You are on page 1of 37

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. TUJUAN PEMBELAJARAN


I.1.1. Tujuan Instruksi Umum
Agar mahasisiwa/i mampu memahami seluk beluk tata niaga khususnya liberalisasi
perdagangan produk pertanian sehingga mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

I.1.2. Tujuan Instruksi Khusus


1. Agar mahasisiwa/i mengetahui tentang hukum dan mekanisme satu harga.
2. Agar mahasiswa mengetahui tentang globalisasi dan perdagangan internasional.
3. Agar mahasiswa mengetahui tentang factor-factor pendorong globalisasi industry.
4. Agar mahasiswa mengetahui tentang perdagangan dan pemasaran internasional.
5. Agar mahasiswa mengetahui tentang tahap-tahap perusahaan yang beroperasi di
pasar dunia.
6. Agar mahasiswa mengetahui tantang alasan-alasan go internasional.
7. Agar mahasiswa mengetahui tentang asper-aspek analisis pasar internasional.
8. Agar mahasiswa mengetahui sterategi memasuki pasar internasional.
9. Agar mahasiswa mengetahui tentang hambatan-hambatan dalam bisnis
internasional.
10. Agar mahasiwa mengetahui tentang efek tarif bea masuk terhadap penetrasi pasar.
11. Agar mahasiswa mengetahui tentang kebijakan harga, produk dan distribusi
internasional.

I.3. LATAR BELAKANG MASALAH


Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 1
Dewasa ini, kata globalisasi begitu sering disebut orang, baik dalam forum formal
maupun informal. Segala hal acap kali dikaitkan dengan globalisasi. Di Indonesia, datang
era globaisasi telah memunculkan serangkaian diskusi mengenai kesiapan bangsa ini
menyambut globalisasi. Memang benar, globalisasi tidak dapat dihindari, tetapi harus
dihadapi dengan sikap professional.
Kemajuan di bidang teknologi informasi, komunikasi dan transfortasi seakan-akan
membuat dunia akan menjadi semakin sempit. Perjalanan dari satu Negara ke Negara lain
dapat ditempuh dengan waktu yang singkat. Ditemukannya internet, memungkinkan
terjadinya informasi antar Negara dalam hitungan menit atau bahkan detik. Digunakannya
satelit dala berkomunikasi, menjadikan pembicaraan internasional seakan menjadi
pembicaraan local. Dunia akan menjadi tanpa batas. Dunia telah berubah menjadi sebuah
desa global (global village).
Dalam beberapa tahun terakhir ini, pasar barang dan uang dunia tengah menggalami
proses globalisasi yang sangat cepat. Perekonomian antar Negara menjadi semakin saling
terintegrasi dan terkait. Pasar dunia disebut terintegrasi (integrated) bilamana suatu asset
yang sama dijual denag harga yang relative sama pula diberbagai Negara. Kebalikanya
adalah pasar yang tersegmentasi (segmented), dimana harga asset yang identik berbeda
secara cukup signifikan. Banyak factor yang yang menyebabkan tersegmentasinya pasar
dunia, termasuk didalamnya adalah biaya transaksi, peraturan pemerintah (misalnya bea
masuk barang impir, perbedaan tarif pajak), hambatan imformasi, immobilitas sumber daya
manusia, dan sebagainya.
Integrasi perdagangan di pasar barang dan jasa selain dipicu oleh adanya tren global
kearah perekonomian pasar bebas, juga sangat dipengaruhi oleh lahirnya kerja sama
ekonomi regional (misalnya APEC-Asia Pasific Economic Cooperation, NAFTA-North
American Free Trade Agreement, EU-European Union) dan organisasi perdagangan dunia
(WTO-World Trade Organization) yang mendorong setiap Negara anggotanya untuk
melonggarkan atau bahkan atau bahkanmenghilangkan hambatan-hambatan perdagangan
internasional. Ekspansi perusahaan-perusahaan multinasional ke barbagai Negara,
khususnya ke Negara yang sedang berkembang, juga mempercepat proses integasi
perdagangan dunia.
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 2
Hasrat perusahaan untuk selalu memperluas pasar, juga turut mempergencar proses
globalisasi. Tentunya keinginan ini harus diimbangi dengan penelaahan ulang terhadap
formulasi strategi perusahaan. Kenichi Ohmae (1990) menyatakan bahwa dalam era
globalisasi, dimana perekonomian antar Negara menjadi semakin terkait perusahaan perlu
lebih serius memperhatikan asfek mata uang (currency) dan Negara (country), disamping
memperhitungkan aspek pelanggan (costumer), persaingan (competition), dan perusahaan
(company), dalam proses perumusan sterategi usahanya.
Perusahan yang bermain di bisnis global harus mempertimbangkan resiko
perusahan kurs mata uang dalam setiap pengambilan keputusan strategisnya. Semakin
meraknya perdagangan internasioanal dan investasi ke manca Negara, telah membuat kurs
mata uang yang semakin volatile. Perusahaan harus mampu menetralisir volatilitas untuk
menguragi resiko usahanya. Oleh karena itu, setian keputusan untuk memasuki pasar
internasional perlu memperhitungkan volatilitas kurs mata uang setiap Negara tujuan
investasi. Selain itu, manajemen perlu juga untuk menempuh upaya-upaya pengamanan
untuk menghindarkan diri dari resiko perubahan kurs mata uang, misalnya dengan
melakukan hedging, netting, pembelian opsi, dan sebagainya.
Aspek Negara perlu dipertimbangkan karena sangat mempengaruhi eksistensi
perusahaan dalam jangka panjang. Strategi mendekati pelanggan harus didukung dengan
analisis menyeluruh mengenai prosfek pasar (volume dan pertumbuhannya), resiko
polotik,kompetisi dengan perusahaan local, keselarasan dengan strattegi pembangunan
negara tuan rumah, kemungkinan timbulnya komplik karena perbedaan orientasi produk
atau jasa yang ditawarkan dengan selera dan kebiasaan konsumen diberbagai pasar
internasional.

BAB II
LIBERALISASI PERDAGANGAN PRODUK PERTANIAN
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 3
II.1. HUKUM SATU HARGA
Hukum satu harga menjelaskan hubungan antara nilai tukar dan harga komoditas.
Hukum ini menyatakan bahwa komoditas yang sama akan memiliki harga yang (relative)
sama pula, meskipun dijual ditempat yang berbeda. Adanya perbedaan harga komoditas
akan menciptakan peluang untuk melakukan arbitrase. Arbitrase dilakukan dengan membeli
komoditas di tempat yang lebih murah dan menjualnya di tempat yang lebih mahal. Adanya
arbitrase pada akhirnya akan menaikkan harga komoditas ditempat yang lebih murah dan
menurunkan harga di tempat yang lebih mahal. Pada akhirnya, harga-harga komoditas
diberbagai tempat akan relative sama. Setiap perbedaan harga komoditas hanya disebabkan
oleh adanya biaya transportasi, proteksi dan biaya-biaya transaksi lainnya.
Prinsip utama pasar persaingan menyatakan bahwa harga akan menjadi sama antar
dua pasar jika biaya transaksi dan biaya pengiriman barang dan jasa antar pasar tidak ada.
Apabila terdapat dua pasar dalam dua Negara yang berbeda, harga barang mungkin
ditetapkan dalam unit mata uang yang berbeda, tetapi harga produk yang sama pada kedua
pasar yang berbeda tersebut akan sama.
Sebagai contoh, apabila harga apel di amerika serikat diberi notasi PAS dan nilai
tukar spot dolar per poundsterling dinyatakan dengan S($/t) maka harga apel di amerika
serikat adalah :

PAS = S(US$/t) x P1 (6.1)

Misal PAS/kg =t2,50 dan S(US$/t) =$1,70, maka PAS/kg adalah $4,25. Apabila
harga apel di amerika serikat $5,00/kg maka tercipta peluang utuk memperoleh
keuntungan, yaitu dengan membeli apel di inggris dan menjualnya di amerika serikat.
Untuk setiap kilogram apel, arbitrator akan memperoleh keuntungan $0,75 dikurangi biaya
transaksi. Arbitrase akan terus berlangsung sampai harga apel di inggris dan amerika
serikat menjadi(relative) sama.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 4


Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika arbitrase internasional
menggunakan hukum satu harga, maka kurs dalam negeri dan barang domestic akan sama
dengan kurs dalam negeri dan barang luar negeri. Dengan kata lain, unit mata uang
domestic setiap Negara akan mempunyai daya beli yang sama. Karena itu, jika satu dolar
dapat dipakai untuk membeli satu bungkus roti di amerika serikat, maka satu dolar tersebut
harus dapat dipakai untuk membeli satu bungkus roti yang sama di inggris. Berdasarkan
peristiwa diatas, valuta asing akan berubah berdasarkan perbedaan inflasi domestic dan luar
negeri. Hubungan ini dikenal dengan istilah purchasing power parity (PPP). Salah satu
contoh penggunaan hukum satu harga adalah hamburger standard yang digunakan oleh Big
Mac. Dianggap bahwa harga Big Mac identik di setiap Negara (didasarkan pada daftar Big
Mac). Sebagai contoh, harga Big Mac di Thailand Bath 48, dan harga Big Mac yang sama
di amerika serikat adalah $2,30. Hal ini menunjukkan kurs paritas daya beli sebesar :

Bath 48/$2,30 = Bath 20,87/$

Dari data survey diperoleh bahwa kurs actual antara kedua Negara tersebut diatas adalah
Bath 25,3/$. Karena itu Bath Thailand mengalami undervalued sebesar ;

Bath 48/$2,30 = Bath 20,87/$

II.1.1. Strategi Satu Harga (Harga Tunggal)


Dalam strategi ini, perusahaan membebankan harga yang sama pada setiap
pelanggan yang membeli produk dengan kualitas dan kuantitas yang sama pada kondisi
yang sama pula (termasuk syarat penjualannya sama). Strategi ini sering di jumpai pada
perusahaan-perusahaan yang melakukan distribusi massa dan penjualan massa. Tujuan
strategi ini adalah untuk mempermudah keputusan penetapan harga dan untuk
mempertahankan goodwill serta menjalin hubungan baik dengan semua pelanggan (tak
satupun pelanggan yang mendapatkan harga khusus atau dianggap lebih penting daripada

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 5


pelanggan yang lain). Ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi guna melaksanakan
strategi ini, diantaranya :
1. Perlu adanya analisis secara terperinci mengenai posisi perusahan dan struktur biaya
bila dibandingkan dengan industry secara keseluruhan.
2. Dibutuhkan informasi yang berkaitan dengan variabilitas harga pada penawaran
harga yang sama pada setiap orang.
3. Perlu pemahaman atas skala ekonomis yang tersedia bagi perusahaan.
4. Dibutuhkan informasi tentang harga kompotitif, yaitu harga yang sanggup dibayar
oleh pelanggan.

Hasil yang diharapkan dari implementasi strategi satu harga melliputi 4 aspek
pokok yaitu ;
1. Biaya penjualan dan biaya administrasi yang semakin menurun.
2. Margin laba yang konstan.
3. Image pelanggan yang baik terhadap perusahaan.
4. Pertumbuhan passer yang stabil.

II.2. GLOBALISASI DAN PERDAGANGAN DUNIA


Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan kecendrungan globalisasi
dunia sebagai akibat semakin banyaknya Negara yang melaksanakan liberalisasi / reformasi
ekonomi yang ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi dan transfortasi.
Globallisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setia Negara, bahkan setiap bisnis dan
perusahaan, menghadapi persaingan global, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Globalisasi telah mengubah secara drastic pola produksi dari perusahaan multinasional
yang semula berupaya memproduksi semua kebutuhannya menjadi spesialisasi produksi,
yaitu hanya memproduksi komponen atau begian tertentu saja, sedangkan komponen atau
bagian lainnya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan lainnya yang bertindak sebagai
pemasok sehingga terjadi internasionalisasi produk (Sastrowardoyo, 1994).

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 6


Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerja sama multilateral dan regional semakin
banyak dikembangkan guna mengantisifasi perkembangan yang sedang dan alan terjadi.
Wujud kerja sama yang ada antara lain :
1. Kerja sama multilateral dalam rangka putaran Uruguay
Kesepakatan GATT (General Agreement On Tariff and Trade) tanggal 15 april 1994
menghasilkan keputusan penting menyangkut pembentukn WTO (World Trede
Organization) pada tanggal 1 januari 1995 dan rencana liberalisasi perdagangan.
Kehadiran WTO yang sekaligus juga menggantikan GATT dan liberalisasi
perdagangan menghadirkan beberapa menfaat besar, terutaman pasar atas produk yang
dihasilkan setiap Negara. Dunia usaha juga dituntut untuk meningkatkan efisiensi dan
produktivitsnya, agar dapat bersaing dengan produk sejenis dan produk substitusi di
seluruh penjuru dunia.
2. Kerja sama regional
Ada beberapa jenis kerja sama regional yang berkembang, diantaranya :
a. Masyarakat Eropa (European Community)
Kerja sama ini bertujuan untuk menghapuskan hamabatan-hambatan teknis,
perpajakan, dan fisik pembatas terhadap pergerakan bebas orang, barang, modal,
dan jasa antar Negara-negara anggotanya mulai akhir tahun 1992.
b. NAFTA (North America Free Trade Area)
Pembentukan NAFTA diawali degan ditanda tanganinya perjanjian perdagangan
bebas antara Amerika Serikat dengan Kanada pada tahun 1988. Kemudian pada
tahun 1991 perjanjian tersebut diperluas juga dengan Meksiko. NAFTA dibentuk
dengan tujuan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan efisiensi
sector industry melalui integrasi dan pemanfaatan skala ekonomi serta
meningkatkan investasi asing di Negara-negara anggotanya.
c. APEC (Asia pasipic Economic Coorperation)
APEC didirikan pada bulan November 1989 dan memiliki 18 negara anggota
(beberapa diantaranya beru bergabung kemudian), dengan tujuan meliberalisasikan
perdagangan dan investasi dikawasan tersebut. berdasarkan deklarasi Bogor, akan
diciptakan perdagangan yang bebas dan terbuka di kawasan Asia Pasifik pada tahun
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 7
2020. Sasaran waktu untuk anggota ekonomi industry maju adalah tahun 2010,
sedangkan untuk ekonomi berkembang pada tahun 2020.
d. AFTA (ASEAN Free Trade Area)
Konferensi tingkat tinggi ASEAN ke IV yang diselenggarakan di Singapura pada
bula Januari 1992 antara lain telah menyepakati perjanjian mengenai CEPT
(Common Effective Preferential Tariff) untuk membentuk AFTA. AFTA sendiri
dibentuk bukan sebagai regionalisasi perdagangan tertutup, melainkan agar ASEAN
dapat bersaing di pasar global. Hal ini dapat memberikan dampak positif berupa
mengalirnya arus investasi asing, baik intra ASEAN maupun di luar ASEAN dan
mendorong industry-industri di kawasan ASEAN untuk menempuh orientasi pasar
yang lebih besar dan skala ekonomi yang lebih besar dalam kegiatan produksi dan
pemasarannya.
3. Kerja sama pengembangan sub-regional antar Negara-negara ASEAN
Indonesia mengembangkan kerja sama ekonomi dengan beberapa Negara ASEAN
lainnya, misalnya segitiga pertumbuhan SIJORI (Singapura-Johor-Riau): kerja sama
pengembangan wilayah Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh dengan daerah-
daerah tertentu di Malaysia dan Thailand.

II.3. FAKTOR-FAKTOR PENDORONG GLOBALISASI INDUSTRI


Menurut Yip (1994), factor-factor yang mendorong globalisasi industry (industry
globalization drivers) terdiri atas :
1. Market drivers
Factor ini tergantung pada berbagai asfek, di antaranya perilaku konsumen,
struktur saluran distribusi, dan sifat pemasaran industry yang bersangkutan.
Ada beberapa perubahan yang terjadi dalam market drivers, yaitu :
a. Pendapatan per kapita bebeapa Negara mulai manyamai Negara-negara
industry, misalnya GNP Hong Kong mendekati GNP Selandia Baru dan GNP
Jepang menyusul GNP Amerika serikat.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 8


b. Konvergensi gaya hidup dan selera, misalnya McDonald’s di Paris dan
Peerier di Amerika Serikat.
c. Semakin meningkatnya arus wisatawan dan perjalanan yang pada gilirannya
menciptakan konsumen global.
d. Organisasi-organisasi mulai berperilaku seperti pelanggan global.
e. Pertumbuhan saluran distribusi global dan regional semakin pesat.
f. Pembentukan merek global, seperti coca-cola, Levi’s, Marlboro.
g. Tekanan untuk mengembangkan periklanan global.
2. Cost Drivers
Cost drivers tergantung pada aspek ekonomi dunia bisnis. Ada beberapa
perubahan yang terjadi dalam cost drivers, diantaranya:
a. Berlanjutnya tekanan untuk mencapai skala ekonomis.
b. Inovasi teknologi yang semakin cepat.
c. Kemajuan dalam transportas.
d. Munculnya NIC (Newly Industrializing Countries) dengan kapabilitas yang
produktif dan biaya tenaga kerja yang murah, misalnya China, Taiwan, dan
Thailand.
e. Meningkatnya biaya pengembangan produk secara relative terhadap market
life.
3. Government drivers
Government drivers tergantung pada tindakan pemerintah dan factor-faktor
berikut:
a. Pengurangan hambatan tarif
b. Pengurangan hambatan non-tarif, misalnya Jepang yang kini semakin
membuka pesannya.
c. Pembentukan blok-blok perdagangan, seperti pasar tuunggal Eropa, AFTA,
NAFTA.
d. Berkurangnya peranan pemerintah sebagai produsen dan pelanggan,
misalnya denasionalisasi beberapa industry di Eropa.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 9


