adalah sebuah ungkapan yang artinya tidak secara langsung dapat
dijabarkan.
Contoh : gulung tikar, muka tembok, adu domba

4.3.3 Ungkapan Idiomatik

Ungkapan idiomatik adalah kelompok kata yang muncul bersama sebagai frasa.
Contoh : bertemu dengan, dibacakan oleh, misalnya.

3.3.4 Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata

3.3.4.1 Kesalahan Pemakaian Gabungan kata yang mana, dimana, daripada.


Contoh :
1. Marilah kita dengarkan sambutan yang mana akan disampaikan oleh Pak
Lurah.
2. demikian tadi sambutan Pak Lurah dimana Beliau telah menghimbau kita
untuk lebih tekun bekerja.
3.3.4.2 Kesalahan Pemakaian Kata dengan, di, dan ke
Contoh :
1. Sampaikan salam saya dengan Dona
2. Mari kita tanyakan langsung dengan dokter ahlinya.

41
BAB 4
KALIMAT
4.1 Pendahuluan

Kalimat adalah bagian tulisan yang memilki struktur minimal subjek (s) dan
predikat (p) dan intonasi sudah lengkap dengan maknanya.

4.2 Unsur Kalimat

Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang disebut sebagai peran kata. Unsur kalimat
terdiri dari :

1. Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, sesuatu hal yang menjadi
pokok pembicaraan.
Contoh :
• Yang berbaju batik dosen saya.
• Meja direktur besar

2. Predikat
Predikat adalah kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan didalam suatu
kalimat.
Contoh :
• Kuda merumput.
• Ibu sedang tidur siang.

3. Objek
Objek adalah bagian kalimat yang melengkapi P
Contoh :
• Orang itu menipu adik saya.
• Ayah memberi barang antik.

4. Pelengkap
Pelengkap adalah bagian kalimat yang melengkapi P yang berada dibelakang
predikat.
Contoh :
• Kita benci pada kemunafikan.
• Pamanku membelikan mobil untuk anaknya.

5. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan P dalam kalimat.
Contoh :
• Polisi menyelidiki masalah dengan hati-hati.
• Kami akan berwisata ke puncak.

42
4.3 JenisKalimat

BAGAN JENIS KALIMAT

Kalimat nominal
kalimat tunggal kalimat adjektif
kalimat vebal
Menurut jumlah kalimat numeral
Klausanya
kalimat majemuk setara

kalimat majemuk
kalimat majemuk bertingkat
kalimat berita
kalimat tanya
menurut bentuk kalimat perintah
kalimat seru
KALIMAT
kalimat lengkap (mayor)
menurut kelengkapan
unsurnya kalimat tak lengkap (minor)

menurut susunan kalimat versi


subjek predikatnya kalimat inversi

4.3.1 Jenis Kalimat menurut jumlah Klausanya

Menurut jenis klausa pembentuknya, kalimat terbagi 2 macam:

1. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang memiliki satu klausa.
Contoh :
• Kami mahasiswa indonesia ( kalimat nominal)
• Jawaban anak itu sangat tepat (kalimat objektival)
• Sapi-sapi sedang merumput (kalimat verbal)

2. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk yaitu kalimat yang merupakan gabungan dari dua atau lebih kalimat
tunggal. Kalimat majemuk terbagi atas 2, yaitu :
a. Kalimat majemuk Setara
Cir-cirinya dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, kedudukan setiap kalimat
sejajar.
Contoh :
• Yuri mengonsep surat dan Eni mengetiknya.
• Engkau tinggal disini atau ikut dengan saya.
• Muridnya kaya tetapi ia miskin.

43
b. Kalimat Majeuk bertingkat
Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat perbedaan pada klausa
pembentukanya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan perluasan dari
klausa pertama.

