You are on page 1of 9

PEMILIHAN DAN PENGGUNAAN

MOTOR INDUKSI 3 FASA

Pada saat kita akan menentukan motor induksi 3 fasa untuk suatu aplikasi
tertentu, seringkali kita dihadapkan pada berbagai pilihan motor yang bisa
digunakan. Pemilihan tersebut menjadi sedikit lebih mudah karena pabrik pembuat
mencantumkan data spesifikasi teknis. Walaupun demikian sangat perlu untuk kita
mngenal berbagai jenis konstruksi dan karakteristik motor induksi yang ada di
pasaran

I. STANDARISASI DAN KLASIFIKASI MOTOR INDUKSI

* Motor induksi untuk keperluan di industri dengan kapasitas di bawah 500 hp


memiliki dimensi rangka yang standard.
* Dengan demikian suatu motor dengan merek tertentu yang punya kapasitas 25 hp
bisa diganti dengan merek lain tanpa banyak merubah mounting, tingi shaft dan tipe
koplingnya.
* Standarisasi tidak hanya dalam hal ukuran fisiknya, tetapi juga mengenai
nilai-nilai parameter listrik, mekanik dan termalnya.
* Sehingga sebuah motor harus memenuhi syarat minimum seperti torsi start,
arus pada saat rotor tertahan, kapasitas overload, dan kenaikan temperatur saat
dioperasikan.

I.1. KLASIFIKASI MOTOR BERDASARKAN PADA KEADAAN LINGKUNGAN PEMAKAIANNYA

Berdasarkan keadaan lingkungan pemakaian, motor listrik dikelompokkan menjadi


beberapa jenis, yaitu :

a. Drip Proof Motor

* Rangka untuk motor jenis ini dirancang mampu melindungi kumparan dari
berbagai cairan dan partikel padat yang jatuh dengan kemiringan 0o s/d 15o dari
vertikal.

Gambar 1. Contoh Drip Proof Motor, 3 fasa, 220 V/460 V, 1750 rpm, 60 Hz

* Sistem pendinginan dilakukan dengan kipas yang dikopel langsung dengan


rotor.
* Udara yang dihembuskan kipas akan masuk ke rotor melalui lubang ventilasi
untuk keperluan pendinginan bagian dalam motor.
* Maksimum kenaikan suhu berkisar 60o ; 80o ; 105o atau 125o tergantung pada
tipe isolasi kawat kumparannya.
* Motor jenis ini paling banyak penggunaannya.

b. Splash Proof Motor

* Rangka dari motor jenis ini dirancang mampu mencegah masuknya cairan atau
partikel padat yang jatuh dengan kemiringan 0o s/d 100o dari vertikal.
* Sistem pendinginan yang digunakan adalah sama dengan jenis Drip-Proof Motor.
* Maksimum kenaikan suhu juga sama dengan jenis Drip-Proof Motor.
* Motor jenis ini banyuak digunakan untuk lingkungan yang basah.

Gambar 2. Splash proof motor

c. Totally Enclosed (Non-Ventilated Motor)

* Motor jenis ini memiliki rangkai yang tertutup rapat, sehingga tidak
memungkinkan terjadinya pertukaran udara dari dan ke dalam motor.
* Motor jenis ini banyak digunakan untuk lingkungan yang sangat basah.
* Pada umumnya motor jenis ini memiliki kapasitas daya < 10 kW, karena untuk
motor yang kapasitasnya besar maka pada saat dioperasikan akan menghasilkan panas
yang lebih besar pula
* Hal ini akan menyebabkan kesulitan pendinginan
* Kenaikan temperatur berkisar 65o ; 85o ; 110o atau 130o tergantung pada
jenis isolasi kawat kumparan.

d. Totally Enclosed (Fan-Cooled Motor)

* Untuk motor jenis totally enclosed dengan kapasitas sedang dan besar
biasanya dilengkapi dengan sistem pendinginan menggunakan kipas eksternal.
* Kipas tersebut dikopel langsung dengan rotor dan akan menghembuskan udara ke
sirip yang ada pada rangka motor.

