Professional Documents
Culture Documents
BANK INDONESIA
TAHUN 2008
BANK INDONESIA
DAFTAR ISI
Neraca ------------------------------------------------------------------------------------------- 3
A. Umum ----------------------------------------------------------------------------------- 9
Lampiran
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersama ini kami sampaikan
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008 yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Laporan Keuangan ini terdiri dari Neraca per 31 Desember
2008, Laporan Surplus Defisit, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas, masing-masing
untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008, berikut Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008 ini memperoleh Pendapat Wajar
Tanpa Pengecualian dari BPK-RI. Perolehan pendapat tersebut secara berturut-turut dalam kurun
waktu 6 (enam) tahun terakhir ini merupakan sebuah pencapaian yang membesarkan hati dan
mencerminkan komitmen Bank Indonesia untuk senantiasa transparan dan akuntabel, dalam kerangka
perwujudan tata kelola yang baik (good governance). Pada gilirannya, hal ini diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan para stakeholders, sehingga Bank Indonesia dapat melaksanakan tugas di
masa yang akan datang dengan lebih baik.
Sesuai hasil pemeriksaan BPK-RI atas Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun
2008, rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia adalah sebesar 10,38%. Sementara itu,
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Surplus Bank Indonesia dibagi sebesar 30%
untuk Cadangan Tujuan (selama penyelesaian Bantuan Likuiditas Bank Indonesia belum berakhir
Cadangan Tujuan ditetapkan sebesar 10%) dan sisanya dipupuk sebagai Cadangan Umum sehingga
jumlah modal dan Cadangan Umum menjadi 10% dari kewajiban moneter. Dengan demikian, terdapat
kelebihan surplus yang menjadi bagian Pemerintah sebesar 0,38% dari kewajiban moneter Bank
Indonesia atau sebesar Rp2.646 miliar. Berdasarkan Kesepakatan Bersama antara Pemerintah dan Bank
Indonesia tanggal 27 November 2006, sisa surplus tersebut akan digunakan untuk mengangsur pokok
Obligasi Negara No.SRBI-01/MK/2003. Dengan angsuran tersebut, hingga saat ini telah dilakukan tiga
kali angsuran pokok Obligasi Negara No.SRBI-01/MK/2003 melalui cara pelunasan yang bersumber
dari surplus Bank Indonesia.
Pada kesempatan ini, perkenankan pula Dewan Gubernur Bank Indonesia menyampaikan
terima kasih kepada BPK-RI atas saran dan masukannya bagi perbaikan pelaksanaan tugas yang terus
iii
menerus di Bank Indonesia. Selanjutnya, terima kasih dan penghargaan juga kami sampaikan kepada
para pimpinan Satuan Kerja dan seluruh jajaran Bank Indonesia, yang telah menunjukkan kesungguhan,
komitmen, dan kerjasama yang baik dalam melaksanakan tugas masing-masing serta dalam
menindaklanjuti setiap saran dan masukan dari BPK-RI, sehingga Bank Indonesia dapat
mempertahankan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.
Disamping dalam bentuk buku Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008,
laporan keuangan ini dipublikasikan pula melalui situs resmi Bank Indonesia (http://www.bi.go.id), dan
sebagai bagian dari buku Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2008.
Akhir kata, semoga laporan keuangan ini dapat menjadi referensi yang dapat memberi manfaat
dan nilai tambah bagi masyarakat.
Ardhayadi M.
iv
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 05/01/LHP/XV/04/2009
Kami telah mengaudit Neraca Bank Indonesia tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007,
serta Laporan Surplus Defisit, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab Manajemen Bank
Indonesia. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.
Kami juga telah melakukan pengujian atas kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan
pengendalian intern Bank Indonesia. Struktur pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan adalah tanggung jawab Manajemen Bank Indonesia. Laporan atas hasil
pengujian ini dilaporkan dalam laporan-laporan terpisah dari laporan auditor independen atas Laporan
Keuangan Bank Indonesia.
Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara yang ditetapkan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan yang memberlakukan Standar Profesional Akuntan Publik yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan
melaksanakan audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas
dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian
atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta
penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami
memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan Bank Indonesia per 31 Desember 2008 dan 31
Desember 2007, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal
tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan kebijakan akuntansi khusus
atas transaksi yang umumnya dilakukan Bank Sentral seperti dijelaskan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan butir B.
1
Seperti diuraikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan butir C.9, Bank Indonesia mencatat tagihan
kepada Pemerintah dalam bentuk Obligasi Negara Seri SRBI-01/MK/2003 senilai Rp129,34 triliun.
Dalam salah satu persyaratan obligasi tersebut dinyatakan bahwa pelunasan obligasi bersumber dari
surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan dilakukan apabila rasio modal terhadap
kewajiban moneter Bank Indonesia telah mencapai di atas 10% (sepuluh persen). Cara pelunasan
seperti itu dapat menimbulkan adanya ketidakjelasan mengenai saat dan jumlah pelunasan obligasi
tersebut oleh Pemerintah di masa mendatang.
Hasil pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan pengendalian intern kami
sampaikan dalam laporan terpisah Nomor 05/02/LHP/XV/04/2009 dan Nomor
05/03/LHP/XV/04/2009 yang bertanggal sama, 15 April 2009.
2
BANK INDONESIA
NERACA
Per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007
(Dalam Jutaan Rupiah)
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
3
BANK INDONESIA
NERACA
Per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007
(Dalam Jutaan Rupiah)
A. KEWAJIBAN
1. Uang dalam Peredaran B.21, C.15 264.399.922 220.794.779
2. Giro 185.447.235 192.066.106
2.1 Pemerintah B.4, B.22, C.16 97.228.550 21.918.360
2.2 Bank B.4, B.22, C.17 85.197.077 168.612.400
2.3 Lainnya B.4, B.22, C.18 3.021.608 1.535.346
3. Sertifikat Bank Indonesia B.23, C.19 175.342.804 244 .570.156
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah B.24, C.20 2.824.300 2.598.500
5. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia B.25, C.21 75.673.367 48.925.248
6. Surat Berharga – Reverse Repo B.26 0 0
7. Pinjaman dari Pemerintah B.4, B.27, C.22 206.023 223.614
8. Pinjaman Luar Negeri B.4, B.28, C.23 7.479.880 6.798.280
9. Kewajiban Lain-lain B.19, C.24 2.980.279 145.420.665
JUMLAH KEWAJIBAN 714.353.810 861.397.348
B. EKUITAS
1. Modal C.25 7.610.885 7.610.885
2. Cadangan Umum C.26 49.663.865 50.767.097
3. Cadangan Tujuan C.26 13.364.549 13.683.337
4. Keuntungan Atau Kerugian Yang
Belum Direalisasi B.29, C.27 61.957.127 40.990.336
5. Surplus (Defisit) Tahun Berjalan 17.248.955 (1.422.020)
JUMLAH EKUITAS 149.845.381 111.629.635
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS 864.199.191 973.026.983
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
4
BANK INDONESIA
LAPORAN SURPLUS (DEFISIT)
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008
dan 1 Januari s.d. 31 Desember 2007
(Dalam Jutaan Rupiah)
PENERIMAAN
1. Pengelolaan Moneter 44.731.394 28.387.328
1.1 Pengelolaan Devisa C.28 40.203.455 24.213.515
1.2 Kegiatan Pasar Uang 249.644 78.047
1.3 Pemberian Kredit dan Pembiayaan C.29 4.278.295 4.095.766
2. Pengelolaan Sistem Pembayaran C.30 168.974 153.123
3. Pengawasan Perbankan 180.546 145.864
4. Lainnya C.31 250.236 350.158
BEBAN
1. Pengendalian Moneter 21.272.917 25.032.584
1.1 Operasi Pasar Terbuka C.32 20.837.295 24.463.229
1.2 Pengelolaan Devisa C.33 36.313 25. 624
1.3 Pinjaman Luar Negeri C.34 260.808 368.070
1.4 Lainnya 138.501 175.661
2. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran C.35 1.650.612 1.646.299
2.1 Sistem Pembayaran Tunai 1.585.365 1.568.871
2.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 65.247 77.428
3. Pengaturan dan Pengawasan Perbankan 158.202 153.288
4. Umum dan Lainnya C.36 5.000.464 3.626.322
4.1 SDM dan Logistik 4.105.046 3.541.579
4.2 Lainnya 895.418 84.743
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
5
BANK INDONESIA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS DAN RASIO MODAL
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008
(Dalam Jutaan Rupiah)
I. EKUITAS
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
6
BANK INDONESIA
LAPORAN ARUS KAS
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008
(Dalam Jutaan Rupiah)
1 Januari -
31 Desember 2008
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
7
BANK INDONESIA
LAPORAN ARUS KAS
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2008
(Dalam Jutaan Rupiah)
1 Januari -
31 Desember 2008
Lihat Catatan atas Laporan Keuangan terlampir, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Laporan Keuangan.