TABEL
PENGHUBUNG ANTAR KLAUSA DALAM
KALIMAT MAJEMUK BER

Jenis Hubungan Kata Penghubung


a. Waktu Sejak, sadari, sewaktu, sementara,
setelah, sambil, sehabis, ketika, hingga,
sampai.

b. Syarat Jika, seandainya, andaikata, asalkan,


kalau, apabila, bilamana, manakala,

c. Tujuan Agar, supaya, untuk,biar


d. Konsensif Walaupun, meskipun
e. Perbandingan Seperti, bagaikan, laksana, ibarat
f. Sebab/alasan Sebab, karena
g. Akibat/hasil Sehingga, maka, sampai-sampai
h. Cara/alat Dengan, tanpa
i. Kemiripan Seolah-olah, seakan
j. Kenyataan Padahal
k. Penjelasan Bahwa

Contoh kalimat majemuk bertingkat


1. Kita harus bekerja keras agar berhasil.
2. Dia datang ketika kami sedang rapat.
3. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.

4.3.2 Jenis kalimat majemuk menurut fungsinya

1. Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan penulis untuk memberitakan sesuatu.
Contoh :
• Perayaan HUT RI ke- 64 berlangsung meriah.
• Diskusi ilmiah dikampus diwarnai oleh perdebatan.

2. Kalimat Tanya
Kalimat tanya adalah kalimat yang digunakan penulis untuk memperoleh informasi
atau jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasi.
Contoh :
• Siapa tokoh pendidikan nasional?
• Kapan kamu akan selesai membuat makalah?

3. Kalimat Perintah

44
Kalimat perintah dipakai jira penulis ingin menyuruh atau melarang orang berbuat
sesuatu.
Contoh :
• Ayo, cari buku itu sampai dapat.
• Mohon diterima sumbangan ini.

4. Kalimat Seru
Kalimat seru dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat.
Contoh :
• Wah, indah sekali pemandanganya!
• Aduh, saya lupa mengerjakan PR!

Kalimat Tidak lengkap (kalimat minor)


Contoh :
• Dilarang masuk
• Awas!
• Kutunggu walau tak pasti

4.3.3 Kalimat Inversi

Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek sehingga


terbentuk pola P-S
Contoh :
• Matikan televisi itu
• Ada enam syarat kalimat efektif
• Sepakat kami untuk membantu mereka

4.4 kalimat Efektif


kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penulis secara
tepat sehingga dipahami oleh pembaca.
Syarat kalimat efektif ada 6 macam :
1. Kesatuan
Kesatuan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat.

2. Kepaduan (koherensi)
Kepaduan adalah terajadi hubungan yang padu antara unsur-unsur pembentuk
kalimat.

3. Keparalelan
Kepaarlelan adalah terdapatnya unsur-unsur yang sama derajatnya, polanya dan frasa
yang dipakai di dalam kalimat.

4. Ketepatan
Ketepatan adalah kesesuaian pemakaian unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat
sehingga tercipta suatu pengertian yang pasti.

5. Kehematan
Kehematan adalah upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.

45
6. Kelogisan
Kelogisan adalah terdapatnya arti kalimat yang logis atau masuk akal.

4.5 Beberapa Kasus Kalimat Tidak Efektif

Ada 3 kesalahan yang menyebabkan ketidak efektifan suatu kalimat :


1. Kalimat yang tidak dipahami maknaya, tetapi terasa kurang pas dan seperti
ada yang mengganjal.
2. Makna kalimatnya sukar dipahami karena mendua (ambigu)
3. Jika terjadi salah nalar pada kalimat tersebut.

Contoh kalimat tidak efektif :


1. Saya melihat kelakuan anak itu bingung
2. Bagi yang menitip sepeda motor harap dikunci
3. Bebas parkir

46
BAB 5
ALINEA

5.1 Pengertian Alenia

Alenia adalah satuan bentuk bahasa yang umumnya merupakan gabungan kalimat
menjadi alenia, perlu memperhatikan adanya kesatuan dan kepaduan.

5.2 Struktur Alenia

Kalimat yang membangun alenia terdiri atas 2 macam, yaitu kalimat topik dan
kalimat penjelas.
Kalimat topik adalah kalimat yang berisi ide pokok.
Kalimat penjelas adalah kalimat yang berfungsi pendukung ide utama.
Ciri kalimat topik :
1. merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri.
2. mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan.
3. mempunyai arti yang jelas tanpa harus dihubungkan dengan kalimat lain.
4. dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

Ciri kalimat penjelas :


1. merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.
2. arti kalimat akan jelas setelah dihubungkan dengan kalimat lain.
3. pembentukan perlu dperlukan kata sambung dan frasa transisi.