Gambar 3. Totally enclosed fan-cooled motor, 350 hp, 1760 rpm,

440 V, 3 fasa, 60 Hz

* Kenaikan suhu yang diijinkan umumnya sama dengan motor jenis drip-proof
motor.

e. Explosion Proof Motor

* Untuk motor jenis ini banyak digunakan di lingkungan yang mudah terbakar dan
juga explisive seperti di daerah pertambangan minyak
* Motor jenis ini termasuk totally enclosed akan tetapi tidak kedap udara.

Gambar 4. Explosion proof motor

I.2. KLASIFIKASI MOTOR BERDASARKAN SPESIFIKASI ELEKTRIK DAN MEKANIK

a. Motor dengan standar torsi dengan rotor tertahan (NEMA design B)

- Kebanyakan motor merupakan jenis ini

- Torsi rotor tertahan tergantung pada ukuran motor dan berkisar antara 130
% s/d 70 % dari torsi beban penuh
- Kapasitas motor berkisar 15 kW s/d 150 kW

- Nilai arus rotoe tertahan tidak lebih dari 6,4 kali dari arus beban penuh

- Contoh penggunaan motor jenis ini adalah drive fans, centrifugal pumps,
machine tools dsb.

b. Motor dengan torsi awal tinggi (NEMA design B)

- Motor ini digunakan untuk aplikasi khusus dimana kondisi starting sulit
dilakukan dikarenakan motor diharuskan starting dalam keadaan berbeban.

- Sebagai contoh adalah pada pompa air dan piston.

- Pada motor jenis ini memiliki kapasitas antara 20 hp s/d 200 hp.

- Torsi rotor tertahan bisa sampai 200 % dari torsi beban penuh dan arus
rotor tertahan tidak melebihi 6,4 kali lipat dari arus beban penuh.

c. Motor dengan slip tinggi (NEMA design D)

- Kecepatan nominal dari motor jenis ini adalah berkisar 85 % s/d 95 % dari
kecepatan sinkron.

- Motor ini digunakan untuk beban yang memiliki inersia tinggi yang
memerlukan waktu lama untuk mencapai kecepatan nominalnya pada saat starting.

II. PILIHAN KECEPATAN MOTOR

* Jenis pilihan kecepatan motor induksi sangat terbats karena kecepatan motor
induksi tergantung pada frekuensi dan jumlah kutub dari motor.
* Contoh : motor induksi dengan frekuensi f = 60 Hz,

Jika jml kutub = p = 2 è ns = = =3600 rpm

Jika jml kutub = p = 4 è ns = = 1800 rpm

* Untuk mendapatkan kecepatan tertentu (misalkan nr = 2000 rpm) akan


membutuhkan 2 kutub dan dioperasikan dengan kecepatan nr = 2000 rpm, sehingga slip
yang terjadi :

S = == 44,4 %

* Hal ini berarti 44,4 % power akan didisipasikan dalam bentuk panas.
* Agar hal tersebut tidak terjadi maka untuk keperluan kecepatan rendah dapat
dilakukan dengan menggunakan gearbox.

Gambar 5. Motor dengan gearbox

* Ada beberapa kelebihan penggunaan gearbox pada motor kecepatan tinggi :

1. Untuk mendapatkan daya yang sama, maka motor dengan kecepatan tinggi
memiliki ukuran lebih kecil, harga yang lebih ekonomis/murah, efisiensi lebih
tinggi, power faktor juga lebih tinggi dari pada motor yang berkecepatan rendah

2. Torsi tertahan pada motor kecepatan tinggi selalu lebih besar dari motor
berkecepatan rendah

* Tabel berikut ini menunjukkan perbandingan antara motor induksi 3 fasa untuk
daya yang sama.