8
A. UMUM
Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang didirikan berdasarkan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004.
Sesuai Pasal 7 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004, tujuan
Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Untuk mencapai tujuan
tersebut, Bank Indonesia mempunyai tugas sebagai berikut:
(i) Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
(ii) Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan
(iii) Mengatur dan mengawasi bank.
Sehubungan dengan tugas tersebut, semua kegiatan Bank Indonesia dilakukan tidak atas dasar
pertimbangan komersial, melainkan lebih diarahkan pada pengendalian nilai Rupiah, serta
pemeliharaan sistem pembayaran dan perbankan nasional.
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Bank Indonesia dipimpin oleh Dewan Gubernur yang
terdiri dari seorang Gubernur dan seorang Deputi Gubernur Senior, serta sekurang-kurangnya 4
(empat) orang atau sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur. Adapun susunan Dewan
Gubernur pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebagai berikut:
Gubernur : Boediono
Deputi Gubernur Senior : Miranda S. Goeltom
Deputi Gubernur : Hartadi A. Sarwono
Siti Ch. Fadjrijah
S. Budi Rochadi
Muliaman D. Hadad
Budi Mulya
Ardhayadi Mitroatmodjo
Dalam kurun waktu 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008, Gubernur Bank Indonesia Sdr.
Burhanuddin Abdullah diberhentikan dengan hormat mengingat masa jabatan yang bersangkutan
telah berakhir. Selanjutnya, berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 34/P Tahun 2008 tanggal 15
Mei 2008, Sdr. Boediono diangkat menjadi Gubernur Bank Indonesia.
Bank Indonesia berkantor pusat di Jalan M.H. Thamrin Nomor 2 Jakarta, memiliki 41 (empat puluh
satu) Kantor Bank Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah Republik Indonesia dan 4 (empat)
Kantor Perwakilan Bank Indonesia di luar negeri dengan jumlah pegawai sebanyak 6.091 orang.
9
B. KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN
Penyajian Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia per 31 Desember 2008 ini mengikuti ketentuan
sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 8/82/INTERN tanggal 26 Desember
2006 tentang Laporan Keuangan Bank Indonesia.
Kebijakan Akuntansi yang dianut Bank Indonesia diatur dalam Pedoman Akuntansi Keuangan Bank
Indonesia (PAKBI). PAKBI tersebut disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), International Accounting Standard (IAS), Peraturan Intern Bank Indonesia, dan praktik-praktik
yang lazim dilakukan oleh bank sentral negara lain, serta kesepakatan-kesepakatan antara Bank
Indonesia dan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) dengan Dewan Standar
Akuntansi Keuangan – Ikatan Akuntan Indonesia. Agar senantiasa sejalan dengan perkembangan SAK
dan IAS, PAKBI selalu disempurnakan, terakhir dengan Surat Edaran Nomor 8/50/INTERN tanggal 28
September 2006 tentang Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia.
Kebijakan akuntansi yang signifikan yang diterapkan oleh Bank Indonesia secara konsisten dalam
penyusunan laporan keuangan untuk periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2008 adalah
sebagai berikut:
2. Taksiran Manajemen
Penyusunan laporan keuangan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang berlaku umum
mengharuskan manajemen membuat taksiran dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aktiva dan
kewajiban, pengungkapan aktiva dan kewajiban kontinjensi pada tanggal laporan keuangan serta
jumlah pendapatan dan beban yang dilaporkan selama periode pelaporan. Hasil aktual dapat
berbeda dari taksiran-taksiran tersebut.
10
Kurs neraca Bank Indonesia untuk valuta asing utama pada tanggal 31 Desember 2008 adalah
Rp10.950,00/USD, Rp15.432,40/EUR, Rp15.802,51/GBP, Rp16.948,52/SDR, dan
Rp12.122,90/JPY100,00.
6. Emas
Emas terdiri dari emas batangan, deposito berjangka emas, dan surat-surat berharga emas yang
dinilai secara periodik berdasarkan harga pasar. Selisih karena perubahan harga pasar emas dicatat
dalam rekening Cadangan Revaluasi Emas pada pos Keuntungan Atau Kerugian Yang Belum
Direalisasi pada kelompok Ekuitas.
7. Uang Asing
Uang asing disajikan di neraca sebesar nilai nominal.
9. Giro
Giro Bank Indonesia dalam valuta asing pada bank sentral negara lain atau pada bank di luar
negeri disajikan di neraca sebesar nilai nominal.
10. Deposito
Deposito Bank Indonesia dalam valuta asing pada bank di luar negeri disajikan di neraca sebesar
nilai nominal ditambah akrualisasi bunga yang masih harus diterima.
11
11. Surat Berharga
Surat-Surat Berharga (SSB) dalam Rupiah dan dalam valuta asing yang dimiliki oleh Bank
Indonesia dikelompokkan berdasarkan tujuan pemilikan, yaitu Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
(Held to Maturity - HTM) yang disajikan berdasarkan harga perolehan setelah amortisasi
premi/diskonto, Diperdagangkan (Trading) dan Tersedia Untuk Dijual (Available for Sale - AFS)
yang disajikan berdasarkan harga pasar. Selisih karena perubahan harga pasar atas SSB Tersedia
Untuk Dijual dicatat dalam Rekening Cadangan Revaluasi SSB pada pos Keuntungan Atau
Kerugian Yang Belum Direalisasi pada kelompok Ekuitas, sedangkan selisih karena perubahan
harga pasar atas SSB Diperdagangkan dicatat sebagai keuntungan atau kerugian tahun berjalan.
Bunga SSB yang masih harus diterima disajikan sebagai bagian dari pos Surat Berharga.
12
b. Obligasi Negara
Obligasi Negara yang termasuk dalam pos ini adalah Surat Utang Negara dengan jangka
waktu lebih dari satu tahun yang tidak dapat diperjualbelikan dan disajikan sebesar nilai
nominal yang masih outstanding.
c. Tagihan Lainnya kepada Pemerintah
Tagihan Lainnya kepada Pemerintah, termasuk bunga atas tagihan kepada Pemerintah,
disajikan di neraca sebesar jumlah tagihan yang belum dilunasi oleh Pemerintah.
17. Penyertaan
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004,
Bank Indonesia dapat melakukan penyertaan modal pada badan hukum atau badan lainnya yang
sangat diperlukan dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia.
Penyertaan dengan kepemilikan saham kurang dari 20% disajikan sebesar harga perolehan (cost),
sedangkan penyertaan dengan kepemilikan saham sebesar 20% ke atas disajikan sebesar harga
perolehan ditambah bagian laba atau rugi dari perusahaan anak setelah penyertaan tersebut
dilakukan.
Penyertaan yang dilakukan sebelum Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 2004, harus didivestasi selambat-lambatnya Januari tahun 2009, sehingga
penyertaan dengan kepemilikan saham sebesar 20% ke atas disajikan sebesar harga perolehan dan
tidak dikonsolidasikan dalam Laporan Keuangan Bank Indonesia.
Apabila terdapat penurunan nilai secara permanen, maka nilai tercatat penyertaan harus
disesuaikan sebesar nilai penurunan permanen tersebut.
13
19. Imbalan Kerja
Bank Indonesia membentuk cadangan atas imbalan kerja jangka panjang dan pasca kerja dari
pegawai yang telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan
dibayarkan di masa depan. Bank Indonesia memiliki program pensiun manfaat pasti yang didanai
melalui pembayaran kepada DAPENBI dan program Bantuan Pemilikan Rumah (Baperum) serta
Bantuan Kesehatan Pensiunan (BKP) yang didanai melalui pembayaran kepada YKKBI. Jumlah
biaya dan kewajiban imbalan kerja tersebut ditentukan oleh perhitungan aktuaris independen,
yang dilakukan secara berkala.
Biaya dan kewajiban imbalan kerja ditentukan secara terpisah untuk masing-masing program
dengan menggunakan metode penilaian aktuaris projected unit credit.
22. Giro
Giro atau simpanan pihak lain pada Bank Indonesia terdiri atas Giro dalam Rupiah dan Giro
dalam Valuta Asing yang disajikan sebesar nilai nominal. Khusus untuk giro IMF yang digunakan
untuk mencatat kewajiban kepada IMF, direvaluasi setiap tanggal 30 April dengan menggunakan
kurs SDR terhadap Rupiah yang ditetapkan oleh IMF pada tanggal tutup buku IMF. Giro IMF
disajikan di neraca sebesar nilai nominal.
14
25. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia
Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI) adalah fasilitas yang diberikan Bank Indonesia
kepada bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia. FASBI disajikan di neraca sebesar
nilai nominal dikurangi diskonto dibayar di muka.