5.3 Persyaratan alenia

Syarat pembentukan alenia yang efektif,yaitu :

1. Kesatuan Alenia

Kesatuan kalimat terjadi jika seluruh kalimat dalam kalimat hanya membicarakan satu
ide pokok.

2. Kepaduan Alenia

Kepaduan alenia terjadi jika aliran kalimat dalam alenia berjalan mulus dan lancar
serta logis.

47
5.4 Jenis Alenia

Bagan Jenis Alenia

Alenia deduktif
Alenia induktif
1. Menurut posisi kalimat topiknya Alenia deduktif – induktif
Alenia penuh kalimat topik

Alenia pesuasif
Alenia argumentasi
ALENIA 2.menurut sifat isinya Alenia naratif
Alenia deskritif
Alenia ekspositoris

Alenia pembuka
3. menurut fungsinya dalam karangan Alenia pengembang
Alenia penutup

5.4.1 Jenis Alenia menurut posisi Kalimat topiknya

a. Alenia Deduktif

Alenia deduktif adalah alenia yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu,
lalu diikuti dengan rincian.
Contoh alenia deduktif :
Kebudayaan dapat dibagi atas 2 macam, yaitu kebudayaan fisik dan kebudayan non
fisik. Contoh dari kebudayaan non fisik yaitu berupa pemikiran dan tingkahlaku.
Contoh kebudayaan fisik yaitu berupa patung, lukisan, rumah, mobil.

b. Alenia Induktif

Alenia induktif adalah alenia yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu, lalu
diakhiri dengan kalimat topik.
Contoh alenia induktif :
Yang termasuk kebudayaan non fisik yaitu berupa pemikiran tingkahlaku. Sedangkan
contoh dari kebudayaan fisik berupa patung, lukisan, rumah, dan mobil. Jadi,
kebudayaan terbagi 2 macam, yaitu kebudayaan fisik dan non fisik.

c. Alenia deduktif-induktif

Alenia deduktif-induktif merupakan alenia campuran yang mana kalimat pada akhir
kalimat menegaskan kembali gagasan utama pada awal alenia.
Contoh :
Pemerintah menyadari bahwa rakyat indonesia memerlukan rumah murah,
sehat dan kuat. Departemen PU sudah lama menyelidiki bahan rumah yang
murah tetapi kuat. Sepertinya, bahan perlit yang diperoleh dari batu-batuan
gunung betapa sangat menarik para ahli, karena tahan api dan air. Usaha ini
menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah murah, sehat,
dan kuat.

48
d. Alenia Penuh kalimat topik
Alenia yang memiliki kalimat-kalimat yang sama pentingya sehingga tidak ada satu
pun yang bukan topik.
Contoh :
Pagi hari itu aku duduk dibelakang rumah. Matahari belum tinggi benar, baru
sepenggalah. Sinar matahari pagi menghangatkan badan. Didepanku
bermekaran bunga beraneka warna. Kuhirup hawa pagi yang segar.

5.4.2 Jenis Alenia menurut sifat isinya


Menurut sifatnya alenia terbagi atas 5 macam :
1. Alenia persuatif, yaitu alenia yang mempromosikan sesuatu dengan cara
mempengaruhi pembaca.
2. Alenia argumentatif, yaitu alenia yang membahas sesuatu masalah dengan
bukti-bukti atau alasan yang mendukung.
3. Alenia noratif, yaitu alenia yang menuturkan peristiwa dalam bentuk cerita.
4. Alenia deskritif, yaitu alenia yang melukiskan sesuatu
5. Alenia ekspotoris, yaitu alenia yang memaparkan suatu fakta.

5.4.3 Jenis Alenia menurut fungsinya


Menurut fungsinya, alenia terbagi atas 3 macam :
1. Alenia pembuka memiliki fungsi, yaitu :
a. Menghantar pokok pembicaraan.
b. Menarik minat dan perhatian pembaca.
c. Menyiapkan pembaca untuk mengetahui isi seluruh karangan.

