You are on page 1of 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum dapat dikatakan bahwa Demokrasi adalah sistem politik


yang memungkinkan semua warga bangsa mempunyai kesempatan mewujudkan
aspirasinya. Dalam sejarah umat manusia tampak bahwa demokrasi berkembang
sesuai dengan kondisi bangsa yang bersangkutan, termasuk nilai budayanya,
pandangan hidupnya serta adat-istiadatnya. Dengan begitu tiap-tiap bangsa
mempunyai caranya sendiri mewujudkan demokrasi. termasuk di Indonesia,
Demokrasi bukan hal baru bagi bangsa Indonesia telah jelas dalam Pancasila yang
oleh Bung Karno sebagai Penggalinya ditegaskan sebagai Isi Jiwa Bangsa. Akan
tetapi perwujudan demokrasi bagi bangsa Indonesia tidak sama dan tidak harus
sama dengan yang dilakukan bangsa lain, termasuk bangsa Barat yang berbeda
pandangan hidupnya dari Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia .

Hal itulah salah satu sebab mengapa bangsa Indonesia sekarang dirundung
berbagai kekacauan lahir dan batin, karena menganggap bahwa demokrasi hanya
dan baru demokrasi yang benar kalau dilaksanakan sesuai dengan demokrasi
Barat. Tidak dihiraukan bahwa demokrasi dan sistem pemerintahan itu tepat kalau
dapat menggerakkan dinamika bangsa serta mengembangkan energi bangsa itu
secara maksimal untuk mencapai tujan hidupnya. Dan menghasilkan kehidupan
yang maju dan sejahtera. Bukan untuk membuang-buang dan memboroskan
energi bangsa seperti yang sekarang terjadi di Indonesia.

Maka untuk membawa bangsa Indonesia pada jalan dan kondisi yang
sesuai untuk mencapai Tujuannya, yaitu Masyarakat yang Adil dan Makmur
berdasarkan Pancasila, perlu kita kaji kembali bagaimana sebaiknya demokrasi di
Indonesia dilaksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun masalah yang ditinjau dan dianalisis adalah antar lain:


2

- Demokrasi
- Demokratisasi
- Demokrasi Pancasila
- Aspek demokrasi

C. TUJUAN

Agar kita dapat membedakan antara paham demokrasi satu dengan


demokrasi yang kita pakai di Indonesia. Sehingga kita dapat mengerti apa sisi
yang unggul di dalam demokrasi Pancasila.
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demokrasi Pancasila

a. Prof. Dardji Darmodihardjo,S.H.

Demokrasi pancasila adalah Paham demokrasi yang bersumber pada


kepribadian dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti
dalam ketentuan-ketentuan seperti dalam pembukaan UUD 1945.

b. Prof. dr. Drs. Notonagoro,S.H.

Demokrasi pancasila adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang berketuhanan Yang
Maha Esa, yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab, yang
mempersatukan Indonesia dan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

c. Ensiklopedi Indonesia

Demokrasi Indonesia berdasarkan Pancasila yang meliputi bidang-


bidang politik sosial ekonomi, serta yang dalam penyelesaian masalah-masalah
nasional berusaha sejauh mungkin menempuh jalan permusyawaratan untuk
mencapai mufakat.

B. Aspek Demokrasi Pancasila

Berdasarkan pengertian dan Pendapat tentang demokrasi Pancasila dapat


dikemukakan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya.

a. Aspek Material (Segi Isi/Subsrtansi)

Demokrasi Pancasila harus dijiwai dan diintegrasikan oleh sila-sila


lainnya. Karena itulah, pengertian demokrasi pancasila tidak hanya merupakan
4

demokrasi politik tetapi juga demokrasi ekonomi dan sosial (Lihat amandemen
UUD 1945 dan penyelesaiannya dalam pasal 27,28.29,30,31, 32, 33. dan 34).

