Professional Documents
Culture Documents
com
PEMBERSIHAN HATI *
Cara, Metode dan Urgensinya Dalam Kehidupan Muslim
Assalamualaikum WrWb
Alhamdulillah puji syukur kepada Allah atas semua nikmat yang masih sempat kita
nikmati hingga saat ini, Terutama nikmat kesempatan untuk saling mengingatkan pada
kajian kali ini.
Sholawat tak henti-hentinya terucap kepada Rasulullah Muhammad, beserta keluarga,
sahabat serta pengikut sunnahnya.
Terdapat tiga hal pokok yang diperlukan dalam mencapai keberhasilan dakwah, yakni
jiwa yang bersih, kuatnya struktur gerakan dakwah, serta dakwah yang terprogram rapih
dan berkesinambungan. Karena jiwa yang bersih merupakan modal utama bagi para
pelaku dakwah. Tanpa ini, tak akan mungkin tercapai kemenangan hakiki dalam
dakwah. Di dalam jiwa yang bersih itu pula muncul kecintaan untuk memperjuangkan
risalah illahiah serta menolak berbagai kemungkaran dan keburukan dalam kehidupan.
Jiwa yang bersih bisa dicapai dengan pembersihan diri secara total; bermula dari bagian
yang pokok dan vital dalam dirinya, yaitu hati. Sesungguhnya, inilah urgensi
pembersihan hati (tazkiyah) bagi kehidupan dai dan dakwah Islam. Pembersihan hati
dari segala macam penyakit dan kekotoran. Pembersihan hari dari racun-racun yang
potensial merusak hari. Penyucian hari dari syubhat dan fitnah. Inilah tazkiyah, yang
merupakan hajat mendasar (asasiyah) dalam dakwah.
Fenomena kemenangan dakwah dalam Perang Badr, Perang Khaibar, Perang Qadisiyah,
dan perang-perang lainnya pada zaman Rasulullah SAW dan para sahabat, dilakukan
oleh generasi yang berhati bersih. Selain itu, juga dilakukan oleh para aktivis dakwah
yang kontinu melakukan pembersihan diri, melakukan tazkiyah sepanjang hari.
Untuk itulah, pembersihan hati atau jiwa (tazkiyah) merupakan fondasi untuk meraih
sukses dalam dakwah. Dakwah akan mencapai keberhasilan hanya dengan hati yang
bersih. Kekotoran hati adalah penghalang utama dakwah. Kekusutan jiwa dan
kegersangan ruhaniah adalah penghambat kesuksesan dakwah.
Bila seseorang sudah tidak lagi tahu siapa dirinya dan tidak tahu cacat di wajahnya,
maka dia sudah tidak lagi mempunyai rasa malu. Dia merasa dirinya sempurna dan
Redha Herdianto
* Disampaikan pada KajianOnline KlabSantri
Jum’at, 22 Januari 2010
tidak ada lagi tempat untuk mempertimbangkan semua sepak terjang yang
dilakukannya.
Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad
seluruhnya. Dan jika ia rusak, maka rusaklah jasad seluruhnya. Sepotong
daging itu adalah hati. (HR Bukhari dan Muslim)
”Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahanam kebanyakan dari
jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami ayat-ayat Allah; mereka mempunyai mata, tetapi tidak
dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah; mereka
mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. (Al
Ar’af : 179)
Oleh karena itu, untuk memelihara dan membersihkan hati dari noda-noda maksiat dan
dosa, seseorang dituntut pula untuk menjaga aktivitasnya. Untuk itu, setiap larangan
Allah swt dan Rasulullah saw wajib ditinggalkan jauh-jauh. Begitu pula sebaliknya,
segala perintah wajib dikerjakan sesuai kemampuan kita. Sebagaimana telah disabdakan
Rasulullah saw ;
”Apa-apa yang telah kami (Rasul) larang untukmu, maka jauhilah. Dan apa-
apa yang telah kami perintahkan kepadamu, maka kerjakanlah sebisamu” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ada kalanya hati ini sulit diajak kepada kebaikan. Meski kadang sudah terbersit niat
baik untuk melaksanakan perintah ALLAH dan menjauhi segala larangannya, namun
terasa berat dan lelah untuk merealisasikannya. Selanjutnya kembali lagi kepada
maksiat, meski diiringi penyesalan yang dalam. Namun kemudian kemaksiatan itu
terulang lagi dan selalu terulang. Jika kondisi sudah sedemikian adanya, maka sudah
saatnya hati untuk dibersihkan. Jangan lagi menunggu lain waktu, karena setan sudah
siap menerkam kita dalam pelukannya.
”Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
Sesungguhnya, beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu dan sesungguhnya
merugilah orang yang mengotorinya” (Asy Syams : 8 – 10)
”Pada hari harta dan anak tidak berguna, kecuali orang yang datang
menghadap Allah dengan hati yang sehat.” (Asy-Syu’ara: 88-89)
Hati yang sehat ialah hati yang selamat dari setiap syahwat yang menentang perintah
Allah dan larangan-Nya. Hati yang terhindar dari setiap syubhat yang menentang
tuntunan-Nya. Dengan demikian, hati itu benar-benar hanya beribadah kepada Allah swt
semata, hingga harapannya pun semata-mata hanya ditujukan kepada Allah swt. Oleh
http://ikhwanlampung.multiply.com
karenanya jika ia mencintai sesuatu, maka ia mencintainya karena Allah; jika ia
membenci sesuatu maka ia membencinya juga karena Allah.