4. Compotitive drivers
Competitive drivers terganung pada tindakan para pesaing. Beberapa perubahan
yang mempengaruhi competitive drivrs meliputi:
a. Peningkatan level perdagangan dunia.
b. Semakin banyak Negara yang menjadi key competitive battlegrounds,
misalnya munculnya Jepang sebagai lead country.
c. Semakin bertambahnya jumlah perusahaan yng dimiliki oleh pihak asing.
d. Munculnya pesaing baru yang menjadi pesaing global, terutama perusahaan
Jepang dalam industry otomotif dan elektronik.
e. Tumbuhnya jaringan global yang menyebabkan setiap Negara dapat saling
tergantung dalam industry-industri tertentu, misalnya dalam industry elektronik.
f. Semakin banyaknya perusahaan yang bersifat globally-centered, misalnya
fasilitas produksinya tersebar di beberapa Negara.
g. Semakin bertambahnya pembentukan global strategic alliances.
5. Faktor-faktor lain
Factor-faktor lain yang juga menjadi pemicu globalisasi industry antara lain:
a. Revolusi dalam informasi dan komunikasi
b. Globalisasi pasar-pasar financial
c. Penyempurnaan dalam bisnis travel.

II.4. PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN PEMASARAN INTERNASIONAL


Perdagangan internasional dan pemasarn internasional merupakan bagian dari bisnis
internasional. Dalam ilmu ekonomi perdagangan internasional sering kali dikaitkan dengan
kegitan ekspor impor, valuta asing, serta neraca perdagangan dan neraca pembayaran.
Dalam kaitannya dengan pemasaran internasional, maka dasar ekonomi teoritis
perdagangan internasional memberikan pemahaman dasar mengapa suatu Negara
berdagang dengan Negara lain, dan karenanya memberikan pemahaman bagi pemasar
internasional mengenai kebijakan perdagangan luar negeri suatu Negara. Perdagangan
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 10
internasional juga umumnya merupakan langkah pertama bagi suatu perusahaan untuk
memasuki arena internasional.
Sementara itu yang dimaksud dengan pemasaran internasional adalah penerapan
konsep, prinsip,aktivitas dan proses manajemen pemasaran dalam rangka menyalurkan
barang atau jasa perusahaan ke konsumen di berbagai Negara demi tercapainya
keuntungan-keuntungan tertentu. Yang membedakannya dengan pemasaran domestic
hanyalah pemasar menghadi lingkungan yang asing dengan politik, regulasi, budaya
persaingan dan konsumen setempat yang berbeda dengan lingkungan tempat tinggal
pemasar yang bersangkutan. Pemasaran internasional sering kali dikaburkan dengan
pemasaran asing yang berarti kegiatan pemasaran di lingkungan yang berbeda dengan
lingkungan asalnya. Yang dimaksud dengan asing disini adalah anggapan tingkat kebiasaan
dari asalnya. Dari definisi ini sebenarnya pemasaran asing hanya berbeda dengan
pemasaran internasional dalam hal lokasi perusahaan pemasar yang berbeda di luar negeri.

II.5. TAHAP-TAHAP PERUSAHAAN YANG BEROPERASI DI PASAR DUNIA


Paling tidak ada 4 tahapan yang harus dilalui oleh suatu perusahaan yang beroperasi
di pasar dunia yaitu :
1. Perusahaan domestic, yaitu perusahaan yang memfokuskan operasi dan strateginya
pada pasar, pemasok dan pesaing domestic. Pada tahap ini manajemen perusahaan
masih memandang pasar domestic padat dengan peluang serta jauh lebih aman. Hal ini
dapat dimungkinkan karena pasar domestic belum dimasuki oleh perusahaan asing.
2. Perusahaan internasional, yaitu perusahaan yang melayani pasar domestic di
negaranya sendiri dan pasar nasional di Negara lain. Atau dengan kata lain kegiatan
pemasaran perusahaan yang melewati batas-batas Negara. Istilah sehari-sehari untuk
perusahaan internasional adalah perusahaan eksportir. Perusahaan domestic
berkembang menjadi perusahaan internasional karena merasa pasarnya di dalam negeri
sedikit demi sedikit digerogoti oleh perusahaan asing dan mulai memandang adanya
peluang yang menarik dipasar internasional. Namun orientasi bisnisnya bersifat
etnosentris yakni memandang operasi domestic sebagai aktivitas primer sedangkan
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 11
operasi internasional sebagai aktivitas sekunder. Motivasinya terjun kepasar
internasional pun masih semata-mata melempar kelebihan produksi atau
memperpanjang daur hidup produk perusahaan. Keputusan-keputusan yang diambil
manajemen dalam pemasaran internasional dilandasi oleh nilai-nilai budaya,
pengalaman dan pengetahuannya sendiri. Untuk menangani aktivitas internasionalnya
itu maka perusahaan internasional biasanya membentuk divisi internasional dalam
struktur organisasinya yang sifat pengambilan keputusannya adalah sentralisasi.
3. Perusahaan multinasional, yaitu perusahaan yang menjual produknya ke banyak
Negara yang setiap Negara diperlakukan sebagai pasar tersendiri. Perusahaan
internasional memasuki tahap ini karena mulai menyadari bahwa setiap Negara
membutuhkan penanganan yang berbeda agar operasi perusahaan disana dapat sukses.
4. Perusahaan global atau transnasional, yaitu perusahaan yang memperlakukan dunia
sebagai satu pasar.

Berikut ini merupakan langkah memasuki pasar internasional :

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 12


II.6. ALASAN-ALASAN UNTUK GO INTERNATIONAL
1. Proaktif
a. Untuk memperoleh manfaat-manfaat tertentu. Dengan memindahkan pabrik
ke luar negeri maka perusahaan dapat memperoleh tenaga kerja murah, lebih dekat
denagan sumber bahan baku, memperoleh tanah yang lebih murah, dapat menikmati
kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah suatu Negara yang berupaya
menarik investor dari luar negeri serta dapat memperoleh keuntungan dari fluktuasi
valuta asing.
b. Perusahaan memiliki produk yang unik, yang sumber-sumbernya tidak ada
dinegara lain.
c. Perusahaan ingin memnfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan
transportasi sehingga dapat menjangkau konsumen internasional secara lebih mudah.
d. Untuk meningkatkan pengaruh politik perusahaan
e. Untuk memperoleh peluang riset misalnya menguji produk di pasar asing.

2. Reaktif
a. Perusahaan menghadapi ancaman akan kehilangan pasar di kandang sendiri
karena diserbu berbagai perusahaan asing dengan produk-produknya yang bermutu
tinggi dan dan bernilai lebih
b. Perusahaan mengalami overproduksi sehingga kelebihannya dipasarkan
keluar negeri
c. Untuk mengatasi penurunan penjualan akibat pengaruh perusahaan variable
demografi di dalam negeri, misalnya pertumbuhan penduduk yang melambat
d. Untuk memanfaatkan kelebihan kapasitas
e. Untuk mengurangi ketergantungan pada satu pasar saja