Power ns Power faktor efisiensi Torsi

rotor terkunci
masa harga
kW r.p.m % % % kg $
7,5 3600 89 87 150 50 500
7,5 900 82 83 125 115 1400

III. STARTING MOTOR INDUKSI

* Beban dengan inersia yang tinggi/besar akan menyebabkan waktu starting motor
menjadi lama untuk mencapai kecepatan nominalnya.
* Selama periode starting tersebut, maka pada stator dan rotor akan mengalir
arus yang besar sehingga bisa terjadi pemanasan berlebih (overheating) pada motor.
* Lebih buruk lagi bisa menyebabkan gangguan pada sistem jala-jala sumber
listriknya sehingga akaun menurunkan tegangannya. Hal ini akan mengganggu beban
listrik yang lainnya.
* Untuk menghindari hal tersebut, suatu motor induksi seringkali di-start
dengan level tegangan yang lebih rendah dari tegangan nominalnya.
* Pengurangan tegangan starting tersebut akan membatasi daya yang diberikan ke
motor, namun demikian disisi lain pengurangan tegangan ini akan berdampak
memperpanjang waktu/periode starting (waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
kecepatan nominalnya).

* Catatan 1 :

Panas yang didisipasikan dalam rotor motor selama periode starting (dari diam
sampai dengan kecepatan nominal) adalah sama dengan energi kinetik akhir yang
tersimpan pada semua bagian motor

* Contoh :

o Jika motor digunakan untuk menggerakkan flywheel yang memiliki energi


kinetik 5000 Joule, maka selama periode starting rotor akan mendisikasikan panas
sebesar 5000 Joule juga.
o Tergantung pada ukuran dan sistem pendinginan pada motor tersebut,
maka energi (5000 Joule) tersebut bisa dengan mudah akan menyebabkan overheating
pada motor.

III.1. STARTING MOTOR (ROTOR LILIT)

o Untuk starting motor rotor litit (motor slip ring), digunakan tahanan
luar yang dapat diatur (RL ). Tahanan luar tersebut dihubungkan ke rotor melalui
cincin seret (slip ring) dan sikat-sikat.
Gambar 6. Tahanan luar ( RL ) pada motor rotor lilit.

o Motor rotor lilit mempunyai lilitan stator dan lilitan rotor. Lilitan
rotor (jangkar) dan lilitan stator mempunyai jumlah kutub sama. Lilitan stator
sama seperti pada lilitan stator motor rotor sangkar. Lilitan rotor dapat
disambung bintang maupun segitiga, tetapi biasanya dalam hubungan bintang.
o Sebelum motor distart, semua tahanan dalam posisi maximum selama
menjalankan hingga terjadi putaran yang dikehendaki tahanan RL sedikit demi
sedikit dikurangi dan akhirnya pengaturan sampai pada sikap akhir. Pada sikap ini,
rotor telah dihubung singkat. Tahanan-tahanan itu sendiri sekarang tidak mempunyai
peranan lagi. Oleh karena itu setelah pengatur berada pada sikap akhir supaya
cincin-cincin dan sikat-sikat tidak cepat aus, sikat-sikat itu diangkat setelah
rotor dihubung singkat.
o Tahanan luar (RL) yang dapat diatur tersebut diperlukan untuk
membatasi arus mula yang besar pada saat start. Disamping itu, dengan mengubah-
ubah tahanan luar kecepatan motor dapat diatur.
o Motor rotor lilit sering disebut sebagai motor slip ring (slip ring
motor) atau motor dengan rotor dililit (wound rotor motor).

III.2. STARTING MOTOR ROTOR SANGKAR TUPAI

- Cara yang paling sederhana untuk menjalankan motor rotor sangkar tupai
ini, ialah dengan menghubungkan langsung dengan sumber dengan menggunakan saklar
tiga phase. Cara ini hanya diizinkan pada motor-motor sangkar tupai dengan daya di
bawah 3 HP (sekitar 2 kW ).

- Motor-motor dengan daya lebih besar dari 3 HP tidak boleh langsung


dihubungkan dengan sumber. Untuk motor-motor dengan daya 2 sampai 4 kW ( 3 sampai
5,5 HP ) kita memakai saklar bintang segitiga. Untuk itu kumparan stator mula-mula
dihubungkan bintang dan sesudah itu dihubungkan segitiga.