15
C. PENJELASAN POS-POS NERACA, LAPORAN SURPLUS DEFISIT, DAN LAPORAN
PERUBAHAN EKUITAS DAN RASIO MODAL
1. Emas
Saldo emas per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing TOZ2,347,046.3100
atau setara dengan Rp22.230.636 juta dan TOZ2,347,046.3100 atau setara dengan Rp18.492.363
juta.
Nilai emas disajikan berdasarkan harga emas terkini yang tersedia di pasar London pada tanggal
31 Desember 2008, yaitu sebesar USD865.00/TOZ.
2. Uang Asing
Saldo uang asing per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan
Rp11.055 juta dan Rp8.844 juta dengan rincian sebagai berikut:
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Valas Rp juta Valas Rp juta
Uang Asing dalam persediaan:
USD 996,209.83 10.908 922,103.87 8.685
JPY 1,023,146.00 124 1,473,969.00 123
GBP 1,303.41 21 1,546.63 29
SGD 218.25 2 1,090.14 7
11.055 8.844
4. Giro
Jumlah giro valuta asing Bank Indonesia yang disimpan pada bank sentral dan bank koresponden
di luar negeri per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan
Rp34.263.410 juta dan Rp24.767.545 juta dengan rincian sebagai berikut:
16
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Valas
Bank Bank Rp juta Rp juta
Sentral Koresponden
Di antara saldo giro pada bank sentral tersebut, terdapat giro yang ditempatkan pada Repo &
Overnight, antara lain oleh Federal Reserve Bank of New York, New York, dan Bank of Japan,
Tokyo, masing-masing sebesar USD2,425,900,000.00 atau setara dengan Rp26.563.605 juta, dan
sebesar JPY24,292,825,279.00 atau setara dengan Rp2.944.995 juta. Pendapatan atas Repo &
Overnight tersebut diakui pada saat jatuh tempo.
5. Deposito
Saldo deposito dalam valuta asing per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing
setara dengan Rp7.078.295 juta dan Rp42.730.046 juta dengan rincian sebagai berikut:
a. Deposito khusus pada International Bank for Reconstruction and Development (IBRD)
merupakan deposito berjangka dalam rangka Central Bank Facility di IBRD, Washington
DC.
b. Deposito khusus pada IMF merupakan Poverty Reduction and Growth Facility (PRGF) pada
IMF sebesar SDR25,000,000.00 atau setara dengan Rp423.713 juta pada tanggal 31
Desember 2008 dan setara Rp369.053 juta pada tanggal 31 Desember 2007.
17
c. Deposito khusus lainnya pada IMF merupakan Trust for PRGF Operations for the Heavily
Indebted Poor Countries (HIPC) and Interim PRGF Subsidy Operations (“the Trust”) sebesar
SDR4,850,030.00 atau setara dengan Rp82.200 juta pada tanggal 31 Desember 2008.
d. Deposito khusus pada Indover Bank merupakan deposito sehubungan dengan pinjaman
kepada anak perusahaan. Pada tanggal 30 April 2008, deposito tersebut telah dilunasi
seluruhnya oleh Indover Bank.
Adapun jangka waktu dan kisaran tingkat suku bunga rata-rata deposito tersebut adalah sebagai
berikut:
18
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Bunga Setahun Bunga Setahun
f. JPY -
- Kurang dari 1 bulan
- 1-3 bulan - -
g. SDR
- Kurang dari 1 bulan - -
- 1-3 bulan - -
- Lebih dari 3 bulan <2,00% 4,504%
6. Surat Berharga
Surat-Surat Berharga (SSB) yang dimiliki oleh Bank Indonesia saat ini adalah SSB dalam valas
yang saldonya per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing setara dengan
Rp499.632.381 juta dan Rp592.984.296 juta dengan rincian sebagai berikut:
SSB ini merupakan penempatan dalam denominasi valuta asing terutama JPY, USD, GBP, EUR,
AUD, dan NZD.
Pada akhir tahun 2008 tidak terdapat surat-surat berharga yang diikutsertakan dalam Program
Third Party Securities Lending (TPSL), sehingga saldo Reinvest Cash Collateral SL adalah Nihil.
Untuk SSB Dimiliki Hingga Jatuh Tempo per 31 Desember 2008 sebesar Rp76.451.689 juta,
diantaranya sebesar Rp30.778.488 juta akan jatuh tempo dalam periode kurang dari 1 tahun,
sebesar Rp33.528.749 juta akan jatuh tempo dalam periode antara 1-5 tahun dan sebesar
Rp12.144.452 juta akan jatuh tempo dalam periode antara 5-10 tahun.
Untuk SSB Tersedia Untuk Dijual kategori Portofolio BI dan Automatic Investment, per 31
Desember 2008 sebesar Rp410.007.118 juta, diantaranya sebesar Rp144.183.252 juta akan jatuh
tempo dalam periode kurang dari 1 tahun, sebesar Rp220.270.960 juta akan jatuh tempo dalam
19
periode antara 1-5 tahun dan sebesar Rp45.552.906 juta akan jatuh tempo dalam periode 5-10
tahun.
Saldo Surat Utang Negara Republik Indonesia per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007
masing-masing adalah sebesar Rp19.558.846 juta dan Rp15.849.567 juta dengan rincian sebagai
berikut:
b. Surat Perbendaharaan
Negara
- Tersedia utk dijual 2.637.609 57.374 2.694.983 0 0 0
- Bunga Yang Masih
Harus Diterima 0 0 0 0 0 0
2.637.609 2.694.983 0 0
Total 20.126.413 19.558.846 15.496.633 15.849.567
Surat Utang Negara Republik Indonesia yang dimiliki oleh Bank Indonesia terdiri dari Surat
Utang Negara (SUN) jenis Obligasi Negara (ON) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) yang
dapat diperjualbelikan, yang dikelompokkan sebagai SSB Tersedia untuk Dijual.
SUN untuk jenis ON tersebut diperoleh Bank Indonesia melalui pembelian di pasar sekunder
mulai bulan April 2005 dalam rangka building stock SUN yang akan menggantikan SBI sebagai
instrumen moneter sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara yang prosesnya masih dalam pembahasan antara Bank Indonesia dan Pemerintah.
Sedangkan untuk jenis SPN diperoleh Bank Indonesia melalui pembelian di pasar perdana mulai
bulan Mei 2008.
Obligasi Negara diantaranya sebesar Rp3.030.222 juta akan jatuh tempo dalam periode antara 1-5
tahun, sebesar Rp5.923.850 juta akan jatuh tempo dalam periode 5-10 tahun dan sebesar
Rp7.498.123 juta akan jatuh tempo di atas 10 tahun.
Saldo Surat Berharga – Repo per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing
adalah sebesar Rp2.885.392 juta dan Rp239.466 juta. Surat Berharga –Repo terdiri atas SBI dan
SUN – Repo yang berjangka waktu satu hari, transaksi Fine Tune Ekspansi (FTE) dan Surat
Berharga Syariah Negara (SBSN) Repo yang berjangka waktu paling lama 14 hari.
20
9. Tagihan kepada Pemerintah
Saldo Tagihan kepada Pemerintah per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing
adalah sebesar Rp263.735.827 juta dan Rp264.174.935 juta terdiri dari:
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Rp juta Rp juta
- Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah 263.703.880 264.147.455
- Tagihan kepada Pemerintah dalam Valas 31.947 27.480
263.735.827 264.174.935
21
setiap 6 bulan sekali yaitu pada tanggal 1 April dan 1 Oktober. Pembayaran
bunga pertama kali dilakukan tanggal 1 Desember 2006 untuk pembayaran
bunga yang jatuh tempo tanggal 1 April 2006 dan tanggal 1 Oktober 2006.
(2) Pokok SU-002 diangsur sebanyak 31 kali. Angsuran pertama jatuh tempo dan
dibayar tanggal 1 April 2010 dan angsuran berikutnya jatuh tempo dan dibayar
setiap tanggal 1 April dan 1 Oktober setiap tahunnya sehingga angsuran terakhir
jatuh tempo dan dibayar pada tanggal 1 April 2025. Pembayaran angsuran
pokok dapat dilakukan secara tunai atau dibayar dengan SUN yang dapat
diperdagangkan.
Perubahan SU-002 tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Kesepakatan
Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 18 April 2006
tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor SU-002/MK/1998 dan
SU-004/MK/1999, yang didukung oleh Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia (DPR-RI) dalam Rapat Kerja antara Komisi XI DPR-RI dengan
Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 11 Oktober 2006.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tanggal 10 November 2008
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009, Menteri
Keuangan telah menerbitkan addendum kelima SU-002 yang mengubah suku bunga
dari 1% menjadi 0,1% per tahun dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009.
b) SUP Nomor SU-004/MK/1999 (SU-004)
SU-004 diterbitkan tanggal 28 Mei 1999 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 55
Tahun 1998 tentang Pinjaman Dalam Negeri dalam Bentuk Surat Utang jo.