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 13


II.7. ASPEK-ASPEK ANALISIS PASAR INTERNASIOANAL
Setiap perusahaan yang melakukan pemasaran internasional akan menghadapi
lingkungan ekonomi yang berbeda-beda di setiap negar yang dimasuki. Dewasa ini semakin
banyak bermunculan pasar dan pesaing global yang bisa menjadi peluang sekaligus
tantangan bagi pemasar internasional. Menurut koegan (1995) ada 5 perubahan mendasar
yang telah terjadi dalam beberapa decade yang lalu yaitu :
a. Perpindahan modal telah mengambil alih peranan perdagangan sebagai driving
force perekonomian dunia.
b. Aspek produksi mulai dapat terlepas dari aspek ketenagakerjaan. Hal ini dapat
dilihat pada kenyataan bahwa meskipun jumlah tenaga kerja dalam sector industry dan
pertanian cenderung konstan atau bahkan mengalami penurunan, tetapi jumlah
produksi tetap meningkat.
c. Produksi primer tidak lagi mendominasi ekonomi industry. Adanya penurunan
secara drastis dalam harga bahan mentah tertentu(misalnya minyak bumi) tidak akan
menyebabkan depresi ekonomi dunia.
d. Makro ekonomi sebagai pengendali ekonomi tidak lagi pada tingkat Negara tetapi
berkembang pada tingkat ekonomi dunia
e. Kontes selama 75 tahun antara kapitalisme dan sosialisme telah berakhir.
Keberhasilan yang nyata dari system kapitalis dibandingkan model komunis yang
terkendali dan terpusat telah menyebabkan runtuhnya komunisme sebagai sebuah
model mengorganisasi kegiatan ekonomi dan sebagi sebuah ideology.
Ada beberapa informasi mengenai lingkungan makro ekonomi yang dibutuhkan
dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran untuk memasuki suatu Negara tertentu
diantaranya karakteristik pasar (pertumbuhan serta distribusi populasi dan pendapatan),
neraca pembayaran, pola perdagangan barang dan jasa, pola konsumsi dan perkembangan
pasar.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 14


Tahap-tahap perkembangan pasar dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori yaitu :
1. Kasus keranjang yaitu sebuah Negara dengan masalah ekonomi, social dan politik
yang sangat serius sehingga Negara tersebut tidak menarik untuk investasi dan operasi
2. Negara berpenghasilan rendah atau Negara pra-industri yaitu Negara-negara yang
memiliki GNP per kapita kurang dari $400 pada tahun 1992. Diantaranya Bangladesh
dan India.
3. Negara berpenghasilan menengah bawah atau Negara berkembang yaitu Negara-
negara yang memiliki GNP perkapita antara $400 dan kurang dari $2,000 ditahun
1992. Diantaranya Polandia, Cile, Fiji, Irak dll
4. Negara berpenghasilan menengah atas atau Negara industry baru yaitu Negara-
negara yang mempunyai GNP antara $2,001 dan $12,000 perkapita pada tahun 1992
diantaranya Hongaria, Iran, Arab Saudi dll
5. Negara berpenghasilan tinggi atau yang kerapkali dikenal dengan Negara maju,
industry, pasca industry atau dunia pertama yaitu Negara-negara yang mamiliki GNP
diatas $12,000 perkapita, diantaranya adalah Amerika serikat, Kanada, Jepang,
Singapura,Hongkong, Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Inggris, Australia,Kuwait, Uni
emirat arab,dll

Sementara itu lingkungan mikroekonomi merupakan lingkungan yang


mempengaruhi kepentingan produk dan atau pasar sebuah perusahaan. Pada dasarnya
lingkungan mikroekonomi menyangkut aspek persaingan yang bisa berasl dari 3 sumber
utama yaitu bisnis lokal, perusahaan lainnya dalam Negara yang sama dan perusahaan luar
negeri. Setiap pesaing yang berbeda dapat berupaya memenuhi jenis permintaan yang
berlainan yaitu ;
a. Existing demand, yaitu produk yang dibeli untuk memuaskan kebutuhan tertentu
b. Latent demand, yaitu situasi dimana kebutuhan tertentu telah diketahui atau
diidentifikasi tetapi belum ada produk yang ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan
tersebut.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 15


c. Incipient demand, yaitu suatu kebutuhan yang diperkirakan akan muncul apabila
konsumen menyadarinya pada suatu saat di masa mendatang.
Disamping itu, persaingan dapat pula dianalisis berdasarkan karakteristik produk.
Dalam hal ini produk dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :
1. Breakthrough product, yaitu suatu inovasi unik yang sifatnya sangat teknis.
Contohnya arloji digital, TV warna, komputer palmtop atau pesawat jet.
2. Competitive product, yaitu salah satu dari sekian banyak merek yang tersedia di
pasar dan tidak memiliki keunggulan khusus atas produk-produk yang bersaing.

II.8. STRATEGI MEMASUKI PASAR INTERNASIONAL


Sangat sulit bagi sebuah perusahaan untuk mencoba melayani semua Negara yang
ada di dunia yang jumlahnya lebih dari 100 negara. Biasanya sebuah perusahaan (termasuk
yang bear sekalipun) akan memulai bisnisnya dari satu atau beberapa Negara. Perlahan tapi
pasti baru mengembangkan diri dan mencakup banyak Negara. Dengan demikian, setiap
perusahaan memilih Negara yang akan dipilih sebagai pasar sasaran. Pemilihan ini harus
didasarkan pada keteria tertentu yang tidak dapat dilakukan secara random. Semua ini
dikarenakan adanya keanekaragaman lingkungan politik, hukum, ekonomi dan budaya
antar Negara. Pasar sasaran akan dipilh atas dasar kesesuaiannya dengan produk dan
kemampuan perusahaan.
Proses pemilihan pasar sasaran dimulai dengan segmentasi pasar, yaitu teknik
membagi dan mengelompokkan setiap Negara ke dalam kelompok-kelompok yang
homogen. Setiap segmen memiliki karekteristik yang relative sama dalam hal daya
tanggapnya terhadap berbagai aspek strategi pemasaran. Proses segmentasi terdiri atas lima
langkah berikut:
1. Menggambarkan taksonomi pasar untuk mengklasifikasikan pasar dunia.
2. Mengelompkkan semua Negara ke dalam kelompok-kelompok homogeny yang
memiliki karekteristik yang sama, sesuai dengan criteria atau dimensi yang digunakan
dalam taksonomi pasar.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 16


3. Menentukan metode yang secara teoritis paling efisien untuk melayani masing-
masimg kelompok/segmen.
4. Memilih kelompok yang memiliki kesesuaian paling tinggi antara kemampuan
perusahaan (produk, jasa, kekuatan) dan persyaratan kelompok yang bersangkutan.
5. Menyesuaikan klasifikasi ideal diatas dengan hambatan yang dijumpai dalam dunia
nyata (hambatan hukum dan politik, budaya dan lain-lain).

Apabila telah terbentuk segmen-segmen pasar berdasarkan keriteria yang dipilih,


maka langkah selanjutnya dalah memilih segmen yang paling sesuai untuk dilayani.
Pemilihan segmen pasar perlu memenuhi kondisi-kondisi berikut:
1. Dapat dijangkau (accessable)
Segmen pasar yang sudah dibentuk atau direncanakan belum tentu semua dapat
dijangkau atau dilayani oleh perusahaan. Factor penyebabnya antara lain hambatan
perdagangan, perilaku masyarakat tertentu, perbedaan kebudayaan, hukum dan
sebagainya.
2. Dapat diukur (meassureble)
Meskipun perilaku bagian-bagian pasar adalah homogen, tetapi dalam kenyataannya
sulit untuk melakukan pengukuran perbedaan-perbedaan tersebut. keriteria dasar
pembagian pasar perlu dinyatakan secara jelas dan nyata, sehingga perbedaannya dapat
menjadi lebih jelas.
3. Memberikan keuntungan (profitable)
Kondisi ini perlu dipenuhi, karena bila tidak, maka akan sia-sia lah segemntasi yang
dilakukan.
4. Dapat memberikan perbedaan maksimum dalam strategi bersaing.

Dalam penentuan cara atau strategi memasuki pasar internasional, perusahaan perlu
mempertimbangkan beberapa factor khusus (khas) yang berlaku bagi setiap perusahaan dan
industry. Fakor-faktor tersebut meliput:
1. Tujuan perusahaan berkaitan dengan 3 aspek berikut:
a. Volume bisnis internasional yang diharapkan
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 17
b. Lingkup geografis
c. Jangka waktu keterlibatan perusahaan dalam pemasaran internasional
2. Ukuran atau volume penjualan dan asset perusahaan.
3. Lini produk dan sifat produk (produk konsumen atau industry, harga renddah atau
tinggi, teknologi) yang dihasilkan perusahaan.
4. Persaingan dalam pasar di luar negeri.