Gambar 7.

a). Misalkan kumparan phase direncanakan untuk tegangan EL

Kumparan stator dihubungkan segitiga dan diberi tegangan sumber sebesar


EL.

Kalau arus pada tiap phase besarnya If maka arus line IL = . If

b). Kalau kumparan stator dihubungkan bintang dan tetap diberi tegangan
sumber sebesar EL maka tegangan tiap phase menjadi , sehingga arus tiap phase
diperkecil menjadi

Kalau a dan b kita bandingkan IL (segitiga) : IL (bintang) = 3 : I.

Pengasutan dengan cara, hubungan bintang-segitiga, hanya dilakukan untuk


motor-motor induksi 3 phase yang mempunyai hubungan kumparan segitiga pada kondisi
operasi normalnya.

CONTOH SOAL :

Suatu motor 3 phase, masing-masing lilitan phase mempunyai tahanan murni 50 ohm
dan induktansi (L) 0,3 Henry, sumbernya adalah 415 V, 50 cps.
Hitunglah daya total motor dalam keadaan tanpa beban jika motor dalam sambungan
bintang dan segitiga.

PENYELESAIAN :

Zphase = j = = = 106,6 Ohm.

Pada hubungan bintang :

EL = Eph

Eph = = = 240 Volt

IL = Iph

Iph = = = 2,25 A à IL = 2,25 A

Cos φ = = = 0,47 lagging

Daya total (P) = EL IL Cos φ

= . 415 . 2,25 . 0,47

= 762 Watt

Cara lain untuk mencari P ialah :

P = 3 Eph Iph Cos φ

= 3 . 240 . 2,25 . 0,47

= 762 Watt.

Pada hubungan segitiga :

EL = Ephase = 415 Volt.

Iph = = = 3,9 Amper

IL = Iph = 3,9 . = 6,75 A.

Cos φ = = = 0,47 lagging

Daya total (P) = EL IL Cos φ

= . 415 . 6,75 . 0,47

= 2280 Watt

Cara lain untuk mencari P ialah :

P = 3 Eph Iph Cos φ

= 3 . 415 . 3,9 . 0,47

= 2280 Watt.

Dari perhitungan-perhitungan di atas jelas bahwa :


IL hubungan segitiga : IL hubungan bintang = 3 : 1

P hubungan segitiga : P hubungan bintang = 3: I

Saklar Y/D memerlukan 6 terminal, yaitu untuk hubung bintang pada pengasutan dan
untuk hubungan segitiga pada kondisi operasi normal.

Gambar 8 berikut ini menggambarkan prinsip saklar bintang - segitiga.

Gambar 8. Prinsip saklar bintang - segitiga.

IV. PLUGGING

* Dalam aplikasi motor listrik sebagai penggerak, kadang kala sebuah motor dan
bebannya harus segera dihentikan perputarannya karena suatu hal yang bersifat
emergensi.
* Hal ini bisa dilakukan dengan cara mempertukarkan sambungan 2 terminal dari
3 terminal yang ada (lihat gambar dibawah ini).

a. kerja normal

b. Plugging

Gambar 9. Hubungan Sumber Tegangan dengan Motor 3 fasa Saat Plugging

* Dengan demikian akan terjadi pembalikan arah putar dari medan putar pada
stator motor.
* Cara ini lebih dikenal dengan istilah PLUGGING dan motor akan mengalami
pengereman.
* Energi kinetik beban akan dilawan dan menyebabkan kecepatan akan menurun
secara drastis.
* Motor seharusnya tidak terlalu sering dilakukan plugging karena akan merusak
secara mekanik maupun elektrik

* Catatan 2 :

Panas yang dihasilkan pada rotor selama periode plugging (dari kecepatan
nominal s/d berhenti) adalah sebesar 3 kali lipat dari energi kinetik yang
tersimpan pada semua bagian motor.