Persetujuan Bersama Pemerintah dan Bank Indonesia tanggal 6 Februari 1999.
Nilai nominal SU-004 adalah sebesar Rp53.779.500 juta yang tidak dapat
dipindahtangankan dan diperjualbelikan.
Sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-505/MK.08/2006 tanggal 24 November
2006, sejak tanggal 1 Januari 2006 ketentuan dan persyaratan SU-004 diubah
menjadi sebagai berikut:
(1) Bunga SU-004 sebesar 3% per tahun dihitung dari sisa pokok, tanpa indeksasi
dan dibayar secara tunai oleh Pemerintah kepada Bank Indonesia setiap 6 bulan
sekali yaitu pada tanggal 1 Juni dan 1 Desember. Pembayaran bunga pertama
kali dilakukan pada tanggal 1 Desember 2006 untuk pembayaran bunga yang
jatuh tempo tanggal 1 Juni 2006 dan tanggal 1 Desember 2006.
(2) Pokok SU-004 diangsur sebanyak 32 kali. Angsuran pertama jatuh tempo dan
dibayar tanggal 1 Juni 2010 dan angsuran berikutnya jatuh tempo dan dibayar
setiap tanggal 1 Desember dan 1 Juni setiap tahunnya sehingga angsuran
terakhir jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 Desember 2025. Pembayaran
angsuran pokok dapat dilakukan secara tunai atau dibayar dengan SUN yang
dapat diperdagangkan.
Perubahan SU-004 tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan Kesepakatan
Bersama Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal 18 April 2006
tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor SU-002/MK/1998 dan SU-
004/MK/1999, yang didukung oleh Komisi XI DPR-RI dalam Rapat Kerja antara
22
Komisi XI DPR-RI dengan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tanggal
11 Oktober 2006.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tanggal 10 November 2008
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009, Menteri
Keuangan telah menerbitkan addendum kelima SU-004 yang mengubah suku bunga
dari 3% menjadi 0,1% per tahun dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2009.
c) SUP Nomor SU-005/MK/1999 (SU-005)
Dalam rangka pembiayaan kredit program, Pemerintah telah menerbitkan SU-005
pada tanggal 29 Desember 1999 dengan nominal sebesar Rp9.970.000 juta.
Dana SU-005 yang dapat ditarik oleh Pemerintah adalah sebesar jumlah Kredit
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang telah direalisasikan kepada bank pelaksana,
yang jatuh tempo pada tahun 2000-2001 dan diterima kembali oleh Bank Indonesia,
yaitu sebesar Rp3.097.979 juta. Sampai dengan batas akhir penarikan dana SU-005
tanggal 10 November 2007, Pemerintah telah melakukan penarikan sebesar
Rp3.046.481 juta.
Sesuai surat Menteri Keuangan Nomor S-270/MK.06/2004 tanggal 18 Agustus 2004,
ketentuan dan persyaratan SU-005 diubah menjadi sebagai berikut:
(1) Bunga SU-005 dihitung dari jumlah realisasi pokok pinjaman yang
pembayarannya dilakukan setiap 6 bulan. Bunga tersebut dihitung berdasarkan
tingkat suku bunga SBI berjangka waktu 3 bulan yang ditetapkan secara
periodik.
(2) Jangka waktu pinjaman 10 tahun dengan masa tenggang 7 tahun 6 bulan.
(3) Pokok pinjaman akan dibayarkan kembali dalam jangka waktu 2 tahun 6 bulan
dengan pembayaran pokok pinjaman dilakukan sebanyak 5 kali angsuran secara
prorata, dibayarkan setiap 6 bulan pada tanggal 10 Juni dan 10 Desember setiap
tahunnya. Angsuran pertama dibayar tanggal 10 Desember 2007 dan angsuran
terakhir tanggal 10 Desember 2009.
Pada tanggal 10 Desember 2008, Pemerintah telah melakukan pembayaran angsuran
ketiga SU-005 sebesar Rp609.296 juta sehingga baki debet SU-005 pada tanggal 31
Desember 2008 menjadi sebesar Rp1.218.592 juta.
d) SUP Nomor SU-007/MK/2006 (SU-007)
SU-007 diterbitkan tanggal 24 November 2006 berdasarkan Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara dan Kesepakatan Bersama Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia tentang Restrukturisasi Surat Utang Nomor
SU-002/MK/1998 dan SU-004/MK/1999 tanggal 18 April 2006.
Nilai nominal SU-007 adalah sebesar Rp54.862.150 juta dan tidak dapat
diperdagangkan.
SU-007 diterbitkan untuk mendudukkan tunggakan bunga dan hasil indeksasi
SU-002 dan SU-004 sampai dengan tanggal 31 Desember 2005 dengan rincian
sebagai berikut:
(1) Tunggakan bunga SU-002 sebesar Rp4.637.583 juta.
(2) Tunggakan bunga SU-004 sebesar Rp12.291.887 juta.
23
(3) Hasil indeksasi SU-002 sebesar Rp11.231.072 juta.
(4) Hasil indeksasi SU-004 sebesar Rp26.701.608 juta.
Adapun persyaratan Surat Utang ini adalah sebagai berikut:
(1) SU-007 mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2006 dan jatuh tempo pada
tanggal 1 Agustus 2025.
(2) Bunga SU-007 sebesar 0,1% (satu perseribu) per tahun yang dihitung dari sisa
pokok dan dibayar secara tunai oleh Pemerintah kepada Bank Indonesia setiap 6
(enam) bulan sekali yaitu pada tanggal 1 Februari dan 1 Agustus. Pembayaran
bunga pertama kali dilakukan pada tanggal 1 Desember 2006 untuk pembayaran
bunga yang jatuh tempo tanggal 1 Februari 2006 dan tanggal 1 Agustus 2006.
(3) Pokok SU-007 diangsur sebanyak 38 (tiga puluh delapan) kali. Angsuran
pertama jatuh tempo dan dibayar tanggal 1 Februari 2007 dan angsuran
berikutnya jatuh tempo dan dibayar setiap tanggal 1 Agustus dan 1 Februari
setiap tahunnya sehingga angsuran terakhir jatuh tempo dan dibayar tanggal 1
Agustus 2025. Pembayaran angsuran pokok dilakukan secara tunai atau dibayar
dengan Surat Utang Negara yang dapat diperdagangkan.
Pada tanggal 1 Februari 2008, Pemerintah telah melakukan pembayaran angsuran
ketiga SU-007 sebesar Rp561.561 juta sehingga baki debet SU-007 pada tanggal 1
Februari 2008 turun menjadi sebesar Rp53.256.417 juta. Selanjutnya sesuai surat
Menteri Keuangan Nomor S-33/MK.8/2008 tanggal 10 April 2008 dan Nomor S-
344/MK.08/2008 tanggal 10 Juli 2008 serta surat Bank Indonesia Nomor
10/12/DpG/DKBU tanggal 23 September 2008, angsuran pokok SU-007 yang telah
dibayar pada tanggal 1 Februari 2008 dialihkan untuk membayar angsuran pokok
SU-005 yang jatuh tempo tanggal 10 Desember 2008 sehingga baki debet SU-007
per tanggal 10 Desember 2008 kembali menjadi Rp53.817.977 juta. Hal ini telah
ditindaklanjuti oleh Menteri Keuangan dengan menerbitkan addendum keempat SU-
007 tertanggal 24 Desember 2008.
24
SRBI-01 telah mengalami dua kali perubahan sebagai berikut:
a) Perubahan SRBI-01 yang disampaikan dengan surat Menteri Keuangan Nomor S-
10/MK.8/2006 tanggal 19 Desember 2006 karena adanya pembayaran angsuran
pokok SRBI-01 pada tahun 2006 sebesar Rp1.522.471 juta yang berasal dari surplus
Bank Indonesia tahun 2005 yang menjadi bagian Pemerintah, sehingga pokok SRBI-
01 menjadi Rp143.013.623 juta.
b) Perubahan Kedua SRBI-01 yang disampaikan dengan surat Menteri Keuangan
Nomor S-68/MK.8/2007 tanggal 15 Mei 2007 karena adanya pembayaran angsuran
pokok SRBI-01 pada tahun 2007 sebesar Rp13.669.321 juta yang berasal dari surplus
Bank Indonesia tahun 2006 yang menjadi bagian Pemerintah, sehingga pada posisi
31 Desember 2008 pokok SRBI-01 menjadi Rp129.344.302 juta.
Kecuali Tagihan Bunga kepada Pemerintah, Tagihan kepada Pemerintah dalam Rupiah
Lainnya merupakan tagihan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004. Tagihan kepada
Pemerintah dalam Rupiah Lainnya terdiri dari:
a) Tagihan karena keanggotaan Pemerintah dalam Lembaga Internasional sebesar
Rp2.826.956 juta, terdiri dari tagihan kepada Pemerintah karena keanggotaan pada
IMF sebesar Rp2.764.861 juta, keanggotaan pada IBRD sebesar Rp57.434 juta
dan keanggotaan lainnya sebesar Rp4.661 juta. Penyelesaian lebih lanjut atas tagihan
ini sedang dalam proses pembahasan internal Bank Indonesia.
b) Tagihan bunga kepada Pemerintah sebesar Rp2.697.772 juta terdiri dari:
- Tagihan bunga SU-002, SU-004, SU-005, dan SU-007 sebesar Rp2.090.098
juta.