Disamping factor-faktor khusus, ada pula beberapa keriteria umum lainnya, diantara
lainnya:
1. Jumlah pasar
Sasaran jumlah pasar yang ingin dimasuki dalam setiap perusahaan sangat bervariasi.
Oleh karena itu, metode memasuki pasar internasional yang dapat dipilih juga berbeda-
beda. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa setiap metode dapat menghasilkan
cakupan pasar internasional yang berbeda dan seringkali tidak semua metode dapat
diterapkan di setiap Negara.
2. Penetrasi dalam pasar
Hal ini berkaitan dengan kualitas cakupan pasar, yaitu seberapa besar akses yang
diperoleh, apakah mencakup pasar nasional suatu Negara secara keseluruhan atau
hanya meliputi ibukota atau beberapa kota di Negara yang dituju.
3. Umpan balik (feedback) dari pasar
Semakin tinggi tingkat keterlibatan langsung perusahaan di suatu Negara maka
semakin baik informasi pasar yang peroleh. Jadi, metode masuk secara langsung akan
memberikan peluang lebih besar dari pada metode=metode tidak langsung dalam
upaya mencari umpan balik dari pasar.
4. Pengalaman
Pengalaman akan semakin banyak diperoleh bila suatu perusahaan terlibat secara
langsung dalam pemasaran internasional.
5. Kendali (control)
Kendali yang dipegang perusahaan atas pemasaran internasionalnya bervariasi dari
tidak ada kendali sama sekali hingga kendali sepenuhnya.
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 18
6. Biaya pemasaran incremental
Biaya pemasaran incremental adalah biaya tambahan yang diperlukan sehubungan
dengan pemilihan dan penggunaan saluran distribusi tertentu. Biaya ini semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya keterlibatan perusahaan dalam pemasaran
internasional.
7. Kemungkinan memperoleh laba
Dalam melakukan evaluasi laba potensial masing-masing metode memasuki pasar
internasional, factor yang perlu diestimasi adalah penjualan dan biaya total jangka
panjang yang berrkaitan dengan setiap metode.
8. Persyaratan investasi
Persyaratan investasi yang paling besar adalah pada metode wholly owned foreign
subsidiary, karena membutuhkan investasi pabrik, pendanaan persediaan, dan lain-lain.
9. Pesyaratan administrative
Persyaratan yang berkaitan dengan dokumentasi, perizinan, maupun waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap metode berbeda-beda.
10. Persyaratan sumber daya manusia yang dibutuhkan
Umumnya semaki langsung keterlibatan suatu perusahaan dalam pemasaran
internasional, maka tuntutan akan sumber daya manusia yang terlatih dan berwawasan
intiernasional semakin besar pula.
11. Permasalahan di Negara yang dituju
Semakin langsung keterlibatan suatu perusahaan dalam pasar asing yang dimasuki,
maka pihak managemennya akan semakin teerlibat dalam permasalahan yang berkaitan
dengan pasar yang dituju, sperti perundang-undangan, regulasi, pajak, permasalahan
tenaga kerja, dan sebaianya.
12. Fleksibilitas
Bila perusahaan ingin berada di pasar asing untuk jangka panjang, maka fleksibilitas
dalam metode memasuki pasar internasional merupakan factor yang penting. Adanya
perubahan lingkunga dan pasar, serta situasi dan sasaran perusahaan, menuntut
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 19
kemampuan perusahaan untu berubah dalam langkah menyesuaikan diri dengan
kondisi-kondisi yang baru dihadapi.
13. Risiko
Risiko dalam pemasaran internasional meliputi risiko ekonomi dan politik.

Secara umum ada empat macam cara memasuki pasar internasional, antara lain :
II.8.1. Ekspor
Akivitas ekspor merupakan kegiatan produksi barang di satu Negara dan menjual
hasilnya di Negara lain. Ada dua bentuk aktivitas ekspor, accasional exporting dan active
exporting. Occasional exporting merupakan bentuk keterlibatan yang pasif, di mana
perusahaan hanya mengekspor karena adanya permintaan dari luar negeri. Sedangkan
active exporting adalah komitmen perusahaan untuk mengembangkan ekspor ke pasar
tertentu. Salah satu keunggulan dari ekspor adalah memungkinkan kegiatan
pemanufakturan dikonsentrasikan disatu Negara saja (di dalam negeri), yang mana hal ini
memberikan keuntungan biaya dan kualitas daripada kegiatan pemanufakturan yang
terdesentralisasi. Meskipun ekspor merupakan alternative strategi memasuki pasar dengan
investasi yang murah dan beresiko rendah, namun strategi ini memerlukan investasi yang
cukup besar dan berarti dalam aspek pemasaran :
1. Ekspor tidak langsung
Perusahaan biasanya memulai dengan ekspor tidak langsung, yaitu memanfaatkan
jasa perantara independen untuk menangani aktivitas ekspornya. Di satu sisi, hal ini
dapat menghhemat waktu dan tenaga perusahaan pegekspor. Namun, di sisi lain,
perusahaan tersebut tidak tidak memiliki kendali atas perantaranya. Yang lebih buruk
lagi umumnya perantara-perantara seperti ini bukanlah pemasar yang agresif dan
biasanya tidak menghabiskan volume penjualan yang besar.
Berbagai perantara yang dapat digunakan meliputi :
a. Domesic-Based Export Merchant
Perantara ini membeli produk-produk perusahaan dan menjualnya di luar negeri
atas biaya dan bentuk keuntungan sendiri.
b. Domestic-Based Export Agent
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 20
Perantara ini hanya mencarikan dan menegosiasikan transaksi dengan pembeli
asing atas imbalan komisi.
c. Cooperative-Organization
Organisasi ini melakukan kegiatan ekspor dengan mengatas namakan beberapa
produsen, yang sebahagian memegang kendali administrative.
d. Export-Management Company
Perantara ini hanya bersedia mengelola aktivitas ekspor perusahaan lain dengan
imbalan bayaran (fee) tertentu.

2. Ekspor langsung
Untuk menghindari kelemahan dari ekspor tidak langsung maka perusahaan dapat
melakukan ekspor secara langsung dengan cara membentuk :
a. Domestic-Based Export Departement or Division
Devisi atau cabang ini dapat berdiri sendiri dalam menangani ekspor dan berfungsi
sebagai pusat laba.
b. Overseas Sales Branch or Subsidiary
Dengan membuka cabang di luar negeri perusahaan dapat mengendalikan kegiatan
pemasaran di luar negeri.
c. Traveling Export Sales Representatives
Perusahaan dapat mengirim waraniaga dalam negeri ke luar negeri untuk
menemukan peluang bisnis.
d. Foreign-Based Distributors or Agents
Perusahaan dapat menggunakan jasa distribusi atau agen di luar negeri untuk
menjual produk dengan mengatas anamakan perusahaan.

II.8.2. Lisensi
Memberi lisensi berarti pemberi lisensi (lisensor) membuat persetujuan dengan
penerima lisensi (licensee) bahwa licensee memperolah hak untuk menggunakan
proses/teknologi produksi, merek dagang, paten, dan sebagainya dengan membayar

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 21


fee atau royalty tertentu kepada licensee. Lisencor dalam hal ini memperolah
manfaat, yaitu dapat memasuki pasar asing dengan resiko rendah.
Ada beberapa bentuk lisensi yang sering dijumpai diantaranya:
1. Franchising
Franchising adalah kontrak kerja sama tertulis antara pihak franchisor dan
franchisee, dimana pihak franchisee diberi hak untuk mendistribusikan produk
atau jasa tertentu dalam periode dan wilayah tertentu serta dengan cara-cara yang
ditentukan franchisor.
2. Management contract
Perusahaan hanya menawarkan keahlian manajemen untuk menjalankan
beberapa atau seluruh fungsi operasi pihak mitra kerjanya, sedangkan pihak mitra
tersebut menyediakan fasilitas.
3. Contract manufacturing
Yaitu mengajak produsen local untuk membuat produk perusahaan.

II.8.3. Joint Venture


Joint venture adalah perjanjian kemitraan antara investor asing dan investor
local setempat untuk mendirikan usaha local, yang keduanya barbagi kepemilikan dan
pengendalian. Keuntungan dari sterateri ini adalah adanya pembagian dalam
menanggung resiko dan kemampuannya mengkombinasikan dua kekuatan untuk
menciptakan sinergi.