* Contoh :

o Motor 100 kW, 60 Hz, 1175 rpm dikopel dengan flywheel. Saat
beroperasi, energi kinetik pada motor dan beban adalah sebesar 300 kJoule. Tiba-
tibna motor di-plugging sehingga berhenti dan akhirnya berputar pada kecepatan
1175 rpm paad arah sebaliknya. Hitung energi yang didisipasikan pada rotor ?
o Penyelesaian :
o Energi periode plugging : 3 x 300 kJoule = 900 kJoule
o Energi periode starting : 1 x 300 kJoule = 300 kJoule +
o Total energi didisipasikan : = 1200 kJoule
V. PE-REMAN (BRAKING)

* Suatu motor induksi 3 fasa juga dapat dihentikan dengan cepat dengan cara
mengalirkan arus DC pada kumparan statornya.
* Sumber tegangan DC dihubungkan pada 2 terminal dari 3 terminal yang ada
sehingga akan mengalir arus DC yang akan menghasilkan kutub magnet stasioner pada
statornya.
* Ketika rotor berputardalam medan magnet stasioner daristator tersebut, maka
pada rotor akan terinduksi dan akan terjadi GGL induksi pada rotor tersebut.
* GGL induksi tersebut akan menyebabkan terjadinya aliran arus pada rotor dan
terjadi disipasi daya listrik sebesar I2.R. Pada keadaan ini akan terjadi
peluruhan energi kinetik pada rotor sehingga akan menurun kecepatan putarnya
hingga akhirnya berhenti.
* Kelebihan pengereman dengan menggunakan arus dc ini adalah dalam hal efek
pemanasan yang terjadi lebih kecil daripada cara plugging.
* Energi yang didisipasikan hanya 1 kali lipat dari energi kinetik yang
terjadi pada motor, sedangkan cara plugging adalah 3 kali lipat.
* Periode pengereman sangat tergantung pada besarnya arus dc yang diberikan
pada kumparan stator, dimana semakin besar arus dc yang dialirkan akan
mempersingkat periode pengereman, demikian pula sebaliknya.
* Arus yang diberikan bisa sampai dengan 3 kali lipat dari arus rata-rata
kerja normal dari motor.

* Contoh :

o Motor induksi 3 fasa, 50 hp kW, 60 Hz, 440 Volt, 1760 rpm digunakan
sebagai penggerak beban dengan inersia J=25 kg.m2. Tahanan dc antara dua terminal
statornya adalah 0,32 ohm. Arus rata-rata motor adalah 62 Ampere. Pengereman
dilakukan dengan menghubungkan sunber dc 24 volt pada terminal motor.

Hitunglah : a. arus dc pada stator

b. energi yang didisipasikan pada rotor

c. rata-rata torsi pengereman jika waktu pengereman yang


dibutuhkan adalah 4 menit.

o Penyelesaian :

a. Arus dc pada stator : Amper è nilai arusnya melebihi dari arus


rata-rata dan tidak jadi masalah karena masih dibawah arus maksimal yang diijinkan
(3.Irata-rata).

b. Energi yang didisipasikan adalah sama dengan energi kinetik yang


terjadi saat dilakukan pengereman.

Ek = 5,48 . 10-3 . J . n2

dimana :

Ek = energi kinetik saat dilakukan pengereman (Joule)

J = momen inersia beban (kg.m2)

n = kecepatan putar rotor (rpm)


5,48 . 10-3 = konstanta yang sebanding dengan

Dalam contoh ini nilai parameter yang ada adalah : J= 25 kg.m2

dan n = 1760 rpm, sehingga energi kinetik (Ek) adalah :

Ek = 5,48 . 10-3 . J . n2

= 5,48 . 10-3 . 25 . 17602

= 424 kJoule

c. Torsi rata-rata selama periode pengereman (T) :

dimana :

Dn = perubahan kecepatan (rpm)

T = torsi (N.m)

Dt = selang waktu (detik)

J = momen inersia (kg.m2)

9,55 = konstanta yang sebanding dengan

Dalam contoh soal ini, nilai parameternya adalah :

Dn = 1760 – 0 = 1760 rpm

Dt = 4 menit = 240 detik

J = 25 kg.m2

Sehingga jika dimasukkan ke persamaan akan didapatkan :

= 19,2 N.m

You might also like