Sesuai surat Menteri Keuangan Nomor: S-33/MK.8/2008 tanggal 10 April 2008
dan Nomor: S-344/MK.08/2008 tanggal 10 Juli 2008 serta surat Bank Indonesia
No.10/12/DpG/DKBU tanggal 23 September 2008, pembayaran bunga SU-002,
SU-004, dan SU-007 yang jatuh tempo tahun 2008 ditunda dan akan dibayar pada
tahun 2009;
- Tagihan bunga SRBI-01 sebesar Rp53.776 juta;
- Tagihan dalam rangka Subsidi Suku Bunga Kredit Program sebesar Rp553.898
juta. Jumlah tagihan tersebut mengalami penurunan karena ada pembayaran
Pemerintah atas Subsidi Bunga Kredit Program yang masih harus diperhitungkan
TA 1998/1999 s.d. TA 2002 sebesar Rp1.070.599 juta sebagaimana surat Menteri
Keuangan No.S-634/MK.05/2008 tanggal 20 November 2008.
25
c) Tagihan lainnya dalam Rupiah sebesar Rp18.781 juta terdiri dari tagihan kepada
Pemerintah dalam rangka restrukturisasi hutang swasta sebesar Rp18.589 juta yang
masih dalam proses penyelesaian dengan Pemerintah dan tagihan lainnya sebesar
Rp192 juta.
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) sebesar Rp689.394 juta merupakan pemberian FPJP
kepada satu bank umum swasta nasional. Bank tersebut sejak tanggal 20 November 2008 masuk
dalam program penyelamatan Lembaga Penjamin Simpanan. FPJP tersebut telah dilunasi pada
tanggal 11 Februari 2009.
Tagihan bunga lainnya merupakan tagihan bunga atas Fasilitas Saldo Debet (FSD) kepada 3
(tiga) bank berstatus Bank Take Over (BTO) yang diberikan pada tahun 1998. Tagihan pokok
FSD telah dialihkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dengan akta Cessie
pada tahun 1999. Tagihan bunga FSD belum dialihkan kepada BPPN namun telah diperhitungkan
oleh BPPN dalam proses rekapitalisasi tiga bank berstatus BTO tersebut. Bank Indonesia telah
beberapa kali meminta penegasan Pemerintah atas penyelesaian tagihan bunga FSD dimaksud,
terakhir dengan surat Nomor 10/15/DpG/DKBU tanggal 12 Desember 2008, namun sampai
tanggal 31 Desember 2008 belum mendapatkan tanggapan.
Bank Indonesia telah mengantisipasi secara memadai kemungkinan risiko yang terjadi atas
tagihan-tagihan tersebut.
26
11. Tagihan kepada Lainnya
Saldo Tagihan kepada Lainnya per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing
adalah sebesar Rp8.798.222 juta dan Rp10.492.670 juta terdiri dari:
Termasuk dalam tagihan karena pemberian kredit channeling adalah tunggakan KUT sebesar
Rp5.709.602 juta. Penyelesaian tagihan tunggakan KUT dimaksud masih menunggu hasil
pembahasan risk sharing dengan Pemerintah.
Bank Indonesia telah melakukan penghapusbukuan atas tagihan kepada eks BBO/BBKU
yang dicatat dalam Saldo Debet Giro Bank BBO/BBKU dan Tagihan Lainnya sebesar
Rp537.336 juta. Penghapusan atas tagihan tersebut dilakukan berdasarkan keputusan RDG
tanggal 23 Desember 2008 dengan pertimbangan antara lain karena bank (BBO/BBKU)
tersebut telah dicabut izin usahanya dan dilikuidasi oleh BPPN pada tahun 2004. Bank
Indonesia telah mengantisipasi secara memadai kemungkinan risiko yang terjadi atas tagihan-
tagihan tersebut.
27
12. Penyertaan
Bank Indonesia mempunyai penyertaan pada lembaga perbankan dan lembaga keuangan lainnya,
dengan rincian sebagai berikut:
Persentase 31 Desember Persentase 31 Desember
kepemilikan 2008 kepemilikan 2007
% Rp juta % Rp juta
Penyertaan pada:
- Bank for International 0,55 712.753 0,55 620.806
Settlements
- PT. Asuransi Kredit Indonesia 17,60 220.000 55,00 220.000
- NV. Indover Bank Amsterdam 100,00 0 100,00 53.905
- PT. Bahana Pembinaan Usaha
Indonesia 82,22 0 82,22 0
932.753 894.711
a. Bank Indonesia melakukan penyertaan pada Bank for International Settlements (BIS)
berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2004 vide pasal 57, yang menyatakan bahwa Bank Indonesia dapat melakukan
kerjasama dengan bank sentral lainnya, organisasi, dan lembaga internasional. Penyertaan
modal tersebut telah memperoleh izin dari DPR-RI. Tujuan dari penyertaan tersebut adalah
untuk memperoleh akses lebih besar terhadap kegiatan BIS dalam pengambilan keputusan,
memanfaatkan fasilitas yang disediakan, meningkatkan kepercayaan investor internasional
terhadap Indonesia, meningkatkan kerjasama di bidang kebanksentralan yang berkaitan
dengan kebijakan moneter, stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran dan pengaturan
perbankan. Bank Indonesia membeli 3.000 lembar saham (0,55% dari total saham yang
beredar) pada tanggal 29 September 2003 dengan nilai nominal SDR5,000.00/saham dengan
total harga perolehan SDR42,054,000.00. Posisi penyertaan tersebut pada tanggal 31
Desember 2008 setara dengan Rp712.753 juta.
b. Dalam rangka memenuhi ketentuan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2004, Bank Indonesia telah melaksanakan upaya-upaya dalam
proses pelaksanaan divestasi atas penyertaan pada bank dan lembaga keuangan yang
dilakukan sebelum berlakunya ketentuan tersebut.
Adapun perkembangan pelaksanaan divestasi sampai dengan tanggal 31 Desember 2008
sebagai berikut:
1) N.V. De Indonesische Overzeese Bank (Indover Bank)
Proses divestasi Indover Bank kepada salah satu Bank BUMN tidak dapat dilanjutkan
karena bank yang bersangkutan mengajukan pengunduran diri sebagai preferred bidder
Indover Bank pada bulan September 2008. Pengunduran diri ini disebabkan karena
adanya turbulensi pada pasar finansial global. Di lain pihak, turbulensi pada pasar
finansial juga berdampak pada dibekukannya kegiatan operasional Indover Bank oleh
pengadilan Belanda pada tanggal 6 Oktober 2008 hingga Indover Bank akhirnya
dinyatakan bangkrut oleh pengadilan Belanda pada tanggal 1 Desember 2008. Untuk
selanjutnya, proses penyelesaian Indover bank akan dilakukan oleh trustee yang telah
ditunjuk oleh pengadilan Amsterdam (press release Stibbe tanggal 1 Desember 2008).
28
Nilai penyertaan Indover Bank per tanggal 31 Desember 2008 adalah nihil, karena
ekuitas Indover Bank bersaldo negatif. Penempatan dana Bank Indonesia pada Indover
Bank dan proses likiudasi Indover Bank dijelaskan pada Catatan C.13 – Aktiva Lain-lain
dan Catatan D.3 – Komitmen dan Kontinjensi.
29
a. Aktiva Tetap, Aktiva Sewa Guna Usaha, dan Aktiva Tidak Berwujud
Nilai buku Aktiva Tetap, Aktiva Sewa Guna Usaha dan Aktiva Tidak Berwujud per 31
Desember 2008 dan 31 Desember 2007 masing-masing sebesar Rp6.589.294 juta dan
Rp6.566.744 juta, dengan rincian sebagai berikut:
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Rp juta Rp juta
Harga Perolehan/Revaluasi
Aktiva Tetap:
- Tanah dan Bangunan 6.112.234 6.086.410
- Selain Tanah dan Bangunan 1.210.873 1.126.410
Aktiva Tidak Berwujud 56.740 58.306
Aktiva Sewa Guna Usaha 83.209 83.209
Aktiva Dalam Penyelesaian 364.573 261.221
7.827.629 7.615.556
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi
Aktiva Tetap:
- Bangunan 477.899 403.834
- Selain Bangunan 668.946 545.286
Aktiva Sewa Guna Usaha 83.209 74.892
Aktiva Tidak Berwujud 8.281 24.800
1.238.335 1.048.812
Nilai Buku 6.589.294 6.566.744
c. Lainnya
Termasuk dalam Pos Lainnya adalah penempatan dana pada Indover Bank Amsterdam dan
Indover Bank Hongkong sebesar USD128,797,259.98 atau setara dengan Rp1.410.330 juta
dan EUR4,983,376.69 atau setara dengan Rp76.905 juta per 31 Desember 2008, serta Aktiva
Lainnya sebesar Rp263.531 juta. Indover Bank telah dinyatakan pailit sebagaimana
dijelaskan pada catatan C.12 – Penyertaan.