II.8.4. Direct Investment


Apabila perusahaan memandang pasar asing memiliki prosfek yang bagus,
maka perusahaan itu dapat melangkah lebih jauh dengan investasi langsung.
Innvestasi langsung ini dapat membuka cabang perusahaan dan dapat pula dalam
bentuk investasi fasilitas perakitan atau produksi diluar negeri.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 22


II.9. HAMBATAN DALAM BISNIS INTERNASIONAL
Dalam bisnis internasional dikenal dua macam hambatan, yaitu tariff barrier (TB) dalam bentuk
pungutan bea masuk dan nontariff barrier (NTB), yaitu hambatan selain dalam bentuk bea masuk.
1. Tariff Barriers/TB (Hambatan Tarif Bea Masuk)
Instrument kebijakan tariff barrier (TB) dalam bentuk pungutan bea masuk dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Menutut system pumungutan bea masuk
 Bea harga (value tariff)
 Bea spesifik (specific tariff)
 Bea campuran (compound tariff)
b. Menurut tingkat tarif
 Bea masuk rendah/pembebasan tarif bea masuk (0% s.d 5%)
 Bea masuk sedang (>5% s.d 20%)
 Bea masuk tinggi (>20 s.d 300%)
c. Menurut tujuannya
 Tarif proteksi (regulator
 Tarif revenue (budgeter)
2. Nontariff Barrier (NTB)
Kebijakan nontariff barriers (NTB) adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea
masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat bisnis
internasional. Secara garis besar, NTB dapat dikelompokkan sebagai berikut (A.M. Rugman dan
R.M. Hodgetts, 7995:765).
a. Pembatasan spesifik (specific limitation), berupa halhal sebagai berikut.
1) Larangan impor secara mutlak.
2) Pembatasan impor (quota system).
3) Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu.
4) Peraturan kesehatan/karantina.
5) Peraturan pertahanan dan keamanan negara.
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 23
6) Peraturankebudayaan.
7) Perizinan impor (import licenses).
8) Embargo.

9) Hambatan pemasaran /marketing, seperti:


VER (voluntary export restraint )yaitu pembatasan ekspor secara sukarela oleh
negara eksportir, OMA (orderly marketing agreement)yaitu,pembatasan ekspor
produk tertentu atas permintaan negara importir.
10)The bioterrorism act (TBA ), biosubversive , biosecurity,vyaitu bentuk hambatan
nontariff yang digunakan oleh negara USA/Eropa/Australia untuk mengantisipasi
serangan teroris melalui produk agribisnis dan produk kimia dengan mernberlakukan
prosedur tertentu yang ketat terhadap impor dari negara-negara yang dicurigai sebagai
sarang/membantu gerakan teroris internasional,
11)Label halal, yaitu hambatan nontariff yang dilakukan oleh negara yang mayoritas
penduduknya muslim, seperti negara Timur Tengah dan Indonesia.

b. Peraturan bea cukai (customs administration rules)


1) Tatalaksana impor tertentu (procedure)
2) Penetapan harga pabean (customs value)
3) Penetapan kurs valas (forex rate) dan pengawasan devisa (forex control)
4) Consulat formalities
5) Packaging/labeling regulation
6) Documentation needed
7) Quality and testing standard
8) Pungutan administrasi
9) Tariff classification

c. Government participation
1) Kebijakan pengadaan pemerintah
2) Subsidi dan intensif ekspor
3) Countervailing duties
4) Domestic assistence programms

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 24


5) Trade-diverting

d. Import charges
1) Import deposits
2) Supplementary duties
3) Variable levies

Bentuk- bentuk nontarrif barrier (NTB) akhir-akhir ini diperlukan oleh negara-negara tertentu yang
menghadapi aktivitas terorisme dan telah menimbulkan hambatan bisnis internasional, terutama
bagi negara yang sedang berkembang, seperti Indonesia, antara lain TBA diperlukan oleh USA,
biosubversioeo leh negara-negara Eropa dan biosecurity oleh Australia.

II.10. EFEK TARIF BEA MASUK DAN KUOTA TERHADAP PENETRASI PASAR
1. Tujuan dan fungsi tarif bea masuk
a. Menurut tujuannya, kebijaksanaan tarif bea masuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Tarif proteksi, yaitu pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk
mencegah/membatasi impor barang tertentu.
2) Tarif revenue, yaltu pengenaan tarif bea masuk yang bertujuan untuk meningkatkan
negara.

b. Berdasarkan tujuan tersebut, maka fungsi tarif bea masuk adalah sebagai berikut.
1) Fungsi mengatur (regulerend), yaitu untuk mengatur perlindungan kepentingan
ekonomi/ industri dalam negeri.
2) Fungsi budgeter,yaitu sebagai salah satu sumber penerimaan negara.
3) Fungsi demokrasi, yaitu penetapan besarnya tarif bea masuk melalui persetujuan DPR.
4) Fungsi pemerataan, yaltu untuk pemerataan distribusi pendapatan nasional, misalnya
dengan pengenaan tarif bea masuk yang tinggi untuk barang mewah.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 25


2. Analisis mengenai efek-efek tarif bea masuk dan kuota dapat dilihat pada grafik L0.1 di bawah
ini. Grafik 1. Analisis Efek-Efek Tarif Bea Masuk dan Kuota

Keterangan grafik analisis mengenai efek-efek tarif bea masuk dan kuota.
1. Eo adalah keadaan autarki, di mana negara belum mengadakan hubungan ekonomi

internasional (tanpa ekspor dan impor) dan quantity demand = quantity supply = OQo
2. E1 adalah keadaan free trade, di mana negara telah mengimpor barang sejumlah Q 1,Q2.
Dengan adanya impor tersebut, harga barang dalam negeri turun dari Po ke P1, dan supply
total dalam negeri naik dari OQo menjadi OQ2, tetapi produksi dalam negeri turun dari OQo
menjadi OQ1. Karena produksi turun, maka perusahan merugi dan karyawan mulai di PHK.
Untuk melindungi produksi dalam negeri dan mencegah PHK, perusahaan meminta
proteksi tarif bea masuk atau pembatasan impor (kuota) kepada pemerintah, masingmasing
sebesar P1,P2, atau Q3Q4.
3. E2 adalah keadaan proteksi dengan tarif bea masuk sebesar P1,P2, atau system kuota impor
sebesar Q3,Q4. Dengan pengenaan tarif bea masuk sebesar P1, P2, atau kuota impor sebesar
Q3,Q4, maka terdapat efek-efek tarif atau kuota sebagai berikut.
1) Efek terhadap harga barang yang naik dari P1, ke P2.
2) Efek terhadap impor yang menurun dari Q1,Q2, menjadi Q3, Q4.
3) Efek terhadap konsumsi dalam negeri yang menurun dari OQ2, menjadi OQ4.
4) Efek terhadap produksi dalam negeri yang meningkat dari OQ1, menjadi OQ3.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 26


5) Efek penerimaan bea masuk bagi pemerintah atau keuntungan bagi pemilik kuota
sebesar segi empat aE2bc.
6) Efek subsidi dari konsumen kepada produsen sebesar trapesium P1P2ad.
7) Efek biaya proteksi sebesar segitiga acd + segitiga E1E2b.
II.11. KEBIJAKAN HARGA INTERNASIONAL
Dalam konteks pemasaran internasional, peranan yang dimainkan oleh perusahaan
induk dalam penetapan kebijakan harga perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini
menyangkut tiga kemungkinan :
1. Extension/Ethnocentric Pricing Policy (Standard Worldwide Pricing)
Dalam kebijakan ini, perusahaan induk menetapkan harga yang sama bagi suatu
produk di seluruh dunia dan pelanggan (importer) menagguang semua biaya
pengangkutan dan bea impor.
2. Adaptation/Polycentric Pricing Policy
Kebijakan ini memberi wewenang kepada kantor cabang atau anak perusahaan di luar
negeri untuk meneapkan sendiri harga yang tepa untuk pasar yang dilayaninya.
3. Invention/Geocentric Pricing Policy
Dalam pendekatan ini, perusahaan tidak menetapkan harga tunggal ataupun
menyerahkan keputusan harga kepada setiap cabang secara terpisah tetapi mengambil
posisi di tengah.

Masalah-masalah Seputar kebijakan Harga Produk Internasional


Ada beberapa masalah seputar kebijakan harga produk internasional yang sering muncul :
1. Price Escalation
Yaitu, mahalnya harga di luar negeri bila dibandingkan dengan harga di dalam negeri.
Hal ini terjadi karena biaya-biaya seperti transfortasi, tarif, marjin para perantara, pajak
khusus, fluktuasi valuta asing dan biaya-biaya lain yang timbul dalam perjalanan
produk untuk mencapai konsumen asing dibebankan ke harga jual itu di luar negeri.
Untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan negative akibat membumbungnya
harga di luar negeri, ada beberapa sterategi yang sering dilakukan, antara lain:

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 27


a. Beban tarif dan biaya transfortasi dapat diimbangi dengan menetapkan marjin yang
rendah pada prooduk yang dijual di luar negeri.
b. Memindahkan atau mendirikan pabrik di luar negeri.
c. Merombak struktur distribusi di pasar sasaran.
d. Menghilangkan cirri-ciri fungsional yang memakan biaya yang mahal pada produk
atau menurunkan kualitas produk.
d. Memodifikasi produk agar dapat memperoleh beban tarif yang lebih rendah,
misalnya membongkar produk dan merakitnyalagi di pasar nasional yang dituju.
e. Mendirikan zone perdagangan bebas untuk menghilangkan beban pajak, beban
pengangkutan, biaya-biaya ekstra serta biaya-biaya lainnya.
2. Transfer Price
yaitu harga yang ditetapkan untuk barang atau jasa yang ditransfer antar unit bisnis
perusahaan yang sama, dalam konteks ini unit bisnis tersebut berlokasi diberbagai
Negara yang berbeda.
3. Dumping
Yaitu salah satu bentuk strategi dual pricing yang menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih rendah daripada harga di dalam negeri atau menjual barang di luar
negeri dengan harga dibawah produksinya.
4. Grey Market
Yaitu menjual suatu merek atau produk yang diimpor secara legal tapi tidak melalui
saluran distribusi regular atau resmi.