2. Alenia pengembang memiliki fungsi, yaitu :


a. Mengemukakan inti persoalan.
b. Memberi ilustrasi atau contoh.
c. Menjelaskanhal yangakan diuraikan pada alenia berikutnya.
d. Meringkas alenia sebelumnya
e. Mempersiapkan landasan bagi simpulan.

3. Alenia Penutup
Hal – hal yang harus diperhatikan dalam penyajian alenia penutup :
a. Sebagai bagian penutup, alenia tidak boleh terlalu panjang.
b. Isi alenia harus berisi simpulan.
c. Alenia dapat menimbulkan kesan yang mendalam bagi pembaca.

5.5 Pengembangan Alenia


Dalam pengembangan alenia yang digunakan unuk penulisan karangan, diantaranya
digunakan metode defenisi, proses, contoh, sebab – akibat, umum – khusus dan
klarifikasi.

5.5.1 Metode Defenisi


Metode defenisi adalah usaha penulis untuk menerangkan pengertian/konsep istilah
tertentu.

5.5.2 Metode Proses


Apabila isi alenia yang menguraikan suatu proses untuk menciptakan atau
menghasilkan sesuatu.

49
5.5.3 Metode Contoh
Metode contoh adalah metode yang digunakan contoh – contoh yang lebih terperinci
tentunya harus disusun berbentuk alenia.

5.5.4 Metode Sebab – Akibat


Metode sebab – akibat dipergunakan untuk menerangkan suatu kejadian dan akibat
yang ditimbulkan

5.5.5 Metode khusus - Umum


Metode ini lebih banyak digunakan untuk mengembangkan gagasan alenia agar lebih
tampak teratur.

5.5.6 Metode Klarifikasi


Metode klarifikasi digunakan untuk mengelompokan benda – benda atau non benda
yang memiliki persamaan ciri seperti sifat, bentuk, ukuran, serta untuk mendapatkan
generalisasi.

50
BAB 6
TOPIK, TEMA DAN KERANGKA KARANGAN

6.1 Pendahuluan
Dalam penulisan karangan, biasanya langkah yang pertama kali dilakukan adalah
mentukan tama. Untuk topik dan kerangka karangan juga merupakan salah satu unsur
terpenting yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain.

6.2 Topik dan Judul


Topk adalah suatu hal yang menjadi pokok pembicaran dalam membentuk karangan.
Topik karangan harus sesuatu yang nyata. Sedangkan juduk merupakan perincian atau
penjabaran dari topik. Topik dan judul memiliki kesamaan dalam hal sama – sama
menjadi judul karangan. Sedangkan, beda antara keduanya yaitu, kalau topik bersifat
umum dan belum meggambarkan sudut pandang penulisnya, namun judul lebih
spesifik dan telah menggambarkan sudut pandang penulisnya. Untuk penulisan topik,
hendaknya dipersempit agar nantinya pembicaraan tidak melebar.
Cara untuk mempersempit topik, antara lain :
1. memecah pokok pembicaraan menjadi bagian yang kecil
2. menulis pokok umum dan membuat daftar aspek
3. mengajukan lima pertanyaan menjadi pokok pembicaraan yaitu : apa, siapa,
dimana, dan bagaimana.

6.3 Tema dan Tesis


Tema adalah sesuatu yang melatar belakangi dan mendorong seseorang
menuliskan karangan. Penetapan tema dalam penulian karangan sangat penting karena
sebagai pedoman untuk menulis karangan secar teratur dan jelas sehingga isinya tidak
menyimpang dari tujuan yang ditetapkan penulis.
Tesis adalah pernyataan singkat tentang maksud dan tujuan penulis. Dalam
karangan istilah tesis sering disebut dengan hipotesis, yaitu pernyataan yang masih
rendah, dan perlu dibuktikan kebenaranya.