30
14. Penyisihan Aktiva
Total penyisihan aktiva pada tanggal 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 adalah sebesar
Rp16.474.382 juta dan Rp17.710.243 juta, dengan rincian sebagai berikut:
Penggunaan Penyisihan Aktiva antara lain untuk penghapusan tagihan kepada bank-bank eks
BBO/BBKU sebagaimana dijelaskan pada Catatan C.11 – Tagihan kepada Lainnya.
Rp juta Rp juta
- Dalam Rupiah 32.053.286 11.012.224
- Dalam valuta asing 65.175.264 10.906.136
97.228.550 21.918.360
a. Giro Pemerintah dalam Rupiah per 31 Desember 2008, antara lain terdiri dari:
1) Rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) senilai Rp26.714.560 juta, termasuk di
dalamnya antara lain rekening giro Sub BUN dalam rangka program penjaminan sebesar
Rp83.443 juta yang dananya berasal dari penerbitan SUP Nomor SU-004/MK/1999.
2) Rekening Pemerintah atas subsidi bunga kredit program yang masih harus diterima
sebesar Rp1.203.327 juta.
31
b. Giro Pemerintah dalam valuta asing per 31 Desember 2008 antara lain terdiri dari Rekening
Kas Umum Negara sebesar USD3,822,775,722.45 atau setara dengan Rp41.859.394 juta dan
Rekening IMF sehubungan dengan Alokasi Hak Tarik Khusus sebesar SDR238,956,000.00
atau setara dengan Rp4.049.951 juta.
Atas Rekening Giro Pemerintah, Bank Indonesia belum memberikan bunga seperti yang
dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara pasal 23
ayat (1) karena masih dalam proses pembahasan antara Bank Indonesia dan Pemerintah.
Giro Bank adalah saldo giro bank umum yang antara lain digunakan untuk pemenuhan Giro
Wajib Minimum (GWM). GWM ditetapkan berdasarkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor
10/19/PBI/2008 tanggal 14 Oktober 2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank
Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Sesuai PBI Nomor 10/25/PBI/2008 tanggal 23
Oktober 2008 tentang Perubahan atas PBI Nomor 10/19/PBI/2008, GWM dalam Rupiah
ditetapkan sebesar 7,5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam Rupiah, dan GWM dalam valuta
asing sebesar 1% dari DPK dalam valuta asing.
Bank Indonesia memberikan jasa giro atas bagian saldo rekening giro bank dalam Rupiah yang
diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban memelihara tambahan GWM dalam Rupiah. Mulai
tanggal 24 Oktober 2008 berdasarkan PBI Nomor 10/25/PBI/2008 tanggal 23 Oktober 2008,
Bank Indonesia tidak memberikan jasa giro atas saldo rekening giro bank dalam Rupiah di Bank
Indonesia.
Kewajiban untuk memelihara GWM dalam Rupiah maupun valuta asing dimaksud berlaku pula
bagi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah (bank syariah),
termasuk bank dan kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan juga melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah yang selanjutnya disebut Unit Usaha Syariah. Berdasarkan PBI
Nomor 6/21/2004 tanggal 3 Agustus 2004 tentang Giro Wajib Minimum dalam Rupiah dan
Valuta Asing bagi Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
sebagaimana telah diubah dengan PBI Nomor 10/23/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008, GWM
dalam Rupiah bagi bank syariah ditetapkan sebesar 5% dari DPK dalam Rupiah dan GWM dalam
valuta asing sebesar 1% dari DPK dalam valuta asing. Di samping itu, bagi bank syariah yang
memiliki DPK di atas Rp1 triliun, serta memiliki rasio pembiayaan dalam Rupiah terhadap DPK
dalam Rupiah kurang dari 80%, berlaku pula kewajiban tambahan GWM dalam Rupiah sebesar
1%, 2% dan 3%, tergantung kepada besarnya DPK bank yang bersangkutan. Bank Indonesia
tidak memberikan jasa giro atas saldo rekening giro bank syariah. Saldo Giro Bank per 31
Desember 2008 dan 31 Desember 2007 adalah sebagai berikut:
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Rp juta Rp juta
Dalam Rupiah 79.678.015 158.668.351
Dalam Valuta asing 5.519.062 9.944.049
85.197.077 168.612.400
32
18. Giro Lainnya
Rekening giro IMF digunakan untuk mencatat pembayaran kuota Indonesia dalam Rupiah,
penarikan pinjaman dalam bentuk Stand-By Arrangement (SBA), Extended Fund Facility (EFF),
dan New EFF (IMF Account Nomor 1) serta rekening transaksi administratif antara Pemerintah
Indonesia dengan IMF (IMF Account Nomor 2).
Sebagai anggota IMF, Indonesia berkewajiban untuk memberikan kontribusi pada suatu cadangan
yang dibentuk oleh IMF dalam bentuk kuota, yang nilainya ditetapkan oleh Dewan Gubernur
IMF. Cadangan tersebut akan digunakan sebagai sumber pendanaan untuk kegiatan IMF. Total
kuota Indonesia per 31 Desember 2008 adalah sebesar SDR2,079 juta. Kumpulan dari kuota
negara-negara anggota IMF merupakan sumber dana bagi pemberian fasilitas pinjaman IMF
seperti SBA, EFF, dan Supplemental Reserve Facility (SRF).
Rekening giro IMF direvaluasi setiap tanggal 30 April berdasarkan kurs yang ditetapkan IMF
pada tanggal tutup buku IMF. Penyesuaian kurs ini dialokasikan ke Bank Indonesia dan
Pemerintah. Bank Indonesia menanggung penyesuaian saldo nilai lawan rupiah yang berkaitan
dengan penarikan pinjaman (IMF Account No. 1), sedangkan Pemerintah menanggung
penyesuaian kurs yang berkaitan dengan pembayaran kuota dalam Rupiah (IMF Account No. 1)
dan rekening transaksi administratif antara Pemerintah Indonesia dengan IMF dalam mata uang
lokal (IMF Account No. 2). Revaluasi yang menjadi bagian Pemerintah tersebut apabila
diselesaikan dengan menerbitkan promissory note akan menambah atau mengurangi nilai
promissory note Pemerintah yang diadministrasikan dan disimpan oleh Bank Indonesia. Total
nilai promissory note per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp25.766.791 juta. Jumlah ini juga
termasuk pembayaran kuota dalam rupiah dan revaluasi atas Fund’s Securities Account.
33
20.Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sertifikat Bank Indonesia Syariah pada tanggal 31 Desember 2008 dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia pada tanggal 31 Desember 2007 tercatat masing-masing sebesar Rp2.824.300 juta dan
Rp2.598.500 juta. Rincian Sertifikat Bank Indonesia Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank
Indonesia adalah sebagai berikut:
34
22. Pinjaman dari Pemerintah
Pinjaman dari Pemerintah dalam Rupiah antara lain terdiri dari penerimaan pinjaman Pemerintah
dalam rangka program Two Step Loan (TSL) yaitu ASEAN Japan Development Fund for
Indonesia (AJDF) untuk Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN) sebesar Rp144.357 juta.
Pinjaman dari Pemerintah dalam valuta asing per 31 Desember 2008 adalah pinjaman dari
pemerintah dalam rangka TSL dari Asian Development Bank (ADB) sebesar USD4,232,700.00
atau setara dengan Rp46.348 juta.
35
Pada London Club I telah dilakukan amandemen pertama pada tanggal 28 Maret 1999
yakni menjadwal ulang pinjaman pokok sebesar USD210,000,000.00 untuk pembayaran
periode 28 September 2000 sampai dengan 29 Maret 2009. Sedangkan London Club II
telah dilakukan amandemen kedua tanggal 28 September 2000 yakni menjadwal ulang
pinjaman pokok sebesar USD150,000,000.00 untuk periode pembayaran 28 Maret 2002
sampai dengan 28 Maret 2013. Tingkat bunga pinjaman yang diamandemen adalah
LIBOR + 0,875% dan TIBOR + 0,875%.