b. Aspek Formal

Mempersoalkan proses dan cara rakyat menunjuk wakil-wakilnya dalam


badan-badan perwakilan rakyat dan pemerintahan dan bagaimana mengatur
permusyawaratan wakil-wakil rakyat secara bebas, terbuka, dan jujur untuk
mencapai kesepakatan bersama.

c. Aspek Normatif

Mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah yang membimbing dan


menjadi kriteria pencapaian tujuan.

d. Aspek Optatif

Mengetengahkan tujuan dan keinginan yang hendak dicapai.

e. Aspek Organisasi

Mempersoalkan organisasi sebagai wadah pelaksaan demokrasi


pancasila di mana wadah tersebut harus cocok dengan tujuan yang hendak
dicapai.

f. Aspek Kejiwaan

Menjadi semangat para penyelenggara negara dan semangant para


pemimpin pemerintah.

C. Prisip-Prinsip Demokrasi Pancasila

Adapun Prinsip-prinsip Pancasila:

a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia


5

b. Keseimbangan antara hak dan kewajiban


c. Pelaksanaan kebebasan yang bertanggung jawab secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain
d. Mewujudkan rasa keadilan social
e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.
f. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan
g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

D. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia dalam Waktu 50 Tahun


a. Periode 1945-1949 dengan Undang-Undang 1945 seharusnya berlaku
demokrasi Pancasila, namun dalam penerapan berlaku demokrasi Liberal.
b. Periode 1949-1950 dengan konstitusi RIS berlaku demokrasi liberal.
c. Periode 1950- 1959 UUDS 1950 berlaku demokrasi Liberal dengan multi-
Partai
d. Periode 1959-1965 dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi
Pancasila namun yang diterapkan demokrasi terpimpin ( cenderung otoriter)
e. Periode 1966-1998 dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila
(cenderung otoriter)
f. Periode 1998- sekarang UUD 1945, berlaku Demokrasi Pancasila
( cenderung ada perubahan menuju demokratisasi

E. Pancasila sebagai Landasan Demokrasi Indonesia

Karena Pancasila telah kita akui dan terima sebagai Filsafah dan
Pandangan Hidup Bangsa serta Dasar Negara RI, maka Pancasila harus menjadi
landasan pelaksanaan demokrasi Indonesia. Kalau kita membandingkan dengan
demokrasi Barat yang sekarang menjadi acuan bagi kebanyakan orang, khususnya
kaum pakar politik Indonesia, ada perbedaan yang mencolok sebagai akibat
perbedaan pandangan hidup. Sebagaimana sudah diuraikan dalam makalah
Perbedaan Pikiran Barat dan Pancasila, perbedaan prinsipiil atau mendasar dalam
pandangan hidup Barat dan Indonesia adalah tempat Individu dalam pergaulan
hidup. Dalam pandangan Barat individu adalah mahluk otonom yang bebas
6

sepenuhnya untuk mengejar semua kehendaknya. Bahwa individu membentuk


kehidupan bersama dengan individu lain adalah karena dorongan rasionya untuk
memperoleh keamanan dan kesejahteraan yang terjamin, bukan karena secara
alamiah individu ditakdirkan hidup bersama individu lain. Sebaliknya dalam
pandangan Indonesia individu adalah secara alamiah bagian dari kesatuan lebih
besar, yaitu keluarga, sehingga terjadi Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan
dalam Perbedaan. Oleh sebab itu pandangan bangsa Indonesia adalah bahwa
hidup merupakan Kebersamaan atau Kekeluargaan. Individu diakui dan
diperhatikan kepentingannya untuk mengejar yang terbaik baginya, tetapi itu tidak
lepas dari kepentingan Kebersamaan / Kekeluargaan.