6.4 Keranagka Karangan


Kerangka karangan adalah rencana teratur tentang pembagian dan penyusunan
gagasan. Fungsi utamanya adalah mengatur hubungan antara gagasan – gagasan.
Dengan adanya kerangka karangan, kita dapat melihat kekuatan dan kelemahan dalam
perencanaan karangan. Tahapan dalam proses penyusunan karangan, yaitu memilih
topik dan tema, mengumpulkan informasi, mengatur starategi penempatan gagasan,
dan menulis kerangka karangan.

6.5 Bentuk Kerangka Karangan


Kerangka karangan ada 2 macam, yaitu kerangka topik dan kerangka kalimat.
• Kerangka topik terdiri atas kata, frasa, dan klausa yang ditandai dengan kode
yang lazim untuk menyatakan hubungan antar gagasan.
• Kerangka kalimat bersifat resmi dan unsur – unsurnya tampil berupa kalimat
lengkap kerangka dibentuk dengan sistem tanda atau kode tertentu.

51
Contoh Pengodean kerangka topik

Gabungan angka dan huruf Angka Arab (digit)


II. SEBAB-SEBAB KERESAHAN 2. SEBAB-SEBAB
BURUH KERESAHAN BURUH

A. Finansial 2.1 Finansial


1. Gaji pkok 2.1.1 Gaji pokok
a. Buruh terampil 2.1.1.1 Buruh terampil
b. Buruh kasar 2.1.1.2 Buruh kasar

2. Perumahan 2.1.2 perumahan


a. Buruh yang Sudah Berkeluarga 2.1.2.2 Buruh yang Sudah Berkeluarga
b. Buruh yang Belum Berkeluarga 2.1.2.2 Buruh yang Belum Berkeluarga

3. Pemeliharaan kesehatan 2.1.3 Pemeliharaan kesehatan


a. Buruh lelaki 2.1.3.1 Buruh lelaki
b. Buruh Perempuan 2.1.3.2 Buruh Perempuan

6.5.1 Pola penyusunan kerangka karangan


Pola penyusunan kerangaka kerangan terbagi 2 macam, yaitu pola alamiah dan pola
logis
6.5.1.1 Pola Alamiah
Dalam penyusunan kerangka alamiah terbagi 2 yaitu ruang dan waktu.
a. Urutan Ruang
Urutan ruang adalah pola penguraian yang menggambarkan keadaaan suatu ruang
atau tempat.
b. Urutan Waktu
Urutan waktu adalah pola penguraian berdasarkan urutan kejadian suatu peristiwa
secara kronologis.

6.5.1.2 Pola Logis


Ada berbagai macam urutan pola logis diantaranya urutan klimaks, sebab – akibat
pemecahan masalah, dan umum - khusus.

Contoh Urutan Klimaks


Topik : Kejatuhan Soeharto
I. Praktik KKN Merajalela
II. Keresahan di Tengah Masyrakat
III. Kerusuhan Sosial dimana – mana
IV. Tuntutan Reformasi Menggema
V. Kejatuhan yang Tragis

Contoh Urutan Sebab Akibat


Topik : Pemukiman Tanah Tinggi Terbakar
1. Kebakaran di Tanah Tinggi
2. Penyebab Kebakaran
3. Kerugian yang Diderita Masyarakat dan Pemerintah
4. Rencana Rehabilitasi Fisik

52
Contoh Urutan Pemecahan Masalah
Topik : Bahaya Ecstasy dan Upaya Mengatasinya
1. Apakah Ecstasy
2. Bahaya Ecstasy
2.1 Pengaruh Ecstasy terhadap Syaraf Pemakaianya
2.2 Penagruh Ecstasy terhadap Masyarakat
2.3 Gangguan Kesehatan Masyarakat
2.4 Gangguan Kriminalitas
3. Upaya Mengatasi Bahaya Ecstasy
4. Simpulan dan Saran

Contoh Urutan Umum – Khusus


Topik : Komunikasi Lisan
I. Komunikasi dan Bahasa
II. Komunikasi Lisan dan Perangkatnya
A. Kemampuan Kebahasaan
1. Olah Vokal
2. Volume dan Nada Suara
III. Praktik Komunikasi Lisan

53
BAB 7
PENULISAN KARANGAN

7.1 Pengertian Mengarang dan Karangan


Mengarang adalah pekerjaan merangkai Kata, Kalimat, dan Alinea untuk
menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu guna memperoleh hasil akhir
berupa Karangan.
Karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu
topik atau pokok bahasaan.