Saldo dalam valuta asing pada tanggal 31 Desember 2008 adalah sebesar
USD123,287,290.05 dan JPY4,856,724,715.00.
36
c. Bunga Yang Masih Harus Dibayar
Perhitungan bunga atas Pinjaman Luar Negeri yang telah menjadi beban namun belum dibayar
karena belum jatuh waktu adalah sebesar Rp7.692 juta pada tanggal 31 Desember 2008 dan
Rp40.228 juta pada tanggal 31 Desember 2007.
Kewajiban Lain-lain per 31 Desember 2008 dan 31 Desember 2007 terdiri dari:
a. Cash Collateral
Cash collateral merupakan nilai jaminan dalam bentuk kas yang diterima dari peminjam SSB
(borrower) atas SSB yang dipinjamnya dalam rangka program Third Party Securities
Lending (TPSL). Saldo cash collateral yang diterima per 31 Desember 2008 adalah sebesar
nihil.
b. Imbalan Kerja
Bank Indonesia menyelenggarakan program imbalan kerja yang terdiri dari imbalan pasca
kerja dan imbalan jangka panjang lainnya. Perhitungan imbalan pasca kerja dan jangka
panjang lain dilakukan oleh aktuaris independen pada posisi 31 Desember 2008 dengan
tingkat diskonto sebesar 12%.
Program imbalan pasca kerja terdiri dari program pensiun manfaat pasti yang dikelola oleh
DAPENBI, THT (BKP dan Baperum) yang dikelola YKKBI, imbalan pasca kerja lainnya
tanpa pendanaan antara lain berupa Uang Masa Persiapan Pensiun dan Uang Perpisahan
Pegawai dan imbalan jangka panjang lainnya antara lain berupa Uang Cuti Besar dan Uang
Penghargaan Pengabdian.
Mutasi aktiva, kewajiban dan beban imbalan kerja untuk periode 1 Januari sampai dengan 31
Desember 2008 adalah sebagai berikut:
37
Pajak untuk
Imbalan
Imbalan Imbalan Pasca Kerja
Pasca Jangka dan Jk
Manfaat Kerja Panjang Panjang
Pensiun THT Lainnya Lainnya Lainnya Jumlah
Rp juta Rp juta Rp juta Rp juta Rp juta Rp juta
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Saldo
Aktiva/(Kewajiban)
31 Des 2007 (231.401) (647.484) (173.717) (797.484) (122.946) (1.973.032)
Total Kewajiban Imbalan Kerja Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua (THT), Pasca Kerja
Lainnya, Jangka Panjang Lainnya, dan Pajak untuk Imbalan Pasca Kerja dan Jangka Panjang
Lainnya per 31 Desember 2008 adalah sebesar Rp2.246.677 juta.
Pada posisi 31 Desember 2008, pendanaan DAPENBI berasal dari iuran pegawai dan
pemberi kerja masing-masing sebesar 7% dan 13% dari penghasilan dasar pensiun. Pada
posisi 31 Desember 2008, pendanaan YKKBI berasal dari iuran THT dari Bank Indonesia
sebesar 20% dari gaji pokok dengan memperhatikan indeks kota. Terhitung sejak bulan
September 2008, Bank Indonesia telah menghentikan iuran tambahan THT kepada YKKBI
sesuai dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 10/41/KEP.GBI/Intern/2008.
Iuran tambahan THT kepada YKKBI sampai dengan bulan Oktober 2008 adalah sebesar
Rp193.272 juta sesuai dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
6/14/KEP.GBI/INTERN/2004 tanggal 14 Juni 2004.
25. Modal
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004,
modal Bank Indonesia ditetapkan berjumlah sekurang-kurangnya Rp2.000.000.000.000,00 (dua
triliun Rupiah). Modal ini harus ditambah sehingga menjadi 10% (sepuluh persen) dari seluruh
kewajiban moneter, yang dananya berasal dari cadangan umum atau hasil revaluasi aset. Jumlah
modal pada tanggal 31 Desember 2008 sama dengan jumlah modal pada tanggal 31 Desember
2007, yaitu sebesar Rp7.610.885 juta. Jumlah tersebut merupakan penjumlahan dari modal
Rp2.948.029 juta dan hasil revaluasi aktiva tetap sebesar Rp4.662.856 juta.
38
26. Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan
Dalam pasal 62 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2004 (UU BI) diatur bahwa surplus dari hasil kegiatan Bank Indonesia akan dibagi sebagai
berikut:
a. 30% untuk Cadangan Tujuan; dan
b. Sisanya dipupuk sebagai Cadangan Umum sehingga jumlah modal dan Cadangan Umum
menjadi 10% dari seluruh kewajiban moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2).
Selanjutnya dalam pasal II angka 3 diatur bahwa selama penyelesaian BLBI belum berakhir,
Cadangan Tujuan ditetapkan sebesar 10%.
Pada penjelasan pasal 62 UU BI tersebut di atas disebutkan pula bahwa Cadangan Tujuan
dipergunakan antara lain untuk biaya penggantian dan atau pembaruan harta tetap, pengadaan
perlengkapan yang diperlukan, dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia dalam
melaksanakan tugas dan wewenang Bank Indonesia serta penyertaan yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Penggunaan Cadangan Tujuan selama tahun 2008 adalah
sebesar Rp318.788 juta dengan rincian sebagai berikut:
- Penggantian/pembaruan Harta Tetap sebesar Rp270.747 juta.
- Pengembangan Organisasi dan SDM sebesar Rp48.041 juta.
Posisi Cadangan Umum dan Cadangan Tujuan pada tanggal 31 Desember 2008 masing-masing
sebesar Rp49.663.865 juta dan Rp13.364.549 juta.
Keuntungan atau Kerugian yang Belum Direalisasi per tanggal 31 Desember 2008 dan 31
Desember 2007 masing-masing sebesar Rp61.957.127 juta dan Rp40.990.336 juta yang terdiri
atas:
31 Desember 2008 31 Desember 2007
Rp juta Rp juta
- Selisih kurs valuta asing 23.121.427 18.009.228
- Revaluasi harga emas 21.510.222 17.649.873
- Revaluasi SSB dalam valas 18.304.713 5.292.031
- Revaluasi SSB dalam rupiah (979.235) 39.204
61.957.127 40.990.336
39
Termasuk dalam Penerimaan Valas Lainnya adalah Penerimaan Selisih Kurs masing-masing
sebesar Rp14.751.748 juta pada tahun 2008 dan sebesar Rp3.430.021 juta pada tahun 2007.
Penerimaan dari Pemberian Kredit dan Pembiayaan sebesar Rp4.278.295 juta pada tahun 2008
dan sebesar Rp4.095.766 juta pada tahun 2007, termasuk penerimaan bunga Surat Utang
Pemerintah yang dihitung secara akrual masing-masing sebesar Rp3.928.289 juta pada tahun 2008
dan sebesar Rp3.714.942 juta pada tahun 2007.
Beban Operasi Pasar Terbuka merupakan pengeluaran terbesar Bank Indonesia yaitu sebesar
Rp20.837.295 juta (74,20% dari total beban) pada tahun 2008 dan sebesar Rp24.463.229 juta
(80,32% dari total beban) pada tahun 2007.
Termasuk dalam Pelaksanaan Kebijakan Uang Beredar adalah beban Diskonto SBI dan FASBI
sebesar Rp19.931.010 juta, beban bonus SWBI Rp60.044 juta, beban imbalan SBIS Rp87.330
juta, Jasa Giro sebesar Rp744.950 juta, dan kegiatan lain terkait dengan kebijakan uang beredar
Rp65 juta.
40
33. Beban Pengelolaan Devisa
Beban Pengelolaan Devisa terdiri atas:
2008 2007
Rp juta Rp juta
- Penelitian Pengelolaan Cadangan Devisa 112 236
- Pengembangan, Penetapan dan Pelaksanaan
Kebijakan Cadangan Devisa 5.115 4.887
- Pelaksanaan Operasional Cadangan Devisa 31.086 20.501
36.313 25.624
Beban Pinjaman Luar Negeri pada periode tahun 2008 dan pada tahun 2007 masing-masing
sebesar Rp260.808 juta dan Rp368.070 juta.
Pos Beban Umum dan Lainnya pada tahun 2008 dan tahun 2007 terdiri atas:
2008 2007
Rp juta Rp juta
Sumber Daya Manusia 3.235.905 2.726.172
Logistik dan Pengamanan 740.973 735.298
Sistem Teknologi Informasi 128.168 80.109
Lainnya:
- Keuangan Intern 60.180 13.378
- Pengawasan Intern 5.026 6.252
- Legislasi dan Hukum 44.025 14.388
- Administrasi, Arsip, dan Ekspedisi 19.035 17.254
Penarikan dari Rekening Tidur 0 33.471
Penambahan Penyisihan Aktiva 767.152 0
5.000.464 3.626.322
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2004, gaji, penghasilan lainnya dan fasilitas bagi Gubernur, Deputi Gubernur Senior, dan Deputi
Gubernur ditetapkan oleh Dewan Gubernur. Besarnya gaji dan penghasilan lainnya bagi Gubernur
ditetapkan paling banyak 2 (dua) kali gaji dan penghasilan lainnya bagi pegawai dengan jabatan
tertinggi di Bank Indonesia.