Kalau pelaksanaan demokrasi Barat dinamakan sekuler dalam arti bahwa


tidak ada faktor Ketuhanan atau religie yang mempengaruhinya, sebaliknya
demokrasi Indonesia tidak dapat lepas dari faktor Ketuhanan Yang Maha Esa
sebagai sila pertama Pancasila. Meskipun NKRI bukan negara berdasarkan agama
atau negara agama, namun ia bukan pula negara sekuler yang menolak faktor
agama dalam kehidupan bernegara. Ada yang mengritik “sikap bukan ini bukan
itu” sebagai sikap yang a-moral dan ambivalent, tetapi dalam perkembangan cara
berpikir dalam melihat Alam Semesta, khususnya yang dibuktikan oleh Quantum
Physics , hal ini normal. Justru karena sikap itu demokrasi Indonesia tidak pernah
boleh lepas dari faktor moral.

Demokrasi Barat cenderung diekspresikan dalam urusan kepentingan


politik mengejar kemenangan dan kekuasaan. Dalam demokrasi Barat adalah
normal kalau partai politik mengejar kekuasaan agar dengan kekuasaan itu dapat
mewujudkan kepentingannya dengan seluas-luasnya (The Winner takes all). Ia
hanya mengakomodasi kepentingan pihak lain karena dan kalau itu sesuai dengan
kepentingannya. Jadi sikap Win-Win Solution yang sekarang juga sering
dilakukan di Barat bukan karena prinsip Kebersamaan, melainkan karena faktor
Manfaat semata-mata.
7

Di Indonesia berdasarkan Pancasila demokrasi dilaksanakan melalui


Musyawarah untuk Mufakat. Jadi dianggap tidak benar bahwa pihak yang sedikit
jumlahnya dapat di”bulldozer” oleh pihak yang besar jumlahnya. Itu berarti
bahwa demokrasi Indonesia pada prinsipnya mengusahakan Win-Win Solution
dan bukan karena faktor manfaat semata-mata. Namun demikian, kalau
musyawarah tidak kunjung mencapai mufakat sedangkan keadaan memerlukan
keputusan saat itu, tidak tertutup kemungkinan penyelesaian didasarkan jumlah
suara. Maka dalam hal ini voting dilakukan karena faktor Manfaat, terbalik dari
pandangan demokrasi Barat.

Dalam demokrasi Indonesia tidak hanya faktor Politik yang perlu


ditegakkan, tetapi juga faktor kesejahteraan bagi orang banyak sebagaimana
dikehendaki sila kelima Pancasila. Jadi demokrasi Indonesia bukan hanya
demokrasi politik, tetapi juga demokrasi ekonomi dan demokrasi sosial. Bahkan
sesuai dengan Tujuan Bangsa dapat dikatakan bahwa demokrasi Indonesia adalah
demokrasi kesejahteraan dan kebahagiaan dan bukan demokrasi kekuasaan seperti
di Barat. Hal itu kemudian berakibat bahwa pembentukan partai-partai politik
mengarah pada perwujudan kehidupan sejahtera bangsa (lihat makalah
sebelumnya : Pancasila dan Partai Politik). Karena demokrasi Indonesia adalah
demokrasi kesejahteraan, maka wahana pelaksanaan demokrasi Indonesia tidak
hanya partai politik. Banyak anggota masyarakat mengutamakan perannya dalam
masyarakat sebagai karyawan atau menjalankan fungsi masyarakat tertentu untuk
membangun kesejahteraan, bukan sebagai politikus. Mereka tidak berminat turut
serta dalam partai politik. Karena kepentingan bangsa juga meliputi mereka, maka
selayaknya mereka ikut pula dalam proses demokrasi, termasuk demokrasi politik.
Oleh sebab itu di samping peran partai politik ada peran Golongan Fungsional
atau Golongan Karya (Golkar).]