II.12. KEBIJAKAN PRODUK INTERNASIONAL


Tidak ada jaminan bahwa suatu produk yang sukses dan laku di satu negara akan
sukses pula di negara-negara lain. Ada produk-produk tertentu yang memiliki daya tarik
universal, sehinggga tidak perlu atua hanya membutuhkan sedikit modifikasi untuk
dipasarkan ke berbagai negara. Akan tetapi banyak pula produk yang membutuhkan
modifikasi untuk disesuaikan dengan preferensi konsumen di negara-negara tertentu. Oleh
sebab itu, pemasar internasional yang ingin produknya diterima di suatu pasar local wajib
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 28
berupaya memahamikebutuhan dan keinginan konsumen. Hal lain yang perlu
diperhatikannya adalah kerakteristik produk yang memiliki potensi untuk ekspansi ke pasar
luar negeri. Kedua hal tersebut tergantung pada tujuan dan sasaran perusahaan, serta
persepsinya terhadap peluang. Ada empat kelompok produk yang dapat dipilih perusahaan,
yaitu :
1. Local product, yaitu produk yang dipersepsikan hanya berpotensi di dalam satu
pasar nasianal.
2. International produk, yaitu produk yang dipersepsikan memiliki potensi jika
distribusinya diperluas ke sejumlah pasar nasional yang lain.
3. Multionational product, yaitu produk yang diadaptasi agar dipersepsikan memiliki
karakteristik yang khas (unik) oleh pasa-pasar nasional yang dilayani.
4. Global product, yaitu produk yang didesain untuk memenuhi kebutuhan segmen
pasar global.

Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan di atas, maka para pemasar internasional


minimal memiliki tiga pilihan ketika memasuki pasar asing :
1. Menjual produk yang sama seperti dijual di dalam negeri sendiri (home country).
2. Menyesuaikan produk yang ada dengan selera dan kebutuhan tertentu dari pasar
baru.
3. Menciptakan produk yang benar-benar baru.

Keegan (1995) mengidentifikasi lima strategi adaptasi produk dan pesan


komunikasi di pasar luar negeri, yaitu :
1. Product-Communication extension
Perusahaan menjual produk yang sama seperti yang dijual di dalam negeri sendiri dan
menggunakan tema dan daya tarik promosi serta iklan yang sama pula. Strategi ini
cocok diterapkan jika produk dan pesan komunikasi promosi dapat digunakan secara
efektif disemua negara beserta kebudayaannya.
2. Product-Extention, Communication Adaption

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 29


Apabila produk dapat memenuhi kebutuhan yang berbeda dari yang diperkirakan atau
produk tersebut dapat digunakan untuk fungsi yang lain, maka penyesuain yang
diperlukan hanyalah pada pesan komunikasi. Strategi ini juga merupakan alternatif
yang murah karena biaya riset dan pengembangan, peralatan, set-up, dan persediaan
yang besar dapat dihindari.
3. Product- Adaptation, Communication Extention
Strategi ini dilaksanakan dengan mengubah atau mendesain kembali produk agar dapat
memenuhi kebutuhan selera setempat tanpa mengubah strategi komunikasi. Penerapan
strategi ini terutama didasarkan pada asumsi bahwa produk yang dipasarkan akan
melayani fungsi yang sama di pasar asing pada kondisi pemakaian yang berbeda.
4. Dual Adaptation
Strategi ini mengubah produk dan pesan iklan bagi pasar setempat. Strategi ini harus
dilakukan bila ternya di pasar asing fungsi yang dilayani produk dan kondisi
pemakainya berbeda.
5. Produk Invention
Dalam strategi ini perusahaan membuat produk baru untuk pasar setempat. Ada dua
pendekatan product invention , yaitu :
a. Backward Invention, yaitu memperkenalkan bentuk produk semula yang pernah
berhasil diupasarkan di sebuah negara tertentu. Strategi ini sering diterapkan untuk
pasar-pasar yang daya belinya lemah, misalnya negara terbelakang yang tarap
kesiapannya untuk menerima produk tertentu masih ketinggalan.
b. Forward Invention, yaitu membuat produk yang benar-benar baru untuk memenuhi
permintaan atau kebutuhan negara-negara tertentu. Strategi ini memang mahal,
namun hasil yang diperoleh sangat memuaskan.

II.12.1. Faktor-faktor yang Mendorong Standarisasi Produk


Pada dasarnya standarisasi adalah proses memperlakukan berbagai pasar
(multimarket) sebagai satu pasar homogen, dengan jalan mencari kesamaan antara pasar
yang satu dengan yang lain. Daya tarik standarisasi produk adalah memberikan alternatif

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 30


biaya rendah dan skala ekonomis dalam pemanufakturan, pengembangan produk dan
pemasaran. Faktor-faktor yang mendorong standarisasi produk adalah :
1. Biaya untuk adaptasi mahal,
2. Perusahaan hanya memiliki satu sumber produksi,
3. Terdapat kesamaan selera di berbagai pasar nasional yang berbeda,
4. Pemakaian produk terutama di lingkungan urban (dalam kasus negara berkembang),
5. Pemasaran diarahkan ke negara-negara utama yang sama (misalnya perekonomian triad-
Amerika, Jepang, dan Eropa),
6. Strategi utama dalam memasuki pasar internasional adalah ekspor, Manajemen operasi
internasional akan terpusat apabila perusahaan menerapkan strategi ekspor,
7. Pengaruh atau citra negara produsen produk sangat menentukan keputusan pembelian
konsumen,
8. Pesaing juga memasarkan produk standar.

II.12.2. Faktor-faktor yang Mendorong Adaptasi Produk


Umumnya adaptasi produk dilandasi pemikiran ”think globally, act locally”.
Perusahaan yang mengadaptasi produknya dengan karakteristik pasar local berargumentasi
bahwa pendapatan yang diperoleh dari modifikasi produk seringkali dapat lebih besar
daripada biayanya. Selain alasan ini, pertimbangan berikut merupakan faktor-faktor yang
ikut mendorong adaptasi produk :
1. Persyaratan stndart teknis bervariasi di setiap negara atau wilayah integrasi
ekonomi,
2. Produk perusahaan yang utama adalah produk konsumen dan personal-use product,
3. Selera dan kebutuhan pelanggan sangat beranekaragam,
4. Adanya variasi kondisi pemakaian, seperti iklim, tingkat keterampilam pemakai
atau kebiasaan setempat dalam mengkonsumsi produk,
5. Adanya perbedaan daya beli kerena pendapatan per kapita di setiap negara berbeda-
beda,
6. Cabang di luar negeri memiliki kebebasan untuk menggarap pasar setempat,

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 31


7. Adanya perbedaan bahasa dan kebudayaan yang berpengaruh terhadap pembelian
dan pemakaian produk,
8. Adanya pengaruh pemerintah negara tujuan, misalnya persyaratan kandungan lokal,
peraturan perpajakan, peraturan mengenai produk (termasuk kemasan dan label),
9. Strategi adaptasi terbukti sukses diterapkan oleh pesaing,
10. Produk dijual terutama di wilayah semi urban atau pasar nasional 9kasus negara
berkembang).

II.13. KEBIJAKAN DISTRIBUSI INTERNSIONAL


Kebijakan distribusi dalam pemasaran internasonal erat kaintannya dengan tingkat
keterlibatan suatu perusahaan dalam pasar luar negeri, yang ditunjukkan dengan strategi
atau metode memasuki pasar luar negeri. Kotler, et al. (1996) mengklasifikasi kebijakan
distribusi dalam tiga kelompok yaitu :
1. perusahaan menggunakan salesforce (company salesforce dan/atau contractual
salesforce) yang dikelola oleh divisi internasionalnya, baik yang beroperasi sampai
aktifitas ekspor saja maupun yang sampai dikirim ke luar negeri untuk menjual produk
perusahaan atau mendirikan cabang di luar negeri,
2. perusahaan menggunakan perantara antar negara yang hanya bertugas
mengantarkan barang masuk ke suatu negara saja,
3. perusahaan menggunakan perantara asing di negara lain untuk menyalurkan produk
ke konsumen di negara yang bersangkutan. Perbedaan yang nyata tampak pada jumlah
perantara dan jenis perantara.