7.2 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya

7.3 Karangan Ilmiah, Semialmiah, dan Nonilmiah


Berdasarkan bobot isinya, karangan terbagi 3 jenis, yaitu Karangan ilmiah,
semiilmiah, dan nonilmiah. Contoh dari karangan ilmiah antara lain disertasi,
makalah, skripsi, tesis. Contoh karangan semiilmiah antara lain artikel, berita,
editorial, laporan, opini. Karangan ilmiah memiliki aturan baku yang menyangkut
metode dan penggunaan bahasa. Karangan nonilmiah yaitu karangan yang tidak
memiliki aturan baku.

PERBEDAAN KARANGAN ILMIAH, SEMIILMIAH, NONILMIAH

Karakteristik Karangan Ilmiah Karangan semiilmiah Karangan nonilmiah


Sumber Pengamatan, faktual pengamatan, faktual nonfaktual

sifat objektif objektif + subjektif subjektif


alur sistematis, metodis sistematis, kronologis bebas
bahasa denotatif, ragam (denotatif + konotatif) denotatif/konotatif
semiformal/informal
bentuk argumentasi, eksposisi, persuasi, narasi, deskripsi,
campuran deskripsi, campuran campuran

7.2.2 Ciri Karangan Ilmiah dan Semi ilmiah

Ciri karangan ilmiah ada 3 macam, yaitu :


1. Karangan ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian
2. Tulisan ilmiah bersifat metodis dan sistematis
3. Dalam pembahasannya tulisan ilmiah menggunakan laras ilmiah

7.3 Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian dan


Tujuan Penulisannya

Karangan terbagi atas enam macam, yaitu :


1. Deskripsi 4. Argumentasi
2. Narasi 5. Persuasi
3. Eksposisi 6. Campuran

54
7.3.1 Karangan Deskripsi
Deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan
pengalaman pembaca dengan melukiskan objek yang sebenarnya. Dalam penulisan
karangan deskripsi ada dua macam pendekatan yang dilakukan, yaitu:
1. Pendekatan realistis
Pendekatan yang dilakukan dengan memotet hal subjektif mungkin sesuai dengan
keadaan yang dilihat.

2. Pendekatan impresionistis
Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan sesuatu secara
subjektif.

7.3.2 Karangan Narasi


Karangan narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,
mengisahkan perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis
berdasarkan urutan waktu. Narasi terbagi 2 macam, yaitu narasi ekspositoris dan
narasi sugestif. Narasi bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar
pengetahuannya bertanbah luas.

7.3.3 Karangan Eksposisi


Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas,
atau menerangakan sesuatu.

7.3.4 Karangan Argumentasi


Tujuan karangan argumentasi adalah untuk meyakinkan pembaca agar menerima
sikap dan tingkah laku tertentu.
Ciri – ciri karangan argumentasi
1. mengemukakan alasan atau bantahan dengan tujuan mempengaruhi keyakinan
pembaca
2. mengusahakan pemecahan masalah
3. mendiskusikan suatu persolan tanpa mencapai satu penyelesaian

7.3.5 Karangan Persuasi


Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin,
dan terbujuk akan hal – hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta.
Karangan persuasi digolongkan menjadi empat macam, yaitu persuasi politik,
pendidikan, advertansi, dan propaganda.

7.3.6 Karangan Campuran


Karangan campuran merupakan yang dikombinasi antara karangan yang satu denagn
yang lainnya. Isinya berupa gabungan eksposisi dengan deskripsi, atau eksposisi
dengan argumentasi. Dalam wacana yang sering kita temukan narasi berperan sebagai
ilustrasi karangan eksposisi atau persuasi.