Demikian pula Indonesia adalah satu negara yang luas wilayahnya dan
terbagi dalam banyak Daerah yang semuanya termasuk dalam Keluarga Bangsa
Indonesia. Oleh sebab itu di samping peran partai politik dan golkar, harus
diperhatikan juga partisipasi Daerah dalam mengatur dan mengurus bangsa
8

Indonesia sebagai satu Keluarga. Karena itu ada Utusan Daerah yang mewakili
daerahnya masing-masing dalam menentukan jalannya Bahtera Indonesia.
Sebagaimana prinsip Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam Perbedaan
menjamin setiap bagian untuk mengejar yang terbaik, maka Daerah yang banyak
jumlahnya dan aneka ragam sifatnya perlu memperoleh kesempatan mengurus
dirinya sesuai pandangannya, tetapi tanpa mengabaikan kepentingan seluruh
bangsa dan NKRI. Otonomi Daerah harus menjadi bagian penting dari demokrasi
Indonesia dan mempunyai peran luas bagi pencapaian Tujuan Bangsa.

F. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Dasar Pengatur Sistem Pemerintahan

Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) merupakan dasar untuk


mengatur sistem pemerintahan yang diperlukan demokrasi Indonesia. Yang
dimaksud adalah UUD 1945 yang belum dirobah dengan 4 Amandemen tahun
2002. Sebab setelah ada 4 Amandemen itu hakikatnya UUD 1945 telah berubah
jiwanya dari Pancasila ke individualis-liberalis. Jadi tidak cocok dengan keperluan
kita. Karena itu harus kita kembalikan Undang-Undang Dasar 1945 kepada
kondisinya yang asli. Tentu hal ini akan mendapat perlawanan pihak-pihak yang
mengalami keuntungan dari perubahan yang telah terjadi sejak UUD 1945 di-
amandemen. Namun pengembalian UUD 1945 ke yang asli sangat mendasar
kalau bangsa Indonesia berpegangan pada Pancasila sebagai Pandangan Hidup
Bangsa dan Dasar Negara RI. Tidak mungkin satu bangsa melakukan aktivitas
politik yang bertentangan dengan UUDnya.

Kondisi UUD 1945 setelah amandemen serba tak keruan. UUD 1945 yang terdiri
dari Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan setelah amandemen masih ada
Pembukaan yang tidak berbeda dari semula, Akan tetapi Penjelasan ditiadakan,
sedangkan dalam Batang Tubuh diadakan perubahan Pasal-Pasal yang isinya
bertentangan dengan Pembukaan. Pasal-Pasal baru itu banyak yang berjiwa
individualisme-liberalisme. untuk mengembalikan UUD 1945 ke aslinya ada 2
alternatif jalan. Yang pertama adalah mengembalikan UUD 1945 yang asli
sebagai UUD yang sah. Ini dapat dilakukan melalui berbagai kemungkinan,
9

seperti didekritkan oleh Presiden RI, melalui keputusan DPR minta MPR
bersidang atau melalui Referendum. Yang kedua adalah melalui proses
pengkajian kembali UUD 1945 sehingga pengkajian ini menghasilkan UUD yang
sesuai dengan UUD 1945 asli, tetapi mungkin dengan tambahan untuk
penyempurnaannya.

Jalan pertama, terutama melalui satu dekrit Presiden RI, adalah cara paling
cepat. Akan tetapi secara politik dipertanyakan apakah Presiden RI bersedia
melakukannya. Jalan DPR amat sukar berhasil karena akan ditentang banyak
anggota DPR yang diuntungkan oleh keadaan UUD 1945 setelah di-amandemen.
Sedangkan melalui referendum juga memerlukan persetujuan DPR yang amat
besar kemungkinan menolak . Jadi harus ditempuh jalan kedua, yaitu melalui
pengkajian. Ini satu proses lama tapi dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Sebab melalui pengkajian kembali dapat dihilangkan semua akibat buruk dari
amandemen, yaitu yang membuat batang tubuh UUD bertentangan dengan
Pembukaannya sendiri. Dapat diperoleh penyempurnaan UUD 1945, kalau
dianggap perlu, dengan mengadakan penambahan. Akan tetapi tidak dalam bentuk
amandemen melainkan sebagai addendum UUD 1945. Juga Penjelasan UUD
dapat dikembalikan, karena UUD tanpa Penjelasan kurang menjamin adanya
pemahaman yang benar dari isi UUD itu. Dengan semangat yang kuat untuk
memounyai kembali UUD 1945 yang sesuai dengan Pancasila kita harapkan
pengkajian ini dapat dilakukan secepat dan setepat mungkin.