Inilah tanda hati yang sehat dan juga merupakan tanda hati yang mencintai Allah.
Sebab, hati yang baik ialah hati yang selalu dipenuhi oleh rasa cinta kepada dzat Yang
Maha Mengetahui, Yang Maha Gaib, dan Yang Maha Pengampun atas semua dosa.
Suatu ketika Ibrahim bin Adham sedang berjalan-jalan di negeri Al-Bashrah. Penduduk
yang melihatnya segera datang dan bertanya, ”Ya Ibrahim, mengapa doa kami tidak
dikabulkan?”.
Ibrahim menjawab, ”Wahai penduduk Bashrah, hal itu karena hati kalian telah mati oleh
sepuluh hal. Jika demikian kondisinya, bagaimana Allah Ta’ala akan mengabulkan doa
kalian?”
”Ya Ibrahim, apakah sepuluh hal itu?” tanya penduduk Bashrah.
Redha Herdianto
* Disampaikan pada KajianOnline KlabSantri
Jum’at, 22 Januari 2010
Ibrahim bin Adham menjawab, ”Sepuluh hal yang menyebabkan kematian hati dan
menghambat doa kalian adalah, pertama, kalian telah mengenal Allah, tetapi tidak
menunaikan hak-hakNya. Kedua, kalian telah membaca Al Quran, tetapi tidak
mengamalkan isinya. Ketiga, kalian mengaku cinta kepada Rasulullah, tetapi
meninggalkan Sunnahnya. Keempat, kalian mengaku benci kepada setan, tetapi kalian
justru mematuhi ajakannya. Kelima, kalian mengaku ingin masuk surga, tetapi tidak
memenuhi syarat-syaratnya. Keenam, kalian mengaku ingin selamat dari api neraka,
tetapi kalian menjerumuskan diri ke dalamnya. Ketujuh, kalian meyakini bahwa
kematian adalah kepastian, tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk
menghadapinya. Kedelapan, kalian sibuk mengurusi keburukan orang, tetapi justru
kalian mengabaikan keburukan sendiri. Kesembilan, setiap waktu kalian mengubur
orang mati, akan tetapi kalian tidak pernah merenungkan untuk diambil pelajarannya.
Kesepuluh, kalian telah mendapatkan nikmat Allah, tetapi tidak pernah
mensyukurinya.”
Jadi sesungguhnya hati kita senantiasa diuji diantara dua faktor tersebut, yaitu faktor
yang mendorong hati untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya serta faktor yang
mendorong hati untuk memilih kesenangan dunia.
Sabda nabi tentang wa qalbun tamuduhu madatani ialah hati yang sakit yang keimanan
tidak bisa bercokol didalamnya dan lampu keimanan pun tidak bisa bersinar di
dalamnya. Hal ini disebabkan hatinya tidak sepenuhnya mau menerima kebenaran
ajaran-Nya. Di samping hatinya terisi oleh materi yang berlawanan dengan kebenaran.
Jadi, terkadang hatinya lebih mendekati kepada keimanan, namun lain waktu lebih
dekat kepada kekufuran. Hati jenis ini menjadikan materi yang mendominasi sebagai
pegangan untuk diamalkan.
1. Introspeksi diri,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap
diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Q.S.Al-Hasyr 59 : 18)
2. Perbaikan diri,
"Hai orang-orang yang beriman, Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang
semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-
kesalahanmu dan memasukkah kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai,..” (Q.S.At-Tahrim 66:8)
3. Tadabbur Qur’an,
“Mengapa mereka tidak tadabbur (memperhatikan) Al-Qur’an, ataukah hati
mereka terkunci atau tertutup.” (Q.S.Muhammad 47 : 24)
Ya akhi wa ukhti fillah, tidak ada manusia yang sempurna dan lepas dari kesalahan,
tetapi itu semua bukan sebuah alasan untuk kita tidak menjadi baik. Mudah-mudahan
Allah selalu memberi kepada kita hati yang bening. Dan semoga Allah Azza WaJalla
me-ridhoi semua proses yang ingin dan sedang kita jalankan ini. Wallahualam
Bishowab.
Mohon maaf bila ada kekurangan dan kesalahan, tidak lebih karena saya hanyalah
mahluk Allah yang dhoif. Kepada Allah saya tunduk dan mohon ampun.
*referensi
- Kitab Tazkiyah; Metode Pembersihan Hati Aktivis Dakwah. Cahyadi
Takariawan & Ghazali Mukri
- Kitab Ta’lim Fadhilah Amal. Maulana Muhammad Zakariyya Al Kandahlawi.
- Cara Membersihkan Hati. Saung Akang (http://kangmaman.multiply.com)