55
KATA PENGANTAR

Dalam penyusunan resume Bahasa Indonesia ini, dengan maksud untuk memberi
kemudahan bagi para siswa untuk memahami tentang materi dalam pembelajaran
kuliah.
Penyusun menyadari dalam proses penyusunannya banyak terdapat kekurangan, tetapi
penyusun meyakini bahwa sekecil apapun resume ini akan tetap memberi manfaat
bagi para pembacanya.
Untuk proses penyempurnaan resume Bahasa Indonesia selanjutnya, kritik serta saran
dari pembaca sangat dinantikan.

Bandar Lampung, Januari 2010

Penyusun

56
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I FUNGSI BAHASA DAN RAGAM BAHASA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
I.I Pentingnya Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
I.2 Fungsi Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
I.3 Ragam Bahasa dan Laras Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
I.4 Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

BAB 2 EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7


2.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
2.2 Ruang lingkup EYD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.2.1 Pemakaian Huruf . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 8
2.2.1.1 Abjad, Vokal, dan Konsonan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.2.1.2 Pemenggalan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8
2.2.1.3 Nama Diri . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 10
2.2.2 Penulisan Huruf Kapital dan Huruf Miring . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.2.3 Penulisan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17
2.2.4 Penulisan Unsur Serapan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
2.2.4.1 Kaidah Penyerapan Huruf dari Bahasa Asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
ke dalam Bahasa Indonesia
2.2.4.2 Kaidah Penyerapan Akhiran Asing . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
ke dalam Bahasa Indonesia
2.2.5 Pemakaian Tanda Baca . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26

BAB 3 PILIHAN KATA (DIKSI) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .


3.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.2 Syarat Ketepatan Pemilihan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3 Gaya Bahasa, Idiom, dan Ungkapan Idiomatik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.1 Gaya Bahasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.2 Idiom . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.3 Ungkapan Idiomatik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.4 Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata dan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.3.4.1 Kesalahan Pemakaian Gabungan Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
yang mana, dimana, dari pada
3.3.4.2 Kesalahan Pemakaian Kata . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
dengan, di, dan ke

BAB 4 KALIMAT
4.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.2 Unsur . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3 Jenis Kalimat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3.1 Jenis Kalimat menurut Jumlah Klausanya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3.2 Jenis kalimat menurut Fungsinya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.3.3 Kalimat Inversi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.4 Kalimat Efektif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
4.5 Beberapa Kasus Kalimat Tidak Efektif . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

57
BAB 5 ALINEA
5.1 Pengertian Alinea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.2 Struktur Alinea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.3 Persyaratan Alinea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.4 Jenis Alinea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.4.1 Jenis Alinea menurut Posisi Kalimat Topiknya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.4.2 Jenis Alinea menurut Sifat Isinya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.4.3 Jenis Alinea menurut Fungsinya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5 Pengembangan Alinea . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5.1 Metode Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5.2 Metode Proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5.3 Metode Contoh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5.4 Metode Sebab – Akibat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5.5 Metode Umum – Khusus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
5.5.6 Metode Klasifikasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 6 TOPIK, TEMA, DAN KERANGKA KARANGAN


6.1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.2 Topik dan Judul . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.3 Tema dan Tesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.4 Kerangka Karangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.5 Bentuk Kerangka Karangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.5.1 Pola Penyusunan Kerangka Karangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.5.1.1 Pola Alamiah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.5.1.2 Pola Logis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB 7 PENULISAN KARANGAN


7.1 Pengertian Mengarang dan Karangan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.2 Penggolongan Karangan menurut Bobot Isinya . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.2.1 Karangan Ilmiah dan Semiilmiah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.2.2 Ciri Karangan Ilmiah dan Semiilmiah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.3 Penggolongan Karangan menurut Cara Penyajian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dan Tujuan Penulisannya
7.3.1 Karangan Deskripsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.3.2 Karangan Narasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.3.3 Karangan Eksposisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.3.4 Karangan Argumentasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.3.5 Karangan Persuasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
7.3.6 Karangan Campuran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

58
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1993. Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Bineka Cipta

Endarmoko, Eko. 2007. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Keraf, Gorys. 1988. Komposisi. Cetakan ke-14. Enoe: Nusa Indah

Badudu, J.S. 1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jilid 2. Jakarta: Gramedia

Alwi, Hasan (Ed). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

59

You might also like