Pengkajian ini harus dilakukan satu Pantitya yang dibentuk secara khusus,
terdiri dari pakar hukum dan politik yang patriot Indonesia dan berjiwa serta
memahami Pancasila. Hasil pengkajian diserahkan kepada MPR yang
menyatakannya sebagai UUD yang berlaku di Indonesia. Hanya harus diwaspadai
bahwa Panitya Pengkajian terdiri dari orang-orang yang patriot Indonesia dan
bukan orang yang terpikat oleh ideologi dan paham lain atau yang mudah kena
pengaruh pihak luar yang menginginkan lenyapnya Pancasila.serta menggunakan
berbagai cara, termasuk uang, untuk mencapai tujuannya. Demikian pula MPR
10

harus mempunyai cukup banyak anggota yang setia kepada Pancasila dan
perwujudannya, khususnya yang duduk sebagai pimpinan MPR.

Berdasarkan UUD 1945 yang disempurnakan dan ada kesamaan jiwa


antara Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan, disusun Sistem Politik
Indonesia. Pertama harus diwujudkan ketentuan bahwa Kedaulatan ada di tangan
Rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Itu berarti harus disusun MPR yang terdiri dari anggota yang berasal dari Partai
Politik dan dipilih melalui Pemilihan Umum. Selain itu ada anggota MPR yang
berasal dari Golongan Fungsional atau Karya (golkar) dan anggota yang
merupakan Utusan Daerah, yaitu Daerah Tingkat Satu atau Provinsi.

Hal ini mengharuskan dibentuk Sekretariat Bersama Golongan Karya


(Sekber Golkar) untuk mewadahi berbagai organisasi fungsional atau kekaryaan.
Sekber Golkar menetapkan siapa dari organisasi fungsional menjadi anggota MPR
.
Sedangkan Utusan Daerah ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) masing-masing Provinsi. Seluruh anggota MPR berjumlah 1000 orang
atau lebih, tetapi tidak melebihi 1500 orang.

Sebagai Penjelmaan Rakyat, MPR memegang kekuasaan tertinggi di


NKRI. Ia menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang harus
menjadi pedoman segala kegiatan Negara dan Bangsa untuk masa mendatang .
Ia mengangkat Presiden RI untuk memegang kekuasaan pemerintahan dan
melaksanakan GBHN. Serta menetapkan Wakil Presiden RI untuk membantu
Presiden RI .

Pemilihan Presiden RI dan Wakil Presiden RI langsung oleh Rakyat


sebagaimana sekarang terjadi menambah legitimacy Presiden dan Wakil Presiden.
Akan tetapi dapat menjadikan kurang tegas ketentuan bahwa MPR memegang
kekuasaan tertinggi di NKRI. Di samping Presiden RI ada Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) yang nebengeordnet atau sama tinggi kedudukannya dengan
11

Presiden. Presiden sebagai pemegang kekuasaan membentuk undang-undang


selalu memerlukan persetujuan DPR, termasuk undang-undang tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dengan jalan itu DPR menjalankan control atau pengawasan terhadap


pelaksanaan fungsi Presiden. Karena pengawasan ini erat hubungannya dengan
pelaksanaan GBHN yang berasal dari MPR, maka DPR melakukan pengawasan
atas nama MPR. Sebab itu anggota DPR adalah berasal dari MPR yang
menetapkan separuh dari jumlah anggotanya menjadi anggota DPR. Dengan
begitu dalam DPR ada anggota yang berasal dari Parpol, Golkar maupun Utusan
Daerah karena semua mereka sebagai bagian dari Penjelmaan Rakyat
berkepentingan atas pelaksanaan pemerintahan yang baik.