Dalam beban Sumber Daya Manusia (SDM), diantaranya termasuk gaji, insentif, tunjangan hari
raya, dan uang penggantian cuti tahunan bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia sebesar Rp15.872
juta pada tahun 2008 dan sebesar Rp17.143 juta pada tahun 2007. Selain itu, Dewan Gubernur
Bank Indonesia juga mendapat penghasilan lainnya berupa uang penggantian cuti besar, tunjangan
hari tua, tunjangan akhir masa jabatan, uang penghargaan masa pengabdian, uang perpisahan,
41
bantuan uang duka, dan fasilitas-fasilitas lainnya berupa perumahan, transportasi, kesehatan,
telekomunikasi, asuransi kecelakaan kerja, kartu kredit dan olah raga. Dalam beban SDM tersebut,
termasuk juga imbalan kerja tahun 2008 sebesar Rp830.123 juta sebagaimana dijelaskan dalam
C.24 - Kewajiban Lain-lain.
42
D. PENJELASAN LAINNYA
43
Pinjaman TSL diteruskan kepada bank dalam valuta Rupiah, USD, dan EUR dengan posisi
saldo pinjaman per 31 Desember 2008 setara dengan Rp938.488 juta.
Disamping itu terdapat tagihan Pemerintah kepada BUMN/BUMD/Pemda dengan Subsidiary
Loan Agreement (SLA) yang ditandatangani oleh Bank Indonesia atas dasar Surat Kuasa dari
Menteri Keuangan dalam rangka Project Aid yang sumber dananya berasal dari Foreign
Exchange Loan dan Rekening Dana Investasi dengan nilai outstanding per posisi 31
Desember 2008 setara dengan Rp680.525 juta.
b. Transaksi Valuta Asing
Pada tanggal 31 Desember 2008, jumlah komitmen tagihan dan komitmen kewajiban surat-
surat berharga, deposito, dan spot trading Bank Indonesia setara dengan Rp204.979 juta dan
Rp1.297.575 juta.
c. Bank Indonesia sebagai Subyek Badan Hukum
Kedudukan Bank Indonesia sebagai lembaga negara yang independen telah ditetapkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004
memberi konsekuensi yuridis logis bahwa Bank Indonesia juga mempunyai kewenangan
mengatur atau membuat/menerbitkan peraturan yang merupakan pelaksanaan undang-undang
dan menjangkau seluruh bangsa dan negara Indonesia sehingga mengikat setiap orang atau
badan. Selain itu, dalam rangka pembangunan hukum di bidang ekonomi, perbankan dan
moneter, Bank Indonesia juga disertakan sebagai narasumber dalam proses penyusunan
materi rancangan undang-undang, penyusunan naskah akademik dan pelaksanaan sosialisasi,
khususnya yang terkait dengan tugas-tugas Bank Indonesia.
Dalam rangka menjalankan tugas dan kewenangan Bank Indonesia, Dewan Gubernur Bank
Indonesia memberikan perlindungan hukum bagi setiap Pelaksana Tugas Kedinasan (PTK)
Bank Indonesia, yaitu Anggota Dewan Gubernur, mantan Anggota Dewan Gubernur, mantan
Anggota Direksi, Pegawai, mantan Pegawai, Local Staff, mantan Local Staff, Tenaga
Honorer, dan mantan Tenaga Honorer, yang diatur dalam Peraturan Dewan Gubernur (PDG)
Bank Indonesia Nomor 7/16/PDG/2005 tanggal 13 Juli 2005 tentang Perlindungan Hukum
Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Kedinasan Bank Indonesia.
Pemberian perlindungan hukum dimaksudkan untuk mendorong terciptanya suasana kerja
yang kondusif dalam melaksanakan tugas dan wewenang PTK, sehingga dapat meningkatkan
kinerja PTK sepanjang dilakukan dengan itikad baik untuk mencapai tujuan Bank Indonesia.
Bank Indonesia tidak menyediakan perlindungan hukum kepada Anggota Dewan Gubernur,
mantan Anggota Dewan Gubernur, mantan Anggota Direksi, Pegawai, atau mantan Pegawai
yang ditempatkan oleh Bank Indonesia pada institusi di luar Bank Indonesia atau yang
melaksanakan tugas lain di luar Tugas Kedinasan Bank Indonesia kecuali disetujui oleh
Dewan Gubernur dan telah diperjanjikan terlebih dahulu. Sampai dengan tanggal 31
Desember 2008, Bank Indonesia telah memberikan perlindungan hukum kepada 10 (sepuluh)
orang PTK.
Bank Indonesia sebagai subyek hukum badan, dalam rangka melaksanakan tugasnya, tidak
terlepas dari berbagai gugatan keperdataan maupun Tata Usaha Negara atas kebijakan yang
telah dikeluarkan. Sampai dengan 31 Desember 2008, Bank Indonesia menghadapi sebanyak
103 perkara yang masih aktif (outstanding) yang terdiri dari 94 perkara Perdata dan 9 perkara
Tata Usaha Negara. Dari seluruh perkara tersebut, 4 perkara di antaranya adalah perkara yang
gugatannya atau permohonannya diajukan oleh Bank Indonesia. Proses penyelesaian dari
perkara-perkara tersebut bervariasi mulai dari proses Pengadilan Tingkat Pertama sampai
dengan Peninjauan Kembali.
44
d. Bantuan Tambahan Modal Kepada YPPI
Dewan Gubernur Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) tanggal 3 Juni 2003
memutuskan untuk meminta Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) (sekarang
bernama YPPI) guna menyediakan sejumlah dana sesuai dengan yang diperlukan Bank
Indonesia. Untuk tahap pertama, LPPI diminta untuk menyisihkan dana sebesar Rp100
miliar. Selanjutnya dalam RDG tanggal 22 Juli 2003, Dewan Gubernur Bank Indonesia
memutuskan bahwa apabila diperlukan Bank Indonesia akan memberikan bantuan
peningkatan modal kepada LPPI sebesar Rp100 miliar yang pelaksanaannya dilakukan secara
bertahap untuk menggantikan penyisihan dana LPPI.
e. N.V. De Indonesische Overzeese Bank (Indover Bank)
Sejak tanggal 6 Oktober 2008, Indover Bank telah ditetapkan sebagai bank dalam keadaan
darurat, karena adanya kesulitan likuiditas yang dialaminya. Pada tanggal 1 Desember 2008,
Indover Bank telah dinyatakan pailit/bangkrut oleh pengadilan Amsterdam dan berstatus
dilikuidasi dalam wilayah kedaulatan Belanda. Alasan dilikuidasinya Indover Bank adalah
equity yang telah negatif, dan tidak ada tambahan modal yang dapat diharapkan untuk
menutup negatif equity tersebut, baik melalui tambahan modal dari BI sebagai pemegang
saham tunggal Indover Bank maupun dari investor lainnya.
Dengan telah dipailitkannya Indover Bank oleh pengadilan Belanda, maka Indover Bank
berada di bawah pengawasan trustee yang ditunjuk oleh pengadilan Amsterdam Belanda.
Dalam First Public Liquidation Report tanggal 11 Februari 2009 yang dibuat oleh trustee,
tercantum antara lain bahwa pihak trustee akan melakukan investigasi untuk mengetahui
penyebab dilikuidasinya Indover Bank.
Berdasarkan kajian hukum yang dilakukan oleh BI, tanggung jawab BI sebagai pemegang
saham tunggal Indover Bank hanya sebatas penyertaan BI pada Indover Bank.
f. Aset Bank Indonesia yang Diperoleh Dari Putusan Pengadilan
Berdasarkan Putusan MA No.1662K/Pid/1991 tanggal 21 Maret 1992 terkait perkara korupsi
Lee Darmawan, ditetapkan bahwa barang bukti berupa tanah dan/atau bangunan dirampas
untuk Negara c.q. BI yang apabila dijumlahkan mencapai ±1.193 Ha. Selanjutnya pada
tanggal 30 Maret 1993, Kejaksaan Negeri Jakarta Barat telah menyerahkan sebagian barang
bukti rampasan kepada Negara c.q. BI yang berupa dokumen-dokumen untuk bidang tanah
seluas ±1.001 Ha. Pada saat ini, aset rampasan tersebut masih dalam proses penyelesaian,
bekerja sama dengan Yayasan Tridaya.
45
DAFTAR SINGKATAN
46
DAFTAR SINGKATAN
47