II.13.1. Jenis-jenis Perantara dalam Perdagangan Internasional


Secara garis besar perantara dalam pemasaran internasional dapat dikategorikan
menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Perantara yang tidak bertanggung jawab atas penyerahan barang kliennya
a. Purchasing agent (Export Commission House, Export Comfirming house), yaitu
perantara yang mencari perusahaan domestic yang harga dan kualitas produknya
sesuai dengan permintaan prinsipalnya di luar negeri.
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 32
b. Export Broker, yaitu perantara yang menerima imbalan atas jasanya
mempertemukan perusahaan internasional dengan pembeli di luar negeri. Dalam hal
ini export broker tidak memiliki sendiri barang yang dinegosiasikannya dan
biasanya ia berspesialisasi pada komoditi tertentu saja.
c. Export Merchant (Jobber), yaitu perantara yang mencari kebutuhan-kebutuhan di
pasar luar negeri dan membeli barang dari perusahaan domestik tempat ia tinggal,
lalu menjualnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan di luar negeri
tersebut.
d. Norazy Agent, yaitu perantara yang berspesialisasi daloam transaksi-transaksi yang
tidak fair dan transaksi yang sulit. Biasanya mereka menangani barang-barang
selundupan dan perdagangan haram lainnya.

II.14. KEBIJAKAN PROMOSI INTERNASIONAL


Kebijakan promosi erat kaitannya dengan kebijakan produk, dimana perusahaan
dapat menerapkan strategi promosi yang sama seperti di dalam negeri (standarisasi) atau
mengubahnya sehingga sesuai dengan kondisi setiap pasar asing (adaptasi). Beberapa
kendala yang dihadapi dalam komunikasi pemasaran internasional meliputi :
1. Perbedaan bahasa
Perbedaan bahasa dalam pasar internasional bisa menimbulkan permasalahan, terutama
bila makna atau artinya jauh berbeda dengan yang dimaksud dalam bahasa aslinya.
Permasalahan ini akan tambah runyam jika ternyata suatu merek maupun pesan
komunikasinya berkonotasi negatif di negara tujuan pemasaran internasional. Pemasar
internasional memang tidak harus menguasai semua bahasa, tetapi ia harus
berkomunikasi dalam bahasa-bahasa negara tujuan pemasarannya.

2. Peranan periklanan dalam masyarakat


Peranan periklanan di setiap negara berbeda-beda. Beberapa faktor yang
mempengaruhinya meliputi tingkat perkembangan ekonomi, regulasi di bidang
periklanan dan medianya, dan faktor-faktor budaya.
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 33
3. Ketersediaan media
Media yang tersedia di suatu negara sangat tergantung pada regulasi dan infrastruktur
komunikasi.

4. Kendali pemerintah
Regulasi pemerintah mngenai periklanan sangat berpengaruh terhadap komunikasi
pemasaran yang dapat dilakukan pemasar internasional. Regulasi pemerintah bisa
mencakup penggunaan media, pesan yang disampaikan, anggaran periklanan dan
kepemilikan agen periklanan.
Yang patut diperhatikan adalah bahwa ketentuan atau aturan yang berlaku di
setiap negara berbeda-beda (Mills dalam Keegan, 1995) .Misalnya di Inggris semua
jenis periklanan diperbolehkan kecuali bila secara spesifik dinyatakan dilarang. Di
Jerman, segala jenis periklanan dilarang, kecuali bila dinyatakan (diijinkan) secara
spesifik.
Selain periklanan, promosi penjualan juga tidak dapat dilaksanakan di semua
negara. Bebrapa faktor utam yang membatasinya adalah peraturan budaya, dan situasi
persaingan lokal. Hukum di beberapa negara membatasi ukuran, bentuk, dan sifat
produk sampel, premium, dan hadiah. Nilai suatu item yang diberikan secara gratis
umumnya dibatasi sebesar persentase tertentu dari nilai produk.

5. Persaingan
Intensitas persaingan yang dihadapi setiap pemasar internasional berbeda-beda. Strategi
periklanan yang sukses diterapkan di suatu pasar belum tentu dapat sukses pula jika
dilaksanakan di pasar yang berbeda situasinya. Lagipula, strategi periklanan di setiap
pasar nasional dapat memancing reaksi pesaing lokal yang berbeda.

6. Ketersediaan agen
Jumlah dan kualitas biro periklanan yang ada di suatu negara berkaitan erat dengan
pembanngunan dan tingkat kemajuan ekonomi negara yang bersanmgkutan.
Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 34
II.15. STUDI KASUS

Permasalahan SPS (Sanitary and Phytosanitary) menurut negara tujuan


Amerika Serikat memberikan penalti dalam bentuk diskon/reduksi harga secara
otomatis kepada produk asal Indonesia untuk komoditaskomoditas kakao, lada, udang dan
jamur dengan alasan antara lain terkontaminasi serangga, salmonella, logam berat dan
antibiotik. Dalam hal ini Indonesia tidak bisa mengadu ke Komisi SPS WTO karena AS
bisa membuktikan secara ilmiah dan Indonesia memang belum bisa mengatasinya.
Jepang menolak masuknya beberapa buah-buahan Indonesia seperti pisang dan
beberapa jenis buah-buahan lainnya dengan alsan lalat buah. Dalam hal ini Indonesia tidak
mengajukan protes ke Komisi SPS WTO karena kenyataannya memang terjadi di Indonesia
dan Indonesia sejauh ini belum mampu mengatasinya. Selain itu, Jepang juga menolak
masuknya pucuk tebu asal Indonesia dengan alasan penyakit mulut dan kuk (PMK). Untuk
kasus ini Inonesia mengadukannya ke Komisi SPS WTO karena Indonesia dalam daftar
OIE merupakan salah satu negara yang dinyatakan bebas PMK. Saat ini pembahasannya
sudah sampai pada sidang Komite dan harus terus diperjuangkan sampai Jepang mengakui
keputusan OIE tersebut dan menotifikasi ke Sekretariat WTO bahwa Jepang mencabut
larangan tersebut.

Permasalahan TBT
Kasus-kasus penolakan ekspor produk pertanian asal Indonesia dengan alasan Technical
Barier and Trade (TBT) sebagian besar karena factor labelling yang dinilai
membingungkan konsumen atau tidak mengikuti standar internasional. Selain itu, ada

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 35


beberapa kasus dengan alasan mutu, seperti tercemarnya produk CPO Indonesia dengan
solar.

BAB III
KESIMPULAN

1. Dalam strategi satu harga ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi,
diantaranya :
a. Perlu adanya analisis secara terperinci mengenai posisi perusahan dan struktur biaya
bila dibandingkan dengan industry secara keseluruhan.
b. Dibutuhkan informasi yang berkaitan dengan variabilitas harga pada penawaran
harga yang sama pada setiap orang.
c. Perlu pemahaman atas skala ekonomis yang tersedia bagi perusahaan.
d. Dibutuhkan informasi tentang harga kompotitif, yaitu harga yang sanggup dibayar
oleh pelanggan.
2. Secara umum ada empat macam cara memasuki pasar internasional, antara lain :
Ekspor, Lisensi, Joint Venture, dan Direct Investment.
3. Masalah-masalah Seputar kebijakan Harga Produk Internasional antara lain : Price
Escalation, yaitu, mahalnya harga di luar negeri bila dibandingkan dengan harga di
dalam negeri. Dan Transfer Price yaitu harga yang ditetapkan untuk barang atau jasa
yang ditransfer antar unit bisnis perusahaan yang sama, yang berbeda negara.
4. Ada empat kelompok produk yang dapat dipilih perusahaan, yaitu :
Local product, International produk, Multionational product, dan Global product.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 36


DAFTAR PUSTAKA

Hady,Hamdy.2004.Manajemen Bisnis Internasional Teori dan Praktek. Jakarta: Gralia


Indonesia.

Handaru, sri (dkk).1997.Manajemen Keuangan Internasional.Yogyakarta:Andi Yogyakarta.

Husodo Siswono Yudo,dkk. 2004.pertanian mandiri. Bogor : penebar swadaya

Sugeng,Bambang.2003.How AFTA Are You ?.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

Tjiptono,Pandi.2008.Strategi Pemasaran.Yogyakarta:Andi Yogyakarta.

Liberalisasi Perdagangan Produk Pertanian 37

You might also like