Presiden RI didampingi Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang


pimpinan dan anggotanya ditetapkan melalui undang-undang, berarti hasil
susunan Presiden dengan persetujuan DPR. DPA memberikan advis kepada
Presiden, diminta atau tidak diminta. Presiden RI juga didampingi Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang juga dibentuk berdasarkan undang-undang.
BPK berfungsi untuk memeriksa tanggungjawab keuangan negara dan
menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR. Presiden RI juga didampingi
Mahkamah Agung (MA) yang dibentuk menurut undang-undang. MA memimpin
seluruh badan kehakiman NKRI yang dibentuk menurut undang-undang.

Untuk menjalankan pemerintahan Presiden RI mengangkat Menteri-


Menteri yang memimpin departemen pemerintahan atau memimpin badan non-
departemen. Presiden RI, Wakil Presiden RI beserta semua Menteri merupakan
Pemerintah RI. Di dalam menjalankan fungsi pemerintahan Presiden
bertanggungjawab kepada MPR sedangkan para Menteri bertanggungjawab
kepada Presiden RI.

Indonesia terdiri dari Daerah-Daerah Tingkat Satu atau Provinsi yang


ditetapkan dengan undang-undang. Demikian pula Daerah Tingkat Satu terdiri
12

dari Daerah Tingkat II atau Kabupaten dan Kota yang juga dibentuk dengan
undang-undang.
Untuk memberikan otonomi yang luas kepada Daerah maka semua Daerah
Tingkat Dua adalah daerah otonom. Sedangkan Daerah Tingkat Satu memegang
kekuasaan pemerintahan yang mewakili Pusat dalam memimpin Daerah Tingkat
Dua sebagai bagian integral NKRI.

Atas dasar itu Kepala Daerah Tingkat Dua, yaitu Bupati dan Wali Kota,
dipilih langsung oleh Rakyat, kecuali pimpinan Kota yang berada di Daerah
Tingkat Satu Jakarta Raya. Setiap Daerah Tingkat Dua mempunyai Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Tk Dua yang anggotanya dipilih oleh Rakyat dan
ditetapkan oleh Sekber Golkar. DPRD II membantu Bupati / Wali Kota dalam
menjalankan pemerintahan di daerahnya. Dalam menjalankan pekerjaannya
Bupati / Wali Kota bertanggungjawab kepada Gubernur / Kepala Daerah Tingkat
Satu. Kepala Daerah Tingkat Satu, yaitu Gubernur, ditetapkan oleh Presiden RI
berdasarkan usul yang diajukan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat Satu .
Gubernur merupakan perpanjangan Pemerintah Pusat untuk mengatur jalannya
pemerintahan di Daerah Tk I sesuai dengan ketentuan otonomi daerah. Dalam
pekerjaannya Gubernur bertanggungjawab kepada Presiden RI. Gubernur dibantu
Dewan Perwakilan Daerah Tingkat Satu yang anggotanya dipilih oleh Rakyat dan
ditetapkan oleh Sekber Golkar. Gubernur bersama DPRD I menetapkan Utusan
Daerah untuk duduk dalam MPR.

UUD 1945 di samping mengatur Demokrasi Politik juga mengatur


Demokrasi Ekonomi. Manusia Indonesia tidak hanya mempunyai aspirasi politik
yang ingin diwujudkan dalam sistem pemerintahan. Ia juga ingin aspirasi
ekonominya atau aspirasi kesejahteraannya terjamin dalam sistem pemerintahan
yang dijalankan. Ia ingin agar seluruh bangsa dan masyarakat mencapai hidup
yang sejahtera dan berkeadilan.dalam wujud Demokrasi Ekonomi adalah bahwa
mayoritas bangsa atau 90% jumlah penduduk atau lebih adalah Golongan
Menengah. Golongan Menengah itu menguasai 75-80% kekayaan nasional. Ada
rakyat yang menjadi kaya karena kecakapan dan kecerdasan berusaha melebihi
13

yang lain. Akan tetapi Golongan Kaya ini tidak akan lebih dari 5% jumlah
penduduk dan menguasai 15-20% kekayaan nasional. Demikian pula pasti ada
saja rakyat yang tergolong miskin, tetapi itu tidak lebih dari 5% jumlah penduduk
dengan sekitar 5% kekayaan nasional. Untuk mencapai susunan masyarakat itu
diusahakan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, bukan untuk golongan tertentu
yang sedikit jumlahnya. Produksi dikerjakan oleh semua untuk semua, hal mana
mengandung makna bahwa semua orang yang termasuk angkatan kerja
memperoleh pekerjaan sehingga juga memperoleh penghasilan.

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan azas


kekeluargaan. Dikembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang luas.
Untuk itu bangun perusahaan yang sesuai adalah koperasi, tetapi tidak dilarang
bentuk usaha lain. Karena kekayaan bumi dan alam harus memberikan
kesejahteraan setinggi-tingginya bagi bangsa seluruhnya, maka itu harus dikuasai
negara. Dibentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menjalankan
produksi yang penting bagi negara. Di samping itu berkembang Usaha Swasta
besar dan kecil karena tidak semua usaha perlu dilakukan BUMN. Yang penting
adalah bahwa baik BUMN maupun Usaha Swasta menjalankan produksi yang
meningkatkan kesejahteraan bangsa secara keseluruhan. Kehidupan ekonomi
nasional harus mempunyai daya saing yang tinggi agar benar-benar
mendatangkan kesejahteraan tinggi bagi seluruh bangsa. Pada waktu ini
Demokrasi Ekonomi sebagaimana digambarkan masih belum terwujud.
Masyarakat Indonesia masih diliputi kemiskinan yang luas dan kekayaan bumi
dan alam masih belum memberikan kesejahteraan memadai bagi bangsa
seluruhnya; malahan mungkin lebih banyak memberikan keuntungan kepada
bangsa asing.

Aspirasi Manusia Indonesia juga mengandung aspek Demokrasi Sosial di


samping Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi. Sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab jelas sekali menunjukkan pentingnya Demokrasi Sosial.
Sebab itu semua warga negara sama kedudukannya dalam hukum dan semua
harus menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa memandang tingkat
14

kedudukannya dan asal golongannya. Semua warga berhak atas kehidupan yang
layak sebagai manusia yang berharga. Kemerdekaan tiap-tiap penduduk dalam
memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing harus dijamin, termasuk
peribadatannya. Demikian pula semua warga negara berhak mendapat Pendidikan
Sekolah yang ditanggung sepenuhnya oleh Negara, paling sedikit sampai tingkat
Pendidikan Menengah. Kalau ada rakyat yang termasuk fakir miskin dan anak
terlantar, maka itu menjadi tanggungjawab Negara untuk mengurusnya.

Dalam mewujud dari Demokrasi Sosial adalah terlaksananya Gotong


Royong di setiap aspek kehidupan bangsa. Dengan begitu terwujud kehidupan
bangsa yang tenteram-damai-produktif dan tidak terganggu oleh konflik antara
golongan kaya dan miskin, antara etnik yang berbeda, atau antara umat agama
yang beda. Untuk menjamin keadaan itu lebih nyata, maka semua warga berhak
dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara sebagai tanda ikatannya kepada
NKRI.
Pada waktu ini Demokrasi Sosial masih jauh dari kenyataan. Gotong Royong
makin sukar ditemukan, sedangkan pertentangan antara golongan belum selesai,
khususnya antara umat agama yang beda dan antara etnik yang berlainan.

Demokrasi dalam Pancasila baru terwujud memadai kalau baik Demokrasi


Politik maupun Demokrasi Ekonomi dan Demokrasi Sosial menjadi kenyataan.

G. Mewujudkan Dinamika dan Kreativitas Bangsa

Demokrasi dalam Pancasila merupakan jalan dan sarana penting untuk


mencapai Tujuan Bangsa, yaitu Masyarakat yang maju, adil dan sejahtera. Itu
hanya terwujud kalau kehidupan bangsa diliputi Dinamika dan Kreativitasi yang
tinggi. Untuk itu kehidupan warga mendapat jaminan penuh oleh Negara untuk
melakukan berbagai kebebasan, termasuk kebebasan berserikat dan berkumpul,
kebebasan menjalankan agama dan kepercayaannya, kebebasan menyatakan
pendapat secara lisan dan tertulis. Kebebasan ini perlu agar berkembang dinamika
dalam berpikir dan bertindak dilandasi kreativitas tinggi.
15

Namun perlu disadari bahwa kebebasan yang berlebihan, apalagi yang


mutlak, justru mengundang perpecahan dan konflik antara warga. Hal itu akan
malahan menjauhkan masyarakat dan bangsa dari kemajuan yang diinginkan. Hal
itu kita rasakan sendiri sekarang sejak Reformasi 1998 tidak menyadari hal itu.
Sebab itu prinsip Perbedaan dalam Kesatuan, Kesatuan dalam Perbedaan harus
selalu dipegang teguh. Karena hal demikian tidak dapat sepenuhnya diserahkan
kepada warga orang per orang, maka diperlukan berfungsinya Hukum secara
efektif. Sebab itu amat penting bahwa Hukum harus ditegakkan secepat mungkin
dengan dilakukan oleh aparat hukum yang dapat diandalkan kecakapan dan
kejujurannya. Namun di atas itu semua amat penting bahwa Semangat para
Penyelenggara Negara adalah tepat dan sesuai dengan usaha mencapai Tujuan
Bangsa. Hal itu pun ditegaskan dalam Penjelasan UUD 1945. Semangat yang
tepat itu harus terwujud dalam cara berpikir dan bertindak yang tepat dalam
Memimpin dan Mengelola Negara sesuai dengan posisi dan kedudukannya.
16

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian telah kita lihat bahwa demokrasi di Indonesia telah


berjalan dari waktu ke waktu. Namun kita harus mengetahui bahwa pengertian
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dihayati oleh bangsa dan negara
Indonesia yang dijiwai dan diintegrasikan oleh nilai-nilai luhur Pancasila. Adapun
aspek dari Demokrasi Pancasila antara lain di bidang aspek Aspek Material (Segi
Isi/Subsrtansi), Aspek Formal, Aspek Normatif, Aspek Optatif, Aspek Organisasi,
Aspek Kejiwaan. Namun hal tersebut juga harus didasari dengan prinsip pancasila
dan dengan tujuan nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu, kita dapat
merasakan demokrasi dalam istilah yang sebenarnya.

B. Saran
Pamakalah menyadari mungkin dalam penulisan makalah ini bayak
kekurangan dan kesilapan karena makalah mengharapkan kritik dan saran dari
dosen pembimbing dan teman-teman demi kesempurnaan makalah ini
17

DAFTAR PUSTAKA

MM, Drs. Budiyanto. 2002. Kewarganegaraan SMA Untuk Kelas X.


Jakarta: Erlangga.

Dkk, Suardi Adubakar. 2002. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan Untuk Kelas 2 SMU. Bogor: Yudistira.

Budiardjo, Miriam. 2002. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.

Israil, Idris. 2005. Pendidikan Pembelajaran dan Penyebaran


Kewarganegaraan. Malang : Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.

Sharma, P. 2004. Sistem Demokrasi Yang Hakiki. Jakarta : Yayasan Menara


Ilmu.

http://www.e-dukasi.net/modul_online/MO_21/ppkn203_07.htm

http://www.wikipedia.org

You might also like